Anda di halaman 1dari 5

1.

Pembuluh Darah pada Hati


Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatika dan vena porta.
Arteri hepatika. Keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95-
100% masuk ke hati akan membentuk jaringan kapiler vena, akhirnya keluar sebagai vena hepatika.
Vena porta. Yang terbentuk dari lienalis dan vena mesentrika superior menghantarkan 4/5
darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70%, sebab beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan
usus, guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh moluska dan usus halus.
Besarnya kira-kira berdiameter 1 mm. Yang satu dengan yang lain terpisah oleh jaringan ikat yang
membuat cabang pembuluh darah ke hati, cabang vena porta arteri hepatika dan saluran empedu
dibungkus bersama oleh sebuah balutan dan membentuk saluran porta.
Darah berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap lobulus disaluri oleh
sebuah pembuluh sunisoid darah atau kapiler hepatika. Pembuluh darah berjalan di antara lobulus hati
disebut vena interlobuler.
Dari sisi cabang-cabang kapiler masuk kedalam bahan lobulus yaitu vena lobuler. Pembuluh darah
ini menggalirkan darah dalam vena lain yang disebut vena sublobuler, yang satu sama yang lain
membentuk vena hepatika dan langsung masuk ke daam vena kava inferior.

2. Mekanisme terjadinya asites


Teori arteri perifer vasodilatasi mengatakan, hipertensi portal menyebabkan penurunan sirkulasi dan
volume darah di arteri secara dramatis.

Selama penyakit berlangsung, eksitasi neurohumoral meningkat, ginjal mempertahankan natrium, dan
volume plasma mengembang. Hal ini menyebabkan meluapnya cairan ke dalam rongga peritoneum
(perut)

Asites adalah akumulasi cairan dari seluruh tubuh yaitu cairan natrium, protein (albumin) dan air ke
rongga perut yang secara umum disebabkan oleh hipertensi portal, selebihnya akibat infeksi, inflamasi
dan infiltrasi.

Pada sirosis hepatis, kebocoran cairan asites mulai dari permukaan hati, lalu ke usus dan kemudian
terakumulasi dalam rongga peritoneal.

Faktor-faktor kebocoran ini disebabkan oleh kombinasi; hipertensi portal, retensi cairan oleh ginjal,
perubahan berbagai hormon dan bahan kimia yang mengatur cairan tubuh; termasuk, kebocoran albumin
dari pembuluh darah ke dalam perut.
Albumin adalah protein utama dalam darah yang bertugas membantu menjaga cairan agar tidak bocor
keluar dari pembuluh. Namun, ketika albumin mengalami kebocoran dari pembuluh darah, cairan juga
ikut bocor keluar.

-
Penyebab asites
Penyebab asites adalah penyakit hati lanjut atau sirosis. Meskipun mekanisme pasti dari perkembangan
asites masih belum dimengerti seutuhnya, teori kebanyakan menunjukkan adanya hipertensi portal
(peningkatan tekanan pada aliran darah yang menuju hati) sebagai kontributor utama dalam penyebab
asites. Prinsip dasar ini serupa dengan pembentukan edema di bagian tubuh lainnnya karena
ketidakseimbangan tekanan di dalam dan di luar sirkulasi (sistem tekanan yang tinggi di dalam), pada
kasus ini kavitas abdomen merupakan kavitas dengan tekanan yang rendah. Peningkatan tekanan darah
protal dan penurunan albumin (protein yang ada di dalam darah) bertanggung jawab dalam tekanan
gradien dan menyebabkan asites abdomen.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap terjadinya asites adalah adanya retensi garam dan air. Volume
darah yang beredar dapat dianggap rendah oleh sensor pada ginjal sehingga terjadilah pembentukan asites
yang dapat menguras beberapa volume cairan dari darah. Sinyal ginjal ini adalah untuk menyerap kembali
lebih banyak garam dan air untuk mengkompensasi hilangnya volume cairan tubuh.

Beberapa penyebab lain dari asites berhubungan dengan peningkatan gradien tekanan dari gagal jantung
kongestif, dan gagal ginjal lanjut karena retensi umum cairan dalam tubuh.

Dalam kasus yang jarang terjadi, peningkatan tekanan dalam sistem portal dapat disebabkan oleh
obstruksi internal atau eksternal dari pembuluh darah portal, sehingga terjadi hipertensi portal tanpa
sirosis. Contoh ini bisa terjadi pada kondisi massa (keganasan atau tumor), yang menekan pembuluh
portal dari dalam rongga perut atau adanya gumpalan darah pada pembuluh darah portal yang
menghalangi aliran normal dan meningkatkan tekanan dalam suatu ruangan (misalnya, sindrom Budd-
Chiari) .

Asites dapat juga bermanifestasi sebagai akibat dari kanker, yang disebut asites malignant. Jenis asites ini
biasanya manifestasi dari kanker stadium lanjut dari organ-organ di dalam rongga perut, seperti, kanker
usus besar, kanker pankreas, kanker lambung, kanker payudara, limfoma, kanker paru-paru, atau kanker
ovarium.
Asites pankreas dapat terlihat pada orang pankreatitis kronis atau peradangan pankreas. Penyebab paling
umum dari pankreatitis kronis adalah penyalahgunaan alkohol yang berkepanjangan. Asites pankreas juga
dapat disebabkan oleh pankreatitis akut serta trauma pada pankreas.

Tipe asites
Asites terbagi menjadi 2 tipe secara tradisional: transudat dan eksudat. Klasifikasi ini berdasarkan jumlah
protein yang ditemukan dalam cairan. Sistem yang lebih maju menghitung jumlah albumin dalam cairan
asites dibandingkan dengan albumin yang ada dalam serum (aliran darah). Hal ini disebut dengan Serum
Asites Gradien Albumin (SAAG).

 Asites karena hipertensi portal (sirosis, gagal jantung kongestif, Budd-Chiari) biasanya
memiliki SAAG lebih dari 1,1
 Asites yang disebabkan oleh penyeabb lain (maligna atau pankreatitis) memiliki SAAG
kurang dari 1,1

Faktor risiko asites


Penyebab terbanyak asites adalah sirosis dari hepar. Banyak faktor risiko lain yang menyebabkan asites
dan sirosis yang serupa. Kebanyakan faktor risikonya adalah hepatitis B, hepatitis C, dan penyalahgunaan
alkohol jangka panjang. Faktor risiko potensial lainnya yang terkait kondisi ini seperti gagal jantung
kongestif, malingansi, dan penyakit ginjal.

--

3. Perdarahan dari varises-varises kerongkongan (esophageal varices)

Pada sirosis hati terdapat jaringan parut yang dapat menghalangi jalannya darah yang akan kembali ke
jantung dari usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam vena portal (hipertensi portal).
Ketika terjadi penekanan dalam vena portal meningkat, ia menyebabkan darah mengalir di sekitar hati
melalui vena-vena dengan tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung.

Akibat dari aliran darah yang meningkat dan peningkatan tekanan yang diakibatkan vena-vena pada
kerongkongan yang lebih bawah dan lambung bagian atas mengembang dan dirujuk
sebagai esophageal dan gastric varices. Semakin tinggi tekanan yang terjadi maka varises-varises dan
lebih mungkin seorang pasien mengalami perdarahan dari varices-varices kedalam kerongkongan
(esophagus) atau lambung.

Perdarahan dari varices-varices kerongkongan ini menunjukkan gejala seperti :

a. Muntah darah (muntah yang berupa darah merah yang bercampur dengan gumpalan-gumpalan
atau disebabkan oleh efek dari asam pada darah).
b. Warna feces/kotoran yang hitam dan bersifat ter disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam
darah ketika kotoran atau sisa makanan yang akan dibuang tercampur bakteri kemudian merubah
warna dan tekstur feces menjadi hitam dan ter yang diolah terlebih dahulu dalam usus yang
disebut dengan melena.
c. Sering pingsan atau kepeningan orthostatic yang disebabkan tekanan darah yang semakin
menurun atau tekanan darah rendah, hal ini akan terjadi ketika duduk atau dalam suatu posisi
berbaring terlalu lama.

Perdarahan yang terjadi bukan hanya di kerongkongan, namun juga dapat terjadi di usus besar/kolon,
sehingga perdarahan juga dapat terjadi dari varces-varices yang terbentuk di dalam usus.

4. TOKSIN bukan hanya ampas dari makanan yang kita makan dan makanan-makanan yang tidak
tercerna, tetapi juga bisa berasal dari zat makanan aditif, udara tercemar, bahan kimia seperti pestisida,
logam berat dalam air minum, residu obat-obatan farmasi, dll. Bahkan pikiran dan emosi negatif juga
merupakan racun bagi sel-sel tubuh kita. Semua ampas atau zat yang tidak diperlukan tubuh akan
diperlakukan sebagai racun (toksin) atau penyakit. Ampas atau toksin juga diproduksi secara alamiah
oleh tubuh kita sendiri. Ini merupakan proses metabolisme sehingga tidak dapat kita hindari. Setiap hari
di dalam tubuh terjadi pembelahan sel-sel baru.

Sementara itu sel-sel yang sudah tua akan menjadi aus, mati, dan menjadi ampas. Dalam kondisi normal,
ampas akan dikeluarkan secara teratur setiap hari melalui sistem pembuangan tubuh. Buang air besar
setiap hari bukan jaminan bahwa proses pembuangan kita normal. Jika salah satu atau beberapa masalah
tersebut merupakan keluhan Anda, berarti pengeluaran ampas dari tubuh Anda belum optimal! Penyakit
terjadi apabila proses pembuangan tidak optimal dan toksin mulai merusak jaringan organ-organ
vital. Dalam sejumlah hasil penelitian disebutkan kondisi racun berlebihan (toxicity) erat hubungannya
dengan penuaan dini, menyebabkan terjadinya penyakit-penyakit degeneratif (liver, jantung, diabetes,
kanker, dll.), dan menurunkan sistem kekebalan tubuh. Karena itu, racun harus dikeluarkan dari dalam
tubuh. Caranya, dengan detoksifikasi (detoks).

Apa itu detoks? Detoksifikasi (detoks) adalah proses pengeluaran racun atau zat-zat yang bersifat racun
dari dalam tubuh. Puasa merupakan salah satu metode efektif detoksifikasi. Pembersihan dan detoks
meningkatkan proses alamiah pengeluaran toksin dari dalam tubuh kita. Organ vital yang menjadi target
dalam program pembersihan racun yang efektif adalah susu besar (pengeluaran) dan liver
(detoksifikasi).Hampir semua penyakit degeneratif dapat dihubungkan dengan kondisi keracunan dalam
saluran usus (intestinal toxemia).

Mengapa? Karena setiap jaringan dalam tubuh mendapatkan makanan dari darah, dan darah
mendapatkannya dari usus. Setiap zat yang masuk ke dalam tubuh kita akan terserap ke dalam darah
melalui dinding-dinding usus. Artinya, toksin yang berada usus juga akan ikut beredar bersama aliran
darah sampai ke sel-sel di seluruh penjuru tubuh kita. Toksin-toksin inilah yang menyumbangkan
terjadinya berbagai kondisi penyakit kronis, akut, dan degeneratif. Begitu juga menurunnya tingkat energi
dan penuaan dini.

Anda mungkin juga menyukai