Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Cahaya yang bisa kita lihat terdiri dari gelombang elektromagnetik


dengan frekuensi yang berbeda-beda, setiap frekuensi tersebut bisa dilihat sebagai
warna yang berbeda. Radiasi infra-merah juga merupakan gelombang dengan
frekuensi yang berkesinambungan, hanya saja mata yang tidak bisa melihatnya.
Jika sebuah senyawa organik disinari dengan sinar infra-merah yang mempunyai
frekuensi tertentu, akan didapatkan bahwa beberapa frekuensi tersebut diserap
oleh senyawa tersebut. Sebuah alat pendetektor yang diletakkan di sisi lain
senyawa tersebut akan menunjukkan bahwa beberapa frekuensi melewati senyawa
tersebut tanpa diserap sama sekali, tapi frekuensi lainnya banyak diserap.
Atom-atom di dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi
(bergetar). Energi dari kebanyakan vibrasi molekul berhubungan dengan daerah
infra merah. Vibrasi molekul dapat dideteksi dan diukur pada spektrum infra
merah. Bila radiasi infra merah dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekul-
molekulnya dapat menyerap (mengabsorbsi) energi dan terjadilah transisi diantara
tingkat vibrasi dasar (ground state) dan tingkat vibrasi tereksitasi (excited state).
Pengabsorbsian energi pada berbagai frekuensi dapat dideteksi oleh spektrometer
infra merah, yang memplot jumlah radiasi infra merah yang diteruskan melalui
cuplikan sebagai fungsi frekuensi (atau panjang gelombang) radiasi. Plot itu
disebut spektrum infra merah yang akan memberikan informasi penting tentang
gugus-gugus fungsional suatu molekul. Maka di dalam makalah ini nanti akan
dijelaskan lebih lanjut tentang pengertian infra merah, alat dan sistem kerja dan
juga daerah-daerah sidik jari.
Spektrofotometri infra red atau infra merah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada
pada daerah panjang gelombang 0,75-1.000 m atau pada bilangan gelombang
13.000-10 cm-1. Konsep radiasi infra-merah diperkenalkan pertama kali oleh Sir
William Herschel di tahun 1800 melalui percobaannya, yang mendispersikan
radiasi matahari dengan suatu prisma. Dilihat dari segi aplikasi dan instrumentasi

1
spektrum infra-merah dibagi dalam tiga jenis radiasi, yaitu infra-merah dekat,
infra-merah pertengahan dan infra-merah jauh.
Dalam metode spektrofotometri infra-merah ini alat yang digunakan
disebut dengan Spektrofotometer. Alat ini jarang digunakan untuk analisa
kuantitatif karena tidak memberikan informasi mengenai kadar suatu senyawa
yang dianalisis, melainkan hanya memberikan informasi gugus apa yang terdapat
dalam suatu senyawa. Selain itu, alat ini hanya dapat menganalisis senyawa
tertentu yang termasuk IR dan tidak bereaksi dengan senyawa campuran. Oleh
sebab itu, perlu diberikan pengetahuan kembali mengenai Spektrofotometri Infra-
Merah dan hal tersebut akan dibahas pada makalah ini.

1.2 TUJUAN

1 Agar dapat mengetahui teori Spektrofotometri Serapan Atom.


2 Agar dapat mengetahui hukum dasar Spektrofotometri Serapan Atom.
3 Agar dapat mengetahui apa saja instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom.
4 Agar dapat mengetahui teknik analisis pada Spektrofotometri Serapan Atom.

1.3 MANFAAT PENULISAN


Manfaat penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Sebagai acuan atau referensi bagi mahasiswa yang akan mempelajari
tentang spektrofotometri infra red.
2. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Kimia Analisis II
3. Sebagai sarana atau sumber pemberian informasi bagi pembaca tentang
spektrofotometri infra red

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Spektrofotometri Infra-Merah


Spektrofotometri Infra Red atau Infra-merah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada
pada daerah panjang gelombang 0,75 1.000 m atau pada Bilangan Gelombang
13.000 10 cm-1. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James
Clark Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan
gelombang elektromagnetik, artinya mempunyai vektor listrik dan vektor
magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan.
Saat ini telah dikenal berbagai macam gelombang elektromagnetik
dengan rentang panjang gelombang tertentu. Spektrum elektromagnetik
merupakan kumpulan spektrum dari berbagai panjang gelombang. Berdasarkan
pembagian daerah panjang gelombang, sinar infra merah dibagi atas tiga daerah,
yaitu:

Gambar 2.1 Pembagian daerah panjang gelombang

Kebanyakan analisis kimia berada pada daerah Infra-merah tengah.


Inframerah jauh digunakan untuk menganalisis zat organik, anorganik dan
organologam yang memiliki atom berat (massa atom diatas 19). Sedangkan Infra-
merah dekat menganalisis kuantitatif dengan kecepatan tinggi, karena panjang
gelombang Infra-merah lebih pendek dari panjang gelombang sinar tampak

3
ataupun sinar UV maka energi Infra-merah tidak mampu mentransisikan elektron,
melainkan hanya menyebabkan molekul hanya bergetar.
Pada daerah yang modern ini, radiasi infra-merah masih digolongkan
lagi atas 4 daerah, seperti tabel :

No. Daerah inframerah Rentang panjang Rentang Rentang



gelombang (m) (cm-1) Frekuensi v (Hz)
1. Dekat 0.78 2.5 13.000 4.000 3.8 1.2 (10-14)
2.. Pertengahan 7.5 50 4000 5000 1.2 0.06 (10 -14)
3. Jauh 50 1000 200 - 10 6.0 0.3 (10-14)
4. Terpakai untuk 2.5 15 4000 670 1.2 0.2 (10-14)
analisis insrumental
Tabel 2.1 Penggolongan radiasi infra-merah

2.2 Interaksi Sinar Infra Merah Dengan Molekul

Dasar Spektroskopi Infra Merah dikemukakan oleh Hooke dan


didasarkan atas senyawa yang terdiri atas dua atom atau diatom yang digambarkan
dengan dua buah bola yang saling terikat oleh pegas seperti tampak pada gambar
disamping ini. Jika pegas direntangkan atau ditekan pada jarak keseimbangan
tersebut maka energi potensial dari sistem tersebut akan naik.

Gambar 2.2 pegas

2.3 Instrumentasi Spektrofotometri Infa-Merah

Instrumen yang digunakan untuk mengukur serapan radiasi inframerah


pada berbagai panjang gelombang disebut spektrofotometer inframerah. Pita-pita
inframerah dalam sebuah spektrum dapat dikelompokkan menurut intensitasnya:

4
kuat strong (s) medium (m) dan lemah (weak). Suatu pita lemah yang bertumpang
tindih dengan suatu pita kuat dinamakan bahu (Sh, Shoulder).
Penyerahan radiasi inframerah merupakan proses kuantitatif. Hanya
frekuensi (energi) tertentu dan radiasi inframerah akan diserap molekul. Dalam
proses penyerapan, maka energi yang diserap akan menaikkan amplitude gerakan
vibrasi ikatan dalam molekul. Senyawa organic juga menyerap energi
elektromagnetik pada daerah inframerah. Radiasi inframerah tidak mempunyai
energy yang cukup untuk mengeksitasi electron tapi dapat menyebabkan senyawa
organic mengalami rotasi dan vibrasi (Hayati, 2007). Umumnya vibrasi
diklasifakasikan sebagai vibrasi ulur dan vubrasi tekuk. Vibrasi ulur menyangkut
konstanta vibrasi antara dua atom sepanjang sumbu ikatan. Sedangkan vibrasi
tekuk karena berubahnya vibrasi antara dua ikatan dan empat tipe, Yaitu
sciscoring, rocking, wagging, dan twisting.

Gambar 2.5.1 Spektrofotometri Infra Merah

Ada dua tipe instrumentasi spektrofotometer infra merah yaitu:


1. Dispersive spektrofotometer

5
Gambar 2.5.2 Skema alat spektrofotometer dispersive

Mekanisme kerja spektrofotometer Dispersive :


Sinar radiasi infra-merah sebelum menembus sampel dan refrence displit
terlebih dahulu supaya pembacaan tidak lama. Setelah sinar infra-merah displit,
sinar terbagi menjadi dua arus, yaitu sinar yang menuju sampel dan sinar yang
menuju larutan baku pembanding. Kemudian kedua berkas sinar tersebut masuk
ke chopper sehingga keluar output sinar yang diteruskan ke monokromator. Sinar
masuk melalui celah masuk atau entrance pada monokromator. Didalamnya
terdapat gratting dan sinar difokuskan oleh gratting. Setelah itu sinar keluar
melalui celah keluar atau extrance slit dan masuk ke alat scan frekuensi baru
diteruskan ke detector. Oleh detector sinar diubah menjadi sinyal elektrik dan
diperkuat oleh amplifier. Kemudian sinyal tersebut diinterpretasikan dalam bentuk
spektrum infra-merah dengan bantuan perangkat lunak dalam komputer.
2. FTIR

Gambar 2.5.3 Sistem optik interferometer Michelson pada Spektrofotometer


FTIR

6
Mekanisme kerja alat spektrofotometer FTIR :
Sistem optik Spektrofotometer FTIR seperti pada gambar diatas
dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam.
Dengan demikian radiasi infra merah akan menimbulkan perbedaan jarak yang
ditempuh menuju cermin yang bergerak ( M ) dan jarak cermin yang diam ( F
). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah 2 yang selanjutnya disebut
sebagai retardasi ( ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima
detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram. Sedangkan sistim optik
dari Spektrofotometer IR yang didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut
sebagai sistim optik Fourier Transform Infra Red. Kelebihan dari FT-IR adalah
respon cepat, sinar mengalami perubahan dahulu baru masuk ke sampel, lebih
bagus dari spektrofotometer IR dispersive, lebih sensitive, sinar radiasi infra-
merah tidak mengganggu atau tidak terganggu, menggunakan monokromator
Pyroelectric transducer.
Komponen Infra-merah sama dengan UV tampak, tetapi sumber detector,
dan komponen optiknya sedikit berbeda, serta perbedaannya adalah sampel
berhadapan langsung dengan sumber radiasi. Terdapat dua macam
spektrofotometer infra merah yaitu dengan berkas tunggal (single-beam) dan
berkas ganda ( double-beam).
Spektrometer infra merah biasanya merupakan spektrometer berkas
ganda dan terdiri dari 5 bagian utama yaitu sumber radiasi, daerah cuplikan, kisi
difraksi (monokromator), detektor dan recorder.
1. Sumber Radiasi
Radiasi infra merah biasanya dihasilkan oleh pemijar Nernst dan Globar.
Pemijar Globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi sekitar
1200C, sehingga memancarkan radiasi kontinyu pada daerah 1-40 m. Globar
merupakan sumber radiasi yang sangat stabil. Pijar Nernst merupakan batang
cekung dari sirkonium dan yttrium oksida yang dipanasi sekitar 1500C dengan
arus listrik. Sumber ini memancarkan radiasi antara 0,4-20 m dan kurang stabil
jika dibandingkan dengan Globar.
Sumber radiasi yang paling umum digunakan adalah Memest atau lampu
glower yang dibat dari oksida-oksida zirconium dan ytornium berupa batang
berongga dengan 22 mm dan panjang 30 mm.

7
2. Monokromator
Monokromator ini terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar, alat
pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin untuk
memantulkan dan memfokuskan sinar. Bahan yang digunakan untuk prisma
adalah natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan litium fluorida.
Prisma natrium klorida paling banyak digunakan untuk monokromator infra
merah, karena dispersinya tinggi untuk daerah antara 5,0-16 m, tetapi
dispersinya kurang baik untuk daerah antara 1,0-5,0 m.
3. Detektor
Sebagian besar alat modern menggunakan detektor panas. Detektor
fotolistrik tidak dapat digunakan untuk menggunakan infra merah karena energi
foton infra merah tidak cukup besar untuk membebaskan elektron dari permukaan
katoda suatu tabung foton. Detektor panas untuk mendeteksi infra merah yaitu
termokopel, bolometer, dan sel Golay. Ketiga detektor ini bekerja berdasarkan
efek pemanasan yang ditimbulkan oleh sinar infra merah. Untuk detector dalam
daerah Infra-merah sel fotokonduktor jarang digunakan, yang banyak digunakan
adalah detector termal.
4. Daerah Cuplikan
Daerah cuplikan infra merah dapat terdiri dari 3 jenis yaitu cuplikan yang
berbentuk gas, cairan dan padatan. Gaya intermolekul berubah nyata dari bentuk
padatan ke cairan ke gas dan spektrum infra merah biasanya menunjukkan
pengaruh dari perbedaan ini dalam bentuk pergeseran frekuensi. Oleh karena itu,
sangat penting untuk dicatat pada spektrum cara pengolahan cuplikan ynag
dilakukan.
5. Recorder
Signal yang dihasilkan dari detectorkemudian direkam sebagai spectrum
infra merah yang berbentuk puncak-puncak absorpsi. Spektrum infra merah ini
menunjukkan hubungan antara absorpsi dan frekuensi/bilangan gelombang.
Sebagai absis dan frekuensi dan sebagai ordinat adalah transmitan/absorbans.

2.3 Daerah Spektrum Infra Merah


Para ahli kimia telah memetakan ribuan spektrum infra merah dan
menentukan panjang gelombang absorbsi masing-masing gugus fungsi. Vibrasi
suatu gugus fungsi spesifik pada bilangan gelombang tertentu. Diketahui bahwa

8
vibrasi bengkokan CH dari metilena dalam cincin siklo pentana berada pada
daerah bilangan gelombang 1455 cm-1. Artinya jika suatu senyawa spektrum
senyawa X menunjukkan pita absorbsi pada bilangan gelombang tersebut tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa senyawa X tersebut mengandung gugus siklo
pentana.

Tabel 2.6 Daerah Spektrum Infra Merah

9
2.4 Daerah Identifikasi

Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi bengkokan,


khususnya goyangan (rocking), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang
2000 400 cm-1. Karena di daerah antara 4000 2000 cm-1 merupakan daerah
yang khusus yang berguna untuk identifkasi gugus fungsional. Daerah ini
menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah
antara 2000 400 cm-1 seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan maupun
bengkokan mengakibatkan absorbsi pada daerah tersebut.

Dalam daerah 2000 400 cm-1 tiap senyawa organik mempunyai absorbsi
yang unik, sehingga daerah tersebut sering juga disebut sebagai daerah sidik jari
(fingerprint region). Meskipun pada daerah 4000 2000 cm-1 menunjukkan
absorbsi yang sama, pada daerah 2000 400 cm-1 juga harus menunjukkan pola
yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa dua senyawa adalah sama.

2.5 Sumber sinar infra merah


Pada umumnya, sumber infra merah yang sering di pakai adalah berupa
zat pada inert yang dipanaskan dengan listrik hingga mencapai suhu antara 1500-
2000 K. Akibat pemanasan ini akan dipancarkan sinar infra merah yang kontinyu.
Jenis-jenis Sumber Infra Merah:
1. Nerst glower, terbuat dari campuran oksida unsur lantanida
2. Globar, berbentuk batang yang terbuat dari silicon karbida
3. Kawat Ni-Cr yang dipijarkan, sumber radiasi untuk instrument ini berbentuk
gulungan kawat Ni-Cr yang dipanaskan kira-kira sampai 1000 C, menghasilkan
suatu spektrum kontinyu dari energi elektromagnetik yang mencakup daerah dari
4000-200 cm-1 bilangan gelombang. Energi yang diradiasi oleh sumber sinar akan
dibagi menjadi dua bentuk kaca sferik M1 dan M2.

2.6 Parameter Spektrofotometer Infra-Merah

1. Parameter Kualitatif
Spektrofotometer IR dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa. Yang menjadi parameter kualitatif pada spektrofotometer IR adalah
bilangan gelombang dimana muncul akibat adanya serapan oleh gugus fungsi

10
yang khas dari suatu senyawa. Namun jika hanya daerah gugus fungsi saja tidak
dapat digunakan untuk menganalisis identitas senyawa. Pada umumnya
identifikasi suatu senyawa didasarkan oleh vibrasi bengkokan, khususnya
goyangan (rocking), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 400
cm-1. Karena di daerah antara 4000 2000 cm-1merupakan daerah yang khusus
yang berguna untuk identifkasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan
absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah antara 2000
400 cm-1 seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan maupun bengkokan
mengakibatkan absorbsi pada daerah tersebut. Dalam daerah 2000 400 cm-1 tiap
senyawa organik mempunyai absorbsi yang unik, sehingga daerah tersebut sering
juga disebut sebagai daerah sidik jari (fingerprint region). Daerah finger print ini
untuk setiap senyawa tidak akan ada yang sama sehingga merupakan identias dari
suatu senyawa. Berikut adalah contoh serapan yang khas dari beberapa gugus
fungsi :
Gugus Jenis Senyawa Daerah Serapan (cm-1)
C-H alkana 2850-2960, 1350-1470
C-H alkena 3020-3080, 675-870
C-H aromatik 3000-3100, 675-870
C-H alkuna 3300
C=C Alkena 1640-1680
C=C aromatik (cincin) 1500-1600
C-O alkohol, eter, asam karboksilat, ester 1080-1300
C=O aldehida, keton, asam karboksilat, ester 1690-1760
O-H alkohol, fenol(monomer) 3610-3640
O-H alkohol, fenol (ikatan H) 2000-3600 (lebar)
O-H asam karboksilat 3000-3600 (lebar)
N-H amina 3310-3500
C-N Amina 1180-1360
-NO2 Nitro 1515-1560, 1345-1385

Tabel 2.10 Gugus Fungsi

11
2. Parameter Kuantitatif
Spektrofotometer IR dapat digunakan dalam analisis secara kuantitatif
jika dihubungkan atau dilanjutkan analisis dengan bantuan dari instrumentasi lain
misalnya GC-MS, MS, dan sebagainya. Biasanya spektrosfotometer IR digunakan
sebagai analisis kuantitatif yaitu dalam menentukan indeks kemurnian yaitu
seberapa besarkah sampel yang dianalisis jika spektrum IR sampel dibandingkan
dengan spektrum IR baku pembanding atau reference standard dari sampel yang
dianalisis.

12
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang di dapat adalah sebagai berikut :
1. Spektrofotometri Infra Red atau Infra-merah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang
berada pada daerah panjang gelombang 0,75 1.000 m atau pada
Bilangan Gelombang 13.000 10 cm-1.
2. Instrumentasi Spektrofotometri Infa-Merah adalah Instrumen yang
digunakan untuk megukur serapan radasi inframerah pada berbagai
panjang gelombang disebut spektrofotometer inframerah. Pita-pita
inframerah dalam sebuah spectrum dapat dikelompokkan menurut
intensitasnya: kuat strong (s) medium (m) dan lemah (weak).
3. Spektrofotometer IR dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa. Yang menjadi parameter kualitatif pada spektrofotometer IR
adalah bilangan gelombang dimana muncul akibat adanya serapan oleh
gugus fungsi yang khas dari suatu senyawa
4. Sedangkan biasanya spektrosfotometer IR digunakan sebagai analisis
kuantitatif yaitu dalam menentukan indeks kemurnian yaitu seberapa
besarkah sampel yang dianalisis jika spektrum IR sampel dibandingkan
dengan spektrum IR baku pembanding atau reference standard dari sampel
yang dianalisis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Hayati,E.K,.2007.Dasar-dasar Analitis Spektroskopi. Malang: KJM.

Hendayana, Sumar.2006 . Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan


Elektroforensis Modern. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Stanley H. Pine, dkk. 1988. Kimia Organik 1 Edisi ke 4. Bandung : ITB Bandung.

Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Bandung : Ghalia


Indonesia .

Sumar Hendana, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Semarang
Press.

14

Anda mungkin juga menyukai