Anda di halaman 1dari 29

BAB I

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan Praktikum :
1. Mengidentifikasi karbohidrat secara kualitatif.
2. Memahami proses glikolisis.
3. Menentukan kadar glukosa darah.
4. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan kadar gula darah bernilai diagnostik untuk
diabetes mellitus.

1
BAB II
HASIL PRAKTIKUM

Hasil praktikum Karbohidrat dan Diabetes Melitus


1. Uji Benedict
Tujuan : Menentukan gula pereduksi

Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

Reaksi Uji Benedict


Berubah warna menjadi merah, terbentuk Merupakan gula
Glukosa 1%
endapan merah bata pereduksi
Berubah warna menjadi biru, tidak
Sukrosa 1% Bukan gula pereduksi
terbentuk endapan
Berubah warna menjadi hijau, terbentuk Merupakan gula
Fruktosa 1%
endapan merah bata pereduksi
Berubah warna menjadi merah, terbentuk Merupakan gula
Laktosa 1%
endapan merah bata pereduksi
Berubah warna menjadi hijau kebiruan,
Amilum 1% Bukan gula pereduksi
tidak terbentuk endapan

2. Uji Barfoed
Tujuan : Mendeteksi Monosakarida

Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan


Reaksi Uji Barfoed
Tidak adanya
Sukrosa 1% Biru muda, tidak ada endapan
monosakarida
Tidak adanya
Laktosa 1% Biru jernih, tidak ada endapan
monosakarida
Tidak adanya
Maltosa 1% Biru jernih, tidak ada endapan
monosakarida
Glukosa 1% Biru muda, ada endapan merah Adanya monosakarida

3. Uji Seliwanof
Tujuan: identifikasi karbohidrat yang mengandung gugus ketosa

2
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Reaksi Uji Seliwanof
Tidak mengandung
Glukosa Tidak terbentuk warna merah
gugus ketosa
Mengandung gugus
Fruktosa Terbentuk warna orange kemerahan
ketosa
Tidak mengandung
Laktosa Tidak terbentuk warna merah
gugus ketosa
Mengandung gugus
Sukrosa Terbentuk warna merah
ketosa

4. Uji Iod
Tujuan: mengetahui adanya polisakarida amilum

Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

Reaksi Uji Iod


Amilum bereaksi dengan Iod sehingga Terdapat polisakarida
Amilum
terbentuk warna biru pekat pada larutan amilum
Dextrin + Iod tidak terjadi reaksi antara
Tidak terdapat
Dextrin larutan pati dan iod sehingga terjadi
polisakarida amilum
warna kuning keemasan pada larutan
Gum Arab + Iod tidak terjadi reaksi
Tidak terdapat
Gum Arab antara larutan pati dan Iod sehingga
polisakarida amilum
terbentuk warna coklat pada larutan

5. Uji Fehling
Tujuan : Identifikasi karbohidrat melalui reaksi gula pereduksi
Sample Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Uji Fehling
Terdapat endapan merah
Glukosa Terdapat karbohidrat
bata
Terdapat endapan merah
Fruktosa Terdapat karbohidrat
bata
Terdapat endapan merah
Laktosa Terdapat karbohidrat
bata
Tidak terdapat endapan
Sukrosa merah bata, larutan Tidak terdapat karbohidrat
berwarna hijau tua

3
6. Uji Glikolisis Dalam Sel Ragi
Tujuan :
a. Mengamati proses glikolisis dalam sel ragi dengan mengukur kadar glukosa
yang tersisa dan tinggi kolom CO2 yang dihasilkan.
b. Mengamati pengaruh inhibitor seperti fluorida atau arsenat terhadap proses
glikolisis.
a. Perlakuan pada Masing-Masing Tabung Peragian

Tabung 1 2 3

Ragi 2g 2g 2g

Glukosa 0,1 M 20 mL 20 mL 20 mL

Larutan fluorida 0,5 mL

Larutan pati1% 2 mL 2 mL 1,5 mL

b. Hasil Uji Peragian


1 2 3
Tabung
Kontrol + Kontrol - Uji
Tinggi kolom CO2
0,2 cm - -
yang terbentuk (cm)
++ + ++++
Kadar glukosa* Kuning Kuning hijau Jingga
0,5% - 1% <0,5% >2%
*Penentuan kadar glukosa dengan Uji Benedict semi kualitatif
Warna Penilaian Kadar
Biru jernih Negatif 0
Hijau / kuning hijau + < 0,5%
Kuning / kuning ++ 0,5 – 1,0 %
Kehijauan +++ 1,0-2,0 %
Jingga Merah ++++ >2,0 %

7. Pemeriksaan Kadar Gula Darah


Tujuan : Menentukan kadar gula darah sewaktu
Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Kadar gula
No. Nama/ NRP Kelompok Analisis Hasil
darah (mmol/L)
1 Wardah 1 91 mg /dL Gula darah acak (Normal)

4
110117206
Aurel
2 2 117 mg/dL Gula Darah Puasa (Normal)
110117191
Lanny
3 3 100 mg/ dL Gula darah acak (Normal)
110117217
Lulu
4 4 109 mg/ dL Gula darah acak (Normal)
110117327
Puspa
5 5 84 mg/dL Gula darah acak (Normal)
110117218
Fabiola
6 6 93 mg/dL Gula darah acak (Normal)
110117050

BAB III
PEMBAHASAN

Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak dijumpai di alam, terutama


sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain dari karbohidrat adalah
sakarida (berasal dari bahasa latin saccharum = gula). Senyawa karbohidrat adalah
polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mengandung unsur-unsur karbon (C),
hydrogen (H), dan oksigen (O), dengan rumus empiris (CH2O)n. Karbohidrat banyak terdapat
dalam nabati berupa gula sederhana, diantaranya heksosa, pentosa, maupun karbohidrat
dengan berat molekul tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin.
Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia,hewan, dan
tumbuhan disamping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan

5
makanan atau energi yang disimpan dalam sel. Karbohidrat dalam sel tubuh disimpan dalam
hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen.
Fungsi dari karbohidrat adalah :
1. Sebagai energi cadangan dalam bentuk tepung (fotosintesa dalam tumbuhan) atau
glikogen (hewan dan manusia).
2. Sumber energi melalui jalur dan siklus metabolism.
3. Membentuk komponen struktural dalam sel dan jaringan.
4. Identitas sel terutama berikatan dengan protein atau lipid dan berfungsi dalam proses
pengenalan antar sel (cell-cell recognition)→ umumnya sebagai oligosakarida.
Klasifikasi karbohidrat dapat diketahui adalah suatu polimer yang tersusun atas monomer-
monomer. Berdasarkan monomer yang menyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3
golongan yaitu :
1. Monosakarida
Monosakarida merupakan senyawa karbohidrat yang paling sederhana yang tidak
dapat dihidrolisis lagi. Beberapa molekul monosakarida mengandung nitrogen dan
sulfur. Monosakarida mempunyai rumus kimia (CH 2O)n dimana n = 3 atau lebih. Jika
gugus karbonil pada ujung rantai monosakarida adalah turunan aldehida, maka
monosakarida ini disebut aldosa. Dan bila gugusnya merupakan turunan keton maka
monosakarida tersebut dinamakan ketosa. Monosakarida aldosa yang paling sederhana
adalah gliseraldehida. Sedangkan monosakarida ketosa yang paling sederhana adalah
dihidroksiaseton. Monosakarida yang terpenting bagi tubuh adalah glukosa, galaktosa,
dan fruktosa.

Klasifikasi monosakarida yang terpenting


Monosakarid Rumus
Aldosa Ketosa
a Molekul
Triosa C3H6O3 Gliserosa Dihidroksa aseton
Tetrosa C4H8O4 Eritrosa Eritrulosa
Pentosa C5H10O5 Ribosa Ribulosa
Heksosa C6H12O6 Glukosa Fruktosa

2. Oligosakarida
Oligosakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua sampai sepuluh
monosakarida digolongkan dalam kelompok oligosakrida. Termasuk kelompok
oligosakarida adalah disakarida, trisakarida, dan seterusnya sesuai dengan jumlah
satuan monosakaridanya. Oligosakarida yang paling banyak terdapat dialam adalah

6
disakarida. Molekul ini terdiri atas dua satuan monosakarida yang dihubungkan oleh
ikatan glikosida. Disakarida yang dikenal diantaranya adala sukrosa (gula tebu),
maltose (gula gandum) dan laktosa (gula susu). Dimana sukrosa tersusun dari glukosa
dan fruktosa, maltosa tersusun dari glukosa dan glukosa, serta laktosa tersusun dari
glukosa dan galaktosa. Ketiga disakarida ini mempunyai rumus molekul yang sama
(C12H22O11) tetapi stuktur molekulnya berbeda.
3. Polisakarida
Polisakarida merupakan karbohidrat bentuk polimer dari satuan monosakarida yang
sangat panjang. Rumus kimia polisakarida adalah (C6H10O5)n. Molekul yang dapat
digolongkan menjadi polisakarida struktual seperti selulosa, asam hialuronat, dan
sebagainya. Dan polisakarida nitrien seperti amilum (pada tumbuhan dan bakteri),
glikogen (hewan), dan paramilum (jenis protozoa). Polisakarida berfungsi sebagai :
bahan bangunan, bahan makanan dan sebagai zat spesifik. Contoh polisakarida bahan
bangunan adalah selulosa yang memberikan kekuatan pada kayu dan dahan bagi
tumbuhan, dan kitin, komponen struktur kerangka luar serangga. Polisakarida nutrisi
yang lazim adalah pati (starch pada padi dan kentang) dan glikogen pada hewan.
Contoh polisakarida zat spesifik adalah heparin yang berfungsi mencegah koagulasi
darah. Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam empedu atau enzim tertentu yang
kerjanya spesifik. Hidrolisis polisakarida akan menghasilkan oligosakarida dan dapat
digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida.

Beberapa uji yang kami lakukan dalam praktikum ini :

1. Uji Benedict
Tujuan dari Uji Benedict adalah untuk menentukan gula pereduksi. Gula pereduksi
sendiri adalah golongan gula yang dapat mereduksi senyawa penerima elektron.
Aldosa dan ketosa mempunyai gugus pereduksi, yaitu gugus aldehid dan keton
sebagai gugus aktif. Disakarida juga mengandung gugus yang sama sehingga dapat
mereduksi reagen Benedict yang mengandung ion Cu2+ jika gugus aldehid dan keton
yang terdapat pada karbohidrat dalam keadaan bebas. Pada sukrosa, ikatan glikosida
berada di antara Cl glukosa dan C2 fruktosa. Disini, gugus pereduksi saring terikat
maka sukrosa kehilangan daya reduksinya terhadap reagen Benedict dan juga reagen-
reagen lain yang sejenis, seperti Fehling. Jadi gula yang mempunyai gugus aldehida
atau keton bebas akan mereduksi ion Cu 2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+, yang
7
mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Hasil yang didapat dari praktikum ini
menunjukan bahwa glukosa, fruktosa, dan laktosa adalah gula pereduksi. Sifat
mereduksi disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam
molekulnya, sedangkan amilum dan sukrosa bukan gula pereduksi. Hasil ini sesuai
dengan literatur.
Reaksi:

2. Uji Barfoed
Gula pereduksi tidak bisa mereduksi CuSO4 dalam suasana asam dan juga “disakarida
reducing sugar.” Akan tetapi, CuSO4 dalam asam asetat encer dapat direduksi oleh di
sakarida dan monosakarida dalam waktu yang berbeda. Reduksi monosakarida relatif
lebih cepat dan dapat digunakan untuk membedakan disakarida dan monosakarida di
laboratorium. Adanya pemanasan dalam uji ini digunakan untuk mempercepat reaksi
agar mudah terlihat perubahan warna. Disini digunakan pewarna fosfomolibdat untuk
mendeteksi Cu2O yang terbentuk dari hasil reduksi CuSO oleh gual. Cu 2O dengan
fosfomolibdat akan terbentuk warna biru tua dengan endapan merah bata. Jadi Ion
Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi oleh gugus karbonil
bebas lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan
menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata. Hasil dari praktikum kami,
senyawa yang mengalami perubahan warna adalah glukosa. Jadi glukosa adalah
golongan monosakarida. Sukrosa, laktosa, dan maltosa adalah golongan gula
disakarida.
Reaksi :

3. Uji Seliwanoff
Uji ini sering digunakan untuk indentifikasi fruktosa di laboratorium. Fruktosa sebagai
senyawa gula banyak terdapat dalam buah-buahan, dan juga terdapat sebagai
disakarida dalam gula tebu bersamaan dengan glukosa. Jadi, fruktosa adalah sebagai
monoketoheksosa yang mengandung gugusan keton. Sebagian besar fruktosa diet,
8
oleh tubuh (hepar) diubah menjadi glukosa. Fruktosa mempunyai indeks manis relatif
173,3, lebih tinggi dari sukrosa 100, glukosa 74,3, laktosa 16, galaktosa 32.
Pembentukan hidroksi metal fultural lebih cepat dibandingkan aldoheksosa jika
ketoheksosa atau aldoheksosa direaksikan dengan HCl setengah pekat. Pewarna
adalah resorcinol dalam asam klorida atau asam sulfat yang memberikan warna merah
chery dengan metal furfural. Dengan glukosa, uji ini kurang spesifik dibanding dengan
fruktosa karena pembentukan metil fulfuralnya lebih lama. Jadi, identifikasi fruktosa
dengan uji seliwanoff hanya berdasarkan waktu dan hasilnya fruktosa maupun yang
tercepat. Jadi dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural
dan dengan penambahan resorsionol akan mengalami kodensasi membentuk senyawa
kompleks berwarna merah oranye. Hasil praktikum menunjukan bahwa senyawa yang
menghasilkan warna merah adalah fruktosa dan sukrosa. Pada glukosa dan laktosa
tidak terjadi perubahan warna. Fruktosa, glukosa, dan galaktosa merupakan
monosakarida yang memiliki 6 atom karbon. Jika laktosa dihidrolisis akan
menghasilkan galaktosa dan glukosa yang keduanya mengandung gugus aldosa, yang
tidak mengalami perubahan warna.
Reaksi :

4. Uji Iod
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi
berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru,
dextrin menghasilkan larutan berwarna kuning keemasan, dan gum arab menghasilkan
larutan berwarna coklat. Polisakarida amilum adalah karbohidrat yang mengandung
amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida berantai lurus yang terdiri
atas molekul-molekul glukosa. Amilosa adalah bagian dari polisakarida yang larut
dalam air. Amilosa bila direaksikan dengan iodium akan membentuk kompleks
amilosa-iodine yang berwarna biru. Amilopektin merupakan polisakarida bercabang
yang terdiri atas molekul-molekul glukosa yang terikat satu sama lain. Amilopektin
bagian dari polisakarida yang tidak larut dalam air. Amilopektin bila direaksikan
dengan iodium akan menghasikan warna lembayu merah. Pada hasil percobaan
amilum menunjukan hasil adanya polisakarida amilum. Dextrin dan gum arab tidak
9
mengandung polisakarida amilum. Dextrin menghasilkan warna menjadi kuning
keemasan. Dextrin tidak memberikan hasil positif disebabkan karena hasil hidrolisis
dari amilum oleh enzim atau asam menjadi rantai glukosa yang lebih kecil sebelum
diubah menjadi maltosa. Pada gum arab memberikan hasil negatif, karena gum arab
termasuk jenis karbohidrat monosakarida atau biasa disebut arabinosa.

5. Uji Fehling
Uji fehling menggunakan pereaksi fehling yang terdiri dari campuran kupri sulfat, Na-
K-tartrat dan natrium hidroksida dengan gula pereduksi dan dipanaskan akan
terbentuk endapan yang berwarna merah kecoklatan atau biasa disebut merah bata
(Slamet sudarmadji, 1986).
Uji fehling ini digunakan untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat dalam
senyawa gula pereduksi. Gula pereduksi adalah karbohidrat yang dapat mereduksi
senyawa pengoksidasi lemah seperti Cu dalam pereaksi fehling. Agar berfungsi
sebagai gula pereduksi, karbohidrat harus mempunyai fungsi aldehid atau gugus
fungsi hemi asetal yang dapat membuka menjadi aldehid.
Dalam pembahasan ini larutan sampel yang diuji adalah glukosa, fruktosa, laktosa,
dan sukrosa. Apabila larutan sample ditambah pereaksi fehling (A+B) dan kemudian
dipanaskan menunjukkan terbentuknya endapan merah bata maka larutan sampel
tersebut mengandung karbohidrat karena mengandung gugus fungsi aldehid yang
dapat mereduksi pereaksi fehling. Dari 2 larutan sampel, yang menunjukkan adanya
endapan larutan berwarna hijau tua adalah larutan sukrosa. Larutan glukosa, fruktosa,
dan laktosa adalah larutan dengan kandungan gula pereduksi tertinggi karena larutan
tersebut menunjukkan adanya endapan merah bata.

6. Uji Glikolisis Dalam Sel Ragi


Glikolisis (Gluko=glukosa; lisis=penguraian) adalah proses penguraian karbohidrat
(glukosa) menjadi piruvat. Reaksi penguraian ini terjadi dalam keadaan ada atau tanpa
oksigen. Bila ada oksigen, asam piruvat akan dioksidasi lebih lanjut menjadi CO 2 dan
air misalnya pada hewan, tanaman, dan banyak sel mikroba yang berada pada kondisi
aerobik. Bila tanpa oksigen atau kondisi anaerob, asam piruvat akan dirubah menjadi
etanol. (fermentasi alkohol) pada ragi atau menjadi asam laktat pada otot manusia
yang berkontraksi.
Reaksi anaerob terdiri dari serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi
asam laktat. Tiap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu yaitu,
10
enzim heksokinase, fosfoheksoisomerase, fosfofruktokinase, enolase, laktat
dihidrogenase, piruvat kinase, fosfogliserilkinase, dll. Enzim yang mengkatalis reaksi
dalam tahap glikolisis dijumpai di sitoplasma sel.
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mempelajari atau mengamati proses
glikolisis di dalam sel ragi dengan mengukur tinggi kolom CO 2 yang terbentuk,
menghitung kadar glukosa serta mempelajari atau mengamati pengaruh inhibitor
seperti flourida terhadap proses glikolisis.
Pada percobaan ini, digunakan ragi atau sel ragi sebagai tempat
berlangsungnya proses glikolisis. Ragi (Saccharomyces cereviceae) merupakan zat
yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang
melakukan fermentasi dan media perkembangbiakan bagi mikroorganisme tersebut.
Pada tabung satu di beri suspensi ragi 2 g, glukosa 0,1 M 20 mL, dan larutan
pati 1% 2 mL, setelah dihomogenkan dan didiamkan selama 15 menit di dalam suhu
kamar maka tinggi kolom CO2 yang terbentuk yaitu 0,2 cm. Larutan glukosa berfungsi
sebagai substrat yang akan diubah oleh enzim (enzim simase) dalam ragi menjadi
etanol dan gas CO2. Karbohidat yang paling optimal pada proses glikolisis adalah
monosakarida glukosa, karena pada proses glikolisis, glukosa yang akan diubah
menjadi asam piruvat dan CO2.
Pada tabung kedua diberi suspensi ragi yang telah didihkan 2 g, larutan
glukosa 0,1 M 20 mL, dan larutan pati 1% 2 mL, dihomogenkan dan didiamkan di
suhu ruang selama 15 menit, kemudian diukur tinggi kolom CO 2 tidak terbentuk
(0cm). Pada percobaan tabung kedua ini tinggi kolom CO2 yang terbentuk berbeda
pada tabung pertama, hal ini dikarenakan pada tabung pertama enzim dan sel ragi
masih berfungsi dengan baik, sedangkan pada tabung kedua enzim dan sel ragi telah
mengalami kerusakan akibat dipanaskan.
Pada tabung ketiga diberi suspensi ragi 2 g, larutan flourida 0,5 mL, larutan
glukosa 0,1 M 20 mL, dan larutan pati 1% 1,5 mL, dihomogenkan dan didiamkan
selama 15 menit pada suhu ruang. Pada percobaan yang kami lakukan tinggi kolom
CO2 tidak terbentuk ( 0 cm). Pada hasil praktikum kami sedikit tidak sesuai dengan
teori dimana seharusnya tinggi kolom CO2 pada tabung kedua lebih rendah
dibandingkan pada tabung ketiga, karena pada tabung kedua enzim dan sel ragi sudah
rusak akibat efek pemanasan dan tidak dapat berfungsi dengan baik sedangkan pada
tabung ketiga enzim dan sel ragi masih baik hanya saja pada proses glikolisisnya
diberi inhibitor yaitu larutan flourida yang akan menghambat proses glikolisis.

11
Jika dilihat kadar glukosa yang tersisa dari yang paling banyak sampai yang
paling sedikit seharusnya yaitu tabung kedua dan tabung ketiga, sedangkan paling
banyak yaitu pada tabung pertama, karena pada tabung kedua proses glikolisis sulit
terjadi karena sel dan enzim pada ragi sudah rusak sehingga glukosa sulit untuk
diglikolisis, sedangkan pada tabung ketiga masih ada proses glikolisis walaupun
sedikit sehingga kadar glukosa pada tabung ketiga lebih sedikit dibandingan tabung
kedua. Pada tabung pertama kadar glukosanya paling rendah karena proses glikolisis
(pemecahan glukosa menjadi asam piruvat) dapat berlangsung dengan baik tanpa ada
gangguan lain (denaturasi enzim maupun inhibitor). Hasil praktikum yang kami
dapatkan sedikit tidak sesuai dengan teori dimana pada tabung ketiga kadar
glukosanya lebih banyak dibandingkan pada tabung kedua, hal ini mungkin
dikarenakan pada proses penghomogenan tabung ketiga kurang baik dan juga dapat
dipengaruhi oleh suhu.

7. Pemeriksaan Kadar Gula Darah


Glukosa adalah karbohidrat terpenting bagi tubuh karena glukosa bertindak
sebagai bahan bakar metabolik utama. Glukosa juga berfungsi sebagai prekursor untuk
sintesis karbohidrat lain, misalnya glikogen, galaktosa, ribosa, dan deoksiribosa.
Glukosa merupakan produk akhir terbanyak dari metabolisme karbohidrat. Sebagian
besar karbohidrat diabsorpsi ke dalam darah dalam bentuk glukosa, sedangkan
monosakarida lain seperti fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa di
dalam hati. Karena itu, glukosa merupakan monosakarida terbanyak di dalam darah.
Glukosa harus ditranspor ke dalam sel melalui mekanisme difusi terfasilitasi
sehingga sel dapat memakainya sebagai sumber energi. Agar glukosa dapat menembus
membran plasma yang impermeabel terhadap molekul besar, glukosa membutuhkan
protein pembawa. Selain di saluran cerna dan tubulus ginjal, glukosa diangkut dari
konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah mengikuti gradien
konsentrasinya oleh protein pembawa GLUT yang independen Na+.
Lokasi Jaringan Fungsi
Pengangkut dua-arah fasilitatif
GLUT 1 Otak, ginjal, kolon, plasenta, Penyerapan glukosa
eritrosit
GLUT 2 Hati, sel beta pankreas, usus Penyerapan atau
halus, ginjal pembebasan glukosa secara
cepat
GLUT 3 Otak, ginjal, plasenta Penyerapan glukosa
12
GLUT 4 Otot jantung dan rangka, Penyerapan glukosa yang
jaringan adipose dirangsang oleh insulin
GLUT 5 Usus halus Penyerapan glukosa
Pengangkut satu-arah dependen-natrium
SGLT 1 Usus halus dan ginjal Penyerapan aktif glukosa
dengan melawan gradien
konsentrasi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa dalam Darah


1. Konsumsi Karbohidrat
Karbohidrat adalah salah satu bahan makanan utama yang diperlukan oleh tubuh
sebagai sumber energy dan cadangan makanan. Sebagian besar karbohidrat yang kita
konsumsi terdapat dalam bentuk polisakarida yang tidak dapat diserap secara
langsung. Karena itu, karbohidrat harus dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana
(glukosa) untuk dapat diserap melalui mukosa saluran pencernaan.
Karbohidrat yang masuk ke saluran cerna akan dihidrolisis oleh enzim pencernaan.
Ketika makanan dikunyah di dalam mulut, makanan tersebut bercampur dengan saliva
yang mengandung enzim ptialin (α-amilase). Tepung (starch) akan dihidrolisis oleh
enzim tersebut menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya.
Sesampainya di lambung, enzim ptialin menjadi tidak aktif akibat suasana lambung
yang asam. Proses pencernaan ini akan dilanjutkan di usus halus yang merupakan
muara dari sekresi pankreas. Sekresi pankreas mengandung α-amilase yang lebih
poten daripada α-amilase saliva. Hampir semua karbohidrat telah diubah menjadi
maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya sebelum melewati duodenum atau jejunum
bagian atas.
Disakarida dan polimer glukosa kecil ini kemudian dihidrolisis oleh enzim
monosakaridase yang terdapat pada vili enterosit usus halus. Proses ini terjadi ketika
disakarida berkontak dengan enterosit usus halus dan menghasilkan monosakarida
yang dapat diserap ke aliran darah.
2. Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu kondisi di mana tubuh kekurangan cairan sehingga
keseimbangan air menjadi negatif. Ketika tubuh kekurangan cairan, maka tubuh akan
melakukan kompensasi dengan cara mengaktifkan sistem renin-angiotensin.
Angiotensin II kemudian akan merangsang pelepasan vasopresin yang salah satu
efeknya adalah meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal. Selain berfungsi
dalam meretensi air, vasopresin juga mempunyai efek terhadap metabolisme glukosa.
13
Vasopresin memiliki reseptor di hati dan di pulau Langerhans pankreas. Vasopresin
merangsang proses glukoneogenesis dan pelepasan glukagon sehingga meningkatkan
kadar glukosa dalam darah.
3. Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol dikaitkan dengan hipoglikemia. Sebagian pecandu alkohol
mengalami hipoglikemia akibat gangguan metabolisme glukosa. Metabolisme alkohol
(etanol) melibatkan enzim alkohol dehidrogenase (ADH) yang terutama terdapat di
hati. Proses perubahan etanol menjadi asetaldehid menghasilkan zat reduktif yang
berlebihan di hati, terutama NADH. Peningkatan NADH ini mengganggu proses
glikogenolisis. Alkohol juga dapat menggangu kerja enzim yang berperan dalam
proses glukoneogenesis dan lipogenesis. Berikut adalah perbedaan kadar gula darah
penderita diabetes dan kadar gula darah normal.

Pemerikasaan Kadar gula darah penderita Kadar gula darah normal


diabetes
SebSebelum makan(puasa) 90-130 mg/dL < 110 mg/dL
Setelah makan 90-130 mg/dL < 110 mg/dL
Dua jam setelah makan 120-160 mg/dL < 140 mg/dL
Sebelum tidur 110-150 mg/dL <120 mg/dL
Sumber : Sustrani, Alam. Hadibroto. 2004. Diabetes.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Tabel nilai normal kadar gula darah


Jenis gula darah Nilai normal
Gula darah acak 70-125 mg/dL
Gula darah puasa 75-115 mg/dL
Gula darah 2 jam setelah makan 100 – 150 mg/dL

Pemeriksaan gula darah sewaktu atau gula darah acak, pemeriksaan dapat
dilakukan kapan saja. Pemeriksaan ini sudah dapat mewakili kadar gula darah
seseorang. Hal ini dikarenakan jenis gula yang akan diukur dalam pemeriksaan adalah
jenis gula glukosa. Glukosa merupakan jenis gula paling sederhana (monosakarida)
yaitu jenis karbohidrat yang paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
molekul yang lebih kecil lagi. Glukosa selalu terkandung dalam darah dalam keadaan
apapun termasuk dalam keadaan puasa.

14
Pada data hasil pemeriksaan gula darah yang kami lakukan, mahasiswa atas
nama Wardah, Aurel, Lanny, Lulu, Puspa, dan Fabriola memiliki kadar gula darah
yang tergolong normal. Dimana kadar gula darahnya berada pada rentang 70-125
mg/dL.
Peningkatan glukosa darah setelah makan menstimulasi sekresi hormon insulin
dan supresi hormon glukagon. Hal itu bersamaan pula dengan pemasukan glukosa ke
hati, stimulasi sintesis glikogen dan penghambatan degradasi glikogen. Perubahan ini
memicu pula produksi glukokinase, penyediaan substrat-substrat untuk sistesis
glikogen dan pengaktifan asetil Co-A karboksilase.
Beberapa jam kemudian bila kadar glukosa mulai turun maka sekresi insulin
akan ditekan dan sekresi glucagon ditingkatkan. Penurunan insulin mengurangi
penggunaan gula oleh otot, hati dan jaringan adiposa.Kejadian ini mempromosikan
mobilisasi glikogen dalam hati melalui mekanisme kaskade yang mengaktifkan
glikogen fosforilase dan menonaktifkan glikogen intase, degradasi lemak dia adipose
juga teraktifkan. Mekanisme pengaturan kadar gula darah diatas terjadi secara
otomatis sehingga kadar gula darah konstan dan selalu tersedia untuk menjalankan
fungsi otak. Semua ini dapat berlangsung atas kerja prima pankreas yang
memproduksi enzim-enzim pencernaan dan hormon-hormon pengatur kadar gula
darah. Hal tersebut terjadi secara otomatis dalam tubuh. Maka dari itu pemeriksaan
dilakukan lebih baik setelah puasa 10-12 jam atau 2 jam setelah makan.
Pemeriksaan kadar gula darah seseorang 2 jam setelah makan bertujuan untuk
menentukan apakah orang tersebut mengalami gangguan kesehatan terhadap gula atau
tidak, karena insulin baru akan bekerja menginduksi glikolisis glukosa setelah makan.
Pemeriksaan kadar gula darah saat puasa dengan nilai normal dapat menentukan
apakah orang tersebut menderita diabetes atau tidak. Pada pemeriksaan gula darah 2
jam setelah makan bertujuan untuk memastikan kerja hormon insulin dalam
menginduksi glikolisis glukosa untuk homeostasis tubuh. Pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi apakah orang tersebut
mengalami gangguan kesehatan atau tidak. Pemeriksaan ini biasanya digunakan
untuk orang yang bukan penderita DM.
Pada penderita DM, pemeriksaan gula darah dapat dilakukan secara teratur
untuk memantau program diet yang dilakukan oleh penderita DM. Pemeriksaan gula
darah sewaktu, gula darah 2 jam setelah makan dan gula darah puasa juga perlu
dilakukan oleh penderita DM karena dari hasil tersebut dapat mengukur konsumsi

15
makanan yang diperlukan penderita DM dan mengukur keberhasilan diet yang
dilakukan oleh penderita DM.
Diabetes mellitus (DM) sejatinya dibagi menjadi 2 yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2
dimana :
a. Diabetes Melitus Tipe 1 / Diabetes Melitus Bergantung Insulin (IDDM)
IDDM bertanggung jawab atas sekitar 15% pasien diabetic. IDDM dapat terjadi
pada semua umur tetapi paling banyak terjadi pada usia muda, dengan puncak
insiden antara 9-14 tahun. Ketiadaan mutlak insulin merupakan akibat dari
destruksi autoimun terhadap sel-sel beta yang memproduksi insulin. Kemungkinan
ada factor pencetus (precipitating factor) dari lingkungan seperti infeksi virus.
Adanya antibody sel islet dalam serum memprediksi perkembangan diabetes masa
depan.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 / Diabetes Melitus Tidak Bergantung Insulin (NIDDM)
NIDDM bertanggung jawab atas sekitar 85% pasien diabetik dan dapat terjadi pada
semua usia. NIDDM paling banyak terjadi pada usia antara 40-80 tahun, tetapi
belakangan ini dilaporkan NIDDM terjadi pada remaja dan bahkan populasi
pediatric. Pada kondisi ini terjadi resistansi jaringan perifer terhadap kerja insulin
sehingga kadar insulin mungkin normal atau bahkan tinggi. Obesitas merupakan
gambaran klinis yang paling umum.

8. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan kadar gula darah bernilai diagnostik untuk


diabetes mellitus
Diagnostik DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja,
diagnosis ditegakkan dengan cara pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh
darah vena, sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan
dengan cara memeriksa kadar glukosa darah kapier dengan menggunakan alat
glukometer.
Orang yang didiagnosis menderita penyakit DM jika mengalami kriteria sebagai
berikut:
 Mengalami gejala klinik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
 Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
 Kadar gula plasma 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral(TTGO) ≥ 200 mg/dL
 Pemeriksaan kadar HbA1c ≥6,5%
Keterangan

16
 Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir.
 Puasa artinya pasien tidak boleh mendapatkan kalori tambahan minimal 8 jam.
 TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa
khusus untuk diminum. Sebelum minum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan
kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah minum
larutan tersebut.
Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk ke
dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang masuk
kedalamnya adalah:
- Glukosa Darah Puasa terganggu (GDPT), yang ditegakkan jika hasil pemeriksaan
glukosa plasma puasa didapatkan antara 100-125 mg/dL dan kadar glukosa plasma
2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO <140 mg/dL.
- Toleransi glukosa terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2
jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 – 199 mg/dL.

Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
Belum pasti
Bukan DM DM
DM
Kadar gula
Plasma vena <100 100-199 ≥200
darah sewaktu
Darah kapiler <90 90-199 ≥200
(mg/Dl)
Kadar gula Plasma vena <100 100-125 ≥126
darah (mg/Dl) Darah kapiler <90 90-99 ≥100
Sumber : Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia – PERKENI tahun
2011
Adapun Manifestasi Klinis DM :
a. Poliuria (Peningkatan pengeluaran urin).
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus).
c. Poliphagia (peningkatan rasa lapar.

17
d. Peurunan berat badan.
e. Rasa lelah dan lemahnya otot.

BAB IV
KESIMPULAN

1. Glukosa, fruktosa, dan laktosa adalah gula pereduksi.


2. Glukosa termasuk monosakarida.
3. Fruktosa dan sukrosa memiliki gugus ketosa.
4. Amilum (pati) termasuk polisakarida amilum.

18
Daftar Pustaka

1. Bogdan McWright, MD. 2008. Panduan Bagi Penderita Diabetes. Jakarta


2. Dr. Hasadianah H.R.2012.Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dan Anak-Anak
Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta
3. Novitasari, Remo. 2012. Diabetes militus dilekngkapi senam DM. Yogyakarta
4. Panil, Zulbadar. 2007. Memahami Teori Dan Praktikum Biokimia Dasar Medis:
Untuk Mahasiswa Kedokteran, Keperawatan, Gizi, Dan Analisis Kesehatan. Jakarta :
EGC
5. Yasid, Estien dan Nursanti, Lisda. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk analis.
Yogyakarta. C.V Andi Offset
6. Gaw, Allan et al. 2000. Biokimia Klinis Edisi 4. Jakarta : EGC

19
Lampiran
Hasil Uji Benedict

20
Sukrosa Amilum Laktosa Fruktosa Glukosa

Hasil Uji Barfoed

Glukosa Maltosa

21
Laktosa Sukrosa

Hasil Uji Seliwanoff

22
Hasil Uji Iod Menggunakan Plat Tetes

23
Uji Fehling

Uji Glikolisis Dalam sel Ragi

24
Tugas Baca
1. Pemeriksaan gula darah saat ini marak digunakan masyarakat Indonesia. Pengecekan
dapat dilakukan di Laboratorium ataupun pemeriksaan mandiri. Jenis gula apa yang di
deteksi oleh alat pengukur gula darah tersebut? Mengapa jenis gula tersebut yang
dapat mewakili ‘kadar gula darah’ seseorang?
Jawab :
Jenis glukosa yang didetksi oleh alat pengukut gula darah adalah glukosa. Glukosa
dapat mewakili kadar gula darah seseorang karena sumber makanan yang kita
konsumsi mengandung glukosa. Glukosa adalah jenis gula sederhana yang tidak dapat
dihidrolisis. Adapun gula lain seperti galaktosa, fruktosa, hanya terkandung sedikit
dari makanan yang kita konsumsi tetapi semua disakarida itu akan dihidrolisis
sehingga menjadi glukosa. Maka dari itu glukosa terkandung banyak di dalam darah
dan hormon insulin hanya dapat menginduksi glikolisis glukosa untuk homeostasis
tubuh. (Dawn B. Marks PhD. Biokimia Kedokteran Dasar.2000. Halaman 381)

2. Tuliskan karakteristik dan nilai normal dari berbagai jenis gula darah dibawah ini!
Jawab :
Jenis Karakteristik/ Definisi Nilai Normal
Tes yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana
Gula darah
saja, bisa dilakukan di rumah dan tidak perlu 80-120 mg/dL
acak / sewaktu
melakukan persiapan.
Gula darah yang diambil setelah puasa selama
10-12 jam sebelum pengambilan sampel darah,
Gula darah
dipakai untuk mengetahui seberapa besar 80-110 mg/dL
puasa
respon insulin dalam menyeimbangkan kadar
gula darah.
Memeriksa gula darah setelah 2 jam makan.
Gula darah 2
Untuk menilai seberapa besar fungsi pankreas
jam post 80-144 mg/dL
untuk mengeluarkan insuline untuk menetralisir
prandial
gula darah

25
(Dewi, rifka kumala, S. Gz. Diebetes bukan untuk ditakuti.2014. Halaman 59)

3. Defisiensi insulin baik absolut atau relatif menyebabkan abnornalitas proses


metabolisme sehingga menimbulkan hiperglikemia, ketoasidosis, dan
hipertrigliseridemia. Pemantauan kadar glikemik yang ketat diperlukan untuk
meningkatkan keberhasilan terapi diabetes melitus serta menghindari terjadinya
komplikasi seperti gagal ginjal, glaukoma, impoten, stroke, dan lain-lain. Jelaskan
mekanisme terjadinya hiperglikemia dan ketoasidosis pada penderita DM.
Jawab :
Hiperglikemia : kadar insulin rendah dan kadar glukagon tinggi. Sel-sel diadiposa dan
otot tidak dapat menyerap glukosa dengan normal, ia juga menghasilkan glukosa lewat
glikoneogenesis sehingga kadar gula darah naik.
Ketoasidosis : kadar insulin menurun sehingga HSL diadiposa aktif dan lipofisis
meningkat menyebabkan asam lemak pindah ke hati menjadi triagliserol VLDL dan
oksidasi-β dan menjadi badan keton
(Maks, Dawn B. 2000. Biokimia kedokteran dasar. Halaman 551-553)
Analisis Kasus
1. Seorang wanita gemuk berusia 50 tahun datang ke suatu klinik kesehatan, dengan
keluhan haus yang berlebihan, banyak minum dan sering buang air kecil, dimana
sebelumnya tidak pernah ada keluhan medis dan sudah lama tidak ke dokter. Hasil
pengamatan fisik umumnya normal dan dokter mengatakan wanita tersebut tidak
dalam kondisi sakit akut. Hasil pemeriksaan laboratorium mennjukan kadar glukosa
meningkat, dimana kadar glukosa serum sewaktu adalah 320 mg/dL.
a. Apakah dugaan penyakit yang dialami oleh wanita tersebut? Jelaskan alasannya!
Jawab :
Dugaan penyakit yang dialami oleh wanita tersebut adalah diabetes militus.Dimana
gejala dari diabetes militus yaitu rasa haus yang berlebihan dan banyak minum.
Gejala tersebut dikarnakan banyaknya air yang keluar, maka tubuh mengadakan
mekanisme lain untuk menyeimbangkannya yakni dengan banyak minum. Diabetis
akan selalu menginginkan minuman softdrink yang manis segar serta dingin untuk
menghindari dari dehidrasi. Akibatnya, glukosa darah makin naik dan hal ini dapat
menimbulkan komplikasi akut yang membahayakan. Gejala lain dari diabetes
militus adalah sering buang air kecil. Hal tersebut tersebut berkaitankadar gula yang
26
tinggi diatas 60-100 mg/dl dan nilai normal glukosa serum 70-110 mg/dl. Ketika
kadar glukosa lebih tinggi dari normal dapat terjadi glikouria, yaitu terdapatnya
gula dalam urine dan megakibatkan polyuriakarena gula bersifat menarik air
sehingga penderitanya akan mengalami kencing banyak
(Evelun R dan Joyce L. Farmakologi pendekatan proses keperawatan. Halaman
589)
b. Jelaskan mekanisme terjadinya polidipsia dan poliutia pada ibu tersebut!
Jawab :
Kadar glukosa meningkat → glukosa tidak dapat berdifusi ke membran sel →
tekanan osmotik meningkat → air berpindah keluar dari sel secara osmosis →
tubulus menguragi reabsorbsi cairan → banyak kehilangan cairan karena keluar
lewat urin (poliuria) → dehidrasi cairan ekstraseluler → dehidrasi cairan
intraseluler mengakibatkan rasa haus (Polidipsia).
(Guyton and Hall. Fisiologi kedokteran edisi 12. Halaman 1028)
2. Dua mahasiswa yang demo dengan cara mogok makan, akhirnya dilarikan ke RS
terdekat. Mereka telah mogok makan selama tiga hari. Kondisi lemah, pucat dan
gemetar. Jelaskan hal berikut ini :
a. Apakah perubahan aspek biokimia terkait pemakain bahan bakar yang terjadi pada
kondisi kelaparan tersebut?
Jawab :
Kelaparan adalah kondisi dimana tubuh kekurangan asupan energi dan unsur-unsur
nutrisi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang biasanya
didapatkan dari bahan makanan.
Dalam kondisi kelaparan lebih dari satu hari, tubuh akan mulai melakukan aktivitas
metabolisme yang tidak seperti biasanya. Jika biasanya bahan makanan karbohidrat
akan dibentuk menjadi energi dan disimpan dalam glikogen, maka saat kelaparan,
glikogen akan yang disimpan dan akan diubah menjadi glukosa. Sama halnya
dengan protein yang ada di dalam tubuh mulai dipecah dan akan memasuki siklus
asam sitrat untuk kembali menjadi glukosa. Lemak yang tersimpan di dalam
jaringan adiposa akan diubah menjadi gliserol lalu pada akhirnya akan menjadi
glukosa juga. Selain dari pada bahan-bahan tersebut laktat dan alanin juga akan
mengalami sejumlah proses untuk menjadi glukosa. Kesemua proses-proses
tersebut terdapat dalam glikogenolisis dan glukoneogenesis.
(The merck manua, starvision, scl.ch2, Malnutrion, Merck and Co.inc. white house
station. N.J.USA. 1995)
27
b. Bagaimana pengaruh kelaparan terhadap protein tubuh, terutama protein otot?
Jawab :
Jika terjadi kelaparan maka protein-protein yang berasal dari jaringan-jaringan,
seperti otot-otot pada akhirnya harus digunakan dan diubah, glukoneogenesis
menjadi glukosa. Glikogenolisis dan glukoneogenesi terjadi ketika kadar insulin
rendah karena tubuh belum menerima asupan makan. Pada kondisi normal tubuh,
tubuh memiliki cadangan-cadangan energy yang tersimpan dengan memadai guna
memenuhi aktivitas akhirannya, dan protein tidak perlu digunakan untuk tujuan
ini.Oleh karena itu, setiap protein yang dimakan bisa digunakan untuk tujuan-tujuan
normal bagi pertumbuhan jaringan dan perbaikannya.
(Almatsier,s. 2009. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia. Halaman 59)
c. Bagaimana perubahan sumber utama glukosa darah saat kelaparan?
Jawab :
Pada kadar gula darah meningakat mengikuti pencernaan terhadap makanan yang
mengandung karbohidrat dan insulin mulai bekerja untuk membuangnya dari
peredaran. Ini dilakukan dengan meningkatkan pemahaman terhadap glukosa oleh
semua sel untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan energy mereka secara langsung
dan yang sangat penting, ia meningkatkan pembuangan glukosa ke sel-sel hati dan
sel-sel otot rangka dimana ia diubah menjadi glukogen. Disamping itu insulin
merangsang penerimaan glukosa yang berlebihan oleh jaringan lemak dimana lalu
dirubah menjadi molekul-molekul trigliserida (jenis lemak) dan disimpan. Jika
tidak tersedia makanan yang cukup maka tidak ada kebutuhan kadar insulin yang
tinggi untuk dilepas. Dalam kodisis tersebut, sebagai contoh kelaparan, sebuah
proses yang disebut glikogenolisis berlangsung didalam hati dimana glikogen
terurai dalam glukosa dan dilepas kedalam peredarannya. Hormone yang
merangsang proses ini adalah glucagon. Disamping itu, dan terutama ketika
simpanan-simpanan glokogen habis maka dan masih kekurangan makanan, maka
mekanisme lain yang disebut glikoneogenesis bekerja. Dalam proses ini lemak-
lemak yang disimpan dan akhrnya protein-protein dan molekul-molekul yang
dilepas digunakan oleh hati untuk memproses gula. Terurainya trigleserida
(lipolisis) juga berlangsung pada jaringan-jaringan lemak dan mengeluarkan asam-
asam lemak. Pada hati ini digunakan untuk menghasilkan glukosa, namun proses
lain yang disebut ketogenesis juga terjadi. Ketogenesis menghasilkan molekul-
molekul yang disebut senyawa-senyawa keton (ketonebodies) atau keton-keton
yang, pada kondisi normal juga sebagaimana diuraikan di atas, memberikan energy
28
bagi jaringan-jaringan luar seperti otot-otot.Simpanan energy yang normal dalam
tubuh, glikogen kemudian trigliserida digunakan pertama kali manakala tidak
tersedia makanan di dalam tubuh.
(Mark PB, Mark AD, Smith CM. 2000. Biokimia kedokteran dasar sebuah
pendekatan klinis. Jakarta : EGC. Halaman 462-471)

29

Anda mungkin juga menyukai