Anda di halaman 1dari 15

DESAIN PEMBELAJARAN KIMIA

KOMPONEN-KOMPONEN PENYUSUN DESAIN PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


1. DWI MAYASARI
( A1C114035 )
2. EKA YUGA BUANA ( A1C114023 )
3. SITI MARHAMAH
( A1C114010 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA REGULER


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bagi mahasiswa sebagai calon tenaga pelajar (guru), aktifitas kegiatannya
tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran. Sementara suatu proses
pembelajaran itu merupakan suatu proses yang sistematik, yang tiap
komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak. Sebagai suatu
sistem, proses belajar itu saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapainya.
Demikian pula halnya sistem pembelajaran pada mata pelajaran tertentu,
dimana tujuan sistem disini adalah untuk menimbulkan belajar atau learning
yang komponen-komponen belajarnya adalah: anak didik (siswa), pendidik,
instruktur, guru, materi pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran. Agar
proses pembelajaran mata pelajaran ini berjalan dengan baik, maka salah satu
yang perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas tenaga pengajarnya. Dengan
perbaikan tenaga ini, guru paling tidak dapat mengorganisir pembelajaran
tersebut dengan jalan menggunakan teori-teori belajar, serta desain
pembelajaran yang dapat menimpulkan minat dan motivasi anak didik (siswa).
Desain pembelajaran sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dengan adanya desain, maka seorang pendidik (guru) dapat merencanakan
proses pembelajaran dengan baik dan teratur. Seorang guru harus menyadari
bahwa proses dari desain adalah sangat penting bagi dirinya. Dia juga harus
tahu langkah-langkah dalam melaksanakan desai pembelajaran. Sehingga,
tujuan umum dari suatu pembelajaran dapat tercapai, dan lebih dari itu juga
dapat meningkatkan perbaikan pelajaran.
Desain pembelajaran tidak hanya berperan sebagai pendekatan yang
terorganisasi untuk memproduksi dan mengembangkan bahan ajar, tetapi juga
merupakan sebuah proses genetic yang dapat digunakan untuk menganalisis
masalah pembelajaran dan kinerja manusia serta menetukan solusi yang tepat
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

Dari uraian diatas dapat ditarik beberapa permasalahan yaitu:


1.

Bagaimana pengertian desain pembelajaran?

2.

Apa-apa sajakah komponen utama dari desain pembelajaran?

3.

Bagaimanakah guru melakukan perencanaan dalam pembelajaran?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Desain Pembelajaran


Desain pembelajar adalah pengembangan pengajaran secara sistematik
yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin
kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa
penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep
pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek
penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat
terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.
Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik,
perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang perlakuan berbasis-media
untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada
informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat
terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas.
Desain pembelajaran adalah suatu prosedur yang terdiri dari langkahlangkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis,
merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar. Hal
tersebut juga dikemukakan oleh Morisson, Ross & Kemp (2007) yang
mendefinisikan desain pembelajaran sebagai suatu proses desain yang
sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien,
serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa
yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi informasi,
sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode
manajemen.
Dalam pengertian yang lain desain pembelajaran dapat didefinisikan:
1.

Proses untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik


dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan dan keterampilan pada
diri pembelajar ke arah yang dikehendaki (Reigeluth).

2.

Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode


dan penilaian untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan
(Briggs).

3.

Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk
menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan
program pelajaran atau modul atau suatu prosedur yang terdiri dari
langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri
dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai
hasil belajar

4. Suatu proses desain yang sistematis untuk menciptakan pembelajaran


yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih
mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori-teori
pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam
bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen (Morisson, Ross &
Kemp 2007).
2.2 Orientasi Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran lazimnya dimulai dari kegiatan analisis yang
digunakan untuk menggambarkan masalah pembelajaran sesungguhnya yang
perlu dicari solusinya. Setelah dapat menentukan masalah yang sesungguhnya
maka langkah selanjutnya adalah menentukan alternaif solusi yang akan
digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran. Seorang perancang
program pembelajaran perlu menentukan solusi yang tepat dari berbagai
alternatif yang ada. Selanjutnya ia dapat menerapkan solusi tersebut untuk
mengatasi masalah yang dihadapi. Evaluasi adalah langkah selanjutnya,
sehingga nantinya bias mengetahui rancangan atau desain yang sesuai dengan
pembelajaran dan desain tersebut bisa diaplikasikan dalam proses
pembelajaran.
Secara garis besar desain pembelajaran terdiri dari lima langkah penting,
yaitu:
1)

Analisis lingkungan dan kebutuhan belajar siswa.

2)

Merancang spesifikasi proses pembelajaran yang efektif dan efesien serta


sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan belajar siswa.

3)

Mengembangkan bahan-bahan untuk digunakan dalam kegiatan


pembelajaran.

4)

Implementasi desain pembelajaran.

5)

Implementasi evaluasi
pembelajaran

formaif

dan

sumatif

terhadap

program

Tujuan sebuah desain pembelajaran adalah untuk mencapai solusi terbaik


dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang
tersedia. Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia
untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Menurut Morisson, Ross
& Kemp (2007) terdapat empat komponen dasar dalam perencanaan desain
pembelajaran. Keempat hal tersebut mewakili pertanyaan pertanyaan berikut:
a. Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan? (karakteristik siswa
atau peserta ajar)
b. Anda ingin siswa atau peserta ajar mempelajari apa? (tujuan)
c. Isi pembelajaran seperti apa yang paling baik untuk dipelajari? (strategi
pembelajaran)
d. Bagaimanakah cara anda mengukur hasil pembelajaran yang telah dicapai?
(prosedur evaluasi)

2.3 Komponen Utama Desain Pembelajaran


2.3.1 Tujuan Pembelajaran
Hermawan (2008: 9.4) Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku
yang telah ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat dari
perbuatan belajar yang telah dilakukan. Hermawan (2008: 1.17. Tujuan yang jelas
akan memberi petunjuk yang jelas terhadap pemilihan materi/bahan ajar, strategi,
media, dan evaluasi. Berkaitan dengan tujuan pembelajaran terjadi pertentangan
pendapat tentang tujuan pembelajaran, ada sebagian ahli menyatakan tujuan
pembelajaran merupakan proses dan sebagian menyatakan tujuan haruslah
menggambarkan hasil belajar bukan prosesnya. Terlepas dari pertentangan
pendapat bahwa tujuan sebagai proses atau tidak, tujuan pembelajaran tidak dapat
melepaskan diri dari tuntunan dan kebutuhan masyarakat, serta didasari atas
falsafah dan ideologi suatu negara. Hal ini dapat dimengerti sebab upaya
pendidikan itu sendiri merupakan subsistem dalam sistem masyarakat dan negara
sehingga kekuatan-kekuatan sosial, politik,budaya. Ekonomi sangat berperan
dalam penentuan tuajuan pembelajaran terutama tujuan pendidikan yang sifatnya
lebih umum.
Menurut Bloom, dkk. Tujuan pembelajaran (proses belajar-mengajar) dapat
dipilah menjadi tujuan yang bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap),
psikomotorik (ketrampilan). Derajat pencapaian tujuan ini merupakan indikator
kualitas pencapaian tujuan dan hasil perbuatan belajar siswa. Tujuan merupakan
fokus utama dari kegiatan belajar-mengajar.

2.3.2 Guru
Hermawan, dkk (2008: 9.4) Guru menempati posisi kunci dan
strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan
untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Untuk guru
harus mampu menempatkan dirinya sebagai diseminator, informator, transmitter,
transformator, organizer, fasilitator, motivator, dan evaluator bagi terciptanya
proses pembelajaran siswa yang dinamis dan inovatif.
Pembelajaran pada haikatnya adalah proses sebab-akibat. Guru sebagai pengajar
merupakan penyebab utama terjadinya proses pembelajaran siswa, meskipun tidak
semua belajar siswa merupakan akibat guru yang mengajar. Oleh sebab itu, guru
sebagai figur sentral harus mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat
sehingga dapat mendorong terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif,
produktif, dan efesien. Guru hendaknya dalam mengajar harus memperhatikan
kesiapan, tingkat kematangan, dan cara belajar siswa.
Peran Guru dalam proses belajar mengajar :
a. memperhatikan dan bersikap positif;
b. mempersiapkan baik isi materi pelajaran maupun praktek pembelajarannya;
c. memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap siswanya;
d. memiliki sensitivitas dan sadar akan adanya hubungan antara guru, siswa, serta
tugas masing-masing;
e.konsisten dan memberikan umpan balik positif kepada siswa.
2.3.3 Siswa
Peserta didik adalah semua individu yang menjadi audiens dalam suatu
lingkup pembelajaran. Biasanya penyebutan peserta didik ini mengikuti
skup/ruang lingkup dimana pembelajaran dilaksanakan, diantaranya : siswa untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah, mahasiswa untuk jenjang pendidikan
tinggi, dan peserta pelatihan untuk diklat. Peserta didik adalah masukan mentah
(raw input) dalam sebuah proses pembelajaran yang harus dithreat agar output dan
outcomesnya sesuai dengan yang dicanangkan institusi (khususnya) dan dunia
pendidikan Indonesia pada umumnya.
Hermawan, dkk (2008: 9.4). Siswa sebagai peserta didik merupakan subyek
utama dalam proses pembelajaran. Keberhasilan pencapaian tujuan banyak
tergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan siswa. Harryanto
(2009:http://one.indoskripsi.com) Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Kemp(1997:4), students are the center of the teaching and learning process, so
they have to be involved in almost all the phrases of the classroom interaction
from planning to evaluation.
Menurut Pasal 1 butir 4 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang trsedia pada jalur, jenjang dan pendidikan
tertentu. Siswa atau peserta didik merupakan subyek utama dalam pembelajaran
dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebagai acuan
kegiatan belajar-mengajar.

Peran Siswa dalam pembelajaran, antara lain:


a. tertarik pada topik yang sedang dibahas;
b. dapat melihat relevansi topik yang sedang dibahas;
c. merasa aman dalam lingkungan sekolah;
d. terlibat dalam pengambilan keputusan belajarnya;
e. memiliki motivasi;
d. melihat hubungan antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan
pengalaman
belajar yang akan dicapai.
2.3.4 Kegiatan Pembelajaran
Winataputra (2007: 1.2) Kegiatan Pembelajaran pada dasarnya mengacu pada
Pendekatan Mengajar, Metode, Materi, Media.
a). Pendekatan Mengajar
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan
selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Hermawan, dkk (2008:
1.23) Strategi pembelajaran pada hakikatnya merupakan tindakan nyata dari guru
dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif
dan lebih efesien.
Wina Senjaya (2008) (Akhmad Sudrajat (http://www.psb-psma.org).
Menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian
pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning
(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan
berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan a
plan of operation achieving something
Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh
strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan. Banyak pendapat mengenai
berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam penyampaian materi/bahan ajar.
Richard Anderson (Sudjana, 1990) dalam Hermawan, dkk, 2008 mengajukan dua
pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan berorientasi pada guru (teacher centered), Tipe Otokratis
Pendekatan ini biasa disebut sebagai model ekspositori atau model Informasi
karena guru lebih dominan.

b. Pendekatan berorientasi pada siswa (student centered), Tipe demokratis.


Pendekatan ini biasa disebut model Inquiry atau Problem solving karena kegiatan
pembelajaran lebih berpusat pada siswa dan siswa lebih aktif dalam kegiatan
belajar-mengajar.
Pemilihan strategi atau pendekatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan
mempertimbangkan hakikat tujuan, materi/bahan ajar, dan kesesuaian dengan
tingkat perkembangan siswa.
b). Metode
Akhmad Sudrajat (http://www.psb-psma.org). Metode adalah a way in
achieving something (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Asep Herry Hermawan, dkk (2008: 11.11-11.13, Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran). Metode pembelajaran adalah cara dalam
menyajikan (menguraikan materi, memberi contoh dan memberi latihan) isi
pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak setiap metode
pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Oleh karena itu sebagai seorang guru haruslah mampu memilih metode
yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ada berbagai metode pembelajaran,
yaitu metode diskusi, metode ceramah, metode demonstrasi, metode studi
mandiri, metode simulasi, metode latihan dengan teman, metode studi kasus,
metode proyek, metode praktikum. Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat
menggunakan lebih dari satu metode, maksudnya dapat digunakan variasi metode
dalam pembelajaran.
Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan metode,
antara lain:
1. Tujuan Khusus Pembelajaran
2. Karakteristik Materi Pelajaran
3. Kemampuan Guru
4. Fasilitas yang tersedia
c). Materi Pembelajaran
Winataputra (2007: 1.2) Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dibahas dalam pembelajaran dalam rangka membangun proses belajar,antara lain
membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Materi sebagai sumber belajar dapat
dikelompokkan menjadi beberapa begian antara lain sumber belajar cetak/tertulis,
terekan, tersiar jaringan, dan lingkungan (alam, budaya, sosial, spiritual).
Hermawan (2008: 1.2) Materi merupakan komponen terpenting kedua
dalam pembelajaran yang menentukan tercapainya suatu tujuan dalam
pembelajaran. Materi pembelajaran dapat meliputi fakta-fakta, observasi, data,
persepsi, pengindraan, pemecahan masalah, yang berasal dari pikiran manusia dan
pengalaman yang diatur dan diorganisasikan dalam bentuk berupa fakta-fakta,

gagasan (ideas), konsep (concept), generalisasi (generalitation), prinsip-prinsip


(principles), dan pemecahan masalah ( solution).
d). Media
Winataputra (2007: 11.19) Secara harfiah media disebut medium atau
perantara. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi media diartikan sebagai
wahana penyalur pesan pembelajaran. Pengelompokan media pembelajaran dapat
dipilah menjadi tiga bagian, antara laian:
Media Visual
Media Audio
Media Audio Visual
Fungsi media pembelajaran antara lain sebagai berikut:
Mengatasi berbagai hambatan proses komunikasi
Kegunaan media dalam mengatasi hambatan proses komunikasi antara lain untuk
mengatasi verbalisme (ketergantungan untuk menggunakan kata-kata lisan dalam
memberikan penjelasan), dengan penggunaan media kata-kata abstrak dalam
penjelasan dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan seperti pepatah a picture
worht a thousand words (satu gambar mewakili seribu kata.
Sikap pasif siswa dalam belajar
Penggunaan media pembelajaran mempunyai banyak kegunaan dalam kegiatan
pembelajarn yang berkaitan dengan siswa, antara lain menimbulkan kegairahan
belajar, menfokuskan/menari perhatian siswa, memberikan perangsang yang sama
untuk setiap pengalaman, memberikan gambaran nyata tentang materi yang
dijelaskan, dan menimbulkan persepsi yang sama.
Mengatasi keterbatasan fisik kelas
Dengan penggunaan media dapat membantu guru dalam penjelasan berkaitan
dengan obyek yang dijelaskan, antara lain kegunaan untuk memperkecil obyek
yang terlalu besar, memperbesar obyek yang terlalu kecil, menyederhanakan
obyek yang terlalu rumit, dan menggambarkan obyek yang terlalu luas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan media, antara lain:
a. Tujuan pembelajaran
b. Situasi belajar
c. Kemudahan
d. Ekonomis
e. Fleksibilitas
f. Kepraktisan dan keasederhanaan
g. Kemampuan guru
2.3.5 Evaluasi
Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik
(feedback) untuk melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran yang
berkaitan dengan materi yang digunakan, pemilihan media, pendekatan
pengajaran, dan metode dalam pembelajaran.
Mustikasari, (http://edu-articles.com ). Dalam Permen No. 41 tahun 2007 tentang
Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk

menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap


perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian
hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
1. Membandingkan poses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar
proses
2. Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan
kompetensi guru
Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang
digunakan, yakni pengukuran, assessment dan evaluasi.
a. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran
ini, antara lain adalahsebagai berikut:
1). tujuan pengukuran,
2). ada objek ukur,
3). alat ukur
4). proses pengukuran,
5). hasil pengukuran kuantitatif.
b. asesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi
terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke
taraf pengambilan keputusan.
c. evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggeris evaluation yang bertarti
value, yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Namun, dari
sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni:
1. Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.
2. Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah
berdasarkan atas tujuan yang jelas.
3. Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasilpengukuran untuk
keperluan pengambilan keputusan.
Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian di atas, maka dapat diketahui
bahwa perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam hal jawaban
terhadap pertanyaan what value untuk evaluasi dan how much untuk
pengukuran. Adapun asesmen berada di antara kegiatan pengukuran dan evaluasi.
Artinya bahwa sebelum melakukan asesmen ataupun evaluasi lebih dahulu
dilakukan pengukuran. Sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement,
assessment, evaluation) secara teoretik definisinya berbeda, namun dalam
kegiatan pembelajaran terkadang sulit untuk membedakan dan memisahkan
batasan antara ketiganya, dan evaluasi pada umumnya diawali dengan kegiatan
pengukuran (measurement) serta pembandingan (assessment). Adapun langkahlangkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:
(1) perencanaan,
(2) pengumpulan data,
(3) verifikasi data,
(4) analisis data, dan
(5) interpretasi data.

Prinsip-prinsip penilaian antara lain sebagai berikut:


1) Valid
Ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran
pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka data yang masuk salah sehingga kesimpulan yang
ditarik juga besar kemungkinan menjadi salah.
2) Mendidik
Penilaian dilakukan untuk memotivasi siswa yang berhasil (positive
reinforcement) dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar
bagi yang kurang berhasil (negative reinforcement), sehingga keberhasilan dan
kegagalan siswa harus tetap diapresiasi dalam penilaian.
3) Berorientasi pada kompetensi
Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi siswa yang meliputi seperangkat
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan/nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran-ukuran
keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.
4) Adil dan obyektif
Penilaian harus mempertimbangkan rasa keadilan dan obyektivitas siswa, tanpa
membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan berbagai hal yang
memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan dalam penilaian,
dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa, karena merasa
dianaktirikan.
5) Terbuka
Penilaian hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan
(stakeholders) baik langsung maupun tidak langsung, sehingga keputusan tentang
keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada
rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
6) Berkesinambungan
Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari
waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa,
sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian.
7) Menyeluruh
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian
dengan berbagai bukti hasil belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan
kepada semua pihak.
8) Bermakna
Penilaian diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk
itu, Penilaian hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihakpihak yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran
yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan
kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi
yang telah ditetapkan.
A. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara
lain sebagai berikut:
1).Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.


2).Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran.
3).Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.
4).Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam
rangka perbaikan.
Selain tujuan di atas, penilaian juga dapat berfungsi sebagai alat seleksi,
penempatan, dan diagnostik,guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil
pembelajaran. Penjelasan dari setiap fungsi tersebut adalah:
a).Fungsi seleksi. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan seleksi,
yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan/kursus berdasarkan
kriteria tertentu.
b).Fungsi Penempatan. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan
penempatan agar setiap orang (peserta pendidikan) mengikuti pendidikan pada
jenis dan/atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya
masing-masing.
c).Fungsi Diagnostik. Evaluasi diagnostik berfungsi atau dilaksanakan untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan cara
mengatasi kesulitan belajar tersebut.
B. Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Untuk keperluan evaluasi diperlukan alat evaluasi yang bermacam-macam,
seperti kuesioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak
alat evaluasi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni alat tes dan
nontes. Khusus untuk evaluasi hasil pembelajaran alat evaluasi yang paling
banyak digunakan adalah tes.
Esensi desain pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen, yaitu :
peserta didik, tujuan, metode, evaluasi.(Kemp, Morrison dan Ross, 1994)
1. Peserta didik
Dalam menentukan desain pembelajaran dan mata pelajaran yang akan
disampaikan perlu diketahui bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para
desainer adalah menciptakan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dan peserta didik merasa nyaman dan termotivasi
dalam proses belajarnya. Peserta didik sebelum dan selama belajar dapat
dipengaruhi oleh berbagai factor baik fisik maupun mental, misalnya
kelelahan, mengantuk, bosan, dan jenuh.
2. Tujuan
Setiap rumusan tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan
kompetesi atau kinerja yang harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai
belajar. Seandainya tujuan pembelajaran atau kompetensi dinilai sebagai
sesuatu yang rumit, maka tujuan pembelajaran tersebut dirinci menjadi
subkompetensi yang dapat mudah dicapai.

3. Metode
Metode terkait dengan stratei pembelajaran yang sebaiknya dirancng agar
proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang
dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam desain pembelajaran
langkah ini sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi
belajar yang sesungguhnya. Di lain pihak kepiawaian seorang desainer
pembelajaran juga terlihat dalam cara menentukan metode. Pada konsep ini
meode adalah komponen strategi pembelajaran yang sederhana.
4. Evaluasi
Konsep ini menganggap menilai hasil belajar peserta didik sangat penting.
Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari
penilaian hasil belajar. Seringkali penilaian dilakukan dengan cara menjawab
soal-soal objektif. Penilaian juga dapat dilakukan dengan format non soal,
yaitu dengan instrument pengamatan, wawancara, kuesioner dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP
Desain diartikan sebagai proses perencanaan yang sistematika yang
dilakukan sebelum tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan.
Desain pembelajaran lazimnya dimulai dari kegiatan analisis yang digunakan
untuk menggambarkan masalah pembelajaran sesungguhnya yang perlu dicari
solusinya. Setelah dapat menentukan masalah yang sesungguhnya maka langkah
selanjutnya adalah menentukan alternaif solusi yang akan digunakan untuk
mengatasi masalah pembelajaran.
Tujuan sebuah desain pembelajaran adalah untuk mencapai solusi terbaik
dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang
tersedia. Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk
memecahkan suatu persoalan yang dihadapi.
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan
oleh para ahli. Secara umum, Komponen Utama Desain Pembelajaran :
1.Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar
yang telah dilakukan.
2. Guru
Menurut pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan istilah
lainnya yang sesuai dengan kekhususannya yang juga berperan dalam pendidikan.
3 Siswa
Peserta didik adalah semua individu yang menjadi audiens dalam suatu
lingkup pembelajaran. Biasanya penyebutan peserta didik ini mengikuti
skup/ruang lingkup dimana pembelajaran dilaksanakan, diantaranya : siswa untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah, mahasiswa untuk jenjang pendidikan
tinggi, dan peserta pelatihan untuk diklat
4 Kegiatan Pembelajaran
Winataputra (2007: 1.2) Kegiatan Pembelajaran pada dasarnya mengacu pada
Pendekatan Mengajar, Metode, Materi, Media.
5 Evaluasi
Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik
(feedback) untuk melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran yang
berkaitan dengan materi yang digunakan, pemilihan media, pendekatan
pengajaran, dan metode dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Haryanto.2009. Komponen-komponen Pembelajaran. http://one.indoskripsi.com,
diakses pada tanggal 18 Februari 2016.
Hermawan, A.H dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka
Morrison, Ross & Kemp. Designing Effective Instruction, 2007, Jonh Wiley &
Sons,Inc. USA
Mustikasari, Ardiani. 2001. Evaluasi-proses-pembelajaran. http://eduarticles.com,
diakses pada tanggal 18 Februari 2016.
Sudrajat, akhmad.2008. Pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-danmodel-pembelajaran. http://www.psb-psma.org, diakses pada tanggal 18 Februari
2016.
Winataputra, Udin.S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka

Anda mungkin juga menyukai