Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Islam

adalah

agama

yang

menjunjung

tinggi

ilmu

pengetahuan. Karena, dengan ilmu pengetahuan seseorang


dapat lebih memahami jauh lebih dalam tentang ketuhanan dan
agamanya. Bukti dari mendukungnya islam atas ilmu pendidikan
yaitu dituliskan Al-Quran.
Ilmu

didunia

ini

terdiri

dari

berbagai

maam

ilmu

pengetahuan, salah satunya adalah ilmu astronomi. Sebagai


salah satu ilmu pengetahuan tertua dalam peradaban manusia,
Astronomi kerap dijuluki sebagai "ratu sains". Astronomi memang
menempati posisi yang terbilang istimewa dalam kehidupan
manusia. Sejak dulu, manusia begitu terkagum-kagum ketika
memandang kerlip bintang dan pesona benda-benda langit yang
begitu luar biasa. Awalnya, manusia menganggap fenomena
langit sebagai sesuatu yang magis. Seiring berputarnya waktu
dan zaman, manusia pun memanfaatkan keteraturan bendabenda

yang

mereka

amati

di

angkasa

untuk

memenuhi

kebutuhan hidup seperti penanggalan. Dengan mengamati


langit, manusia pun bisa menentukan waktu utuk pesta, upacara
keagamaan, waktu untuk mulai menabur benih dan panen.
Jejak astronomi tertua ditemukan dalam peradaban bangsa
Sumeria dan Babilonia yang tinggal di Mesopotamia (3500
3000 SM). Bangsa Sumeria hanya menerapkan bentuk-bentuk
dasar astronomi. Pembagian lingkaran menjadi 360 derajat
berasal dari bangsa Sumeria.
Pada pembahasan ini, kami akan mencoba membahas
tentang sejarah astronomi dalam islam, tokoh-tokoh yang
berpengaruh dalam ilmu ini diantaranya, al-batani, al-sufi, ibnu
yunus, al-farghani, al-zarqani.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU ASTRONOMI


Manusia telah begitu lama berkenalan dengan langit,
ribuan tahun yang lalu. Perjalanan panjang yang ditempuh
manusia untuk sampai pada era astronomi modern. Kini aspek
ilmu pengetahuan tentang langit terkumpul dalam cabang
keilmuan astronomi. Astronomi dipahami sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang dikembangkan berbasis pengamatan. Objek
langit yang dikaji dalam astronomi mencakup tata surya, seperti
komet, bulan, meteor, matahari, planet dan asteroid, bisa juga
dalam lingkup galaksi, bintang-bintang dan gugusan bintang.
Sedangkan

dalam

Ensiklopedi

menyatakan

bahwa

astronomi adalah pengetahuan tentang benda langit dan alam


semesta, merupakan salah satu cabang pengetahuan ekskra
tertua.

Satuan

astronomi

adalah

jarak

menengah

antara

matahari dan bumi, 150 juta kilometer. Satuan ini digunakan


sebagai satuan panjang bagi ukuran di dalam tata surya. Tahun
astronomi ialah jumlah tepat waktu yang diperlukan bumi
mengelilingi matahari, dinyatakan dalam hari, jam, menit, dan
sekon.

Berbeda

dengan

waktu

dinyatakan dengan bilangan bulat.

sipil,

atau

kelender,

yang

Dari berbagai pengertian, kemudian muncullah klasifikasi


ilmu yang mengambil objek langit dan bintang. Yakni ilmu
astronomi dan ilmu astrologi. Ilmu astronomi mempelajari bendabenda langit secara umum. Sedangkan ilmu astrologi yaitu ilmu
yang mempelajari benda-benda langit dengan tujuan untuk
mengetahui

pengaruh

benda-benda

langit

itu

terhadap

kehidupan manusia, atau yang lebih dikenal dengan ilmu nujum.

B. PERADABAN

ISLAM

DAN

ILMU

PENGETAHUAN

ASTORONOMI
Astronomi adalah suatu ilmu praktis bagi orang-rang Arab,
sebagian karena mereka harus mengetahui arah Makkah dari
setiap kota Islam, supaya bisa menghadap ke Kabah untuk
melaksanakan sholat. Dalam berkembangnya ilmu astronomi
didorong oleh hasrat ingin tahu para ilmuan untuk mengetahui
gejala ruang angkasa termasuk pergerakan tatasurya, tentunya
seiring dengan perintah agama untuk mengkajinya. Tetapi juga
peran khusus astronomi dalam kepentingan ritual agama seperti
penentuan arah kiblat dan waktu solat, awal Ramahan dan
penetapan

puasa-puasa

lainnya,

memberikan

pengaruh

tersendiri dalam perkembangan astronomi.


Tradisi keilmuan ini merupakan sintesa antara Babilonia,
Arab kuno, Persia dan India sehingga memantapkan astronomi
dengan pada tempat pergumulan mereka dalam melahirkan
teori-teori astronomi sebagai dasar yang lebih luas dibanding
sebelumnya.

Ada

banyak

observatorium

sebagai

tempat

pergumulan para ilmuan astronomi guna melahirkan teori-teori


astronomi dan merancang istrumen untuk mendukung kerja
ilmiah.

Pada masa ini ilmuan Arab dan muslim di dalam Bait alHikmah, yaitu sebuah lembaga ilmiah yang didirikan oleh
kekhalifahan al-Mamun pada tahun 815 M. Bait al-Hikmah
berfungsi

sebagai

institusi

akademik,

perpustakaan,

biro

penerjemahan dan observasi pada waktu itu. Dari Bait al-Hikmah


ini berhasil menerjemahkan buku astronomi al-Magest karya
Ptolemy dan buku-buku tentang pergerakan bintang-bintang dari
bahasa Yunani ke bahasa Arab, sambil memanfaatkan secara
intensif pengetahuan Persia dan India. Selanjutnya buku-buku
tersebut, terutama al-Magest Ptolemy menjadi bahasan lanjutan
beberapa tahun sesudah itu oleh ilmuwan-ilmuwan Islam,
diantaranya

Ibnu

Sina

yang

Hamadan.

Abu

al-Wafa

menelitinya

menulis

di

dengan

observatorium
versi

yang

disederhanakan untuk lebih mudah memahami karya Ptolemy


yang ditulis dalam buku al-Kamil.
Sebagai

salah

satu

ilmu

pengetahuan

tertua

dalam

peradaban manusia, Astronomi kerap dijuluki sebagai "ratu


sains". Astronomi memang menempati posisi yang terbilang
istimewa dalam kehidupan manusia. Sejak dulu, manusia begitu
terkagum-kagum ketika memandang kerlip bintang dan pesona
benda-benda langit yang begitu luar biasa. Awalnya, manusia
menganggap fenomena langit sebagai sesuatu yang magis.
Seiring

berputarnya

waktu

dan

zaman,

manusia

pun

memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di


angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan.
Dengan mengamati langit, manusia pun bisa menentukan waktu
utuk pesta, upacara keagamaan, waktu untuk mulai menabur
benih dan panen.
Jejak astronomi tertua ditemukan dalam peradaban bangsa
Sumeria dan Babilonia yang tinggal di Mesopotamia (3500
3000 SM). Bangsa Sumeria hanya menerapkan bentuk- bentuk

dasar astronomi. Pembagian lingkaran menjadi 360 derajat


berasal dari bangsa Sumeria.
Masyarakat Cina kuno 4000 SM juga sudah mengenal
astronomi.

Awalnya,

astronomi

di

Cina

digunakan

untuk

mengatur waktu. Orang Cina menggunakan kalender lunisolar.


Namun, kerena perputaran matahari dan bulan berbeda, para
ahli astronomi Cina sering menyiapkan kalender baru dan
membuat observasi.
Bangsa Yunani kuno juga amat tertarik dengan astronomi.
Adalah Thales yang mengawalinya pada abad ke-6 SM. Menurut
dia, bumi itu berbentuk datar. Phytagoras sempat membantah
pendapat itu dengan menyatakan bumi itu bulat. Dua abad
berselang,

Aristoteles

melahirkan

terobosan

penting

yang

menegaskan menyatakan bahwa bumi itu bulat bundar.


Astronomi Islam setelah runtuhnya kebudayaan Yunani dan
Romawi pada abad pertengahan, maka kiblat kemajuan ilmu
astronomi berpindah ke bangsa Arab. Astronomi berkembang
begitu pesat pada masa keemasan Islam (8 15 M). Karya-karya
astronomi Islam kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab dan
dikembangkan para ilmuwan di Timur Tengah, Afrika Utara,
Spanyol dan Asia Tengah.
Salah satu bukti dan pengaruh astronomi Islam yang cukup
signifikan

adalah

penamaan

sejumlah

bintang

yang

menggunakan bahasa Arab, seperti Aldebaran dan Altair, Alnitak,


Alnilam, Mintaka (tiga bintang terang di sabuk Orion), Aldebaran,
Algol, Altair, Betelgeus.
Selain itu, astronomi Islam juga mewariskan beberapa
istilah dalam "ratu sains" itu yang hingga kini masih digunakan,
seperti alhidade, azimuth, almucantar, almanac, denab, zenit,

nadir, dan vega. Kumpulan tulisan dari astronomi Islam hingga


kini masih tetap tersimpan dan jumlahnya mencapaii 10 ribu
manuskrip.
Ahli sejarah sains, Donald Routledge Hill, membagi sejarah
astronomi Islam ke dalam empat periode. Periode pertama (700825 M) adalah masa asimilasi dan penyatuan awal dari astronomi
Yunani,

India

dan

Sassanid.

Periode kedua (825-1025) adalah masa investigasi besar-besaran


dan penerimaan serta modifikasi sistem Ptolomeus. Periode
ketiga (1025-1450 M), masa kemajuan sistem astronomi Islam.
Periode keempat (1450-1900 M), masa stagnasi, hanya sedikit
kontribusi yang dihasilkan.
Sejumlah,

ahli

astronomi

Islam

pun

bermunculan,

Nasiruddin at-Tusi berhasil memodifikasi model semesta episiklus


Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga
keseragaman

rotasi

benda-benda

langit.

Selain

itu,

ahli

matematika dan astronomi Al-Khawarizmi, banyak membuat


tabel-tabel untuk digunakan menentukan saat terjadinya bulan
baru, terbit-terbenam matahari, bulan, planet, dan untuk prediksi
gerhana.
Ahli

astronomi

lainnya,

seperti

Al-Batanni

banyak

mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan


planet-planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana
matahari tahunan dan menghitung secara lebih akurat sudut
lintasan matahari terhadap bumi, perhitungan yang sangat
akurat mengenai lamanya setahun matahari 365 hari, 5 jam, 46
menit dan 24 detik.
Ilmuwan Islam begitu banyak memberi kontribusi bagi
pengembangan dunia astronomi. Buah pikir dan hasil kerja keras
para sarjana Islam di era tamadun itu diadopsi serta dikagumi

para saintis Barat. Inilah beberapa ahli astronomi Islam dan


kontribusi yang telah disumbangkannya bagi pengembangan
`ratu sains' itu.

C. TOKOH-TOKOH ASTRONOMI ISLAM DAN KARYANYA


1. Al-Battani (858-929)
Al-Battani mengusulkan teori baru untuk menentukan
kondisi dapat terlihatnya bulan baru. Tak hanya itu, ia juga
berhasil

mengubah

sistem

perhitungan

sebelumnya

yang

membagi satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian


(12 jam), dan setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga
berjumlah 24 jam.
Buku fenomenal karya Al-Battani pun diterjemahkan Barat.
Buku De Scienta Stelarum De Numeris Stellarum itu kini masih
disimpan di Vatikan. Salah satu karyanya yang paling populer
adalah al-Zij al-Sabi. Ia berhasil menentukan perkiraan awal
bulan baru, perkiraan panjang matahari, dan mengoreksi hasil
kerja Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu.
Al-Battani juga mengembangkan metode untuk menghitung
gerakan dan orbit planet-planet. Ia memiliki peran yang utama
dalam

merenovasi

astronomi

modern

yang

berkembang

kemudian di Eropa.
2. Al-Sufi (903-986 M)
Orang Barat menyebutnya Azophi. Nama lengkapnya
adalah Abdur Rahman as-Sufi. Al-Sufi merupakan sarjana Islam
yang mengembangkan astronomi terapan. Ia berkontribusi besar
dalam menetapkan arah laluan bagi matahari, bulan, dan planet
dan juga pergerakan matahari. Dalam Kitab Al-Kawakib asSabitah

Al-Musawwar,

Azhopi

menetapkan

ciri-ciri

bintang,

memperbincangkan kedudukan bintang, jarak, dan warnanya. Ia


juga ada menulis mengenai astrolabe (perkakas kuno yang biasa
digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit pada bola
langit) dan seribu satu cara penggunaannya.
3. Al-Biruni (973-1050 M)
Ahli astronomi yang satu ini, turut memberi sumbangan
dalam bidang astrologi pada zaman Renaissance. Ia telah
menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Pada zaman
itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi dan
membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai
arah di dunia. Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya
didedikasikan untuk bidang astronomi.
4. Ibnu Yunus (1009 M)
Ibnu Yunus bernama lengkap Abu al-Hasan Ali abi Said Abd
al-Rahman ibnu Ahmad ibnu Yunus al-Sadafi al-Misri. a adalah
astronom agung yang terlahir di negeri piramida, Mesir. Buah
pemikiran Ibnu Yunus mampu mempengaruhi ilmuwan Barat.
Pada abad ke-19 M, Simon Newcomb menggunakan teori yang
ditemukan Ibnu Yunus untuk menentukan percepatan bulan,
papar John J OConnor, dan Edmund F Robertson, dalam karyanya
Abul-Hasan Ali ibnu Abd al-Rahman ibnu Yunus.
Ibnu Yunus juga telah membuat rumus waktu. Ia menggunakan
nilai kemiringan sudut rotasi bumi terhadap bidang ekliptika
sebesar 23,5 derajat. Tabel tersebut cukup akurat, walaupun
terdapat beberapa error untuk altitude yang besar. Ibnu Yunus
juga menyusun tabel yang disebut Kitab as-Samt berupa azimuth
matahari sebagai fungsi altitude dan longitude matahari untuk
kota Kairo. Selain itu, disusun pula tabel a(h) saat equinox untuk
h = 1, 2, , 60 derajat.

5. Al-Farghani
Nama lengkapnya Abul-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn
Kathir al-Farghani. Ia merupakan salah seorang sarjana Islam
dalam bidang astronomi yang amat dikagumi. Beliau adalah
merupakan salah seorang ahli astronomi pada masa Khalifah AlMamun. Dia menulis mengenai astrolabe dan menerangkan
mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan
astronomi itu. Kitabnya yang paling populer adalah Fi Harakat AlSamawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum tentang kosmologi.
6. Al-Zarqali (1029-1087 M)
Saintis Barat mengenalnya dengan panggilan Arzachel.
Wajah Al-Zarqali diabadikan pada setem di Spanyol, sebagai
bentuk penghargaan atas sumbangannya terhadap penciptaan
astrolabe yang lebih baik. Beliau telah menciptakan jadwal
Toledan dan juga merupakan seorang ahli yang menciptakan
astrolabe yang lebih kompleks bernama Safiha.
7. Jabir Ibn Aflah (1145M)
Sejatinya Jabir Ibn Aflah atau Geber adalah seorang ahli
matematik Islam berbangsa Spanyol. Namun, Jabir pun ikut
memberi

warna

da

kontribusi

dalam

pengembangan

ilmu

astronomi. Geber, begitu orang barat menyebutnya, adalah


ilmuwan pertama yang menciptakan sfera cakrawala mudah
dipindahkan

untuk

mengukur

dan

menerangkan

mengenai

pergerakan objek langit. Jabir bin Aflah adalah astronom Muslim


pertama di Eropa yang membangun observatorium Giralda.
Observatorium ini terletak di kota kelahirannya, Serville.
Adapun karya astronominya antara lain buku berjudul The Book
of Astronomy.

8. Umar Khayyaam
Seorang astronom muslim kenamaan berhasil menciptakan
kalender Paus Gregory XIII pada tahun 1528 M. hasil Umar
Khayyaam ini ternyata jauh lebih baik dibandingkan dengan yang
dibuat oleh Paus Gregory XIII. Kalau yang disebut terakhir ini
membuat perbedaan 1 hari dalam 3330 tahun, maka kelender
Umar Khayyam membuat perbedaan 1 hari dalam 5000 tahun.
Usaha tersebut didasarkan pada kepentingan para petani untuk
mengetahui kapan menanam dan memanen gandum dan juga
penting bagi para musafir serta saudagar yang membutuhkan
keterangan kapan mereka melakukan perjalanan gurun pasir dan
masih banyak lagi kepentingan lainnya.
9. Abu al-Wafa al-Buzjani (940-998 M.)
Pada periode setelah al-Battani, muncul astronom muslim
lainnya, Abu al-Wafa yang dikenal sebagai seorang ahli astronomi
dan ahli matematik Arab paling terkemuka yang pernah ada.
Beliau merupakan salah seorang penterjemah yang mahir dari
Yunani (Greece). Beliau telah mengarang kira-kira 5 buah buku
dan yang terkenal di antaranya ialah,al-Handasah dalam ilmu
geometri.
10.

Ibnu Abi ar-Rijal (w. setelah 1040 M.)

Ibnu Abi ar-Rijal adalah seorang ahli astronomi dan


matematik dari Andalusia. Beliau terkenal di kalangan ulama
Arab dengan buku, al-Bari fi Ahkam an-Nujum. Hasil-hasil
karangan beliau telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
11.

Abu ar-Raihan al-Bairuni (973-1048 M.)

Abu ar-Raihan al-Bairuniadalah seorang pakar astronomi,


sejarah, matematik, geografi, kedoktoran dan farmasi bangsa

Arab. Salah seorang alim ulama Islam yang terkenal. Mengikut


sejarah, beliau merupakan seorang ahli sains terkenal dan orang
pertama yang menyatakan bahawa bumi beredar mengelilingi
poros. Beliau telah mengarang lebih dari 120 buah buku.
12.

Abu Jaafar al-Khazin (W. setelah 1010 M.)

Abu Jaafar adalah salah seorang ahli astronomi Islam yang


terkemuka. Beliau sangat alim di dalam matematik dan geometri
(kajiukur). Beliau juga telah mengarang lebih dari empat buah
buku dan di antara yang terpenting ialah Al-Masail Al-Adadiah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Objek langit yang dikaji dalam astronomi mencakup tata
surya, seperti komet, bulan, meteor, matahari, planet dan
asteroid, bisa juga dalam lingkup galaksi, bintang-bintang dan
gugusan bintang. berkembangnya ilmu astronomi didorong oleh
hasrat ingin tahu para ilmuan untuk mengetahui gejala ruang
angkasa

termasuk

pergerakan

tatasurya,

tentunya

seiring

dengan perintah agama untuk mengkajinya. Tetapi juga peran


khusus astronomi dalam kepentingan ritual agama seperti
penentuan arah kiblat dan waktu solat, awal Ramahan dan
penetapan

puasa-puasa

lainnya,

memberikan

pengaruh

tersendiri dalam perkembangan astronomi.


Salah satu bukti dan pengaruh astronomi Islam yang cukup
signifikan

adalah

penamaan

sejumlah

bintang

yang

menggunakan bahasa Arab, seperti Aldebaran dan Altair, Alnitak,


Alnilam, Mintaka (tiga bintang terang di sabuk Orion), Aldebaran,
Algol, Altair, Betelgeus.

Ilmuwan Islam begitu banyak memberi kontribusi bagi


pengembangan dunia astronomi. Buah pikir dan hasil kerja keras
para sarjana Islam di era tamadun itu diadopsi serta dikagumi
para

saintis

Barat.

Inilah

beberapa

ahli

astronomi

Islam,

diantaranya : Al-Battani, Al-Sufi, Al-Biruni, Ibnu Yunus, AlFarghani, Al-Zarqali, Jabir Ibn Aflah, Umar Khayyaam, Abu alWafa al-Buzjani, Ibnu Abi ar-Rijal, Abu ar-Raihan al-Bairuni dan
Abu Jaafar al-Khazin.

DAFTAR PUSTAKA
http://universitaskehidupanislam.blogspot.co.id/2013/04/sejarah-ilmuastronomi-islam.html
http://widodosarono.blogspot.co.id/2011/01/astronomi-islam-menguakrahasia-langit.html
http://penjagahati-zone.blogspot.co.id/2011/01/ilmuwan-muslim-dalambidang-astronomi_2297.html

TUGAS KELOMPOK SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

SEJARAH ASTRONOMI
DOSEN PENGAMPU :

DISUSUN OLEH :
SALMA MUHLISOTUL FAIDZAH
CISILIA TANDRAINI
IFTITAHUL FARIHAH

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
NGAWI
2016

Anda mungkin juga menyukai