PENDAHULUAN
1
spektrum infra-merah dibagi dalam tiga jenis radiasi, yaitu infra-merah dekat,
infra-merah pertengahan dan infra-merah jauh.
Dalam metode spektrofotometri infra-merah ini alat yang digunakan
disebut dengan Spektrofotometer. Alat ini jarang digunakan untuk analisa
kuantitatif karena tidak memberikan informasi mengenai kadar suatu senyawa
yang dianalisis, melainkan hanya memberikan informasi gugus apa yang terdapat
dalam suatu senyawa. Selain itu, alat ini hanya dapat menganalisis senyawa
tertentu yang termasuk IR dan tidak bereaksi dengan senyawa campuran. Oleh
sebab itu, perlu diberikan pengetahuan kembali mengenai Spektrofotometri Infra-
Merah dan hal tersebut akan dibahas pada makalah ini.
1.2 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ataupun sinar UV maka energi Infra-merah tidak mampu mentransisikan elektron,
melainkan hanya menyebabkan molekul hanya bergetar.
Pada daerah yang modern ini, radiasi infra-merah masih digolongkan
lagi atas 4 daerah, seperti tabel :
4
kuat strong (s) medium (m) dan lemah (weak). Suatu pita lemah yang bertumpang
tindih dengan suatu pita kuat dinamakan bahu (Sh, Shoulder).
Penyerahan radiasi inframerah merupakan proses kuantitatif. Hanya
frekuensi (energi) tertentu dan radiasi inframerah akan diserap molekul. Dalam
proses penyerapan, maka energi yang diserap akan menaikkan amplitude gerakan
vibrasi ikatan dalam molekul. Senyawa organic juga menyerap energi
elektromagnetik pada daerah inframerah. Radiasi inframerah tidak mempunyai
energy yang cukup untuk mengeksitasi electron tapi dapat menyebabkan senyawa
organic mengalami rotasi dan vibrasi (Hayati, 2007). Umumnya vibrasi
diklasifakasikan sebagai vibrasi ulur dan vubrasi tekuk. Vibrasi ulur menyangkut
konstanta vibrasi antara dua atom sepanjang sumbu ikatan. Sedangkan vibrasi
tekuk karena berubahnya vibrasi antara dua ikatan dan empat tipe, Yaitu
sciscoring, rocking, wagging, dan twisting.
5
Gambar 2.5.2 Skema alat spektrofotometer dispersive
6
Mekanisme kerja alat spektrofotometer FTIR :
Sistem optik Spektrofotometer FTIR seperti pada gambar diatas
dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam.
Dengan demikian radiasi infra merah akan menimbulkan perbedaan jarak yang
ditempuh menuju cermin yang bergerak ( M ) dan jarak cermin yang diam ( F
). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah 2 yang selanjutnya disebut
sebagai retardasi ( ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima
detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram. Sedangkan sistim optik
dari Spektrofotometer IR yang didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut
sebagai sistim optik Fourier Transform Infra Red. Kelebihan dari FT-IR adalah
respon cepat, sinar mengalami perubahan dahulu baru masuk ke sampel, lebih
bagus dari spektrofotometer IR dispersive, lebih sensitive, sinar radiasi infra-
merah tidak mengganggu atau tidak terganggu, menggunakan monokromator
Pyroelectric transducer.
Komponen Infra-merah sama dengan UV tampak, tetapi sumber detector,
dan komponen optiknya sedikit berbeda, serta perbedaannya adalah sampel
berhadapan langsung dengan sumber radiasi. Terdapat dua macam
spektrofotometer infra merah yaitu dengan berkas tunggal (single-beam) dan
berkas ganda ( double-beam).
Spektrometer infra merah biasanya merupakan spektrometer berkas
ganda dan terdiri dari 5 bagian utama yaitu sumber radiasi, daerah cuplikan, kisi
difraksi (monokromator), detektor dan recorder.
1. Sumber Radiasi
Radiasi infra merah biasanya dihasilkan oleh pemijar Nernst dan Globar.
Pemijar Globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi sekitar
1200C, sehingga memancarkan radiasi kontinyu pada daerah 1-40 m. Globar
merupakan sumber radiasi yang sangat stabil. Pijar Nernst merupakan batang
cekung dari sirkonium dan yttrium oksida yang dipanasi sekitar 1500C dengan
arus listrik. Sumber ini memancarkan radiasi antara 0,4-20 m dan kurang stabil
jika dibandingkan dengan Globar.
Sumber radiasi yang paling umum digunakan adalah Memest atau lampu
glower yang dibat dari oksida-oksida zirconium dan ytornium berupa batang
berongga dengan 22 mm dan panjang 30 mm.
7
2. Monokromator
Monokromator ini terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar, alat
pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin untuk
memantulkan dan memfokuskan sinar. Bahan yang digunakan untuk prisma
adalah natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan litium fluorida.
Prisma natrium klorida paling banyak digunakan untuk monokromator infra
merah, karena dispersinya tinggi untuk daerah antara 5,0-16 m, tetapi
dispersinya kurang baik untuk daerah antara 1,0-5,0 m.
3. Detektor
Sebagian besar alat modern menggunakan detektor panas. Detektor
fotolistrik tidak dapat digunakan untuk menggunakan infra merah karena energi
foton infra merah tidak cukup besar untuk membebaskan elektron dari permukaan
katoda suatu tabung foton. Detektor panas untuk mendeteksi infra merah yaitu
termokopel, bolometer, dan sel Golay. Ketiga detektor ini bekerja berdasarkan
efek pemanasan yang ditimbulkan oleh sinar infra merah. Untuk detector dalam
daerah Infra-merah sel fotokonduktor jarang digunakan, yang banyak digunakan
adalah detector termal.
4. Daerah Cuplikan
Daerah cuplikan infra merah dapat terdiri dari 3 jenis yaitu cuplikan yang
berbentuk gas, cairan dan padatan. Gaya intermolekul berubah nyata dari bentuk
padatan ke cairan ke gas dan spektrum infra merah biasanya menunjukkan
pengaruh dari perbedaan ini dalam bentuk pergeseran frekuensi. Oleh karena itu,
sangat penting untuk dicatat pada spektrum cara pengolahan cuplikan ynag
dilakukan.
5. Recorder
Signal yang dihasilkan dari detectorkemudian direkam sebagai spectrum
infra merah yang berbentuk puncak-puncak absorpsi. Spektrum infra merah ini
menunjukkan hubungan antara absorpsi dan frekuensi/bilangan gelombang.
Sebagai absis dan frekuensi dan sebagai ordinat adalah transmitan/absorbans.
8
vibrasi bengkokan CH dari metilena dalam cincin siklo pentana berada pada
daerah bilangan gelombang 1455 cm-1. Artinya jika suatu senyawa spektrum
senyawa X menunjukkan pita absorbsi pada bilangan gelombang tersebut tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa senyawa X tersebut mengandung gugus siklo
pentana.
9
2.4 Daerah Identifikasi
Dalam daerah 2000 400 cm-1 tiap senyawa organik mempunyai absorbsi
yang unik, sehingga daerah tersebut sering juga disebut sebagai daerah sidik jari
(fingerprint region). Meskipun pada daerah 4000 2000 cm-1 menunjukkan
absorbsi yang sama, pada daerah 2000 400 cm-1 juga harus menunjukkan pola
yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa dua senyawa adalah sama.
1. Parameter Kualitatif
Spektrofotometer IR dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa. Yang menjadi parameter kualitatif pada spektrofotometer IR adalah
bilangan gelombang dimana muncul akibat adanya serapan oleh gugus fungsi
10
yang khas dari suatu senyawa. Namun jika hanya daerah gugus fungsi saja tidak
dapat digunakan untuk menganalisis identitas senyawa. Pada umumnya
identifikasi suatu senyawa didasarkan oleh vibrasi bengkokan, khususnya
goyangan (rocking), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 400
cm-1. Karena di daerah antara 4000 2000 cm-1merupakan daerah yang khusus
yang berguna untuk identifkasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan
absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah antara 2000
400 cm-1 seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan maupun bengkokan
mengakibatkan absorbsi pada daerah tersebut. Dalam daerah 2000 400 cm-1 tiap
senyawa organik mempunyai absorbsi yang unik, sehingga daerah tersebut sering
juga disebut sebagai daerah sidik jari (fingerprint region). Daerah finger print ini
untuk setiap senyawa tidak akan ada yang sama sehingga merupakan identias dari
suatu senyawa. Berikut adalah contoh serapan yang khas dari beberapa gugus
fungsi :
Gugus Jenis Senyawa Daerah Serapan (cm-1)
C-H alkana 2850-2960, 1350-1470
C-H alkena 3020-3080, 675-870
C-H aromatik 3000-3100, 675-870
C-H alkuna 3300
C=C Alkena 1640-1680
C=C aromatik (cincin) 1500-1600
C-O alkohol, eter, asam karboksilat, ester 1080-1300
C=O aldehida, keton, asam karboksilat, ester 1690-1760
O-H alkohol, fenol(monomer) 3610-3640
O-H alkohol, fenol (ikatan H) 2000-3600 (lebar)
O-H asam karboksilat 3000-3600 (lebar)
N-H amina 3310-3500
C-N Amina 1180-1360
-NO2 Nitro 1515-1560, 1345-1385
11
2. Parameter Kuantitatif
Spektrofotometer IR dapat digunakan dalam analisis secara kuantitatif
jika dihubungkan atau dilanjutkan analisis dengan bantuan dari instrumentasi lain
misalnya GC-MS, MS, dan sebagainya. Biasanya spektrosfotometer IR digunakan
sebagai analisis kuantitatif yaitu dalam menentukan indeks kemurnian yaitu
seberapa besarkah sampel yang dianalisis jika spektrum IR sampel dibandingkan
dengan spektrum IR baku pembanding atau reference standard dari sampel yang
dianalisis.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang di dapat adalah sebagai berikut :
1. Spektrofotometri Infra Red atau Infra-merah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang
berada pada daerah panjang gelombang 0,75 1.000 m atau pada
Bilangan Gelombang 13.000 10 cm-1.
2. Instrumentasi Spektrofotometri Infa-Merah adalah Instrumen yang
digunakan untuk megukur serapan radasi inframerah pada berbagai
panjang gelombang disebut spektrofotometer inframerah. Pita-pita
inframerah dalam sebuah spectrum dapat dikelompokkan menurut
intensitasnya: kuat strong (s) medium (m) dan lemah (weak).
3. Spektrofotometer IR dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa. Yang menjadi parameter kualitatif pada spektrofotometer IR
adalah bilangan gelombang dimana muncul akibat adanya serapan oleh
gugus fungsi yang khas dari suatu senyawa
4. Sedangkan biasanya spektrosfotometer IR digunakan sebagai analisis
kuantitatif yaitu dalam menentukan indeks kemurnian yaitu seberapa
besarkah sampel yang dianalisis jika spektrum IR sampel dibandingkan
dengan spektrum IR baku pembanding atau reference standard dari sampel
yang dianalisis.
13
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Stanley H. Pine, dkk. 1988. Kimia Organik 1 Edisi ke 4. Bandung : ITB Bandung.
Sumar Hendana, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Semarang
Press.
14