Anda di halaman 1dari 17

TRANSLASI DNA

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Biokimia


Yang dibina oleh Drs.I Wayan Sumberartha,M.Sc. dan Indra Kurniawan Saputra, S.Si., M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 1B / Offering B
Maulidiyah Amaliyah (190341621602)
Shabrina Laili (190341621664)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Februari 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Translasi DNA ”. Dalam penulisan
makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :

1. Drs. I Wayan Sumberartha, M.Sc. dan Indra KurniawanSaputra, S.Si., M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Biokimia.
2. Keluarga dan teman-teman tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan
serta pengertian yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis kepenulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Malang, 08 Februari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(menyusul yaw ^^)

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari translasi DNA?
2. Apa saja tahapan sintesis protein yang terjadi di dalam tubuh?
3. Apa saja tahapan dalam translasi DNA yang terjadi di dalam tubuh?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari translasi DNA.
2. Untuk mengetahui tahapan sintesis protein yang terjadi di dalam tubuh.
3. Untuk mengetahui tahapan dalam translasi DNA yang terjadi di dalam tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sintesis Protein

Menurut Elrod dan Stansfield ( 2002 : 61- 62), terdapat dua tahapan dalam proses
pembentukan protein yang biasanya disebut sebagai sintesis protein. Dua tahapan tersebut
yakni:

1. Transkripsi

Tahap pertama pembentukan protein adalah transkripsi DNA menjadi molekul RNA-
d. Proses tersebut dilaksanakan oleh enzim RNA polimerase. Enzim ini melekat ke DNA
pada sekuens nukleotida spesifik yang disebut promotor. Promotor merupakan tanda awal
dimulainya proses transkripsi

2. Translasi

Dalam tahap ini, terjadi penerjemahan sekuens nukleotida menjadi sekuens asam
amino protein.

Mekanisme dasar dalam translasi dan transkripsi pada prokariota hampir mirip dengan
eukariota, namun ada perbedaan menonjol dalam aliran informasi genetik pada sel-sel. Pada
prokariota, mereka tidak memiliki nukleus, sehingga translasi DNA-nya dimulai secara
bersamaan ketika transkripsi masih berlangsung. Sebaliknya, dalam sel eukariota, selaput
nukelus memisahkan tempat dan waktu berlangsungnya proses transkripsi dan translasi pada
DNA. Transkripsi terjadi pada nukelus (inti sel), dan mRNA ditranspor ke sitoplasma. Di
sitoplasma terjadilah proses translasi DNA (Campbell, dkk., 2008). Hal ini disebabkan karena
susunan struktur sel eukariotik jauh lebih kompleks daripada prokariotik seperti pada tidak
adanya pembagian ruang untuk proses transkripsi dan translasi pada DNA (Yuwono, 2005).

2.2 Pasca Transkripsi

Pada jasad prokariot, hasil transkripsi (transkrip) primer memberikan mRNA


fungsional, yang siap untuk melakukan proses translasi. Namun pada eukariot, hasil dari
transkripsi harus dimodifikasi secara kimiawi sebelum terbentuk sebagai mRNA fungsional.
(Kuchel & Ralston, 2006). Mekanisme ini sering disebut dengan regulasi pasca transkripsi
(Post-transcriptional Regulation) atau fase pasca transkripsi.

Fase Pasca Transkripsi hanya terjadi pada eukariotik, yang terbagi menjadi beberapa
tahapan yakni (Campbell, dkk., 2008) :

1. Capping (Penambahan tudung cap pada mRNA)

Tiap-tiap ujung dari molekul mRNA dimodifikasi dengan cara tertentu, salah satunya
dengan mensintesis ujung 5’ terlebih dahulu, dan menerima tudung 5’, bentuk dari nukleotida
guanin (G) yang telah termodifikasi dan ditambahkan pada ujung 5’. Tudung mRNA
memiliki 4 macam fungsi, yakni :

Fungsi mRNA cap:

a. Melindungi mRNA dari degradasi


b. Meningkatkan efisiensi translasi mRNA
c. Meningkatkan pengangkutan mRNA dari nukelus ke sitoplasma
d. Meningkatkan efisiensi splicing mRNA

Metilasi (penambahan gugus metil), yang sebagian besar terakumulasi pada ujung 5’ mRNA

Struktur ini kemudian dikenal sebagai tudung mRNA

(mRNA cap), berupa molekul 7-metilguanosin (m7G)

1. melindungi mRNA dari degradasi

2. meningkatkan efisiensi translasi mRNA

3. meningkatkan pengangkutan mRNA dari nukleus ke sitoplasma

4. meningkatkan efisiensi proses splicing mRNA

2. Poliadenilasi (Penambahan poli-A pada mRNA)


Transkripsi mRNA pada eukariot juga mengalami poliadenilasi. Poliadenilasi
merupakan proses penambahan rantai poli-A (rantai AMP) pada ujung 3’ nukleotida mRNA
yang dimodifikasi sebelum mRNA keluar dari nukelus (Sarmoko, 2011). Penambahan
tersebut dilakukan dengan menggunakan aktivitas enzim poli (A) polymerase yang ada di
dalam nukelus. Tempat dilakukannya poliadenilasi dicirikan oleh suatu sinyal poliadenilasi
pada gen mamalia. Sinyal tesrebut terdiri atas rangkaian nukleotida AAUAAA (Yuwono,
2005).
rantai poli-A ditambahkan pasca-transkripsi karena tidak ada bagian gen yang
mengkode rangkaian A atau
T semacam ini
- penambahan dilakukan dengan menggunakan aktivitas enzim poli(A)-
polimerase
- fungsi poliadenilasi: meningkatkan stabilitas mRNA sehingga mRNA
mempunyai umur
yang lebih panjang dibandingkan dengan mRNA yang tidak memiliki poli-A

Gambar 2.1 Penambahan tudung 5’ dan ekor poli-A pada pre-mRNA

(Sumber : Campbell, 2008)

3. RNA Splicing (Pemotongan dan penyambungan RNA)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada jasad eukariot banyak terdapat
gen yang organisasinya tersusun atas ekson dan intron. Pada awalnya gen yang tersusun atas
ekson dan intron ditranskripsi menghasilkan pre-mRNA (transkripsi primer). Panjang rata-
rata dari unit transkripsi di sepanjang molekul DNA manusia adalah sekitar 27.000 pasang
basa, sehingga transkripsi primer juga sepanjang itu. Akan tetapi, hanya 1.200 nukleotida
dalam RNA yang dibutuhkan untuk mengodekna protein yang berukuran sedang dari 400
asam amino.
Hal ini berarti, sebagian besar dari gen eukariot dan transkripsi RNA-nya
mengandung rentangan panjang nukleotida bukan pengode, wilayah-wilayah yang tidak
ditranslasikan. Dengan kata lain, sekuens nukleotida DNA yang mengodekan polipeptida
eukariot biasanya tidak berkesinambungan, melainkan terbagi menjadi beberapa segmen. Di
antaranya, segmen bukan pengode dari asam nukelat yang berada di antara wilayah pengode
dan mengandung sekuens-sekuens penghalang yang tidak ditranslasi disebut dengan sekuens
penyela (intervening sequence) atau intron. Sehingga segmen-segmen pengode yang berada
di wilayah lain yang kemudian akan ditranslasikan menjadi protein dinamakan dengan ekson.

Oleh karena itu, pada tahap ini dilakukan pembuangan atau pemotongan beberapa
bagian besar dari molekul RNA hasil dari sintesis awal yakni pemotongan intron dan
penyambungan kembali ekson-ekson. Transkripsi mRNA yang sudah matang inilah yang
nantinya akan dibawa ke ribosom di dalam sitoplasma untuk diterjemahkan sebagai sekuens
asam amino (Yuwono, 2005).

Intron akan dipotong dan dibuang dari molekul, sedangkan ekson akan digabungkan
dan membentuk molekul mRNA dengan sekuens pengode yang tak terputus. Proses inilah
yang disebut dengan penyambungan RNA (RNA splicing).

Proses penyambungan ekson dari pre-mRNA ini dilakukan oleh splisosom, yang
nyaris sama seperti ribosom. Splisosom merupakan gabungan dari snRNP (small nuclear
ribonucleoprotein) yang berbeda dengan beberapa protein tambahan. Mekanisme RNA
splicing dapat dilihat pada skema di bawah ini.
Gambar 2.2 Skema proses splicing intron

dan penyambungan ekson dari pre-mRNA

(Sumber : Campbell, 2008)

Diagram di atas menunjukkan bahwa :

a. Pada tahap pertama, snRNP dan protein-protein lain membentuk kompleks molekul
yang disebut splisosom pada molekul mRNA yang memiliki ekson dan intron di
dalamnya.
b. Di dalam splisosom, snRNP berpasangan basa dengan nukleotida di tempat-tempat
yang spesisfik di sepanjang intron
c. Splisosom memotong pre-mRNA, melepaskan intron, dan pada saat yang bersamaan
mereka akan menggabungkan ekson-ekson. Splisosom lalu membubarkan diri,
melepaskan mRNA yang kini hanya mengandung ekson.

2.3 Komponen dalam translasi

1.RNA transfer (tRNA)

RNA transfer ( tRNA ), yaitu molekul RNA yang membawa asam amino selama
pembentukan polipeptida pada sitoplasma (Sarmoko, 2011). Ketika suatu molekul
tRNA tiba di ribosom, molekul tersebut membawa suatu asam amino spesisfik pada
salah satu ujungnya. Pada ujung lain tRNA terdapat suatu triplet nukleotida yakni
anticodon yang berpasangan dengan kodon komplementer pada mRNA.
Pada eukariot, tRNA seperti mRNA, dibuat di dalam nukleus dan harus berpindah
dari nukelus ke sitoplasma, tempat translasi terjadi. Pada sel bakteri maupun eukariot,
setiap molekul tRNA dapat digunakan berulang-ulang, mengambil asam amino yang
sesuai dengannya di dalam sitosol, meletakkan muatan ini pada rantai polipeptida,
ribosom, dan kemudian meninggalkan ribosom, siap mengambil asam amino lagi
(Campbell, dkk., 2008).

Gambar 2.3. Struktur 2 dimensi tRNA

(Sumber : Campbell, dkk., 2008)

2.Ribosom

Ribosom tersusun atas dua subunit, yaitu subunit besar dan subunit kecil. Pada
prokaryot, subunit kecil mempunyai koefisien sedimentasi sebesar 30S (unit
Svedberg) sedangkan subunit besar berukuran 50S, tetapi saat kedua unit tersebut
bergabung, koefisien sedimentasinya adalah 70S. Pada eukaryote, subunit kecil
berukuran 40S sedangkan subunit besar berukuran 60S, tetapi sebagai suatu kesatuan,
ribosom eukaryote mempunyai koefisien semidemtasi sebesar 80S (Yuwono, 2005).

Pada prokariot, ribosom tersebar di seluruh bagian sel, sedangkan pada aukariot
ribosom terletak di sitoplasma, khususnya pada bagian permukaan membrane RE
(Yuwono, 2005).

Struktur ribosom mencerminkan fungsinya yang mempertemukan mRNA dan


tRNA yang mengangkut asam amino. Selain situs untuk pengikatan mRNA, ribosom
juga memiliki situs untuk pengikatan tRNA. Situs ini terdiri dari 3 bagian, yakni situs
P menampung tRNA yang membawa rantai polipeptida yang sedang tumbuh, situs A
menampung tRNA yang membawa asam amino yang akan ditambahkan ke rantai tsb.
Lalu situs E sebagai tempat keluar dari dari tRNAyang telah melepaskan muatan dan
hendak meninggalkan ribosom (Campbell, dkk., 2008).

Gambar 2.4 Skema ribosom

(Sumber : Yuwono, 2005)

3. mRNA (messenger mRNA)


4. Asam amino
Gambar 2.5 Kode genetik “universal”

(Sumber : Yuwono, 2005)

4.2 Translasi

Translasi adalah proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada pada molekul
mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang menyusun suatu polipeptida
(Yuwono, 2005).

Tempat translasi adalah di ribosom, partikel-partikel kompleks yang memfasilitasi


penautan teratur asam amino menjadi rantai polipeptida.

Translasi terbagi menjadi 3 tahapan, yakni :

1. Tahap inisiasi

Tahap ini dimulai pada saat subunit ribosom kecil berikatan dengan satu mRNA
sekaligus tRNA inisiator spesifik, yang mengangkut asam amino metionin.
a. Pada prokariot, Tahap pertama dalam proses inisiasi pada prokaryot adalah
penggabungan mRNA, subunit 30S, dan formilmetionil-tRNAf (fMet-tRNA)
membentuk kompleks inisiasi 30S.
Pembentukan kompleks ini memerlukan GTP (guanosin trifosfat) dan beberapa
protein yang disebut faktor inisiasi (initation factor, IF)
IF-3 secara sendirian dpat berikatan dengan 30S, tetapi ikatan tersebut di
stabilkan oleh IF-1 dan IF-2. Ketiga faktor inisiasi tersebut berikatan dengan subunit
30S secara berdekatan pada daerah dekat ujung 3’ 16S rRNA. Setelah ketiganya
berikatan, mRNA dan asam amino asli tRNA yang pertama akan bergabung dengan
rangkaian tersebut secara acak. Asam amino pertama yang digabungkan adalah N-
formil metionin (fMet).
Dalam proses inisiasi, IF-3 berperan terutama dalam pengikatan mRNA pada
ribosom 30S, sedangkan IF-2 berperan dalam mengikat fMet-tRNAfMet pada
kompleks inisiasi 30S.
Ikatan antara subunit 30S dengan kodon inisia pada mRNA ditentuksn oleh
pasangan basa antara sekuens yang disebut sekuens Shine-Delgarno (SD) dengan
sekuens komplementer pada ujung 3’ 16S rRNA. Sekuens SD (AGGAGG) terletak di
sebelah hulu kodon inisiasi dan sekuens inilah yang dikenal sebagai tempat
pengikatan ribosom (ribosome-binding site).
Setelah kompleks inisiasi 30S terbentuk, selanjutnya subunit 50S bergabung
dan membentuk kompleks inisiasi 70S. pada pembentukannya, IF-1 dan IF-3 terlepas
dari kompleks. Pembentukan kompleks ini dilakukan dengan menggunakan energi
hasil hidrolisis GTP yang terjadi pada waktu IF-2 terlepas dari kompleks. Hidrolisis
GTP tersebut tidak mendorong pengikatan ribosom subunit 50S, melainkan
mendorong pelepasan IF-2 yang dapat menghambat pembentukan kompleks inisiasi
70S. IF-2 yang terlepas selanjutnya dapat digunakan lagi dalam pembentukan
kompleks inisiasi 30S yang lain. Setelah tahap ini terbentuk kompleks inisiasi 70S
yang siap untuk melakukan proses pemanjangan (elongation) polipeptida.

Secara garis besar, tahap inisiasi translasi pada prokariot adalah sebagai berikut :

1. Disosiasi ribosom 70S menjadi subunit 50S dan 30S dengan menggunakan IF-1
2. Pengikatan IF-3 pada subunit 30S
3. Pengikatan IF-1, IF-2, dan GTP Bersama-sama dengan IF-3
4. Pengikatan mRNA dan fMet-tRNAfMet untuk membentuk kompleks inisiasi 30S
5. Pengikatan subunit 50S, IF-1, dan IF-3 terlepas
6. IF-2 terlepas dari kompleks bersamaan dengan hidrolisis GTP sehingga terbentuk
kompleks inisiasi 70S yang siap melakukan proses pemanjangan
Gambar 2.6 Proses inisiasi pada prokariotik
(Sumber : Yuwono, 2005)

b. Pada eukariot, kodon inisiasi adalah metionin (AUG). Sub unit kecil yang telah
berikatan dengan tRNA inisiator, berikatan dengan tudung 5’ mRNA dan bergerak
memindai ke arah hilir dengan arah 5’ ke 3’ di sepanjang mRNA hingga menemukan
kodon awal.

2. Tahap elongasi
Pada prokariot dan eukariot memiliki mekanisme yang serupa. Ada tiga tahapan
dalam elongasi, yakni :
a. Pengenalan kodon
Antikodon dari tRNA aminoasil yang datang akan berpasangan basa dengan kodon
mRNA komplementer di situs A. Pengenalan kodon membutuhkan hidrolisis satu
molekul GTP dalam meningkatkan ketepatan dan keefisien dari langkah pada tahap
ini.
b. Pembentukan ikatan peptide
Molekul rRNA sub unit ribosom besar mengatalisis pembentukan sebuah ikatan
peptida di antara asam amino baru di situs A dan ujung karboksil polipeptida yang
sedang tumbuh di situs P. Langkah ini membuat pemindahan rantai polipeptida dari
tRNA di situs P dan melekatkannya ke asam amino pada tRNA di situs A dengan
membentuk ikatan peptida.
c. Translokasi
Ribosom mentranslokasikan tRNA di situs A ke situs P. tRNA kosong di situs P
bergerak ke situs E dan dilepaskan di situ. mRNA bergerak terus bersama tRNA-
tRNA yang berikatan dengannya, membawa kodon berikut untuk ditranslasikan ke
dalam situs A.

Gambar 2.7 Siklus elongasi pada translasi DNA


(Sumber : Campbell, dkk., 2008)

3. Tahap terminasi
Tahap terakhir dari translasi adalah pengakhiran atau terminasi. Tahap terminasi pada
prokariot juga berlangsung dengan mekanisme yang serupa pada tahap terminasi pada
eukariot.
Translasi akan berakhir pada waktu salah satu dari ketiga kodon terminasi (UAG,
UAA, dan UGA ) telah mencapai posisi A pada ribosom. Mereka tidak lagi bekerja
dalam menerjemahkan kodon, tapi bekerja sebagai sinyal untuk menghentikan
proses translasi. Situs A pada ribosom menerima sebuah faktor pelepasan sehingga
menyebabkan pemutusan ikatan antara tRNA di situs P dan asam amino terakhir pada
rantai polipeptida . polipeptida akhirnya terlepas dari bagian ribosom. Kedua subunit
maupun komponen lain ikut memisahkan diri (Yuwono, 2005).
Gambar 2.8 Siklus terminasi pada translasi DNA
(Sumber : Campbell, dkk., 2008)

2.4 Pasca translasi

Selama proses translasi dan sesudahnya, rantai polipeptida yang terbentuk


mulai menggulung dan melipat secara spontan membentuk protein fungsional dengan
konformasi yang spesifik. Konformasi ini berupa suatu molekul tiga dimensi dengan
struktur sekunder dan tersier. Pelipatan protein dibantu oleh suatu protein chaperon.

Langkah tambahan yang dilakukan sebelum dikirim ke target adalah


memberikan modifikasi secara kimiawi. Pada asam amino tertentu dilakukan
penambahan gula, lipid, gugus fosfat atau penambahan-penambahan lain.

Pada beberapa kasus, rantai polipetida tunggal dapat membelah secara


enzimatik menjadi dua atau lebih potongan, misalnya insulin. Protein insulin pertama
kali disintesis sebagai rantai polipeptida tunggal tetapi menjadi aktif hanya setelah
suatu enzim menghilangkan bagian tengah dari rantai tersebut, membentuk protein
yang terdiri dari 2 rantai peptida yang terhubung dengan jembatan disulfida.

Polipeptida-polipeptida dari protein yang ditakdirkan untuk system


endomembrane atau untuk sekresi ditandai oleh peptide sinyal yang menargetkan
peotein ke retikulum endoplasma. Sementara jenis peptida sinyal lain digunakan
untuk menargetkan polipeptida ke mitokondria, kloroplas, bagian dalam nukleus dan
organel lain yang tidak termasuk endomembran.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Translasi DNA adalah proses penerjemahan urutan nukleotida pada mRNA menjadi
rangkaian asam amino yang menyusun suatu protein.
2. Pada sintesis protein, terdapat dua tahap, yakni transkripsi dan translasi.
3. Pada tahap translasi, terjadi tiga proses yaitu proses inisiasi, elongasi, dan terminasi.

3.2 Saran

Kami menyadari benar bahwa di dalam makalah yang kami buat masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan, baik dari segi isi, penulisan, maupun pemformatan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran sekaligus kritikan yang membangun
dari pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Reece, Jane B., Urry, Lisa A., Cain, Michael L., Wasserman, Steven
A., Minorsky, Peter V., Jackson, Robert B. 2008. Biologi : Edisi Ke delapan Jilid
1. Jakarta : Erlangga.

Elrod, S. & Stansfield, W. 2007. Schaum’s Outlines: Genetika. Terjemahan oleh Damaring
Tyas W. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kuchel, P. & Ralston, G. B. 2006. Schaum’s Easy Outlines : Biokimia. Eva Laelasari.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sarmoko. 2011. Biologi Molekuler. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman.

Starr , C., Taggart, R., Evers, C., Starr, L . 2012. Biologi: Kesatuan dan Keragaman Makhluk
Hidup 1 (Edisi 12). Jakarta : Salemba Teknika.

Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekular. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai