KIMIA SAWIT
DISUSUN OLEH
DWI MAYASARI
(A1C114035)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat teriring
salam semoga selalu di curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW Beserta
keluarga sahabat dan pengikut-pengikutnya yang insya Allah setia hingga akhir zaman.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah yang disusun
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis berharap kepada seluruh pembaca agar
dapat memberikan kritik dan sarannya untuk menjadi bahan pelajaran dalam membuat
makalah selanjutnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dapat menghasilkan minyak
nabati disamping tanaman kacang-kacangan dan jagung. Pengolahan terhadap buah sawit
akan diperoleh produk utama berupa CPO (Crude Palm Oil), PK (Palm Kernel) dan produk
sampingannya berupa tempurung, ampas, dan tandan kosong. CPO dapat digunakan sebagai
bahan baku untuk industri minyak goreng, mentega, dan sabun .
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor menentukan keberhasilan usaha
perkebunan kelapa sawit hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit mentah CPO
(Crude Palm Oil), minyak inti sawit / PKO (Palm Kernel Oil), serabut, cangkang, dan tandan
kosong sawit. Produksi CPO memiliki kaitan erat dengan luas areal perkebunan yang
produktif, disamping itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi seperti kondisi tanah
ataupun iklimnya.
Sementara itu rata-rata produksi per hektar perkebunan kelapa sawit di Indonesia
berbeda-beda sesuai dengan pola pengusahaannya atau pola pengelolaannya . Departemen
Pertanian Indonesia pada tahun 2010 mencatat luas seluruh perkebunan kelapa sawit
Indonesia adalah 7.824.623 ha dan data Statistik Perkebunan juga mencatat produksi CPO
Indonesia sebanyak 19.84490 ton dengan produksi CPO Sumatera Barat adalah 928.456 ton.
Proses produksi kelapa sawit (PKS) dimulai dengan mengelolah bahan baku sampai
menjadi produk. yang bahan bakunya adalah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Proses
pengolahan TBS kelapa sawit di setiap pabrik umumnya bertujuan untuk memperoleh
minyak dengan kualitas yang baik. Tingkat keasaman yang rendah, dan minyak yang mudah
dipucatkan. Proses tersebut cukup panjang dan memerlukan control yang cermat, dimula dari
pengangkutan TBS atau brondolan dari tempat pengangkutan hasil sampai dihasilkan minyak
sawit dan hasil sampingan lainnya seperti inti sawit (kernel) .
Pabrik pengolahan kelapa sawit terdiri dari unit unit pengolahan yang saling erat
hubunganya satu dengan yang lain dan pengolahan dilakukan secara bertahap. apabila salah
satu dari unit-unit mengalami masalah, maka unit pengolahan lainnya juga mengalami
masalah. Peristiwa ini disebut dengan stagnasi, yang mengakibatkan kapasitas pabrik tidak
tercapai. Salah satu faktor utama yang menimbulkan stagnasi pabrik pengolahan kelapa sawit
adalah uap (steam).
Stasiun steaming merupakan stasiun pertama dari proses pengolahan kelapa sawit
setelah TBS ditimbang dan dibongkar diloading ramp. Tujuan dari steaming tandan buah
segar, yaitu untuk melunakkan brondolan TBS sehingga mudah lepas dari janjanganya, untuk
menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB), meminimalkan biji pecah sebagai
suplai bagi ketersedian buah rebus. Penyempurnaan dalam proses pengolahan sawit, serta
penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit. TBS mengandung sejumlah zat yang
harus dimusnahkan terlebih dahulu untuk mencapai pengolahan yang efisien. Suasana yang
lembab dengan suhu yang tinggi dalam proses steaming akan menginaktifkan enzim-enzim
lipase dan lipoksidase yang terdapat dalam buah, sehingga proses hidrolisis minyak menjadi
asam lemak bebas dan proses oksidasi dapat dihentikan. Oleh karena itu tandan yang dipanen
harus dilakukan proses steaming.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk dapat mengetahui proses pengolahan kelapa sawit
1.3.2 Untuk dapat mengetahui alat yang digunakan dalam proses pengolahan kelapa
sawit
1.3.2 Untuk dapat mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan
kelapa sawit sebagai pupuk terhadap biodiversitas tanah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit
PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi
minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel). Proses pengolahan
kelapa kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit (CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
2.1.2. Penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis
buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen
merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS
(Tandan Buah Segar).
Pematangan buah mempengaruhi terhadap Rendamen minyak Kadar ALB (%)
rendamen minyak dan ALB (Asam Lemak (%)
Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Kematangan buah
Buah mentah 14 18 1,6 2,8
Setengah matang 19 25 1,7 3,3
Buah matang 24 30 1,8 4,4
Buah lewat matang 28 31 3,8 6,1
Gambar penyotiran
4. Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.
Bila poin dua tercapai secara efektif maka semua poin yang lain akan tercapai juga.
Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m. Dalam sterilizer dilapisi
Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan steam, dibawah sterilizer terdapat
lubang yang gunanya untuk pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap
seimbang.
Dalam proses perebusan minyak yang terbuang %7,0. Dalam melakukan proses
perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang
masuk ke sterilizer 2,8 - C140,cmkg302 dan direbus selama 90 menit.
Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan isi lori ke
bunch feeder (hooper). Dimana lori yang diangkat tersebut berisi TBS yang sudah direbus.
1
Thereser
Fungsi dari Theresing adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara
mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor.
APOT. A - AAKELUARMASUK
Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara buah
masuk ke Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa buah ke Fruit Elevator
yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi conveyor yang kemudian
menyalurkan buah masuk ke Digester. Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang
sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang
pada bagian poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan
buah dari digester ke screw press.
Fungsi Digester :
1. Melumatkan daging buah.
5. Menaikkan Temperatur.
Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat
dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah buah yang telah diaduk secara
bertahap dengan bantuan pisau pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw
conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh
adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui
lubang lubang press cage minyak dipishkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak
menuju stasaiun clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk kestasiun kernel.
Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut serabut
yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin penyaringan itu
sendiri dengan sistem getaran getaran pada Vibro kontrol melalui penyetelan pada
bantul yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang kurang mengakibatkan pemisahan
tidak efektif.
Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS) secara
gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan
atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan NOS dengan
berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah. Fungsi Skimmer dalam VCT
adalah untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan
memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan Sludge. Temperatur yang
cukup (95 0C) akan memudahkan proses pemisahan ini. Prinsip kerja didalam VCT dengan
menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis. Prinsip bejana
berhubungan diterapkan dalam mekanisme kerja di VCT.
Oil Tank
Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Purifier.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk mendapatkan temperatur yang
diinginkan yakni 95o C. Kapasitas Oil Tank 10 Ton / Jam.
1
Oil Purifier
Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara
sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu 95o C.
1
Vacuum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi.
Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui Nozel. Suatu jalur
resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana, sehingga bilamana
ketinggian permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan mensirkulasi minyak
kedalam bejana.
1
Sludge Tank
Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge ( bagian dari minyak kasar yang
terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge seperator. Pemanasan dilakukan
dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur yang dinginkan yaitu 95
derajat celsius.
1
Sand Cyclone / Pre- cleaner
Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung dalam sludge
dan untuk memudahkan proses selanjutnya.
Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat pada sludge
sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator. Alat ini terdiri dari saringan dan sikat
yang berputar.
1
Sludge Seperator
Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih terkandung dalam
sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih
kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut sudut ruang tangki
pisah.
1
Storage Tank
Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi yang
dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal dan
pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran
pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO.
2.1.7. Proses Pengolahan Biji ( Kernel Station )
Telah dijabarkan bahwasanya setelah pengepresan akan menghasilkan Crude Oil dan
Fiber. Fiber tersebut akan masuk kestasiun Kernel dan akan dijabarkan proses
pengolahannya.
1
Cake Breaker Conveyor (CBC)
Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan memecahkan gumpalan
Cake dari stasiun Press ke depericarper.
1
Depericarper
Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber
untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah tergantung pada berat massa, yang
massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap oleh fan tan. Yang massanya lebih berat (nut)
akan masuk ke Nut Polishing drum.
Fungsi dari Nut Polishing Drum adalah :
1. Membersihkan biji dari serabut serabut yang masih melekat.
1
Nut Silo
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada
proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan menggunakan nut Craker maka nut silo
harus dilengkapi dengan sistem pemanasan (Heater).
Riplle Mill
Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Riplle Mill terdapat rotor
bagian yang berputar pada Riplle Plate bagian yang diam. Nut masuk diantara rotor dan
Riplle Plate sehingga saling berbenturan dan memecahkan cangkang dari nut.
Claybath
Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar
dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan kepada perbedaan berat
jenis. Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu cairan yang berat jenisnya
diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil dari pada
berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam.
Kernel memiliki berat jenis lebih ringan dari pada larutan calcium carbonat sedangkan
cangkang berar jenisnya lebih besar.
Hydro Cyclone
1
Kernel Dryer
Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti
produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan mempengaruhi nilai penjualan, karena jika
kadar air tinggi maka ALB juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu atas 70 derajat
celcius, tengah 60 derajat, bawah 50 derajat celcius. Pada sebagian PKS ada yang
menggunakan sebaliknya yaitu atas 50 derajat, tengah 60 derajat, dan bawah 70 derajat
celcius.
Kernel Storage
Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi sebelum dikirim
keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya
dilengkapi dengan fan agar uap yang masih terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak
menyebabkan kondisi dalam Storage lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur kelapa
sawit.
2.2 Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit sebagai
Pupuk terhadap Biodiversitas Tanah
Nilai BOD limbah PKS yang diaplikasikan sebesar 1798,5 ppm. Nilai BOD tersebut
di bawah nilai BOD pada standardisasi pengolahan limbah PKS untuk aplikasi lahan menurut
Peraturan Menteri Pertanian tahun 1995, yaitu sebesar < 3500 ppm. Hal ini karena aplikasi
limbah PKS di PT Tapian Nadenggan telah dilakukan sejak tahun 1990 sebelum ada
peraturan maupun petunjuk teknis dari pemerintah. Adanya kekhawatiran akan mencemari
lingkungan sehingga BOD limbah yang diaplikasikan ke lahan relatif kecil. Penelitian
dilakukan pada bulan Maret sampai dengan September 2004. Rancangan penelitian untuk
pengamatan sifat fisikkimia tanah menggunakan rancangan acak kelompok menurut Gomez
dan Gomez (1994), dengan 4 perlakuan aplikasi limbah sebagai pupuk, yaitu: B0 tanpa
aplikasi LPKS, B1 aplikasi LPKS tahun 19902004, B2 aplikasi LPKS tahun 19912004, B3
aplikasi LPKS tahun 19922004. Ulangan sebanyak 5 kali. Untuk penelitian biodiversitas
tanah (tumbuhan penutup tanah, makrofauna, dan mesofauna tanah) dilakukan dengan
metoda ekologi dari Muller and Dumbois (1974) dan Krebs (1989). Mikrobiologi tanah
dilakukan dengan metoda Most Probable Number (Anas, 1989) dan (Bibiana, dan Hastowo,
1994).
Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium
Ekologi FMIPA, dan Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian USU, Medan. Analisis
data tumbuhan penutup tanah dihitung dengan cara: data yang diperoleh dihitung kerapatan,
frekuensi dengan rumus dari Muller and Dumbois (1974) sebagai berikut:
Untuk mengetahui peranan jenis vegetasi dicari indeks nilai penting, dengan rumus
INP = KR + FR. Analisis makrofauna dan mesofauna tanah dihitung dengan cara: data yang
diperoleh dihitung kerapatan, frekuensi dengan rumus dari Krebs (1989) sebagai berikut:
Untuk mengetahui makrofauna dan mesofauna yang dominan, dilakukan uji index
dominance dari Krebs (1989), sebagai berikut:
Hasil dan Pembahasan Pengaruh Aplikasi Limbah PKS terhadap Sifat Fisik dan
Kimia Tanah. LPKS yang diaplikasikan ke tanah pada lahan perkebunan kelapa sawit (Tabel
2), ternyata berfungsi sebagai bahan pupuk organik. Hal ini terlihat oleh meningkatnya pH,
kadar bahan organik, N total, P tersedia, K dan Mg tukar tanah setelah diaplikasi LPKS
selama 12 tahun (B3), 13 tahun (B2), dan 14 tahun (B1).
2. Makrofauna Tanah
Makrofauna tanah yang ditemukan pada lokasi penelitian terdiri dari 5 klas, 12 ordo,
28 famili dengan 34 genus. Klas makrofauna yang didapatkan di areal penelitian adalah:
Arachnida (bangsa labalaba), Chilopoda (lipan), Oligochaeta (cacing), Gastropoda (siput),
dan Insecta (serangga). Makrofauna tanah yang ditemukan dalam jumlah besar adalah dari
kelompok serangga, yang terdiri dari delapan ordo, yaitu: Blattaria, Coleoptera, Hemiptera,
Hymenoptera, Isoptera, Orthoptera, dan Neuroptera. Dari spesies-spesies yang diperoleh di
lokasi penelitian ada spesies yang merupakan hama bagi tanaman kelapa sawit, yaitu spesies:
Oryctes rhinoceros. Spesies Oryctes rhinoceros bukan makrofauna tanah obligat, pada bentuk
yang dewasa tidak lagi hidup di tanah tetapi menjadi hama pada tanaman sawit. Spesies
tersebut ditemukan hanya pada lahan tanpa aplikasi limbah
PKS. Dengan demikian ada kemungkinan limbah cair PKS yang diaplikasikan ke lahan dapat
mengurangi kehadiran hama tersebut.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO pada intinya Melalui 4 Proses utama yaitu
pemisahan brondol dengan janjang, Pencacahan dan pelumatan daging,
pengepresan, dan pemurnian minyak
2. Faktorfaktor rendahnya mutu minyak kelapa sawit dapat langsung dari sifat induk
pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan
pengangkutan.
3. Pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit dapat dijadikan pupuk,
karena pemberian limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit pada lahan
perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan sifat fisikkimia tanah.
6. Pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit dapat meningkatkan total
bakteri tanah, namun menurunkan bakteri Enterobacteriaceae yang sering
merupakan kelompok bakteri penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://habibiezone.wordpress.com/2010/10/13/makalah-teknologi-pengolahan-
kelapa-sawit-menjadi-cpo-dan-pko/ . diakses pada tanggal 14 desember 2016 pukul
06.13 WIB .
2. http://www.onlysearch.com/?
q=+proses+pengolahan+kelapa+sawit+&s=web&as=0&rlz=0&sd=61&babsrc=SP_ss,
diakses pada tanggal 14 desember 2016 pukul 06.20 WIB.
3. https://id.scribd.com/doc/231894252/makalah-pengolahan-kelapa-sawit-menjadi-cpo-
dan-pko-pdf , diakses pada tanggal 14 desember 2016 pukul 06.30 WIB .
4. Widhiastuti, Retno. dkk., Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik. Jurnal Ilmiah
Pertanian KULTURA Vol. 41 No. 1 Maret 2006.