TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Praktikum :
1. Mengidentifikasi karbohidrat secara kualitatif.
2. Memahami proses glikolisis.
3. Menentukan kadar glukosa darah.
4. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan kadar gula darah bernilai diagnostik untuk
diabetes mellitus.
1
BAB II
HASIL PRAKTIKUM
2. Uji Barfoed
Tujuan : Mendeteksi Monosakarida
3. Uji Seliwanof
Tujuan: identifikasi karbohidrat yang mengandung gugus ketosa
2
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Reaksi Uji Seliwanof
Tidak mengandung
Glukosa Tidak terbentuk warna merah
gugus ketosa
Mengandung gugus
Fruktosa Terbentuk warna orange kemerahan
ketosa
Tidak mengandung
Laktosa Tidak terbentuk warna merah
gugus ketosa
Mengandung gugus
Sukrosa Terbentuk warna merah
ketosa
4. Uji Iod
Tujuan: mengetahui adanya polisakarida amilum
5. Uji Fehling
Tujuan : Identifikasi karbohidrat melalui reaksi gula pereduksi
Sample Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Uji Fehling
Terdapat endapan merah
Glukosa Terdapat karbohidrat
bata
Terdapat endapan merah
Fruktosa Terdapat karbohidrat
bata
Terdapat endapan merah
Laktosa Terdapat karbohidrat
bata
Tidak terdapat endapan
Sukrosa merah bata, larutan Tidak terdapat karbohidrat
berwarna hijau tua
3
6. Uji Glikolisis Dalam Sel Ragi
Tujuan :
a. Mengamati proses glikolisis dalam sel ragi dengan mengukur kadar glukosa
yang tersisa dan tinggi kolom CO2 yang dihasilkan.
b. Mengamati pengaruh inhibitor seperti fluorida atau arsenat terhadap proses
glikolisis.
a. Perlakuan pada Masing-Masing Tabung Peragian
Tabung 1 2 3
Ragi 2g 2g 2g
Glukosa 0,1 M 20 mL 20 mL 20 mL
4
110117206
Aurel
2 2 117 mg/dL Gula Darah Puasa (Normal)
110117191
Lanny
3 3 100 mg/ dL Gula darah acak (Normal)
110117217
Lulu
4 4 109 mg/ dL Gula darah acak (Normal)
110117327
Puspa
5 5 84 mg/dL Gula darah acak (Normal)
110117218
Fabiola
6 6 93 mg/dL Gula darah acak (Normal)
110117050
BAB III
PEMBAHASAN
5
makanan atau energi yang disimpan dalam sel. Karbohidrat dalam sel tubuh disimpan dalam
hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen.
Fungsi dari karbohidrat adalah :
1. Sebagai energi cadangan dalam bentuk tepung (fotosintesa dalam tumbuhan) atau
glikogen (hewan dan manusia).
2. Sumber energi melalui jalur dan siklus metabolism.
3. Membentuk komponen struktural dalam sel dan jaringan.
4. Identitas sel terutama berikatan dengan protein atau lipid dan berfungsi dalam proses
pengenalan antar sel (cell-cell recognition)→ umumnya sebagai oligosakarida.
Klasifikasi karbohidrat dapat diketahui adalah suatu polimer yang tersusun atas monomer-
monomer. Berdasarkan monomer yang menyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3
golongan yaitu :
1. Monosakarida
Monosakarida merupakan senyawa karbohidrat yang paling sederhana yang tidak
dapat dihidrolisis lagi. Beberapa molekul monosakarida mengandung nitrogen dan
sulfur. Monosakarida mempunyai rumus kimia (CH 2O)n dimana n = 3 atau lebih. Jika
gugus karbonil pada ujung rantai monosakarida adalah turunan aldehida, maka
monosakarida ini disebut aldosa. Dan bila gugusnya merupakan turunan keton maka
monosakarida tersebut dinamakan ketosa. Monosakarida aldosa yang paling sederhana
adalah gliseraldehida. Sedangkan monosakarida ketosa yang paling sederhana adalah
dihidroksiaseton. Monosakarida yang terpenting bagi tubuh adalah glukosa, galaktosa,
dan fruktosa.
2. Oligosakarida
Oligosakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua sampai sepuluh
monosakarida digolongkan dalam kelompok oligosakrida. Termasuk kelompok
oligosakarida adalah disakarida, trisakarida, dan seterusnya sesuai dengan jumlah
satuan monosakaridanya. Oligosakarida yang paling banyak terdapat dialam adalah
6
disakarida. Molekul ini terdiri atas dua satuan monosakarida yang dihubungkan oleh
ikatan glikosida. Disakarida yang dikenal diantaranya adala sukrosa (gula tebu),
maltose (gula gandum) dan laktosa (gula susu). Dimana sukrosa tersusun dari glukosa
dan fruktosa, maltosa tersusun dari glukosa dan glukosa, serta laktosa tersusun dari
glukosa dan galaktosa. Ketiga disakarida ini mempunyai rumus molekul yang sama
(C12H22O11) tetapi stuktur molekulnya berbeda.
3. Polisakarida
Polisakarida merupakan karbohidrat bentuk polimer dari satuan monosakarida yang
sangat panjang. Rumus kimia polisakarida adalah (C6H10O5)n. Molekul yang dapat
digolongkan menjadi polisakarida struktual seperti selulosa, asam hialuronat, dan
sebagainya. Dan polisakarida nitrien seperti amilum (pada tumbuhan dan bakteri),
glikogen (hewan), dan paramilum (jenis protozoa). Polisakarida berfungsi sebagai :
bahan bangunan, bahan makanan dan sebagai zat spesifik. Contoh polisakarida bahan
bangunan adalah selulosa yang memberikan kekuatan pada kayu dan dahan bagi
tumbuhan, dan kitin, komponen struktur kerangka luar serangga. Polisakarida nutrisi
yang lazim adalah pati (starch pada padi dan kentang) dan glikogen pada hewan.
Contoh polisakarida zat spesifik adalah heparin yang berfungsi mencegah koagulasi
darah. Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam empedu atau enzim tertentu yang
kerjanya spesifik. Hidrolisis polisakarida akan menghasilkan oligosakarida dan dapat
digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida.
1. Uji Benedict
Tujuan dari Uji Benedict adalah untuk menentukan gula pereduksi. Gula pereduksi
sendiri adalah golongan gula yang dapat mereduksi senyawa penerima elektron.
Aldosa dan ketosa mempunyai gugus pereduksi, yaitu gugus aldehid dan keton
sebagai gugus aktif. Disakarida juga mengandung gugus yang sama sehingga dapat
mereduksi reagen Benedict yang mengandung ion Cu2+ jika gugus aldehid dan keton
yang terdapat pada karbohidrat dalam keadaan bebas. Pada sukrosa, ikatan glikosida
berada di antara Cl glukosa dan C2 fruktosa. Disini, gugus pereduksi saring terikat
maka sukrosa kehilangan daya reduksinya terhadap reagen Benedict dan juga reagen-
reagen lain yang sejenis, seperti Fehling. Jadi gula yang mempunyai gugus aldehida
atau keton bebas akan mereduksi ion Cu 2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+, yang
7
mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Hasil yang didapat dari praktikum ini
menunjukan bahwa glukosa, fruktosa, dan laktosa adalah gula pereduksi. Sifat
mereduksi disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam
molekulnya, sedangkan amilum dan sukrosa bukan gula pereduksi. Hasil ini sesuai
dengan literatur.
Reaksi:
2. Uji Barfoed
Gula pereduksi tidak bisa mereduksi CuSO4 dalam suasana asam dan juga “disakarida
reducing sugar.” Akan tetapi, CuSO4 dalam asam asetat encer dapat direduksi oleh di
sakarida dan monosakarida dalam waktu yang berbeda. Reduksi monosakarida relatif
lebih cepat dan dapat digunakan untuk membedakan disakarida dan monosakarida di
laboratorium. Adanya pemanasan dalam uji ini digunakan untuk mempercepat reaksi
agar mudah terlihat perubahan warna. Disini digunakan pewarna fosfomolibdat untuk
mendeteksi Cu2O yang terbentuk dari hasil reduksi CuSO oleh gual. Cu 2O dengan
fosfomolibdat akan terbentuk warna biru tua dengan endapan merah bata. Jadi Ion
Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi oleh gugus karbonil
bebas lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan
menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata. Hasil dari praktikum kami,
senyawa yang mengalami perubahan warna adalah glukosa. Jadi glukosa adalah
golongan monosakarida. Sukrosa, laktosa, dan maltosa adalah golongan gula
disakarida.
Reaksi :
3. Uji Seliwanoff
Uji ini sering digunakan untuk indentifikasi fruktosa di laboratorium. Fruktosa sebagai
senyawa gula banyak terdapat dalam buah-buahan, dan juga terdapat sebagai
disakarida dalam gula tebu bersamaan dengan glukosa. Jadi, fruktosa adalah sebagai
monoketoheksosa yang mengandung gugusan keton. Sebagian besar fruktosa diet,
8
oleh tubuh (hepar) diubah menjadi glukosa. Fruktosa mempunyai indeks manis relatif
173,3, lebih tinggi dari sukrosa 100, glukosa 74,3, laktosa 16, galaktosa 32.
Pembentukan hidroksi metal fultural lebih cepat dibandingkan aldoheksosa jika
ketoheksosa atau aldoheksosa direaksikan dengan HCl setengah pekat. Pewarna
adalah resorcinol dalam asam klorida atau asam sulfat yang memberikan warna merah
chery dengan metal furfural. Dengan glukosa, uji ini kurang spesifik dibanding dengan
fruktosa karena pembentukan metil fulfuralnya lebih lama. Jadi, identifikasi fruktosa
dengan uji seliwanoff hanya berdasarkan waktu dan hasilnya fruktosa maupun yang
tercepat. Jadi dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural
dan dengan penambahan resorsionol akan mengalami kodensasi membentuk senyawa
kompleks berwarna merah oranye. Hasil praktikum menunjukan bahwa senyawa yang
menghasilkan warna merah adalah fruktosa dan sukrosa. Pada glukosa dan laktosa
tidak terjadi perubahan warna. Fruktosa, glukosa, dan galaktosa merupakan
monosakarida yang memiliki 6 atom karbon. Jika laktosa dihidrolisis akan
menghasilkan galaktosa dan glukosa yang keduanya mengandung gugus aldosa, yang
tidak mengalami perubahan warna.
Reaksi :
4. Uji Iod
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi
berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru,
dextrin menghasilkan larutan berwarna kuning keemasan, dan gum arab menghasilkan
larutan berwarna coklat. Polisakarida amilum adalah karbohidrat yang mengandung
amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida berantai lurus yang terdiri
atas molekul-molekul glukosa. Amilosa adalah bagian dari polisakarida yang larut
dalam air. Amilosa bila direaksikan dengan iodium akan membentuk kompleks
amilosa-iodine yang berwarna biru. Amilopektin merupakan polisakarida bercabang
yang terdiri atas molekul-molekul glukosa yang terikat satu sama lain. Amilopektin
bagian dari polisakarida yang tidak larut dalam air. Amilopektin bila direaksikan
dengan iodium akan menghasikan warna lembayu merah. Pada hasil percobaan
amilum menunjukan hasil adanya polisakarida amilum. Dextrin dan gum arab tidak
9
mengandung polisakarida amilum. Dextrin menghasilkan warna menjadi kuning
keemasan. Dextrin tidak memberikan hasil positif disebabkan karena hasil hidrolisis
dari amilum oleh enzim atau asam menjadi rantai glukosa yang lebih kecil sebelum
diubah menjadi maltosa. Pada gum arab memberikan hasil negatif, karena gum arab
termasuk jenis karbohidrat monosakarida atau biasa disebut arabinosa.
5. Uji Fehling
Uji fehling menggunakan pereaksi fehling yang terdiri dari campuran kupri sulfat, Na-
K-tartrat dan natrium hidroksida dengan gula pereduksi dan dipanaskan akan
terbentuk endapan yang berwarna merah kecoklatan atau biasa disebut merah bata
(Slamet sudarmadji, 1986).
Uji fehling ini digunakan untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat dalam
senyawa gula pereduksi. Gula pereduksi adalah karbohidrat yang dapat mereduksi
senyawa pengoksidasi lemah seperti Cu dalam pereaksi fehling. Agar berfungsi
sebagai gula pereduksi, karbohidrat harus mempunyai fungsi aldehid atau gugus
fungsi hemi asetal yang dapat membuka menjadi aldehid.
Dalam pembahasan ini larutan sampel yang diuji adalah glukosa, fruktosa, laktosa,
dan sukrosa. Apabila larutan sample ditambah pereaksi fehling (A+B) dan kemudian
dipanaskan menunjukkan terbentuknya endapan merah bata maka larutan sampel
tersebut mengandung karbohidrat karena mengandung gugus fungsi aldehid yang
dapat mereduksi pereaksi fehling. Dari 2 larutan sampel, yang menunjukkan adanya
endapan larutan berwarna hijau tua adalah larutan sukrosa. Larutan glukosa, fruktosa,
dan laktosa adalah larutan dengan kandungan gula pereduksi tertinggi karena larutan
tersebut menunjukkan adanya endapan merah bata.
11
Jika dilihat kadar glukosa yang tersisa dari yang paling banyak sampai yang
paling sedikit seharusnya yaitu tabung kedua dan tabung ketiga, sedangkan paling
banyak yaitu pada tabung pertama, karena pada tabung kedua proses glikolisis sulit
terjadi karena sel dan enzim pada ragi sudah rusak sehingga glukosa sulit untuk
diglikolisis, sedangkan pada tabung ketiga masih ada proses glikolisis walaupun
sedikit sehingga kadar glukosa pada tabung ketiga lebih sedikit dibandingan tabung
kedua. Pada tabung pertama kadar glukosanya paling rendah karena proses glikolisis
(pemecahan glukosa menjadi asam piruvat) dapat berlangsung dengan baik tanpa ada
gangguan lain (denaturasi enzim maupun inhibitor). Hasil praktikum yang kami
dapatkan sedikit tidak sesuai dengan teori dimana pada tabung ketiga kadar
glukosanya lebih banyak dibandingkan pada tabung kedua, hal ini mungkin
dikarenakan pada proses penghomogenan tabung ketiga kurang baik dan juga dapat
dipengaruhi oleh suhu.
Pemeriksaan gula darah sewaktu atau gula darah acak, pemeriksaan dapat
dilakukan kapan saja. Pemeriksaan ini sudah dapat mewakili kadar gula darah
seseorang. Hal ini dikarenakan jenis gula yang akan diukur dalam pemeriksaan adalah
jenis gula glukosa. Glukosa merupakan jenis gula paling sederhana (monosakarida)
yaitu jenis karbohidrat yang paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
molekul yang lebih kecil lagi. Glukosa selalu terkandung dalam darah dalam keadaan
apapun termasuk dalam keadaan puasa.
14
Pada data hasil pemeriksaan gula darah yang kami lakukan, mahasiswa atas
nama Wardah, Aurel, Lanny, Lulu, Puspa, dan Fabriola memiliki kadar gula darah
yang tergolong normal. Dimana kadar gula darahnya berada pada rentang 70-125
mg/dL.
Peningkatan glukosa darah setelah makan menstimulasi sekresi hormon insulin
dan supresi hormon glukagon. Hal itu bersamaan pula dengan pemasukan glukosa ke
hati, stimulasi sintesis glikogen dan penghambatan degradasi glikogen. Perubahan ini
memicu pula produksi glukokinase, penyediaan substrat-substrat untuk sistesis
glikogen dan pengaktifan asetil Co-A karboksilase.
Beberapa jam kemudian bila kadar glukosa mulai turun maka sekresi insulin
akan ditekan dan sekresi glucagon ditingkatkan. Penurunan insulin mengurangi
penggunaan gula oleh otot, hati dan jaringan adiposa.Kejadian ini mempromosikan
mobilisasi glikogen dalam hati melalui mekanisme kaskade yang mengaktifkan
glikogen fosforilase dan menonaktifkan glikogen intase, degradasi lemak dia adipose
juga teraktifkan. Mekanisme pengaturan kadar gula darah diatas terjadi secara
otomatis sehingga kadar gula darah konstan dan selalu tersedia untuk menjalankan
fungsi otak. Semua ini dapat berlangsung atas kerja prima pankreas yang
memproduksi enzim-enzim pencernaan dan hormon-hormon pengatur kadar gula
darah. Hal tersebut terjadi secara otomatis dalam tubuh. Maka dari itu pemeriksaan
dilakukan lebih baik setelah puasa 10-12 jam atau 2 jam setelah makan.
Pemeriksaan kadar gula darah seseorang 2 jam setelah makan bertujuan untuk
menentukan apakah orang tersebut mengalami gangguan kesehatan terhadap gula atau
tidak, karena insulin baru akan bekerja menginduksi glikolisis glukosa setelah makan.
Pemeriksaan kadar gula darah saat puasa dengan nilai normal dapat menentukan
apakah orang tersebut menderita diabetes atau tidak. Pada pemeriksaan gula darah 2
jam setelah makan bertujuan untuk memastikan kerja hormon insulin dalam
menginduksi glikolisis glukosa untuk homeostasis tubuh. Pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi apakah orang tersebut
mengalami gangguan kesehatan atau tidak. Pemeriksaan ini biasanya digunakan
untuk orang yang bukan penderita DM.
Pada penderita DM, pemeriksaan gula darah dapat dilakukan secara teratur
untuk memantau program diet yang dilakukan oleh penderita DM. Pemeriksaan gula
darah sewaktu, gula darah 2 jam setelah makan dan gula darah puasa juga perlu
dilakukan oleh penderita DM karena dari hasil tersebut dapat mengukur konsumsi
15
makanan yang diperlukan penderita DM dan mengukur keberhasilan diet yang
dilakukan oleh penderita DM.
Diabetes mellitus (DM) sejatinya dibagi menjadi 2 yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2
dimana :
a. Diabetes Melitus Tipe 1 / Diabetes Melitus Bergantung Insulin (IDDM)
IDDM bertanggung jawab atas sekitar 15% pasien diabetic. IDDM dapat terjadi
pada semua umur tetapi paling banyak terjadi pada usia muda, dengan puncak
insiden antara 9-14 tahun. Ketiadaan mutlak insulin merupakan akibat dari
destruksi autoimun terhadap sel-sel beta yang memproduksi insulin. Kemungkinan
ada factor pencetus (precipitating factor) dari lingkungan seperti infeksi virus.
Adanya antibody sel islet dalam serum memprediksi perkembangan diabetes masa
depan.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 / Diabetes Melitus Tidak Bergantung Insulin (NIDDM)
NIDDM bertanggung jawab atas sekitar 85% pasien diabetik dan dapat terjadi pada
semua usia. NIDDM paling banyak terjadi pada usia antara 40-80 tahun, tetapi
belakangan ini dilaporkan NIDDM terjadi pada remaja dan bahkan populasi
pediatric. Pada kondisi ini terjadi resistansi jaringan perifer terhadap kerja insulin
sehingga kadar insulin mungkin normal atau bahkan tinggi. Obesitas merupakan
gambaran klinis yang paling umum.
16
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir.
Puasa artinya pasien tidak boleh mendapatkan kalori tambahan minimal 8 jam.
TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa
khusus untuk diminum. Sebelum minum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan
kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah minum
larutan tersebut.
Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk ke
dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang masuk
kedalamnya adalah:
- Glukosa Darah Puasa terganggu (GDPT), yang ditegakkan jika hasil pemeriksaan
glukosa plasma puasa didapatkan antara 100-125 mg/dL dan kadar glukosa plasma
2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO <140 mg/dL.
- Toleransi glukosa terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2
jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 – 199 mg/dL.
Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
Belum pasti
Bukan DM DM
DM
Kadar gula
Plasma vena <100 100-199 ≥200
darah sewaktu
Darah kapiler <90 90-199 ≥200
(mg/Dl)
Kadar gula Plasma vena <100 100-125 ≥126
darah (mg/Dl) Darah kapiler <90 90-99 ≥100
Sumber : Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia – PERKENI tahun
2011
Adapun Manifestasi Klinis DM :
a. Poliuria (Peningkatan pengeluaran urin).
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus).
c. Poliphagia (peningkatan rasa lapar.
17
d. Peurunan berat badan.
e. Rasa lelah dan lemahnya otot.
BAB IV
KESIMPULAN
18
Daftar Pustaka
19
Lampiran
Hasil Uji Benedict
20
Sukrosa Amilum Laktosa Fruktosa Glukosa
Glukosa Maltosa
21
Laktosa Sukrosa
22
Hasil Uji Iod Menggunakan Plat Tetes
23
Uji Fehling
24
Tugas Baca
1. Pemeriksaan gula darah saat ini marak digunakan masyarakat Indonesia. Pengecekan
dapat dilakukan di Laboratorium ataupun pemeriksaan mandiri. Jenis gula apa yang di
deteksi oleh alat pengukur gula darah tersebut? Mengapa jenis gula tersebut yang
dapat mewakili ‘kadar gula darah’ seseorang?
Jawab :
Jenis glukosa yang didetksi oleh alat pengukut gula darah adalah glukosa. Glukosa
dapat mewakili kadar gula darah seseorang karena sumber makanan yang kita
konsumsi mengandung glukosa. Glukosa adalah jenis gula sederhana yang tidak dapat
dihidrolisis. Adapun gula lain seperti galaktosa, fruktosa, hanya terkandung sedikit
dari makanan yang kita konsumsi tetapi semua disakarida itu akan dihidrolisis
sehingga menjadi glukosa. Maka dari itu glukosa terkandung banyak di dalam darah
dan hormon insulin hanya dapat menginduksi glikolisis glukosa untuk homeostasis
tubuh. (Dawn B. Marks PhD. Biokimia Kedokteran Dasar.2000. Halaman 381)
2. Tuliskan karakteristik dan nilai normal dari berbagai jenis gula darah dibawah ini!
Jawab :
Jenis Karakteristik/ Definisi Nilai Normal
Tes yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana
Gula darah
saja, bisa dilakukan di rumah dan tidak perlu 80-120 mg/dL
acak / sewaktu
melakukan persiapan.
Gula darah yang diambil setelah puasa selama
10-12 jam sebelum pengambilan sampel darah,
Gula darah
dipakai untuk mengetahui seberapa besar 80-110 mg/dL
puasa
respon insulin dalam menyeimbangkan kadar
gula darah.
Memeriksa gula darah setelah 2 jam makan.
Gula darah 2
Untuk menilai seberapa besar fungsi pankreas
jam post 80-144 mg/dL
untuk mengeluarkan insuline untuk menetralisir
prandial
gula darah
25
(Dewi, rifka kumala, S. Gz. Diebetes bukan untuk ditakuti.2014. Halaman 59)
29