SKENARIO 1
Transfusi
3. Respon tubuh
a. Infeksi
b. Demam
c. Sistem Imun terbagi menjadi 2
1) Non spesifik (Bawaan lahir)
2) Spesisifik (Didapatkan)
a) Imunitas Humoral
b) Imunitas Seluller
Proses terjadinya system hipersensitivitas di awali ketika bakteri masuk ke
dalam tubuh lalu tubuh tidak dapat membunuh bakteri, virus atau lainnya
yang masuk ke tubuh lalu akan menyebabkan reaksi hipersensitivitas.
d. Reaksi Hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas terbagi menjadi 4 tipe :
1) Tipe 1 : Reaksi cepat
2) Tipe 2 : Reaksi sitotoksik
3) Tipe 3 : Reaksi imun kompleks
4) Tipe 4 : Reaksi lambat
e. Sistem Imun muncul akibat alergi sehingga mengaktifkan
immunoglobulin
Jenis-jenis immunoglobulin yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, IgE
f. Fase respon imun dimulai dari pengenalan lalu aktivasi dan terahir
eliminasi antigen yang masuk
g. Respon Imun Spesifik terbagi menjadi 2 : Imunitas humoral dan imunitas
seluler
h. Respon imun Non spesifik terbagi menjadi 2 : Imunitas Humoral ( dari
dalam tubuh = LImfosit B) dan Imunitas seluer ( limfosit T dan sel mast)
4
4. Apa saja resiko Transfusi darah apabila di lanjutkan dan kenapa dihentikan
oleh dokter.
1) Karena ada keluhan tersebut terjadi karena golongan darah yang
tidak sesuai
2) Karen ada efek samping yang dapat membahayakan nyawa
5. Karena untuk mengganti darah yang keluar saat persalinan dengan komponen
darah yang lengkap dengan whole blood.
Jenis-jenis Transfusinya :
a. Darah utuh
b. Darah endap
c. Wash red cell
d. Fresh frozen plasma
e. Albumin
f. Crypreapitate
6. Syarat-syarat transfusi darah
Pendonor :
a. Berat Badan minimal 45 Kg
b. Suhu tubuh 36,6 C -37,5 C
c. Tekanan Darah 110-160 (sistolik) dan 70-100 (Diastolik)
d. Bebas dari penyakit menular
Resipien :
a. Cek golongan darah
7. Komponen darah
a. Darah terbagi menjadi plasma dan sel-sel darah
Plasma (90% air dan 10% bahan terlarut)
Sel-sel darah (Eritrosit, leukosit, Trombosit).
5
5. Karena untuk mengganti darah yang keluar saat persalinan dengan komponen
darah yang lengkap dengan whole blood.
Jenis-jenis transfusinya :
g. Darah utuh
h. Darah endap
i. Wash red cell
j. Fresh frozen plasma
k. Albumin
l. Crypreapitate
6. Syarat-syarat transfuse darah
Pendonor :
e. Berat badan minimal 45 Kg
f. Suhu tubuh 36,6 C -37,5 C
g. Tekanan darah 110-160 (sistolik) dan 70-100 (diastolik)
h. Bebas dari penyakit menular
Resipien :
b. Cek golongan darah
7. Zat terlarut : albumin, globulin, protein, penggumpalan darah, nutrien,
hormon, karbondioksida, sampah nitrogen dan eritrosit.
Sel darah yang berperan dalam sitem imun
a. Leukosit : pertahanan tubuh
b. Granular ,terbagi menjadi 3 : neutrofil, eusinofil dan basophil
c. Garanular, terbagi menjadi 2 : limfosit (menghasilkan sel B, sel T, NK sel,
dan respon imun spesifik) dan monosit diferensiasi jadi makrofag
nantinya memfagosit
7
MIND MAP
Selular
Spesifik/Adaptif/
Bawaan
b. Imunitas Humoral
- Interferon
Interferon, suatu kelompok tiga sitokin yang saling terkait, dilepaskan dari sel
yang terinfeksi virus dan segera menyediakan pertahanan nonspesifik terhadap
infeksi virus dengan memengaruhi sementara replikasi virus yang sama atau
tidak berhubungan di dalam sel pejamu lain. Pada kenyataannya, interferon
dinamai sesuai kemampuannya untuk "memengaruhi" replikasi virus.
Ketika suatu virus menginvasi sebuah sel, sel tersebut menyintesis dan
menyekresikan interferon sebagai respons terhadap pajanan asam nukleat virus.
Setelah dilepaskan ke dalam CES dari sel yang terinfeksi virus, interferon
berikatan dengan reseptor di membran plasma sel-sel sehat sekitar atau bahkan
ke sel yang terletak jauh yang dicapai melalui darah, memberi sinyal ke sel-sel
tersebut untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan virus. Karena itu,
interferon berfungsi sebagai "pemberi peringatan", untuk memberi tahu sel-sel
sehat terhadap kemungkinan serangan virus dan membantu sel-sel tersebut
mempersiapkan diri untuk bertahan. Interferon tidak memiliki efek antivirus
langsung; zat ini memicu pembentukan enzim penghambat virus oleh sel
pejamu.1
- Sistem Komplemen
Sistem komplemen adalah mekanisme pertahanan lain yang bekerja secara
nonspesifik sebagai respons terhadap invasi organisme. Sistem ini dapat
diaktifkan melalui dua cara
Oleh pajanan ke rantai karbohidrat tertentu yang terdapat di permukaan
mikroorganisme tetapi tidak terdapat di sel manusia, suatu respons imun
bawaan nonspesifik yang dikenal sebagai jalur komplemen alternatif.
12
2. Respon spesifik/adaptif/sekunder
Sistem imun adaptif terdiri atas limfosit dan produk-produknya misalnya
antibodi. Respon imun adaptif terutama penting untuk pertahanan mikroba
infeksius yang bersifat patogenik bagi manusia (yaitu dapat menyebabkan
penyakit) dan mampu melawan imunitas alami. 1
Antigen
↓
Makrofag (sebagai APC)
↓
MHC
MHC1 MHC2
↓ ↓
CD8 (Sitotokin) CD4 (T Helper)/naif
↓ ↓
Langsung menghancurkan THCD4 proliferasi
Imunogen di makrofag ↓
TH0 → tidak terjadi apa-apa
(Resting T-cell)
- Mengenali epitope
- Mendorong limfosit B untuk
14
kemampuan sistem imun untuk menyerang jaringan tubuh sendiri, yang disebut
sebagai toleransi imun
Sel T Sitotoksik
Sel T sitotoksik juga dapat secara tak-langsung mematikan sel pejamu yang
terinfeksi dengan mengeluarkan granzim, yaitu enzim-enzim yang serupa dengan
enzim pencernaan. Granzim masuk ke sel sasaran melalui saluran perforin. Setelah
berada di dalam, bahan-bahan kimia ini memicu apoptosis (penghancuran diri sendiri)
sel yang terinfeksi oleh virus tersebut.
Ketika virus menyerang sel tubuh, suatu keharusan agar bertahan hidup sel
menguraikan selubung protein yang mengelilingi virus dan menumpukkan sebagian
dari antigen virus ini ke antigen-diri MHC yang baru dibentuk. Kompleks antigen-diri
dan antigen virus ini disisipkan ke membran permukaan sel pejamu, tempat kompleks
tersebut bekerja.1
17
Berdasarkan jenisnya imunitas terdapat 2 jenis imunitas yaitu imunitas aktif dan
imunitas pasif
a.Imunitas aktif
Imunisasi aktif adalah seseorang yang terpapar antigen dari suatu mikroba
memberikan respon aktif untuk menghilangkan infeksi dan membentuk kekebalan
terhadap infeksi berikutnya oleh mikroba tersebut. Dapat dengan pemberian kuman
atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk
merangsang tubuh membentuk antibodi. Antibodi adalah zat anti yang terbentuk
ketika antigen (kuman) masuk ke dalam tubuh. Pertama kali antigen masuk ke dalam
tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk antibodi. Pada umumnya,
reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat karena tubuh
belum mempunyai pengalaman, prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama. Tetapi
pada reaksi kedua, ketiga dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk
mengenali antigen sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih
cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak.3
Contoh imunisasi aktif adalah vaksin polio atau campak. Vaksin mengandung
bibit penyakit yang telah mati atau dinonaktifkan, dimana pada bibit penyakit tersebut
masih mempunyai antigen yang kemudian akan direspon oleh sistem imun dengan
cara membentuk antibodi. Sel B dan sel T (sel limfosit) ikut berperan dalam
menghasilkan antibody.3
b. Imunitas pasif
Imunitas pasif yaitu individu naif menerima sel-sel atau antibodi dari individu
lain yang telah imun terhadap suatu infeksi; resipien mempunyai kemampuan
melawan infeksi tersebut hanya sampai sel antibodi yang diberikan tadi telah habis
dan bersifat cepat. Terjadi bila sesorang menerima antibodi atau produk sel dari orang
lain yang telah mendapat imunisasi. Imunisasi aktif menginduksi respon imun.
Imusisasi pasif dapat diperoleh melalui antibodi dari ibu atau dari globulin homolog
yang dikumpulkan.3
22
terhadap infeksi. Leukosit paling sedikit dalam tubuh jumlahnya sekitar 4.000-
11.000/mm3. Berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi. Karena itu, jumlah
leukosit tersebut berubah-ubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah benda
asing yang dihadapi dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa
menimbulkan gangguan fungsi. Meskipun leukosit merupakan sel darah, tapi fungsi
leukosit lebih banyak dilakukan di dalam jaringan. Leukosit hanya bersifat sementara
mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Apabila terjadi peradangan pada jaringan
tubuh leukosit akan pindah menuju jaringan yang mengalami radang dengan cara
menembus dinding kapiler.3
Jenis-Jenis Leukosit Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan
agranulosit. a. Granulosit, yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya terdapat
granulagranula. Granula-granula ini mempunyai perbedaan kemampuan mengikat
warna misalnya pada eosinofil mempunyai granula berwarna merah terang, basofil
berwarna biru dan neutrofil berwarna ungu pucat. b. Agranulosit, merupakan bagian
dari sel darah putih dimana mempunyai inti sel satu lobus dan sitoplasmanya tidak
bergranula.3
Leukosit yang termasuk agranulosit adalah limfosit, dan monosit. Limfosit
terdiri dari limfosit B yang membentuk imunitas humoral dan limfosit T yang
membentuk imunitas selular. Limfosit B memproduksi antibodi jika terdapat antigen,
sedangkan limfosit T langsung berhubungan dengan benda asing untuk difagosit .
Ada tidaknya granula dalam leukosit serta sifat dan reaksinya terhadap zat warna,
merupakan ciri khas dari jenis leukosit. Selain bentuk dan ukuran, granula menjadi
bagian penting dalam menentukan jenis leukosit. Dalam keadaan normal leukosit
yang dapat dijumpai menurut ukuran yang telah dibakukan adalah basofil, eosinofil,
neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit dan monosit. Keenam jenis sel tersebut
berbeda dalam ukuran, bentuk, inti, warna sitoplasma serta granula didalamnya.3
Neutrofil berukuran sekitar 14 μm, granulanya berbentuk butiran halus tipis
dengan sifat netral sehingga terjadi percampuran warna asam (eosin) dan warna basa
(metilen biru), sedang pada granula menghasilkan warna ungu atau merah muda yang
samar. Neutrofil berfungsi sebagai garis pertahanan tubuh terhadap zat asing terutama
28
terhadap bakteri. Bersifat fagosit dan dapat masuk ke dalam jaringan yang terinfeksi.
Sirkulasi neutrofil dalam darah yaitu sekitar 10 jam dan dapat hidup selama 1-4 hari
pada saat berada dalam jaringan ekstravaskuler. Neutrofil adalah jenis sel leukosit
yang paling banyak yaitu sekitar 50-70% diantara sel leukosit yang lain. Ada dua
macam netrofil yaitu neutrofil batang (stab) dan neutrofil segmen (polimorfonuklear).
Perbedaan dari keduanya yaitu neutrofil batang merupakan bentuk muda dari
neutrofil segmen sering disebut sebagai neutrofil tapal kuda karena mempunyai inti
berbentuk seperti tapal kuda. Seiring dengan proses pematangan, bentuk intinya akan
bersegmen dan akan menjadi neutrofil segmen. Sel neutrofil mempunyai sitoplasma
luas berwarna pink pucat dan granula halus berwarna ungu.3
Peningkatan jumlah neutrofil disebut netrofilia. Neutrofilia dapat terjadi karena
respon fisiologik terhadap stres, misalnya karena olah raga, cuaca yang ekstrim,
perdarahan atau hemolisis akut, melahirkan, dan stres emosi akut. Keadaan patologis
yang menyebabkan netrofilia diantaranya infeksi akut, radang atau inflamasi,
kerusakan jaringan, gangguan metabolik, apendisitis dan leukemia mielositik.
Sedangkan penurunan jumlah neutrofil disebut dengan neutropenia, neutropenia
ditemukan pada penyakit virus, hipersplenisme, leukemia, granolositosis, anemia,
pengaruh obat-obatan.3
Eosinofil dalam tubuh yaitu sekitar 1-6%, berukuran 16 μm. Berfungsi sebagai
fagositosis dan menghasilkan antibodi terhadap antigen yang dikeluarkan oleh
parasit. Masa hidup eosinofil lebih lama dari neutrofil yaitu sekitar 8-12 jam.
Eosinofil hampir sama dengan neutrofil tapi pada eosinofil, granula sitoplasma lebih
kasar dan berwarna merah orange. Warna kemerahan disebabkan adanya senyawa
protein kation (yang bersifat basa) mengikat zat warna golongan anilin asam seperti
eosin, yang terdapat pada pewarnaan Giemsa. Granulanya sama besar dan teratur
seperti gelembung dan jarang ditemukan lebih dari 3 lobus inti. Eosinofil lebih lama
dalam darah dibandingkan neutrofil.3
Eosinofil akan meningkat jumlahnya ketika ditemukan penyakit alergi, penyakit
parasitik, penyakit kulit, kanker, flebitis, tromboflebitis, leukemia mielositik kronik
(CML), emfisema dan penyakit ginjal. Sedangkan pada orang stres, pemberian steroid
29
per oral atau injeksi, luka bakar, syok dan hiperfungsiadrenokortikal akan ditemukan
jumlah eosinofil yang menurun.3
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kira-kira kurang dari
2% dari jumlah keseluruhan leukosit. Sel ini memiliki ukuran sekitar 14 μm, granula
memiliki ukuran bervariasi dengan susunan tidak teratur hingga menutupi nukleus
dan bersifat azrofilik sehingga berwarna gelap jika dilakukan pewarnaan Giemsa.
Basofil memiliki granula kasar berwarna ungu atau biru tua dan seringkali menutupi
inti sel, dan bersegmen. Warna kebiruan disebabkan karena banyaknya granula yang
berisi histamin, yaitu suatu senyawa amina biogenik yang merupakan metabolit dari
asam amino histidin.3
Basofil jarang ditemukan dalam darah normal. Selama proses peradangan
akan menghasilkan senyawa kimia berupa heparin, histamin, beradikinin dan
serotonin. Basofil berperan dalam reaksi hipersensitifitas yang berhubungan dengan
imunoglobulin E (IgE).3
Monosit Jumlah monosit kira-kira 3-8% dari total jumlah leukosit. Monosit
memiliki dua fungsi yaitu sebagai fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan
bakteri) serta berperan dalam reaksi imun. Monosit merupakan sel leukosit yang
memiliki ukuran paling besar yaitu sekitar 18 μm, berinti padat dan melekuk seperti
ginjal atau biji kacang, sitoplasma tidak mengandung granula dengan masa hidup 20-
40 jam dalam sirkulasi. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk
tapal kuda. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih
kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit,
banyak mitokondria. Aparatus Golgi berkembang dengan baik, ditemukan
mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit terdapat dalam
darah, jaringan ikat dan rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear
(system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan
membrannya.3
Limfosit adalah jenis leukosit kedua paling banyak setelah neutrofil (20- 40%
dari total leukosit). Jumlah limfosit pada anak-anak relatif lebih banyak dibandingkan
jumlah orang dewasa, dan jumlah limfosit ini akan meningkat bila terjadi infeksi
30
virus. Berdasarkan fungsinya limfosit dibagi atas limfosit B dan limfosit T. Limfosit
B matang pada sumsum tulang sedangkan limfosit T matang dalam timus. Keduanya
tidak dapat dibedakan dalam pewarnaan Giemsa karena memiliki morfologi yang
sama dengan bentuk bulat dengan ukuran 12 μm. Sitoplasma sedikit karena semua
bagian sel hampir ditutupi nukleus padat dan tidak bergranula. Limfosit B berasal dari
sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan
antibodi. Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar
thymus yang akan mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar
thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda
asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam
pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan
kekebalan. Berdasarkan ukuranya limfosit dibedakan menjadi beberapa jenis : a.
Resting lymphocyte : biasanya berukuran kecil (7-10 μm), inti selnya berbentuk bulat
atau oval. b. Reactive (“activical”) lymphocyte : berukuran paling besar bila terjadi
infeksi misalnya mono nukleosis.3
Large granula lymphocyte : berukuran sedang mengandung granula kasar
azurofilik, berperan sebagai sel natural killer (NK) imunologi . Ukuran sel limfosit
beragam, ada yang seperti eritrosit dan ada yang sebesar netrofil. Limfosit dengan
garis tengah 6-8 mikrometer dikenal sebagai limfosit kecil. Sitoplasma limfosit
bersifat basa lemah dan berwarna biru muda pada sediaan yang terpulas. Sitoplasma
ini mengandung granul azurofilik. Inti selnya kebanyakan bulat atau terkadang mirip
ginjal. Kromatin inti amat padat dan berwarna biru gelap. Sel ini juga relatif sedikit
dan berwarna biru langit tanpa granul spesifik, namun pada beberapa sel terlihat
granula azurofil yang jika pulasannya baik bewarna ungu kemerahan.3
3. Mekanisme Demam
Kata inflamasi merujuk ke serangkaian proses bawaan non-spesifik yang
saling berkaitan erat yang diaktifkan sebagai respons terhadap invasi asing, kerusakan
jaringan, atau keduanya. Tujuan peradangan adalah membawa fagosit dan protein
plasma ke tempat invasi atau kerusakan untuk dapat (1) mengisolasi, menghancurkan,
atau menginaktifkan penyerang; (2) membersihkan debris; dan (3) mempersiapkan
31
Daptar Pustaka
1. Abbas AK, Litchman AH, Allai S. Imunologi Dasar Abbas Fungsi dan
Kelainan Imun. Edisi 5. Singapore : Elsevier ; 2016
2. Subowo. Imunologi klinik. Edisi 2. Jakarta. 2010
3. Sherwood, L. Introduction to Human Physiology. Edisi kedelapan. Jakarta.
2015
4. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Revisi berwarna
keduabelas. Elsevier. Jakarta. 2016
5. Kumar, Robbins, Cotran. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Vol 1. Jakarta: EGC;
2007.