MITOKONDRIA
KELAS : E
KELOMPOK : 7
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
3. DNA Mitokondria
4. Komplikasi
C. Kesimpulan
Mitokondria adalah organel yang terletak di dalam sitoplasma sel eukariotik berbentuk elips
dengan diameter ± 0,5 μm dan panjangnya 0,5-1,0μm. Struktur mitokondria berupa kantung
b. Dalam : membentuk struktur melipat ke dalam disebut krista. Struktur melekuk ini
sangat membantu
meningkatkan
kemampuannya
menghasilkan ATP.
2. FUNGSI DAN
MEKANISME KERJA
MITOKONDRIA
bergantung pada jumlah kebutuhan sel akan energi. Fungsi mitokondria dalam sel adalah
menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Sebagian besar ATP yang dihasilkan melalui proses
fosforilasi oksidatif. Tahap glikolisis menghasilkan 2 ATP dan asam piruvat yang kemudian
masuk ke siklus asam sitrat dan dioksidasi menjadi CO2 dan H2O, menghasilkan 30 ATP untuk
setiap molekul glukosa yang masuk. Proses pembentukan ATP ini dikenal dengan fosforilasi
oksidatif yang melibatkan kompleks enzim pada membran dalam mitokondria. Pada fosforilasi
oksidatif, molekul NADH dan FADH2 dari katabolisme karbohidrat, lipid dan protein akan
diubah menjadi ATP. Selanjutnya adalah proses transpor elektron yang melibatkan beberapa
kompleks enzim. Kompleks enzim yang terlibat terdiri dari kompleks I (NADH dehidrogenase),
kompleks IB (sitokrom oksidase). Kompleks I menerima elektron dari NADH, dialirkan menuju
koenzim-Q bersamaan dengan pemompaan proton dari matriks menuju ruang antar-membran.
Selain itu, koenzim-Q juga akan menerima elektron dari FADH2 (kompleks II) dari siklus Krebs
dan elektron dari kompleks III. Elektron kemudian dialirkan menuju sitokrom C menyebabkan 4
proton terpompa menuju ruang antar-membran. Proses saat elektron ini dialirkan dari sitokrom C
menuju O2 dan O2 direduksi menjadi H2O dilakukan oleh kompleks IV yang menghasilkan 2
Proses pemompaan proton dari matriks menuju ruang antar-membran mitokondria (reaksi
mitokondria.
menggerakkan sintesis ATP dari ADP dan fosfat inorganik (Browning, et al., 1982). Teori
pembentukan ATP akibat adanya gradien elektrokimia ini dikenal sebagai chemiosmotic
coupling.
3. DNA MITOKONDRIA
DNA mitokondria (mtDNA) berbentuk lingkaran dengan panjang 16.569 pasang basa (pb).
Urutan lengkap nukleotida mtDNA manusia pertama kali dipublikasikan oleh Anderson et al.
tahun 1981. Genom mtDNA mengandung 37 gen yang terdiri dari gen penyandi 12S dan 16S,
22tRNA dan 13 protein sub unit kompleks enzim rantai respirasi (Anderson dalam Siti dkk.,
2007). mtDNA memiliki jumlah copy yang banyak dalam tiap sel, namun jumlahnya sangat
bervariasi tergantung jenis selnya. Peta daerah mtDNA ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Secara umum, daerah mtDNA dapat dibedakan menjadi daerah pengkode (coding region)
dan daerah bukan pengkode (non coding region) atau dikenal sebagai daerah D-loop. Coding
region, merupakan daerah pengkode protein, tRNA atau rRNA. Bila nukleotida ini mengalami
mutasi,maka dapat menyebabkan penyakit. Sedangkan non coding region merupakan daerah
yang tidak bertugas untuk mengkode dan mutasinya tidak mengakibatkan terjadi penyakit atau
mtDNA memiliki beberapa karakteristik yang unik jika dibandingkan dengan DNA inti.
Yaitu: (a) Pola pewarisan secara maternal; (b)Laju mutasi yang tinggi; (c) Bentuknya
melingkar sepanjang 16.569 pasang basa; dan (d) Memiliki jumlah copy yang banyak
Berbeda halnya dengan DNA inti, DNA mitokondria diwariskan melalui garis keturunan
ibu (Browning, et al., 1982). Hal ini menyebabkan mtDNA anak akan identik dengan
mtDNA ibunya (tidak ada kombinasi dengan ayah). Bukti tersebut ditunjukkan oleh
penelitian Giles et al. tahun 1980. Saat terjadi pembuahan, bagian ekor sperma dilepaskan
sehingga hampir tidak ada DNA mitokondria dari ayah yang masuk ke dalam sel telur. Selain
itu, jumlah copy mtDNA pada sel sperma sangat rendah (100-500) sedangkan sel telur
memiliki jumlah yang tinggi ( kurang lebih 100.000) (Chen et al.., 1995). Oleh karena itu,
mtDNA bersifat haploid (diturunkan dari ibu ke seluruh keturunannya) (Gambar 4.1) (Cann
sekitar 10-17 kali lebih cepat dari DNA inti Wallace, et al., 1997). Hal ini
memiliki sistem perbaikan yang dapat menghilangkan kesalahan replikasi sehingga mutasi
pada mtDNA akan mudah terjadi. Perbedaan sifat DNA mitokondria dengan DNA inti
Mutasi yang dapat terjadi pada mtDNA antara lain substitusi (perubahan urutan), delesi
terjadi mutasi. Mutasi yang terjadi akan diturunkan dari satu generasi ke
dua individu, maka semakin jauh pula jumlah perbedaan mutasi. Variasi
Nucleotide Polymorphism (SNP) yang dapat terjadi pada daerah pengode (coding region)
Anderson dan koleganya telah menentukan urutan nukleotida mtDNAd secara le dengan
bentuk melingkar pada tahun 1981 yang selanjutnya disebut sebagai Cambridge Reference
Sequence (CRS). Urutan ini kemudian direvisi oleh Andrew et al. pada tahun 1999 dan
kemudian dijadikan referensi atau acuan bagi penelitian-penelitian mtDNA berikutnya dan
B.PENYAKIT PARKINSON
Penyakit Parkinson adalah suatu kelainan fungsi otak yang disebabkan oleh proses degeneratif,
progresif terkait dengan proses penuaan pada sel-sel subtansi nigra parskompakta (SNc).
lain penyebab proses degenerasi ini, antara lain proses penuaan pada otak, stress oksidatif,
terpapar pestisida/herbisida atau anti jamur yang cukup lama, infeksi, kafein, alcohol, trauma
Terdapat dua istilah yang harus dibedakan yaitu, penyakit Parkinson dan Parkinsonism :
a. Penyakit Parkinson adalah bagian dari parkinsonism yang ditandai dengan adanya
degenerasi ganglia basalis terutama substansia nigra parskompakta disertai adanya inklusi
bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamine dengan
bersifat sporadis
Timbul setelah terpapar suatu peyakit/zat (infeksi dan pasca-infeksi otak, efek
Sampai saat ini penyebab pasti degenerasi (kematian) sel-sel SNc belum diketahui secara pasti.
Beberapa penelitian yang dilakukan terhadap pada penderita penyakit Parkinson baik
berdasarkan autopsi penderita, penelitian epidemiologis, maupun penelitian pada hewan primata
yang dibuat menderita penyakit Parkinson, menghasilkan beberapa dugaan sebagai berikut :
a. Faktor genetik
Ditemukan 3 gen yang menjadi penyebab gangguan degradasi protein dan mengakibatkan
tidak diperlukan tubuh) di sel-sel SNc. Peranan faktor genetik juga ditemukan dari hasil
b. Faktor lingkungan
pekerjaan (bahan-bahan cat dan logam), kafein, alkohol, diet tinggi, merokok, trauma
kepala, depresi, dan stress menunjukkan peranan masing-masing melalui jalan yang
Penuaan diduga sebagai salah satu faktor penyebab. Pada penderita penyakit Parkinson
terdapat suatu tanda reaksi mikroglial pada neuron yang rusak dan tanda ini tidak terdapat
pada proses penuaan yang normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses penuaan
merupakan salah satu faktor yang mempermudah terjadinya proses degenerasi di SNc.
d. Ras
Angka kejadian penyakit Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan kulit
berwarna.
e. Cedera kranioserebral
Prosesnya belum jelas, tetapi trauma kepala, infeksi dan tumor otak lebih berhubungan
dopamine akibat kematian neuron di parskompakta substansia nigra (SNc) yang disertai dengan
penyebab multifaktor. Substansia nigra (sering disebut sebagai black substance), adalah suatu
region kecil di otak (brain stem) yang terletak sedikit di atas medula spinalis (pusat kontrol dari
seluruh pergerakan otot dan keseimbangan badan yang dilakukan oleh sistem saraf pusat).
Dopamin diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel – sel neuron di otak terutama
dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, dan kelancaran komunikasi
(bicara). Pada penyakit Parkinson sel sel neuron di SNc mengalami degenerasi, sehingga
produksi dopamin menurun. Akibatnya semua fungsi neuron di sistem saraf pusat (SSP)
menurun dan menghasilkan kelambatan gerak (bradikinesia), kelambatan bicara dan berpikir
(bradi-phrenia), tremor dan kekakuan (rigiditas). Hipotesis terbaru proses patologi yang
mendasari proses degenerasi neuron SNc adalah stress oksidatif. Stress oksidatif menyebabkan
terbentuknya formasi oxyradikal, seperti dopamine qunion yang dapat bereaksi dengan alfa
dopamine (disebut protofibrils). Formasi ini menumpuk, tidak dapat didegradasi oleh ubiquitin-
proteasomol pathway, sehingga menyebabkan kematian sel- sel SNc. Mekanisme patogenik lain
diantaranya :
a. Efek dari stress oksidatif,yaitu terjadinya reaksi antara oksiradikal dengan nitrat oksida
c. Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang memicu
adanya pemeriksaan penunjang seperti CT-scan, MRI dan PET atas indikasi untuk
penyakit Parkinson dibedakan melalui gejala umum dan khusus. Berikut dibawah ini adalah
perbedaannya :
Umum :
4. Perkembangan lambat
Khusus :
1. Tremor :
- Laten
- Saat istirahat
2. Rigiditas
3. Akinesi/bradikinesia
Kriteria Diagnosis Klinis Modifikasi terbagi menjadi 3 yaitu possible, probable, dan
definite. Diagnosis possible : adanya salah satu gejala : tremor, rigiditas, akinesia, atau
bradikinesia, gangguan refleks postural. Tanda – tanda minor yang membantu ke arah
diagnosis klinis possible : Myerson sign, menghilang atau berkurangnya ayunan lengan,
refleks menggenggam. Diagnosis probable ( kemungkinan besar): kombinasi dari dua gejala
di atas (termasuk gangguan refleks postural). Diagnosis definite (pasti): setiap kombinasi 3
dari 4 gejala, pilihan lain : kombinasi 2 dari 4 gejala, dengan salah satu dari 3 gejala pertama
terlihat asimetris.
refleks postural, rigiditas, bradikinesia yang berlangsung satu tahun atau lebih dan 2respons
terhadap terapi levodopa yang diberikan sampai perbaikan sedang ( minimal 1000 mg/hari
bradikinesia, rigiditas, onset asimetrik). Tidak ada gambaran yang menuju kearah diagnosis
lain termasuk halusinasi yang tidak nerhubungan dengan obat, demensia, supranuclear gaze
paisy atau disotonom. Mempunyai respon yang baik terhadap levodopa atau agonis
dopamine. Diagnosis probable (kemungkinan besar) : terdapat 3 dari 4 gejala cardinal, tidak
ada gejala yang mengarah ke diagnosis lain dalam 3 tahun, terdapat respon yang baik
terhadap levodopa atau agonis dopamine. Diagnosis definite (pasti) : seperti probable namun
disertai dengan pemeriksaan histopatologis yang positif. Untuk menentukan berat ringannya
penyakit, digunakan penetapan stadium klinis penyakit Parkinson berdasarkan Hoehn dan
Yahr.
4.KOMPLIKASI
Komplikasi Motorik
terhadap levodopa dan penurunan mobilitas. Faktor resiko utama timbulnya komplikasi motorik
adalah derajat keparahan penyakit dan lamanya pemberian levodopa dan dosis levodopa harian.
Efek wearing off : efek levodopa akan menghilang menjelang akhir dosis, penderita masuk
(mampu bergerak leluasa) namun tertunda sehingga masih dalam kondisi off
On - on : dosis levodopa tidak memberikan efek, seolah - olah seperti tidak diobati
On - off : respons pada levodopa bervariasi dan tidak ada hubungannya dengan dosis. Terjadi
secara bergantian antara on (dapat bergerak bebas) dan off (tidak dapat bergerak)
Yo-yoing: penderita berespon dengan levodopa secara cepat(kondisi on) tapi pada dosis
dopaminergik dan bermanifestasi sebagai distonia atau gerakan khorea. Diskinesia kadang lebih
berat dibanding Penyakit Parkinson itu sendiri. Diskinesia berhubungan dengan konsentrasi
levodopa dalam darah. Diskinesia terjadi ketika efek dan konsentrasi maksimal dari levodopa
telah dicapai. Hal ini diduga sebagai akibat dari abnormalitas respons neuron terhadap stimulus
Komplikasi non motorik dapat berdiri sendiri atau bersamaan dengan komplikasi motorik.
memori, pemikiran lambat, depresi dan motivasi yang menghilang. Pemberian obat
antikolinergik untuk gangguan motorik pada Penyakit Parkinson sebaiknya dihentikan sebab
2. Psikosis
Kadang didahului demensia atau
3. Depresi
motorik dan kualitas hidupnya. Peranan depresi pada Penyakit Parkinson belum jelas diduga
4. Gangguan Tidur
Gangguan tidur diakibatkan Penyakit Parkinson itu sendiri atau obat-obatan Penyakit
Parkinson (agonis dopamine). Gangguan tidur berupa sulit memulai tidur, mimpi buruk,
mudah terbangun, mengantuk tak tertahan di siang hari. Perlu suasana tidur yang nyaman,
5. Gangguan Sensoris
Nyeri timbul akibat Penyakit Parkinson primer dan sekunder. Nyeri primer berupa
nyeri yang disertai mati rasa, kram, perasaan panas atau dingin, kadang disertai peristiwa off.
Komplikasi Lain
Parkinson berisiko 3-4 kali lipat untuk jatuh dan 9 kali lipat untuk jatuh berulang.Penyebab jatuh
biasa dihubungkan dengan instabilitas postural, gangguan keseimbangan, kelemahan otot,
gangguan jalan, osteoporosis dan gangguan visual. Hal ini jelas akan semakin menurunkan
kualitas hidup penderita yang sebelumnya memang sudah menurun akibat Penyakit Parkinson.
Penggunaan walker beroda sangat bermanfaat karena penderita Penyakit Parkinson kesulitan
Opsi terapi Penyakit Parkinson dapat dibagi menjadi beberapa pendekatan sebagai berikut :
a. Terapi
Penanganan non-obat ditujukan pada memperbaiki atau memelihara keadaan fisik agar pasien
dapat berfungsi mandiri selama mungkin. Pengobatan hanya bersifat simtomatis,karena sel-sel
otak yang sudah rusak tidak bisa diperbaiki lagi dan progres penyakit pun tidak bisa ditahan.
Terapi diarahkan pada pemulihan kembali keseimbangan hormon yang terganggu, dengan cara
diatasi. Terapi eksperimental adalah dengan injeksi i.v. glutation (2 dd 600mg) untuk melindungi
neuron di substansi nigra terhadap kerusakan oksidatif oleh radikal bebas. Glutathion (GSH),
suatu tripeptida yang mmengandung belerang adalah antioksidans lamiah kuat yang
1
Merupakan pilihan pertama karena bekerja lebih lama (t panjang) dan lebih ampuh
2
terhadap komplikasi jangka panjang. Obat-obat ini meningkat kadar dopamin di otak dan
akan mengurangi hipokinesa dan kekakuan, tetapi jarang sekali mengurangi tremor.
Lazimnya pengobatan pasien di bawah 65 tahun di stadium dini dimulai dengan suatu
a. Levodopa merupakan obat yang paling efektif terhadap gejala Parkinson, terutama
terhadap bradykinesia dan rigiditas, sedangkan agonis-DA lainnya kurang efektif dan
efek sampingnya seperti rasa kantuk dan halusinasi lebih sering timbul. Lama
b. Apomorfin adalah obat parkinson tertua dan agonis-DA paling kuat, dapat digunakan
terhadap levodopa (infus s.c. atau rektal) dan pada distonia pagi hari pada waktu
bangun tidur (injeeksi s.c.). Apomorfin juga menstimulasi reseptor DA perifer dan
pusat muntah, maka perlu dikombinasi dengan domperidon sebagai obat antimual.
2. Antikolinergika seperti triheksifenidil dan biperidin atau klozapin dalam dosis rendah
ternyata kurang efektif dan hanya dianjurkan untuk tremor hebat pada pasien muda.
Untuk tremor ringan dapat ditambahkan suatu beta blocker. Obat ini tidak diberikan
zat-zat ini menghambat secara selektif enzim MAO-B, sehingga penguraian DA di otak
diundur.
Salah satu contoh obatnya adalah Levopar yang isinya Levodopa 100mg, benserazida HCl 25
mg.
Pentakaran obat berhubungan dengan efek-efek sampingnya, obat harus ditakarkan secara
berangsur. Begitu pula terapi tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat
memperburuk penyakit (exacerbation). Tolereransi dapat terjadi pada kebanyakan obat sesudah
beberapa waktu
Efek samping
Parkinson,bila neuron dopamin post-sinaptik masih utuh. Bila saraf-saraf ini sudah
dan orfenadrin.
Agonis-dopamin
Menimbulkan kesulitan tidur akibat eksitasi, karena naiknya kadar DA di otak. Untuk
meringankan efek ini, sebaiknya dosis terakhir diminum sebelum tidur. Obat ini juga
Risiko akan efek tersembut dapat dikurangi dengan pentakaran berangsur, artinya dimulai
Antikolinergika
Efek samping terutama diakibatkan oleh blokade sistem kolinergil dan berupa efek
perifer umum, seperti mulut kering, retensi urin, tachycardia,mual,muntah dan sembelit.
Begitu pula efek sentral seperti kekacauan, halusinasi,gangguan daya ingat dan
Kebanyakan obat parkinson belum memiliki cukup data mengenai keamanannya selama
kehamilan dan laktasi. Diketahui efek buruk amantadin terhadap janin, disamping
dikeluarkannya melalui air susu ibu. Levodopa juga mencapai air susu, sedangkan
Parkinson kebanyakan dimulai setelah 45 tahun, maka masalah ini tidak menjadi
perhatian khusus.
Interaksi
Obat Parkinson dapat melawan atau meniadakan efek antipsikotika dan dapat
menyebabkan gejala psikosis pada pasien yang ditangani dengan kedua jenis obat. Oleh
karena itu dianjurkan untuk menurunkan dosis obat Parkinson. Sebaliknya dengan
C. KESIMPULAN
Mitokondria merupakan organel penghasil energy dengan 2 membran. Yaitu membran
dalam (krista) dan luar. Mitokondria dapat menghasilkan energy dalam bentuk ATP
maternal(dari ibu) serta memiliki laju mutasi tinggi. Bersifat maternal karena mitkondria
pada laki-laki terdapat pada bagian ekor sperma, sedangkan bagian ini akan terlepas
(tidak ikut masuk) saat pembuahan terjadi sehingga hanya mtDNA ibu saja yang
diwariskan pada keturunan berikutnya. Laju mutasi yang tinggi ini disebabkan karena
replikasi pada mtDNA. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan mitokondria
oksidatif, maka akan terjadi peningkatan apotosis (penghancuran sel yang terprogram)
termasuk neuron di parskompakta substansia nigra (SNc) yang terletak sedikit diatas
medulla spinalis yang merupakan pusat kontrol pergerakan. Sel-sel yang ada didalam
SNc ini menghasilkan neurotransmitter yang disebut dopamin. Dan bila neuron SNc
mengalami degradasi, maka produksi dopamin juga akan menurun. Hal ini akan
(tremor), dan kekauan (rigiditas). Dimana beberapa sifat tersebut ditemukan pada
penderita penyakit Parkinson. Namun tentu diagnosis penyakit Parkinson tidak hanya
dari beberapa sifat tersebut namun ada tahapan-tahapan khusus yang dapat dilihat dari
bersifat meningkatkan dopamin adalah levodopa dan apomorfin. Keduanya memiliki efek
samping sulit tidur dan terhambatnya produksi prolaktin. Sedangkan contoh obat yang
bersifat mengurangi Ach adalah triheksifenidil dan biperidin. Efek sampingnya adalah
DAFTAR PUSTAKA
Setiati,Seti et al.2014.Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.Jakarta:Interna Publishing hal 3834-
3840.
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=tGxScqToUfYC&oi=fnd&pg=PA1&dq=komplikasi+pada+penyakit+parkinson&
ots=8nyueST0W7&sig=QrzXOhc3DF99N1dy_pR7zAIW0eA&redir_esc=y#v=onepage&q&f=tr
ue
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/548/jbptitbpp-gdl-masturanim-27357-3-2007ts-2.pdf
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-rrbellinda-31003-3-2008ta-2.pdf
https://www.researchgate.net/profile/Tri_Susmiarsih/publication/293556782_Peran_genetik_DN
A_mitokondria_mtDMA_pada_motilitas_spermatozoa/links/56b98b5608ae3b658a88cf3f/Peran-
genetik-DNA-mitokondria-mtDMA-pada-motilitas-spermatozoa.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132310880/pengabdian/organela-sel-eukariotik.pdf
http://a-research.upi.edu/operator/upload/6)_bab_ii.pdf
LAMPIRAN