Anda di halaman 1dari 10

Interpretasi data lab

a. TD : termasuk tinggi, normal 120/80 mmHg


b. RR : termasuk tinggi, normal 12-16x/menit
o
c. Suhu 39,1 termasuk tinggi, nomal 36-37 c
d. Wbc, normal 5-10
e. HCT rendah, 40-50%
f. BUN termasuk tinggi, perempuan : 6-21 mg/dL
g. SCr , normal 0,6 – 1,3 mg/dL
h. Neutrofil 67% , tinggi. Normal 40 – 60%
i. Co2 rendah, normal : 38 – 42
j. Hgb rendah, normal 13-18
k. Limfosit, normal
l. Monosit 12%, termasuk tinggi

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)


(Chronic obstructive pulmonary disease)
Adanya inflamasi kronis yang mengarahkan pada terjadinya destruksi dan limitasi
aliran udara untuk pernafasan.
Prinsip PPOK:
1. Kronik bronkitis: sekresi mukus berlebih dengan disertai batuk yang
terjadi sekurang kurangnya 3 bulan dalam 2 tahun berturut-turut.
2. Emfisema: abnormalitas, pelebaran permanen dari jalur pernafasan hingga
terminal bronkioli, disertai dengan adanya destruksi pada dinding tanpa
adanya fibrosis
Patofisiologi singkat:
1. inflamasi kronik menyebabkan destruksi dinding dan limitasi jalur
pernafasan
2. inhalasi senyawa penstimulus mediator inflamasi
3. stress oksidatif menyababkan adanya respon pertahanan yang agresif dari
paru
Parameter:
1. spirometer: menunjukkan FEV postbronkial kurang dari 80%, dan
perbandingan rasio FEV: FVC kurang dari 70%
2. Gas dalam Arteri; partial pressure of 02 [Pa02] 45-60 mm Hg, partial
pressure of C02 [PaC02] 50--60 mm Hg.

Klasifikasi PPOK

a. Klasifkasi ppok
Gold 1 : ppok ringan, tanpa batuk kronik
Gold 2 : sedang, napas pendek, disertai batuk, sputum produktif
Gold 3 : kemampuan latihan menurun, eksaserbasi berulang
Gold 4 : sangat berat, gagal jantung kanan
b. Klasifikasi ppok mempunyai hasil spirometri yg normal,
Derajat 1: fev 1 atau fec >70%, Fev 1 >80%
Derajat 2 : fev 1 <70%, 50%, kurang dari 80%
Derajat 3 : fev 1/ fec < 70% ; 30%, <50%
c. Klasifikasi berdasarkan gold 2019
Gold 2 : 50%, <80%
Gold 4 : fev 1 <30%
Masuk pada gold 2 karena disertai batuk
d. Ppok akseserbasi terbagi 3
1. Tipe 1 atau berat, ada 3 gejala
2. Tipe 2 atau sedang, ada 2 gejala
3. Tipe 3 ringan, ada 1 gejala. Disertai ISPA

Gejalanya antara lain : sesak nafas yg bertambah, peningkatan produksi


sputum, dan perubahan warna sputum

(TABEL)

PNEUMONIA
Definisi
Suatu peradangan paru yang disebabkan oleh :
1. mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Mycobacterium
tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan
oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-
obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.
2. Infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Tipe Pneumonia
1. Community acquired pneumonia (CAP)à + (penisilin) & atypical makrolida
dan tetrasiklin)
2. Hospital acquired pneumonia (HAP)à - (sefalosporin generasi 3,
aminoglikosida, &quinolon
3. Aspirationpneuomoniaàanaerob(metronidazol)
4. Pneuomonia in immunocomprised patient
5. Reccurent pneumonia
Patogenesis
a. Ketdakseimbangan daya tahan tubuh
b. Resiko infeksi tergnt kemampuan bakteri merusak permukaan epitel sal
nafas.
c. Rute infeksi:
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
Patologi
1. Basil yang masuk bersama sekret bronkus àalveoli àreaksi radang berupa
edema seluruh alveoli à fagositosis sebelum terbentuknya antibodi.
2. Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan
leukosit yang lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri
tersebut kemudian dimakan.
3. Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka akan tampak
4. Zona pada daerah parasitik terset yaitu :
a. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
b. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa
eksudasi sel darah merah
c. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang
aktif dengan jumlah PMN yang banyak.
d. Zona resolusiE : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak
bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.

(TABEL)

Tata laksana terapi :


a. Pemberian oksigen
b. Bronkodilator
c. Fisioterapi dada
d. Nutrisi yang baik dan cukup
e. Hidrasi
f. Antipiretik
g. Terapi empiris dgn antibiotic

Terapi Farmakologi

a. Ppok
1. Bronkodilator : terapi awal SABA dengan atau tanpa antikolergik
kerja singkat. Tidak direkomendasikan metilsantin intravena
2. Kortikosteroid : prednisone 4mg selama 5 hari Kortikosteroid oral
sama aktifnya dengan intravena
3. Budesonid : mempercepat kekambuhan, mengurangi lama rawat
4. Antibiotic : bila sesak nafas memberat, peningkatan jumlah sputum
durasi 5-7 hari. Penggunaan disesuaikan resistensi bakteri local
5. Terapi adjuvant balance cairan , terapi gizi dan stop merokok
6. Terapi eksaserbasi : short acting beta 2 antagonis (SABA) inhalasi
contohnya : Salbutamol, Sistemik kortikoteroid, Short acting
antikolinergik : ipratropium bromide Aminofilin intavena, Antibiotic
jika ada indikasi infeksi, Oksigenasi.
7. Terapi stabil :
a. Inhalasi antikolinergik aksi panjang : ipratropium bromide,
b. Inhalasi beta agonis aksi panjang,
c. Teofilin sustained release : inhalasi kortikosteroid, hanya
untuk pasien tertentu
d. Oksigen > 15 jam/hari : gagal respirasi kronik.
b. Pneumonia
1. Terapi disarankan untuk menggunakan amoksisilin oral 500 mg,
klaritromicin oral 500 mg yg harganya terjangkau
2. Terapi antibiotic dapat dihentikan apabila memenuhi kriteria
- Bebas demam, tidak ditemukan lebih dari 1 tanda
ketidakstabilan klinik akibat CAP.
- Suhu tubuh normal, respiratory normal
- Berdasarkan hasil kultur darah bakteri resisten terhadap
penisilin. Tetapi suspectible dengan seftriaxon
- Tetap diberikan seftriaxon, dikombinasi dengan asitromicin
sesuai dengan yg diresepkan di IGD
Terapi pasien rawat jalan :
a. Sebelumnya sehat terapi empiric makrolida/azalide,
tetrasiklin: disebabkan bakteri. Disebabkan virus : oceltamivir,
b. Memiliki riwayat penyakit lain : klorokuinolon/ beta laktam +
makrolida.
- Pasien elderly : piperacilin/tazobactam/ sefalosforin, atau
karbapenem,
florokuinolon atau beta laktam + makrolida/ tetrasiklin
- Disebabkan Bakteri : Doksisiklin 2x 100mg/ hari
- Makrolida : contohnya azitomicin 500mg/hari
Terapi Rawat inap :
a. Non icu : florokuinolon, atau beta laktam + makrolida/
tetrasiklin
b. ICU : beta laktam + makrolida/ florokuinolon
- Piperacilin/tazobactam atau meropenem atau cepepime +
kuinolon / aminoglikosida/ azitromicin atau beta laktam +
aminoglikosida + azitromicin / respiratory florokuinolon

CAP (Community Acquired Pneumonia)


1. Klebsiella pneumoniae 45,18%
2. Streptococcus pneumoniae 14,04%
3. Streptococcus viridans 9,21%
4. Staphylococcus aureus 9%
5. Pseudomonas aeruginosa 8,56%
6. Steptococcus hemolyticus 7,89%
7. Enterobacter 5,26%
8. Pseudomonas spp 0,9%

Alur Tata Laksana CAP


Profil pengobatan yg sudah didapat oleh pasien
a. Ipratropium : untuk ppok
Termsuk gol antikolinergik, menghambat refleks yg dimediasi dg
tindakan antagonis
Dosis : 40 mcg 2 puff 3 – 4x sehari
Kontraindikasi hipersensitifitas ipratropium dan atropin
Efek samping : bronchitis, diare dispenia dan mual muntah, mulut
kering
b. Paracetamol. Go analgesic antipiretik
Sakit kepala dan nyeri
Dosis : 500 mg 4-6 jam, demam 325 – 650mg 4-6 jam
Mengurangi produksi prostaglandin
Dengan efek samping raum kulit, nyeri punggung
c. Dextrometrophan ; untuk batuk, dosis 10 mg.
Mekanisme : Dengan cara menekan dorongan untuk batuk yg berasal
dari otak.
Efek samping : konstipasi
d. Guafenesin : Ekspektoran. Untuk batu berdahak. Dosis 200 – 400 mg.
Mekanisme : mengencerkan dahak dengan meningkatkan hidrasi dari
kelenjar pernafasan mengurangi viskositas kekentalan dahak
Eso : mual muntah, diare
e. Lefovloksasin : untuk CAP dengan dossi 500 mg/oral 7- 14 hari.
Intravena 1xsehari 5 hari
Menghambat dna pada gram negative polifomerase merkpakan enzim
replikasi dna
Eso : insomnia, dyspepsia
f. Ceftriaxon : sefalosporin generai 3
Dosis 250 mg – 100 gram
Mekanisme ; menghambat sel dinding bakteri
g. Azitromicin : makrolida. Untuk CAP. Dosis 500 mg 1x sehari
Eso : diare dan mual muntah
h. Lisinopril : ACEI . menghambat angiotensin 1 menjadi angitensi 2
Eso : hipotensi, batuk kering, angiodema dan ruam kulit
Kontaindikasi : hipersensitif, wanita hamil dan menyusui
Dosis awal 1x10 mg perhari
Dosis penunjang 1x20 mg sehari
i. Hct : Gol tiazid
Meningkatkan eksresi natrium, air dn klorida. Sehingga dpt menurunkan
volume darah dan ekstraseluler
Eso : hiponatremia, hipokalemia, hiperkalsemia
Dosis antihipertensi : 12,5 – 25 mg/hari 1x sehari
Hct biasanya dikombinasi dengan ARB, karena hct dapat meningkatan
efektifitas antihipertensi lain
j. Albuterol : obat antiasma dan bronkodilator
Golongan beta 2 agonis. Reaksi ototo polos jalan nafas dengan
meningkatkan camp dan menghasilkan bronkokontriksi
Untuk meredakan bronkospasme pada asma
Eso : tremor, ketegangan, sakit kepala, takikardi, aritmia
Dosis : 3-4x 4 mg/hari oral.
Inhalasi aerosol 100 – 200 mg 1-2 hirupan untuk dewasa

cukuuuuuuuppppp
(TABEL)

1. Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)


c. Golongan Penisilin
d. TMP-SMZ
e. Makrolid
2. Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
a. Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
b. Sefotaksim, Seftriakson dosis tinggi
c. Marolid baru dosis tinggi
d. Fluorokuinolon respirasi
3. Pseudomonas aeruginosa
a. Aminoglikosid
b. Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
c. Tikarsilin, Piperasilin
d. Karbapenem : Meropenem, Imipenem
e. Siprofloksasin, Levofloksasin
4. Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
a. Vankomisin
b. Teikoplanin
c. Linezolid
5. Hemophilus influenzae
a. TMP-SMZ
b. Azitromisin
c. Sefalosporin gen. 2 atau 3
d. Fluorokuinolon respirasi
6. Legionella
a. Makrolid
b. Fluorokuinolon
c. Rifampisin
7. Mycoplasma pneumoniae
a. Doksisiklin
b. Makrolid
c. Fluorokuinolon
8. Chlamydia pneumoniae
a. Doksisikin
b. Makrolid
c. Fluorokuinolon
b. Apakah ada interaksi merokok dengan riwayat obat pasien
1. DIPIRO 9
2. Karena oksidan yg dihasilkan oleh asap rokok akan bereaksi dan
merusak protein dan lipid yg menyebabkan kerusakan jaringan.
Oksidan juga meningkatkan peradangan, karena terjadi stress
oksidatif dan ketidakseimbangan antara sistem pertahanan
agresif dan protektif di paru – paru (protease)
3. Rokok dapat mempengaruhi sel epitel sehingga dapat
meningkatkan bakteri strepcoccus.
4. Berhubungan dengan kejadian hipertensi. Akibat zat – zat kimia
pada tembakau, sehingga arteri lebih melekat pada penumpukan
plak, hal ini disebabkan oleh nikotin yg dapat merangsang saraf
simpatis sehingga memacu kerja jantung lebih cepat, dan
memaksa jantung memenuhi oksigen dalam tubuh.

c. Apakah terdapat interaksi dalam riwayat penggunaan obat pasien


- Albuterol dan HCT sinergis. Sehingga menurunkan serum kalium,
mengakibatkan hipokalemia.

Analisis masalah

1. Terapi pneumonia berdasarkan:

- Terapi pasien rawat jalan :


a. Sebelumnya sehat terapi empiric makrolida/azalide, tetrasiklin :
disebabkan bakteri. Disebabkan virus : oceltamivir,
b. Memiliki riwayat penyakit lain : klorokuinolon/ beta laktam + makrolida
- Pasien elderly : piperacilin/tazobactam/ sefalosforin, atau
karbapenem, florokuinolon atau beta laktam + makrolida/ tetrasiklin
- Disebabkan Bakteri : Doksisiklin 2x 100mg/ hari
- Makrolida : contohnya azitomicin 500mg/hari
- Rawat inap :
a. Non icu : florokuinolon, atau beta laktam + makrolida/ tetrasiklin
b. ICU : beta laktam + makrolida/ florokuinolon
- Piperacilin/tazobactam atau meropenem atau cepepime + kuinolon
/aminoglikosida/ azitromicin atau beta laktam + aminoglikosida +
azitromicin / respiratory florokuinolon
2. Klasifikasi PPOK berdasarkan aksaserbasi akut
a. Tipe 1 atau berat, ada 3 gejala
b. Tipe 2 atau sedang, ada 2 gejala
c. Tipe 3 ringan, ada 1 gejala. Disertai ISPA

Anda mungkin juga menyukai