Anda di halaman 1dari 14

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Siklus Estrus pada Mencit
Proses pemasakan telur (ovum) yang terjadi pada mamalia telah dipahami
dengan lebih baik dari pada pemasakan telur yang terjadi pada hewan lain. Proses
pemasakan ovum pada hakikatnya merupakan peristiwa yang membentuk siklus.
Siklus pemasakan ovum pada kebanyakan mamalia disebut siklus estrus,
sedangkan siklus pada primata disebut siklus menstrual. Kedua siklus tersebut
memperlihatkan adanya perbedaan.
Pada hewan yang mengalami siklus estrus, dalam satu siklus ini hewan betina
siap menerima hewan jantan untuk kawin hanya dalam waktu yang singkat yaitu
pada masa ovulasi. Selain itu, dinding saluran reproduksi pada akhir siklus tidak
mengalami disintegrasi dan tidak luruh sehingga tidak ada pendarahan. Siklus
estrus terdiri dari empat tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus.
Tahap atau fase estrus yang dialami hewan dapat dikenali dari gambaran sel yang
diperoleh melalui hasil hapusan vagina.
Pada hewan yang mengalami siklus menstrual, setiap saat di sepanjang siklus
hewan betina siap menerima hewan jantan untuk kawin, sekalipun ovum baru
dilepaskan kira-kira pada pertengahan siklus. Dalam tubuh hewan betina, ovum
mampu bertahan hidup dalam keadaan baik dan siap dibuahi hingga 72-96 jam
setelah ovulasi. Pada hewan ini, selama siklus menstrual dapat ditemukan berbagai
perubahan di dalam tubuh dan organ reproduksinya. Perubahan yang dimaksud
meliputi perubahan keadaan ovarium, rahim (ketebalan endometrium), dan tingkat
hormon reproduksi di dalam darah.
Siklus estrus pada mencit :
1. Proestrus ditandai dengan adanya jumlah sel epitel berinti yang lebih banyak
dari jumlah leukosit.
2. Estrus ditandai dengan adanya sel epitel bertanduk dalam jumlah besar dan
tidak terdapat lagi sel epitel berinti.
3. Metestrus ditandai dengan jumlah epitel yang menurun dan leukosit yang
meningkat jumlahnya.

1
4. Diestrus ditandai dengan adanya sel leukosit yang banyak dengan beberapa saja
sel-sel epitel.

1.1.2 Anatomi dan Fisiologi Organ untuk Pembiakan atau Reproduksi Wanita
Organ-organ sistem reproduksi wanita termasuk ovarium (gonad perempuan), tuba
falopi, uterus, vagina, dan organ eksternal, yang secara kolektif disebut vulva, atau
kemaluan (pudendum).
1. Ovarium
Ovarium adalah kelenjar yang dipasangkan menyerupai almond yang dikupas
dalam ukuran dan bentuknya, serta homolog dengan testis. Ovarium
menghasilkan :
a. Gamet, oosit sekunder yang berkembang menjadi ovum yang matang (telur)
setelah pembuahan,
b. Hormon, termasuk progesteron dan estrogen (hormon seks perempuan),
inhibin, dan relaksin.
Bagian – bagian ovarium :
 The germinal epithelium adalah lapisan epitel sederhana (kuboidal rendah
atau squamous) yang mencakup permukaan ovarium.
 Tunika albuginea adalah kapsul keputihan padat tidak teratur jaringan ikat
yang terletak segera mendalam kepada germinal epitel.
 Korteks ovarium merupakan wilayah hanya dalam untuk tunika albuginea.
 The medula ovarium adalah bagian dalam korteks ovarium dengan jaringan
ikat yang lebih longgar.
 Folikel ovarium adalah bagian yang berada di korteks dan terdiri dari oosit
dalam berbagai tahap pengembangan, ditambah sel di sekitar mereka.
Terkadang, sel di sekitarnya dapat membentuk satu lapisan (sel folikel) dan
dapat membentuk beberapa lapisan (sel granulosa).
 Graafian folikel adalah adalah folikel yang besar dan siap pecah dan
mengeluarkan oosit sekunder dimana proses ini dikenal sebagai ovulasi.
 Korpus luteum mengandung sisa-sisa dari folikel yang matang setelah
ovulasi. Korpus luteum menghasilkan progesteron, estrogen, relaxin, dan
inhibin sampai merosot menjadi jaringan parut berserat yang disebut corpus
albicans.

2
2. Tuba falopi
Wanita memiliki dua tabung rahim yang juga disebut tuba falopi atau saluran
telur, yang memperpanjang lateral dari rahim. Tuba falopi menyediakan rute
untuk sperma untuk mencapai ovum dan mengangkut oosit sekunder dan
dibuahi dari ovarium ke rahim. Bagian berbentuk corong dari masing-masing
tabung, yang disebut infundibulum, dekat dengan ovarium tapi terbuka ke
rongga panggul.
3. Uterus
Uterus berfungsi sebagai bagian dari jalur untuk sperma disimpan dalam
vagina untuk mencapai tabung rahim. Hal ini juga merupakan letak implantasi
dari ovum dibuahi, perkembangan janin selama kehamilan, dan tenaga kerja.
Selama siklus reproduksi saat implantasi tidak terjadi, rahim merupakan letak
menstruasi mengalir.
4. Vagina
Vagina adalah berbentuk tubular dengan panjang 10 cm dan juga merupakan
fibromuscular kanal yang panjang dilapisi dengan membran mukosa yang
memanjang dari eksterior dari tubuh untuk serviks uterus. Vagina merupakan
wadah untuk penis selama hubungan seksual, outlet untuk aliran menstruasi,
dan lorong untuk melahirkan. Terletak antara kandung kemih dan rektum,
vagina diarahkan superior dan posterior, di mana vagina menempel ke rahim.
5. Vulva
Istilah vulva atau kemaluan wanita, mengacu pada alat kelamin eksternal
perempuan. Komponen-komponen vulva adalah sebagai berikut:
a. Mons pubis
Mons pubis adalah sebuah bantalan lemak atau tonjolan lemak yang
terletak di depan simfisis pubis. Pada masa pubertas, daerah ini akan
ditutupi rambut.
b. Labia mayora
Labia majora ditutupi oleh rambut kemaluan dan mengandung banyak
jaringan adiposa, kelenjar minyak/ kelenjar sudoriferus, dan kelenjar
apokrin atau kelenjar keringat. Labia mayora merupkaan struktur terbesar
genitalia eksternal wanita dan mengelilingi organ lainnya.Labia mayora

3
tersusun atas otot polos, pembuluh darah dan serupa serupa dengan
skrotum pada reproduksi pria.
c. Labia minora
Labia minora adalah dua lipatan kecil dari kulit di antara bagian atas labia
mayora, serta pada labia mengandung jaringan erektil. Berbeda dengan
labia mayora, labia minora yang tanpa rambut kemaluan dan lemak dan
memiliki sedikit kelenjar sudoriferus, tetapi mereka mengandung banyak
kelenjar sebasea. Labia minora yang homolog dengan uretra pada pria.
d. Klitoris
Klitoris adalah massa silinder kecil yang terdiri dua bagian kecil ereksi,
corpora cavernosa, dan banyak saraf dan pembuluh darah. Klitoris terletak
di persimpangan anterior labia minora. Lapisan kulit yang disebut
preputium klitoris (pra-poos) terbentuk pada titik dimana labia minora
bersatu dan menutupi tubuh klitoris. Bagian terkena klitoris adalah
kelenjar klitoris. Klitoris adalah bagian dari reproduksi wanita yang sama
fungsinya dengan penis pada laki-laki.
e. Vestibula
Wilayah antara labia minora disebut vestibula. Di dalam vestibulum
terdapat selaput dara (jika masih ada), lubang vagina, uretra orifice
eksternal, dan bukaan saluran beberapa kelenjar. Vestibulum memiliki
kemiripan dengan uretra intermedia pada laki-laki.
f. Bulbus vestibule
Bulbus vestibuli terdiri dari dua massa memanjang dari jaringan ereksi
hanya ke dalam labia di lubang vagina. Bulbus ini menjadi membesar
dengan darah selama gairah seksual, penyempitan lubang vagina dan
tekanan menempatkan pada penis selama berhubungan. Bulbus vestibuli
adalah homolog ke korpus spongiosum dan bulbus pada penis laki-laki.

1.1.3 Hormon yang Mempengaruhi Organ Reproduksi Wanita


Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) disekresi oleh hipotalamus dan
berfungsi mengkontrol siklus ovari dan uterus. GnRH menstimulasi pelepasan
follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari pituitari
anterior. Pertumbuhan folikel diinisiasi oleh FSH manakala perkembangan lanjut
folikel distimulasi oleh LH. Kedua-dua hormone FSH dan LH menstimulasi folikel

4
ovari untuk mensekresi estrogen. Androgen dihasilkan dari sel theca pada folikel
yang berkembang, distimulasi oleh LH. Di bawah pengaruh FSH, androgen
digunakan oleh sel granulosa pada folikel dan dikonversikan menjadi estrogen.
Dipertengahan siklus, terjadi ovulasi yang dipicu oleh LH dan seterusnya
menyebabkan adanya pembentukan korpus luteum. LH menstimulasi korpus
luteum untuk mensekresi estrogen, progesteron, relaksin dan inhibin.
Estrogen yang disekresi oleh folikel ovari mempunyai beberapa peran penting
yaitu memicu dan mempertahankan perkembangan struktur reproduktif wanita,
karakteristik seks sekunder dan payudara. Karakteristik seks sekunder termasuk
distribusi tisu adiposa pada payudara, abdomen, mons pubis dan pinggul,
kenyaringan suara, pelebaran pinggul dan pertumbuhan rambut di kepala dan
tubuh. Estrogen juga meningkatkan anabolisme protein. Selain itu juga, estrogen
dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Ini dapat dilihat pada wanita yang
berusia di bawah 50 tahun adalah kurang berisiko mendapat penyakit arteri koroner
dibandingkan dengan laki-laki yang sama usia. Kadar estrogen yang moderat juga
dapat menginhibisi pelepasan GnRH dari hipotalamus dan sekresi LH dan FSH
dari pituitari anterior.
Progesteron disekresi terutama dari sel-sel di korpus luteum. Pada progesteron
dan esterogen membantu persediaan dan pertahanan untuk endometrium dalam
implantasi ovum yang telah disenyawakan. Persediaan kelenjar mamae untuk
mensekresi air susu juga dibantu oleh kedua hormon ini. Kadar progesteron yang
tinggi juga akan menginhibisi sekresi GnRH dan LH. Pada Korpus luteum
menghasilkan relaksin dalam jumlah yang sedikit saat setiap siklus bulanan.
Relaksin akan menginhibisi kontraksi miometrium dan menghasilkan efek
relaksasi pada uterus. Inhibin pula disekresi oleh sel granulosa dari folikel yang
berkembang selepas ovulasi.Inhibin menginhibisi sekresi FSH dan LH.

1.1.4 Siklus Menstruasi


1. Menstruasi Normal
Darah haid sebagian besar adalah arteri, dengan hanya 25% dari makhluk
hidup darah berasal dari vena. Ini berisi puing-puing jaringan, prostaglandin,
dan fibrinolisin dalam jumlah yang relatif besar dari jaringan endometrium.
Gumpalan lisis fibrinolisin , sehingga darah haid biasanya tidak mengandung
gumpalan kecuali aliran berlebihan.

5
Durasi biasa aliran menstruasi adalah 3 sampai 5 hari, tapi arus tersingkat 1
hari dan paling lama 8 hari. Ini dapat terjadi pada yang perempuan normal.
Jumlah darah yang hilang, normalnya bisa berkisar dari sedikit bercak 80 mL;
jumlah rata-rata kehilangan 30 mL.
Kehilangan lebih dari 80 mL tidak normal. Jelas, jumlah aliran dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ketebalan endometrium, obat-
obatan, dan penyakit yang mempengaruhi mekanisme pembekuan.

2. Siklus Menstuasi

Gambar 1.1 Siklus Menstruasi pada Manusia

Siklus merupakan proses yang dialami oleh wanita pada setiap bulan.
Menstruasi merupakan proses dalam tubuh wanita yang dimana sel telur (ovum)
berjalan dari indung telur menuju rahim, melalui aluran yang diberi nama tuba
falopi. Pada saat tersebut, jaringan endometrial dalam lapisan endometrium di
dalam rahim menebal sebagai persiapan terjadinya pembuahan oleh sperma.
Jika terjadi pembuahan, dinding ini akan semakin menebal dan menyediakan
6
tempat janin tumbuh. Tapi, jika tidak terjadi pembuahan, jaringan endometrial
ini akan luruh dan keluar melalui vagina dalam bentuk cairan menstruasi.
Sedangkan siklus menstruasi sendiri dimulai dari hari pertama menstruasi
hingga satu hari sebelum mentruasi berikutnya. Pada keadaan normal, siklus
menstruasi adalah berbeda bagi setiap wanita yaitu dari 28 hingga 35 hari.
Terdapat empat fase pada siklus menstruasi yaitu fase menstrual, fase
preovulatori, ovulasi dan fase pasca ovulatori.

a. Fase menstrual
Pada siklus menstruasi dikenal dengan menstruasi yang berlangsung dari hari
pertama yang merupakan permulaan siklus hingga kira-kira hari ke-5. Di
ovarium, di bawah pengaruh FSH, beberapa folikel primordial berkembang
menjadi folikel primer dan seterusnya folikel sekunder. Di uterus pula, terjadi
aliran cairan menstruasi dari rahim menuju ke leher rahim, untuk kemudian
keluar melalui vagina yang mengandung kira-kira 50-150 mL darah, cairan
jaringan, mukus dan sel epitel yang luruh dari endometrium. Luruhnya
dinding endometrium ini karena terjadi penurunan kadar hormon estrogen
dan progesteron di mana akan menstimulasi pelepasan prostaglandin yang
menyebabkan konstriksi arteriol spiral. Akibatnya, sel-sel di endometrium
akan kekurangan suplai oksigen dan akhirnya sel-sel tersebut mati dan luruh.
b. Fase preovulatori
Pada hari ke-6 hingga ke-13, terjadi siklus preovulatori yaitu antara akhirnya
menstruasi dan permulaan siklus ovulasi. Di ovarium, beberapa folikel
sekunder akan mensekresi estrogen dan inhibin. Biasanya, hanya satu folikel
sekunder yang akan berkembang menjadi folikel dominan dan yang lainnya
mengalami atresia. Folikel-folikel sekunder yang mengalami atresia terjadi
karena penurunan kadar FSH yang disebabkan oleh estrogen dan inhibin
yang disekresi oleh folikel dominan. Seterusnya, folikel dominen akan
berkembang menjadi folikel Graaf (graafian follicle) yang akan terus
berkembang sehingga diameternya mencapai lebih kurang 20 mm dan
tersedia untuk ovulasi. Semasa proses maturasi folikel ini, estrogen terus
menerus dihasilkan. Untuk siklus di ovarium, fase menstruasi dan fase
preovulatori dikenal dengan fase folikular karena terjadi pertumbuhan dan
perkembangan folikel di ovarium. Di uterus pula, estrogen yang meningkat

7
hasil perkembangan folikel di ovarium tadi akan menstimulasi pembaikan
dan penebalan endometrium. Untuk siklus di uterus, fase preovulatori juga
dikenal sebagai fase proliferatif karena endometrium mengalami proses
proliferasi.
c. Fase ovulasi
Pada siklus ovulasi terjadi pada hari ke-14. Kadar estrogen yang tinggi
menstimulasi lebih banyak pelepasan GnRH dari hipotalamus dan juga
menstimulasi gonadotrof di pituitari anterior untuk mensekresi LH.
Pelepasan FSH dan LH tambahan oleh pituitari anterior turut dirangsang oleh
FSH. Dan LH akan menyebabkan pecahnya folikel Graaf dan pelepasan oosit
sekunder sekitar 9 jam selepas kadar LH mencapai puncaknya.
d. Fase pasca ovulatori
Siklus terakhir yaitu fase pasca ovulatori adalah antara masa ovulasi dengan
onset bagi siklus menstruasi yang seterusnya. Ini berlangsung dari hari ke-15
hingga ke-28. Di ovarium, di bawah pengaruh LH, folikel yang telah kosong
kini menjadi korpus luteum. LH menstimulasi korpus luteum untuk
mensekresi progesteron, estrogen, relaksin dan inhibin. Untuk siklus di
ovarium, fase ini juga dikenal dengan fase luteal. Sekiranya oosit sekunder
yang telah dilepaskan tadi tidak disenyawakan, korpus luteum akan
mengalami degenerasi dan seterusnya menjadi korpus albicans. Saat ini,
terjadilah penurunan kadar progesteron, estrogen dan inhibin dan
menyebabkan peningkatan pelepasan GnRH, FSH dan LH. Maka bermulalah
semula perkembangan folikel dan siklus ovarium yang baru. Namun,
sekiranya oosit sekunder mengalami persenyawaan dan mulai membelah,
korpus luteum tidak mengalami degenerasi dengan adanya hormon human
chorionic gonadotropin (hCG) yang terhasil dari chorion dari embrio. hCG
menstimulasi aktivitas sekretori korpus luteum. Di uterus pula, progesteron
dan estrogen yang dilepaskan oleh korpus luteum akan menyebabkan
terjadinya pertumbuhan kelenjar endometrium, vaskularisasi di permukaan
endometrium dan penebalan dinding endometrium kira-kira 12 hingga 18
mm. Siklus ini juga dikenal dengan siklus sekretorik di uterus karena kelenjar
endometrium mulai mensekresi glikogen. Perubahan ini berlaku seminggu
selepas ovulasi di mana kemungkinan perubahan akan terjadi. Apabila tidak

8
ada perubahan, kadar progesteron dan estrogen yang menurun menyebabkan
terjadinya menstruasi untuk siklus yang seterusnya.
Meskipun penjelasan ini mengasumsikan klasik 28 hari siklus, panjang siklus
menstruasi cukup bervariasi, bisa sesingkat 21 hari atau selama 40 hari. Hanya
satu interval cukup konstan dalam semua perempuan, waktu dari ovulasi ke
awal menstruasi hampir selalu 14 atau 15 hari.

1.1.5 Perbedaan Siklus Estrus pada Mencit dengan Sistem Menstruasi pada Wanita
Hewan yang sedang estrus mengalami dorongan seksual yang sangat kuat
namun singkat selama pertengahan masa estrus tetapi tidak reseptif secara seksual
di masa-masa lain. Sementara reseptivitas seksual terjadi sepanjang siklus
menstruasi. Secara fisik, estrus mempersiapkan saluran reproduksi betina bagi
kopulasi. Sedangkan siklus menstruasi melibatkan persiapan yang amat rumit agar
endometrium siap bagi implantasi sel telur yang terfertilisasi. Sebagai akibatnya,
jika fertilisasi tidak terjadi, penebalan dinding uterus apapun yang telah
dipersiapkan pada hewan-hewan yang mengalami estrus akan diserap kembali.
Pada hewan-hewan yang mengalami menstruasi, pelapis-pelapis hipertrofik
meluruh sebagai aliran darah menstruasi. Terakhir, peristiwa-peristiwa pada siklus
estrus lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan daripada siklus menstruasi.
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan
banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi, sementara mamalia lain
mempunyai siklus estrus. Pada kedua kasus ini, ovulasi terjadi pada satu waktu
dalam siklus itu setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah,
karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Satu perbedaan
antara kedua jenis siklus itu melibatkan nasib lapisan uterus jika kehamilan tidak
terjadi. Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui
serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus
estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus dan tidak terjadi pendarahan yang
banyak.
Perbedaan utama lainnya, meliputi perubahan perilaku yang lebih jelas
terlihat selama siklus estrus dibandingkan dengan pada siklus menstruasi, dan
pengaruh musim dan iklim yang lebih kuat pada siklus estrus. Sementara seorang

9
perempuan bisa reseptif terhadap aktivitas seksual sepanjang siklus, sebagian
mamalia hanya akan berkopulasi selama periode di sekitar ovulasi. Periode
aktivitas seksual ini yang disebut estrus. Estrus adalah satu-satunya waktu di mana
perubahan vagina memungkinkan terjadinya perkawinan. Estrus kadang-kadang
juga disebut heat (panas) dan memang sebenarnya suhu tubuh betina sedikit
meningkat. Panjang dan frekuensi siklus reproduksi sangat bervariasi di antara
mamalia. Lama siklus menstruasi pada manusia rata-rata 28 hari. Siklus estrus
tikus hanya 5 hari.

10
BAB II
HASIL PRAKTIKUM

PROESTRUS ESTRUS

METESTRUS DIESTRUS

11
BAB III
PEMBAHASAN

Pada percobaan yang telah kami lakukan mengenai siklus estrus mencit yang
bertujuan untuk mengamati dan mempelajari siklus mencit melalui hapusan vagina mencit .
Siklus estrus pada mencit terdiri dari 4 fase utama, yaitu proestrus, estrus, metestrus dan
diestrus. Setiap siklus yang terjadi pada tubuh mencit, terjadi perubahan-perubahan di
sebabkan oleh pengaruh hormon yang berpengaruh di dalam tubuhnya.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data bahwa mencit yang dilakukan
hapusan vaginanya sedang berada pada tahapan diestrus. Gambar hasil pratikum yang kami
dapat menunjukan hal yang sama dengan teori. Ini sebabkan karena terlihat hapusan vagina
yang banyak sel epitel berinti dan sel leukosit.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data bahwa mencit yang dilakukan
hapusan vaginanya sedang berada pada tahapan proestrus. Gambar hasil pratikum yang kami
dapat menunjukan hal yang sama dengan teori. Ini disebabkan karena terlihat hapusan vagina
memiliki sel-sel epitel yang berinti yang telah mulai kehilangan inti (cornified) dan tidak ada
lagi leukosit.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data bahwa mencit yang dilakukan
hapusan vaginanya sedang berada pada tahapan estrus. Gambar hasil pratikum yang kami
dapat menunjukan hal yang sama dengan teori. Ini disebabkan karena terlihat pada preparat
hapusan vaginanya terdapat banyak sel-sel epitel yang mengalami kornifikasi (sel epitel
menanduk).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data bahwa mencit yang dilakukan
hapusan vaginanya sedang berada pada tahapan metestrus. Gambar hasil pratikum yang kami
dapat menunjukan hal yang sama dengan teori. Ini disebabkan karena pada preparat hapusan
vagina mencit terlihat dengan adanya sel-sel leukosit dan sedikit sel epitel menanduk pada
preparat.

12
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, diperoleh data bahwa dari beberapa mencit
betina tersebut, mencit sedang mengalami empat fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus.
1. Pada saat fase proestrus jumlah sel epitel berinti lebih banyak dari jumlah leukosit.
2. Pada fase estrus terdapat sel epitel bertanduk dalam jumlah besar dan tidak terdapat
lagi sel epitel berinti.
3. Pada fase metestrus jumlah epitel menurun (baik epitel bertanduk atau inti), dan
leukosit meningkat jumlahnya.
4. Pada fase diestrus sel leukosit banyak dengan beberapa sel-sel epitel saja .

13
DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2008. Biology Eight Edition. San Francisco. Pearson.


Dewi, Nilda Syntia. 2012. Biologi Reproduksi. Yogyakarta. Pustaka Rihama.
Fried, George H. 2005. Biology Edisi Kedua. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Singapura.
Elsevier.
Heffner. Linda J. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Marieb, Elaine N. 2012. Essentials of Human Anatomy and Physiology 10 th Edision.
Pearson.
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem edisi 8. Jakarta. EGC.
Totora, Gerard J & Bryan Derrickson. 2014. Princples of Anatomy & Physiology 14th
Edision. John Wiley & Sons, Inc.

14

Anda mungkin juga menyukai