Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KIMIA SAWIT

Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Dan
Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit sebagai
Pupuk terhadap Biodiversitas Tanah

DISUSUN OLEH

DWI MAYASARI
(A1C114035)

DOSEN PENGAMPU : NAZARUDDIN, S.SI., M.Si., Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat teriring
salam semoga selalu di curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW Beserta
keluarga sahabat dan pengikut-pengikutnya yang insya Allah setia hingga akhir zaman.

Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul


Proses Pengolahan Kelapa Sawit sebagai bahan untuk menunjuang penilaian dalam
mata kuliah Kimia Sawit. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca dan dapat memberikan pengetahuan sesuai dengan isi makalah ini yang
memaparkan materi mengenai perspektif dari proses pengolahan kelapa sawit.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah yang disusun
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis berharap kepada seluruh pembaca agar
dapat memberikan kritik dan sarannya untuk menjadi bahan pelajaran dalam membuat
makalah selanjutnya.

Jambi, Desember 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dapat menghasilkan minyak
nabati disamping tanaman kacang-kacangan dan jagung. Pengolahan terhadap buah sawit
akan diperoleh produk utama berupa CPO (Crude Palm Oil), PK (Palm Kernel) dan produk
sampingannya berupa tempurung, ampas, dan tandan kosong. CPO dapat digunakan sebagai
bahan baku untuk industri minyak goreng, mentega, dan sabun .
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor menentukan keberhasilan usaha
perkebunan kelapa sawit hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit mentah CPO
(Crude Palm Oil), minyak inti sawit / PKO (Palm Kernel Oil), serabut, cangkang, dan tandan
kosong sawit. Produksi CPO memiliki kaitan erat dengan luas areal perkebunan yang
produktif, disamping itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi seperti kondisi tanah
ataupun iklimnya.
Sementara itu rata-rata produksi per hektar perkebunan kelapa sawit di Indonesia
berbeda-beda sesuai dengan pola pengusahaannya atau pola pengelolaannya . Departemen
Pertanian Indonesia pada tahun 2010 mencatat luas seluruh perkebunan kelapa sawit
Indonesia adalah 7.824.623 ha dan data Statistik Perkebunan juga mencatat produksi CPO
Indonesia sebanyak 19.84490 ton dengan produksi CPO Sumatera Barat adalah 928.456 ton.
Proses produksi kelapa sawit (PKS) dimulai dengan mengelolah bahan baku sampai
menjadi produk. yang bahan bakunya adalah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Proses
pengolahan TBS kelapa sawit di setiap pabrik umumnya bertujuan untuk memperoleh
minyak dengan kualitas yang baik. Tingkat keasaman yang rendah, dan minyak yang mudah
dipucatkan. Proses tersebut cukup panjang dan memerlukan control yang cermat, dimula dari
pengangkutan TBS atau brondolan dari tempat pengangkutan hasil sampai dihasilkan minyak
sawit dan hasil sampingan lainnya seperti inti sawit (kernel) .
Pabrik pengolahan kelapa sawit terdiri dari unit unit pengolahan yang saling erat
hubunganya satu dengan yang lain dan pengolahan dilakukan secara bertahap. apabila salah
satu dari unit-unit mengalami masalah, maka unit pengolahan lainnya juga mengalami
masalah. Peristiwa ini disebut dengan stagnasi, yang mengakibatkan kapasitas pabrik tidak
tercapai. Salah satu faktor utama yang menimbulkan stagnasi pabrik pengolahan kelapa sawit
adalah uap (steam).
Stasiun steaming merupakan stasiun pertama dari proses pengolahan kelapa sawit
setelah TBS ditimbang dan dibongkar diloading ramp. Tujuan dari steaming tandan buah
segar, yaitu untuk melunakkan brondolan TBS sehingga mudah lepas dari janjanganya, untuk
menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB), meminimalkan biji pecah sebagai
suplai bagi ketersedian buah rebus. Penyempurnaan dalam proses pengolahan sawit, serta
penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit. TBS mengandung sejumlah zat yang
harus dimusnahkan terlebih dahulu untuk mencapai pengolahan yang efisien. Suasana yang
lembab dengan suhu yang tinggi dalam proses steaming akan menginaktifkan enzim-enzim
lipase dan lipoksidase yang terdapat dalam buah, sehingga proses hidrolisis minyak menjadi
asam lemak bebas dan proses oksidasi dapat dihentikan. Oleh karena itu tandan yang dipanen
harus dilakukan proses steaming.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana proses pengolahan kelapa sawit ?
1.2.2 Alat apa saja yang digunakan dalam proses pengolahan kelapa sawit ?
1.2.3 Bagaimana pengaruh pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit
sebagai pupuk terhadap biodiversitas tanah ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk dapat mengetahui proses pengolahan kelapa sawit
1.3.2 Untuk dapat mengetahui alat yang digunakan dalam proses pengolahan kelapa
sawit
1.3.2 Untuk dapat mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan
kelapa sawit sebagai pupuk terhadap biodiversitas tanah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit
PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi
minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel). Proses pengolahan
kelapa kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit (CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

Bagan proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO

2.1.1. Jembatan Timbang


Hal ini sangat sederhana, sebagian besar sekarang menggunakan sel-sel beban,
dimana tekanan dikarenakan beban menyebabkan variasi pada sistem listrik yang diukur.
Pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem komputer
untuk meliputi berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati
jembatan timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS
dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat
awal dan akhir adalah berat TBS yang ditrima dipabrik.
Gambar jembatan timbang

2.1.2. Penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis
buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen
merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS
(Tandan Buah Segar).
Pematangan buah mempengaruhi terhadap Rendamen minyak Kadar ALB (%)
rendamen minyak dan ALB (Asam Lemak (%)
Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Kematangan buah
Buah mentah 14 18 1,6 2,8
Setengah matang 19 25 1,7 3,3
Buah matang 24 30 1,8 4,4
Buah lewat matang 28 31 3,8 6,1

Gambar penyotiran

2.1.3. Proses Perebusan (Sterilizer)


Lori yang telah diisi TBS dimasukan kedalam sterilizer dengan menggunakan
capstand.
Tujuan perebusan :
1. Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.

2. Mempermudah proses pembrodolan pada threser.

3. Menurunkan kadar air.

4. Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.

Bila poin dua tercapai secara efektif maka semua poin yang lain akan tercapai juga.
Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m. Dalam sterilizer dilapisi
Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan steam, dibawah sterilizer terdapat
lubang yang gunanya untuk pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap
seimbang.

Dalam proses perebusan minyak yang terbuang %7,0. Dalam melakukan proses
perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang
masuk ke sterilizer 2,8 - C140,cmkg302 dan direbus selama 90 menit.

2.1.4. Proses Penebah (Thereser Process)


1
Hoisting Crane

Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan isi lori ke
bunch feeder (hooper). Dimana lori yang diangkat tersebut berisi TBS yang sudah direbus.
1
Thereser

Fungsi dari Theresing adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara
mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor.
APOT. A - AAKELUARMASUK

2.1.5. Proses Pengempaan (Pressing Process)


Proses Kempa adalah pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah Kelapa
Sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya pengoperasian peralatan
mempengarui efisiensi pengutipan minyak. Proses ini terdiri dari :
1
Digester

Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara buah
masuk ke Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa buah ke Fruit Elevator
yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi conveyor yang kemudian
menyalurkan buah masuk ke Digester. Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang
sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang
pada bagian poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan
buah dari digester ke screw press.

Fungsi Digester :
1. Melumatkan daging buah.

2. Memisahkan daging buah dengan biji.

3. Mempersiapkan Feeding Press.

4. Mempermudah proses di Press.

5. Menaikkan Temperatur.

Screw Press

Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat
dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah buah yang telah diaduk secara
bertahap dengan bantuan pisau pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw
conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh
adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui
lubang lubang press cage minyak dipishkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak
menuju stasaiun clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk kestasiun kernel.

2.1.6 Proses Pemurnian Minyak ( Clarification Station )


Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak
kasar / Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber.
Kemudian Crude Oil masuk ke stasiun klarifikasi dimana proses
pengolahannya sebagai berikut :
1
Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)
Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand Trap
Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir. Temperatur pada sand trap
mencapai 95 0C
1
Vibro Seperator / Vibrating Screen

Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut serabut
yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin penyaringan itu
sendiri dengan sistem getaran getaran pada Vibro kontrol melalui penyetelan pada
bantul yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang kurang mengakibatkan pemisahan
tidak efektif.

Vertical Clarifier Tank (VCT)

Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS) secara
gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan
atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan NOS dengan
berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah. Fungsi Skimmer dalam VCT
adalah untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan
memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan Sludge. Temperatur yang
cukup (95 0C) akan memudahkan proses pemisahan ini. Prinsip kerja didalam VCT dengan
menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis. Prinsip bejana
berhubungan diterapkan dalam mekanisme kerja di VCT.

Oil Tank

Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Purifier.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk mendapatkan temperatur yang
diinginkan yakni 95o C. Kapasitas Oil Tank 10 Ton / Jam.
1
Oil Purifier
Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara
sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu 95o C.
1
Vacuum Dryer

Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi.
Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui Nozel. Suatu jalur
resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana, sehingga bilamana
ketinggian permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan mensirkulasi minyak
kedalam bejana.
1
Sludge Tank

Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge ( bagian dari minyak kasar yang
terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge seperator. Pemanasan dilakukan
dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur yang dinginkan yaitu 95
derajat celsius.
1
Sand Cyclone / Pre- cleaner

Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung dalam sludge
dan untuk memudahkan proses selanjutnya.

Brush Strainer ( Saringan Berputar )

Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat pada sludge
sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator. Alat ini terdiri dari saringan dan sikat
yang berputar.
1
Sludge Seperator

Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih terkandung dalam
sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih
kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut sudut ruang tangki
pisah.
1
Storage Tank

Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi yang
dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal dan
pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran
pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO.
2.1.7. Proses Pengolahan Biji ( Kernel Station )
Telah dijabarkan bahwasanya setelah pengepresan akan menghasilkan Crude Oil dan
Fiber. Fiber tersebut akan masuk kestasiun Kernel dan akan dijabarkan proses
pengolahannya.
1
Cake Breaker Conveyor (CBC)

Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan memecahkan gumpalan
Cake dari stasiun Press ke depericarper.
1
Depericarper

Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber
untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah tergantung pada berat massa, yang
massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap oleh fan tan. Yang massanya lebih berat (nut)
akan masuk ke Nut Polishing drum.
Fungsi dari Nut Polishing Drum adalah :
1. Membersihkan biji dari serabut serabut yang masih melekat.

2. Membawa nut dari Depericarper ke Nut transport.

3. Memisahkan nut dari sampah.

4. Memisahkan gradasi nut.

1
Nut Silo

Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada
proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan menggunakan nut Craker maka nut silo
harus dilengkapi dengan sistem pemanasan (Heater).

Riplle Mill

Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Riplle Mill terdapat rotor
bagian yang berputar pada Riplle Plate bagian yang diam. Nut masuk diantara rotor dan
Riplle Plate sehingga saling berbenturan dan memecahkan cangkang dari nut.
Claybath

Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar
dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan kepada perbedaan berat
jenis. Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu cairan yang berat jenisnya
diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil dari pada
berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam.
Kernel memiliki berat jenis lebih ringan dari pada larutan calcium carbonat sedangkan
cangkang berar jenisnya lebih besar.

Hydro Cyclone

Fungsi dari Hydro Cyclone adalah :


1. Mengutip kembali inti yang terikut kecangkang.

2. Mengurangi losis (inti cangkang) dan kadar kotoran.

1
Kernel Dryer

Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti
produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan mempengaruhi nilai penjualan, karena jika
kadar air tinggi maka ALB juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu atas 70 derajat
celcius, tengah 60 derajat, bawah 50 derajat celcius. Pada sebagian PKS ada yang
menggunakan sebaliknya yaitu atas 50 derajat, tengah 60 derajat, dan bawah 70 derajat
celcius.

Kernel Storage

Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi sebelum dikirim
keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya
dilengkapi dengan fan agar uap yang masih terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak
menyebabkan kondisi dalam Storage lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur kelapa
sawit.

Detail Kerja Screw Press


Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan dalam tabung
yang berlubang dengan alat ulir yeng berputar sehingga minyak akan keluar lewat lubang-
lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat diatur secara elektris dan tergantung dari
volume bahan yang di press. Alat ini terdiri dari sebuah selinder yang berlubang lubang
didalam terdapat sebuah ulir yang berputar. Tekanan kempa diatur oleh dua buah kerucut
(conus) berada pada kedua ujung pengempa, yang dapat digerakkan maju mundur secara
hidrolik. Tekanan hidrolik pada komulator 50 70 kg / cm3 mengakibatkan ampas basah.
Kehilangan minyak pada ampas dan biji tidak sempurna karena akan mempengaruhi pada
proses stasiun selanjutnya, ampas yang basah akan mengakibatkan pembakaran didalam
dapur tidak sempurna.
Tekanan yang terlampau tinggi misalnya 70 kg / cm3 akan mengakibatkan kehilangan inti
yang begitu tinggi sehingga keseimbangan dalam mesin ini sangat diperlukan. hal yang perlu
deperhatikan adalah ampas kempa yang keluar harus merata dalam arti tidak terlalu basah
dan tidak terlalu kering, bila terjadi gangguan / kerusakan, sehingga screw press harus
berhenti untuk waktu yang lama maka untuk mencegah hal - hal yang tidak diiginkan screw
press harus selalu di periksa, untuk perbaikan pada screw press maka ampas yang tertinggal
didalam mesin pengempa harus dikosongkan, sehingga dapat diperbaiki.
Kecepatan putar mesin pengempa harus disesuaikan dengan kapasitas Tanda Buah Segar
yang akan dipress, dengan tujuan agar efesinsi proses pressing lebih optimal, sehingga target
yang diiginkan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan ketentuan - ketentuan yang
diterapkan oleh perusahaan.
Screw Press dipakai untuk memisahkan minyak kasar dari daging buah yang telah dicabik
dengan Oil Losses dan nut pecah menimum pada ampas press. alat ini terdari sebuah selinder
yang berlubang - lubang dan di dalamnya terdapat 2 buah ulir yang berputar berlawanan arah.
tekanan Press diatur oleh 2 buah konus berda pada bagian ujung press, yang dapat digerakan
maju mundur secara hidrolic.
Masa yang keluar dari ketel adukan melalui, feeder Screw bagi Press yang memakainya
(sebahagian minyak keluar) masuk kedalam main screw untuk dipress lebih lanjut. Minyak
yang keluar dari Feeder Screw dan main Srew ditampung dalam talang minyak (oil getter).
untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada Feeder Screw dilakukan injeksi
uap dan penambahan air panas.

2.2 Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit sebagai
Pupuk terhadap Biodiversitas Tanah

Penelitian dilakukan di perkebunan kelapa sawit PT Tapian Nadenggan SMART


Group, Langga Payung, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara yang sejak tahun 1990
telah mengaplikasikan LPKS-nya ke areal perkebunan. Aplikasi LPKS ke areal perkebunan
diambil dari kolam anaerob dengan sistem flat beds. Aplikasi LPKS secara flat beds, yaitu
aplikasi limbah cair dengan teknik parit bersekat. Pembuatan konstruksi dibuat di gawangan
mati, di antara baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit dengan kemiringan
tertentu. Limbah cair dipompakan dari kolam limbah ke bak penampungan (bak distribusi)
yang berada di areal paling atas, setelah itu dialirkan ke masing-masing flat beds hingga flat
beds terakhir. Sifat kimia LPKS yang diaplikasikan ke lahan perkebunan kelapa sawit dapat
dilihat pada Tabel 1.

Nilai BOD limbah PKS yang diaplikasikan sebesar 1798,5 ppm. Nilai BOD tersebut
di bawah nilai BOD pada standardisasi pengolahan limbah PKS untuk aplikasi lahan menurut
Peraturan Menteri Pertanian tahun 1995, yaitu sebesar < 3500 ppm. Hal ini karena aplikasi
limbah PKS di PT Tapian Nadenggan telah dilakukan sejak tahun 1990 sebelum ada
peraturan maupun petunjuk teknis dari pemerintah. Adanya kekhawatiran akan mencemari
lingkungan sehingga BOD limbah yang diaplikasikan ke lahan relatif kecil. Penelitian
dilakukan pada bulan Maret sampai dengan September 2004. Rancangan penelitian untuk
pengamatan sifat fisikkimia tanah menggunakan rancangan acak kelompok menurut Gomez
dan Gomez (1994), dengan 4 perlakuan aplikasi limbah sebagai pupuk, yaitu: B0 tanpa
aplikasi LPKS, B1 aplikasi LPKS tahun 19902004, B2 aplikasi LPKS tahun 19912004, B3
aplikasi LPKS tahun 19922004. Ulangan sebanyak 5 kali. Untuk penelitian biodiversitas
tanah (tumbuhan penutup tanah, makrofauna, dan mesofauna tanah) dilakukan dengan
metoda ekologi dari Muller and Dumbois (1974) dan Krebs (1989). Mikrobiologi tanah
dilakukan dengan metoda Most Probable Number (Anas, 1989) dan (Bibiana, dan Hastowo,
1994).
Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium
Ekologi FMIPA, dan Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian USU, Medan. Analisis
data tumbuhan penutup tanah dihitung dengan cara: data yang diperoleh dihitung kerapatan,
frekuensi dengan rumus dari Muller and Dumbois (1974) sebagai berikut:

Untuk mengetahui peranan jenis vegetasi dicari indeks nilai penting, dengan rumus
INP = KR + FR. Analisis makrofauna dan mesofauna tanah dihitung dengan cara: data yang
diperoleh dihitung kerapatan, frekuensi dengan rumus dari Krebs (1989) sebagai berikut:
Untuk mengetahui makrofauna dan mesofauna yang dominan, dilakukan uji index
dominance dari Krebs (1989), sebagai berikut:

Hasil dan Pembahasan Pengaruh Aplikasi Limbah PKS terhadap Sifat Fisik dan
Kimia Tanah. LPKS yang diaplikasikan ke tanah pada lahan perkebunan kelapa sawit (Tabel
2), ternyata berfungsi sebagai bahan pupuk organik. Hal ini terlihat oleh meningkatnya pH,
kadar bahan organik, N total, P tersedia, K dan Mg tukar tanah setelah diaplikasi LPKS
selama 12 tahun (B3), 13 tahun (B2), dan 14 tahun (B1).

Permeabilitas, Porositas, dan Kadar Air Tanah


Aplikasi limbah cair PKS ke tanah selama 12, 13, dan 14 tahun hanya menunjukkan
pengaruh kepada permeabilitas tanah. Sebagaimana Tabel 3 menunjukkan bahwa
permeabilitas tanah menurun akibat aplikasi limbah. Penurunan permeabilitas tanah ini
disebabkan karena pada bahan limbah masih terkandung minyak/lemak yang dapat
mengakibatkan sifat hidrofobik pada tanah. Aplikasi limbah cair PKS tidak berpengaruh
terhadap porositas dan kadar air tanah, namun ada kecenderungan makin lama limbah PKS
diaplikasikan porositas dan kadar air makin meningkat.

Pengaruh Aplikasi Limbah PKS terhadap Biodiversitas Tanah


1. Tumbuhan Penutup Tanah
Tumbuhan penutup tanah yang ditemukan pada lokasi penelitian terdiri dari 19 famili
dengan jumlah spesies 46 spesies. Jumlah spesies yang ditemukan pada semua komunitas
berbeda-beda. Hal ini banyak faktor yang menentukan. Dapat dari pengaruh sifat penyebaran
tumbuhan tersebut, faktor lingkungan fisikkimia tanah, dan fisikkimia limbah cair PKS,
maupun campur tangan manusia pada lokasi perkebunan.

Kerapatan Relatif Tumbuhan Penutup Tanah


Kerapatan relatif tumbuhan penutup tanah pada lahan tanpa aplikasi limbah PKS (B0)
adalah Borreria laevis sebesar 27,89%; pada lahan aplikasi limbah sejak tahun 1990 (B1)
adalah Ageratum conyzoides sebesar 17,30%; pada lahan aplikasi limbah sejak tahun 1992
(B2) adalah Diodia sarmentosa sebesar 20,16%; dan pada pada lahan aplikasi limbah sejak
tahun 1992 (B2) adalah Ageratum conyzoides sebesar 33,07%.

Frekuensi Relatif Tumbuhan Penutup Tanah


Frekuensi relatif tumbuhan penutup tanah pada lahan perkebunan kelapa sawit tanpa
aplikasi limbah (B0) adalah Axonopus compressus sebesar 9,76%; pada lahan aplikasi limbah
sejak tahun 1990 (B1) adalah Peperomia pelucida sebesar 8,26%; pada lahan aplikasi limbah
sejak tahun 1992 (B2) adalah Peperomia pellucida dan Diodia sarmentosa, masing-masing
sebesar 9,17%; dan pada pada lahan aplikasi limbah sejak tahun 1992 (B3) adalah Ageratum
conyzoides dan Diodia sarmentosa sebesar 8,26%.

Indeks Nilai Penting Tumbuhan Penutup Tanah


Indeks nilai penting tumbuhan penutup tanah menggambarkan besarnya peranan suatu
jenis tumbuhan di dalam suatu komunitas. Indeks nilai penting tertinggi tumbuhan penutup
tanah pada komunitas B0 adalah Axonopus compressus sebesar 36,20%; pada komunitas B1
adalah Peperomia pelucida sebesar 25,05%; pada komunitas B2 adalah Diodia sarmentosa
sebesar 29,33%, dan pada komunitas B3 adalah Ageratum conyzoides sebesar 41,34%.
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (1985) ada tujuh jenis gulma penting pada
perkebunan kelapa sawit, yaitu: Axonopus compressus, Cyclosorus aridus, Cyrtococcum
patens, Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Ottochloa arnottiana, Panicum repens, dan
Paspalum conjugatum. Dengan demikian pada lokasi penelitian didapatkan lima jenis gulma
penting, yaitu: Mikania micrantha, Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, Ottochloa
arnottiana, dan Cyclosorus aridus. Pada lahan tanpa aplikasi limbah PKS (komunitas B0)
terdapat jenis tumbuhan penutup tanah yang merupakan gulma penting dan merupakan
populasi tertinggi lahan tersebut, yaitu Axonopus compressus, sedangkan pada lahan dengan
aplikasi limbah PKS walaupun terdapat jenis-jenis gulma penting namun jumlahnya relatif
kecil. Jadi lamanya pemberian limbah cair PKS akan menurunkan jumlah individu gulma
penting, karena adanya peningkatan jumlah individu dari spesies Ageratum conyzoides,
Eupatorium riparium, Peperomia pellucida, Borreria laevis, dan Diodia sarmentosa.

Indeks Diversitas (Keanekaragaman) Tumbuhan Penutup Tanah


Indeks keanekaragaman tumbuhan penutup tanah dapat dilihat pada Tabel 4 berikut
ini.
Pada komunitas yang diberi aplikasi limbah ada kecenderungan indeks
keanekaragamannya
meningkat, walaupun pada komunitas B3 lebih kecil daripada B0, hal ini karena
keanekaragaman spesies tidak hanya merupakan fungsi dari jumlah spesies, tetapi juga fungsi
dari kemerataan distribusi kelimpahan dari spesies itu dalam komunitasnya. Dengan
demikian komposisi jenis, jumlah
individu yang ditemukan, kerapatan relatif dan frekuensi relatif, dapat menentukan besarnya
keanekaragaman jenis.

2. Makrofauna Tanah
Makrofauna tanah yang ditemukan pada lokasi penelitian terdiri dari 5 klas, 12 ordo,
28 famili dengan 34 genus. Klas makrofauna yang didapatkan di areal penelitian adalah:
Arachnida (bangsa labalaba), Chilopoda (lipan), Oligochaeta (cacing), Gastropoda (siput),
dan Insecta (serangga). Makrofauna tanah yang ditemukan dalam jumlah besar adalah dari
kelompok serangga, yang terdiri dari delapan ordo, yaitu: Blattaria, Coleoptera, Hemiptera,
Hymenoptera, Isoptera, Orthoptera, dan Neuroptera. Dari spesies-spesies yang diperoleh di
lokasi penelitian ada spesies yang merupakan hama bagi tanaman kelapa sawit, yaitu spesies:
Oryctes rhinoceros. Spesies Oryctes rhinoceros bukan makrofauna tanah obligat, pada bentuk
yang dewasa tidak lagi hidup di tanah tetapi menjadi hama pada tanaman sawit. Spesies
tersebut ditemukan hanya pada lahan tanpa aplikasi limbah
PKS. Dengan demikian ada kemungkinan limbah cair PKS yang diaplikasikan ke lahan dapat
mengurangi kehadiran hama tersebut.

Kepadatan Relatif MakrofaunaTanah


Kepadatan relatif makrofauna tanah tertinggi pada lahan tanpa aplikasi limbah (B0)
adalah Amaurobius sp., sebesar 13,79%; pada aplikasi limbah sejak tahun 1990 (B1) adalah
Amaurobius sp., dan Selenopsis germinata, masing-masing 13,79% dan 8,69%; pada B2
adalah Forticula sp., sebesar 10,60%; dan pada B3 adalah Lumbricus sp. Dan Crematogaster
sp. sebesar 13,04%.

Frekuensi Relatif Makrofauna Tanah


Frekuensi relatif makrofauna tanah tertinggi pada lahan tanpa aplikasi limbah (B0)
adalah Amaurobius sp., sebesar 14,299%; pada aplikasi limbah sejak tahun 1990 (B1) adalah
Phyta sp. sebesar 8,77%; pada B2 adalah Phyta sp., Forticula sp. masing-masing 7,55%; dan
pada B3 adalah Amaurobius sp. sebesar 8,89%. Jadi Amaurobius sp.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO pada intinya Melalui 4 Proses utama yaitu
pemisahan brondol dengan janjang, Pencacahan dan pelumatan daging,
pengepresan, dan pemurnian minyak

2. Faktorfaktor rendahnya mutu minyak kelapa sawit dapat langsung dari sifat induk
pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan
pengangkutan.

3. Pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit dapat dijadikan pupuk,
karena pemberian limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit pada lahan
perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan sifat fisikkimia tanah.

4. Pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit dapat meningkatkan


biodiversitas tumbuhan penutup tanah dan menurunkan kehadiran gulma penting
pada perkebunan kelapa sawit.

5. Pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit dapat meningkatkan


biodiversitas makrofauna dan mesofauna tanah.

6. Pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit dapat meningkatkan total
bakteri tanah, namun menurunkan bakteri Enterobacteriaceae yang sering
merupakan kelompok bakteri penyebab penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://habibiezone.wordpress.com/2010/10/13/makalah-teknologi-pengolahan-
kelapa-sawit-menjadi-cpo-dan-pko/ . diakses pada tanggal 14 desember 2016 pukul
06.13 WIB .

2. http://www.onlysearch.com/?
q=+proses+pengolahan+kelapa+sawit+&s=web&as=0&rlz=0&sd=61&babsrc=SP_ss,
diakses pada tanggal 14 desember 2016 pukul 06.20 WIB.

3. https://id.scribd.com/doc/231894252/makalah-pengolahan-kelapa-sawit-menjadi-cpo-
dan-pko-pdf , diakses pada tanggal 14 desember 2016 pukul 06.30 WIB .

4. Widhiastuti, Retno. dkk., Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik. Jurnal Ilmiah
Pertanian KULTURA Vol. 41 No. 1 Maret 2006.

Anda mungkin juga menyukai