Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN

PELAYANAN HEMODIALISA

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peningkatan pembangunan kesehatan di Indonesia seharusnya diiringi
dengan perbaikan mutu pelayanan yang seimbang. Adanya globalisasi yang
cepat di sektor kesehatan berdampak pada cara melakukan tindakan baik
berupa terapi, pemakainan alat, pemberian resep dan sebagainya, sehingga
tindakan tersebut sesuai dengan indikasi yang tepat.
Adanya undang undang perlindungan konsumen serta keterkaitanya
dengan praktek kedokteran terhadap aspek medis, legal etis, psikologis, sosial
budaya maka, perlu dibuat suatu panduan pelayanan yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Adanya kebijakan
desentralisasi dan sistim pembiayaan kesehatan untuk masyarakat miskin
maka, masyarakat miskin yang memerlukan hemodialisis dapat dilayani tanpa
perlu membayar.
Dengan diberlakukanya undang undang perlindngan konsumen dan
UU Praktek Kedokteran No.29 Tahun 2004 yang intinya melindungi
kepentingan masyarakat menutut kualitas tenaga kesehatan.

B. TUJUAN
1. Umum
Meningkatakan kualitas pelayanan pasien gagal ginjal melalui panduan
pelayanan hemodialisis yang berorientasi pada keselamatan dan keamanan
pasien.
2. Khusus
a. Memberi acuan regulasi pelayanan hemodialisis
b. Memberi acuan manajemen pelayanan hemodialisis
c. Memberi acuan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi masing
masing tenaga yang terlibat didalam pelayanan hemodialisis

1
d. Memberi acuan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan
hemodialisis
e. Memberi acuan pola pembiayaan yang berkaitan dengan pelayanan
hemodialisis.

C. SASARAN
Unit hemodilisa didalam rumah sakit
Anggota profesi yang terkait dalam pelayanan hemodialisis

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. PENGERTIAN
Hemodialisis adalah menggerakkan cairan dari partikel-partikel lewat
membran semi permiabel yang mempunyai pengobatan yang bisa membantu
mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal,
mengendalikan asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh (Long
C.B: 381). Hemodilisis adalah penggerakan larutan dan air dari darah pasien
melewati membrane semi permiable (alat dialysis) ke dalam dialisat. (Tisher C
C, dkk. 1997). Hemodialisis adalah difusi partikel larut dari satu
kompartemen cairan ke kompartemen lain melewati membran semi permeabel
(Hudak, M C. 1996: 39). Dialisis adalah suatu proses pembuangan zat terlarut
dan cairan dari darah melewati membran semi permiabel, berdasarkan prinsip
difusi osmosis dan ultrafilrasi (engram, B. 1998: 164).
Penyakit ginjal kronik adalah suatu kondisi kerusakan ginjal yang
terjadi selama 3 bulan atau lebih yang di difinisikan sebagai abnormalitas
struktural atau fungsional ginjal dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
glomerolus termasuk ketidak seimbangan komposisi zat didalam darah atau
urin serta ada tidaknya gangguan. LFG yang kurang dari 60 ml/menit/1.73m³
lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Keterangan: disebut PGK apabila terdapat salah satu dari kriteria diatas.
Unit hemodialisis adalah tempat pelayanan hemodialisis yang terdiri
dari mesin HD didukung dengan unit pemurnian air (water
treatment) ,peralatanpendukung lain serta mempunyai tenaga medis dan
paramedis yang bersertifikat hemodialisis, diawasi oleh dokter internis
bersertifikat hemodialisis, disupervisi oleh Internis –Konsultan Ginjal
Hipertensi (KGH).
UPHDIRS adalah upaya pelayanan hemodialisis didalam institusi rumah sakit
B. ETIOLOGI

3
Hemodialisis dilakukan pada pasien yang menderita gagal ginjal
akut dan kronik dengan indikasi : azootemia, simtomatis berupa ensefalopati,
perikarditis, uremia, hiperkalemia berat. Kelebihan cairan yang tidak
responsive dengan diuretic yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan sindrom
hepatorental.

C. PATOFISIOLOGI
Terjadi gagal ginjal sehingga ginjal tidak bisa melaksanakan
fungsinya. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melalui
hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan oleh kadar
kimia serum dan gejala-gejala hemodialisis biasanya dimulai ketika
kebersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt, yang biasanya sebanding
dengan kadar kreatinin serum 8-10 mg/dL.

PATHWAY

4
Gagal ginjal

Kreatin
menurun

Keteragantungan
Terapi Ketidakberdaya
pada dialisis karena
Hemodialisa an
sifat penyakit

Ketidaktahuan Akses vaskuler


penyakit dan komplikasi
Pendarahan Efek Ultrafiltrasi
kebutuhan sekunder
dialisis terhadap
penyusuhan dari
akses vaskuler
emboli
Kurang Vol
cairan

Kurang
Pengetahuan

D. TERAPI DIALISIS
1. Sebagai ginjal buatan dan pada prinsipnya adalah meningkatkan
pengendalian oleh model kinetik urea.
2. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatin, dan asam
urat.
3. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara
darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus
darah dan tekanan negatif (penghisap) dalam kompartemen dialisat
(ultrafiltrasi)
4. Mempertahankan/mengembalikan sistem buffer tubuh.

E. PROSEDUR DIALISA

5
Alat-alat dialisis dibuat dari serabut berlekuk-lekuk dan piringan
pararel. Komposisinya terdiri 10.000 serabut berdiameter kecil dimana darah
bersirkulasi melalui serabut serabut tersebut. Piringan pararel terdiri dari
lempengan-lempengan membran, disusun secara pararel yang membentuk
kompartemen untuk darah dan dialisat. Bahan yang digunakan : Kuraphon,
selulosa, asetat, dan ada beberapa kopolimer sintesis berlubang-lubang kecil
(poliakrilonitril), polimetil mettakrilat dan polisulfon. Piranti keras yang
digunakan pada kebanyakan sistem dialisis meliputi :
o Pompa darah
o Pompa infus untuk pemberian heparin
o Alat monitor untuk pendeteksi suhu tubuh, bila terjadi ketidakamanan,
konsentrasi dialisa, perubahan tekanan udara, dan bocoran darah. Sistem
dialisis terbaru terdiri atas unit tunggal yang mencakup alat pelepasan
dialisat dan komponen untuk memonitor darah.

F. PROSEDUR PEMASANGAN
Tingkat kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama
hemodialisa akan beragam diantara pasien-pasien, yang meliputi tahap
penyakit, masalah-masalah lain, keseimbangan cairan dan elektrolit. Nilai-
nilai laboratorium, temuan klinis lain, respon terhadap tindakan dialisis
sebelumnya, status emosional dan observasi.

G. PROSEDUR
Tindakan inisiasi hemodialisis (HD Pertama) dilakukan setelah
melalui pemeriksaan / konsultasi dengan dokter Internist bersertifikat
hemodialisis. Setiap tindakan hemodialisis terdiri dari : persiapan pelaksanaan
: 30 menit, p,elaksanaan hemodialisis: 4-5jam, evaluasi pasca hemodialisis:
30 menit. Sehingga untuk setiap prosedur tindakan hemodialisis mulai dari
persiapan sampai dengan waktu pasca hemodialisis antara 5- 6 jam.
Dalam memberikan pelayanan sesuai standar profesi dan memperhatikan hak
pasien ,membuat informed consent.

6
Setelah pengkajian pra dialisys, perawat mengembangkan tujuan dan
memeriksa keamanan peralatan, kemudian siap untuk memulai hemodialisis.
Akses ke sistem sirkulasi dicapai melalui beberapa pilihan-pilihan fistula atau
tandur arterioveosa (AV) atau keteter hemodialisis dua lumen. Dua jarum
berlubang besar (diameter 15/16) dibutuhkan untuk mengkanulasi fistula atau
tandur AV.
Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena subklavia, jugularis
interna atau femoralis, harus dibuka dalam kondisi aseptic sesuai dengan
kebijakan institusi. Jika akses vaskuler telah ditetapkan darah mulai mengalir
dibantu oleh pompa darah. Bagian sirkuit disposibel sebelum dialiser
diperuntukkan sebagai aliran “arterial” keduanya untuk membedakan darah
yang masuk kedalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan
dalam acuan untuk meletakkan jarum arterial diletakkan paling dekat dengan
anastomisis AV pada fitsula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah.
Kantong cairan normal salin yang diklem selalu digubungkan ke sirkuit tepat
sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi darah yang mengalir dari
pasien dapat diklem sementara cairan normal salin yang diklem dibuka dan
memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah.
Transfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan ke sirkuit
pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah
tergantung peralatan yang digunakan.
1. Dialiser adalah komponen paling penting selanjutnya dari sirkuit. Darah
mengalir kedalam kempartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya
pertukaran cairan dan sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati
detektor udara dan menghentikan pompa darah bila terdetesi adanya udara.
Pada kondisi seperti ini setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialisis
diberikan kebanyakan obat-obat ditunda pemberiannya sampai dialisis
selesai kecuali memang diperintahkan.
2. Darah yang telah melewati dialisis kembali ke pasien melalui “venosa”
atau selang post dialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialisis
diakhiri dengan mengklem darah dari pasien, membuka selang cairan

7
normal salin, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien.
Selang dan dialiser dibuang ke dalam perangkat akut, meskipun program
dialsisis kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan dan
mengunakan ulang dialiser.
H. KOMPOSISI DIALISAT
Konsentrasi glukosa standar dari dialisat adalah 200 mg/dl.
Konsentrasi natrium dan kalsium diresepkan pada situasi klinis tertentu.
Irigasi rendah kalsium dapat digunakan pada terapi hiperkalasemia akut dan
kronik. Jenis dialisat dapat berupa asetat ataupun bikarbonat. Pada keadaan
tidak bekerjanya fungsi hati, asetat diubah mol menjadi bikarbonat. Asetat
dapat menyebabkan hopetensi, depresi miokardium, nausca, muntah dan sakit
kepala. Dialisat bikarbonat walaupun lebih mahal biasanya dapat mencegah
gejala-gejala tersebut. Tindakan ini merupakan terapi pilihan pada pasien
dengan gangguan pernafasan, ketidakstabilan, hemodinamika. Penyakit hati
dan asidosis metabolic berat dan pada pasien yang menjalani dialisis aliran
cepat. Hemodialisa mencakup shunting/penglihatan arus darah dari tubuh
pasien ke dialisator dimana terjadi difusi dan ultrafiltrasi dan kembali ke
sirkulasi pasien.

8
BAB III
PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS

MEMULAI HEMODIALISIS
CATHETER DOUBLE LUMEN

1. TUJUAN
Untuk melancarkan proses dialysis selama pasien masih belum mempunyai
akses cimino

2. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


 Menjaga kesterilan alat-alat yang akan digunakan dan memperhatikan
teknik septic dan antiseptic dalam menangani pasien
 Anjurkan pasien menggunakan masker saat catheter dibersihkan
 Catheter tidak boleh disentuh, dipegang atau digaruk oleh pasien

3. PROSEDUR
3.1 Persiapan alat
3.1.1 1 buah set steril berisi
 Kain belah/duk lubang untuk diletakkan di bawah catheter
 3 buah mangkok
 Kassa steril 7 buah (secukupnya)
 Klem arteri
 Sarung tangan steril
3.1.2 Spuit 5 cc berisi normal saline secukupnya
3.1.3 Meja pungsi (trolley)
3.1.4 Plastik alat kotor
3.1.5 Perlak (alas)
3.1.6 Plester dan micropore, gunting
3.1.7 Masker, apron
3.1.8 Larutan normal saline 0,9% secukupnya

9
3.1.9 1 set catheter double lumen no. 12

3.2 CARA KERJA


A. Membersihkan catheter
3.2.1 Observasi keadaan umum pasien
3.2.2 Observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu, dan pernapasan)
3.2.3 Kalau perlu pasang oksigen dan ECG monitor
3.2.4 Berikan posisi tidur yang nyaman
3.2.5 Jelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
3.2.6 Letakkan perlak (alas) dibawah tempat catheter double lumen
3.2.7 Bukalah tutup catheter dengan kassa betadhine dan lepaskan
pelan-pelan
3.2.8 Perhatkan posisi catheter double lumen
 Apakah tertekuk ?
 Apakah letak posisi catheter berubah ?
 Bagaimana keadaan exit site, adakah perdagangan/nanah?
3.2.9 Dekatkan alat-alat punski ke pasien
3.2.10 Perawat mencuci tangan, memakai masker dan apron
3.2.11 Bukalah set punski steril, masing-masing mangkok diisi dengan
 Cairan normal saline 0,9%
 Betadhine solution
 Alcohol 70%
3.2.12 Letakkan spuit 5 atau 10 cc
3.2.13 Pakailah sarung tangan steril, lakukan disinfeksi dengan cara :
 Desinfeksi sekitar kulit
Gunakan kassa betadhine bersihkan kulit mulai sekitar exit
site melingkar dari arah dalam berputar kea rah luar (jika
kulit pasien kotor, tindakan ini dapat diulang kembali
dengan kassa betadhine yang baru)
 Desinfeksi sekitar catheter

10
Gunakan kassa betadhine bersihkan catheter mulai dari
pangkal exit site sampai ujung tutup catheter searah dengan
cara tangan kiri memegang ujung catheter dengan kassa
steril dan tangan kanan memegang klem dan menjepit kassa
betadhine
 Setelah didiesinfeksi dengan betadhine, tunggu beberapa
saat agar larutan disinfeksi dapat berfungsi secara optimal.
3.2.14 Letakkan kain belah steril dibawah catheter double lumen,
ujung kain dijepit dengan klem punski kassa betadhine baru
3.2.15 Tutuplah sekitar exit site dengan kassa betadhine baru
B. MELAKUKAN TES KELANCARAN CATHETER, DENGAN
CARA:
3.2.16 Gunakan spuit 5 cc atau 10 cc, hisaplah heparin dan bekuan
darah yang berada di dalam catheter lalu cairan heparin dan
bekukan darah dibuang ke kantong plastik plumpungan.
3.2.17 Bilaslah catheter dengan normal 0,9% secukupnya, lakukan test
dengan cara aspirasi dan masukkan kembali darah ke dalam
catheter sambil rasakan lancer atau tidaknya aliran darah
(tindakan ini dapat diulang sampai yakin betul bahwa aliran
sudah lancar)
3.2.18 Pengetesan ini dapat dilakukan satu persatu (selang arteri atau
selang venous dahulu)
3.2.19 Tutuplah selang catheter double lumen dengan masing-masing
spuit 5 cc atau 10 cc atau dengan penutupnya.
Posisi selang catheter double lumen dalam keadaan terklem
(terkunci)
3.2.20 Tentukan posisi catheter dengan tepat dan benar, untuk
menghindari kemacetan selama proses dialysis berlangsung.
3.2.21 Catheter difiksasi
3.2.22 Catheter double lumen siap digunakan kepada pasien

11
3.2.23 Rendamlah tutup catheter dalam mangkok steril yang berisi
betadhine solution (jika mempunyai tutup disposable baru,
maka tutup yang telah digunakan dapat dibuang atau disterilkan
.
3.2.24 Alat-alat kotor diletakkan di ruang disposable dan dipisahkan
dengan alat yang terkontaminasi
3.2.25 Bersihkan alat instrument dari darah ,dikeringkan kemudian
dimasukan ke mesin penyeteril alat.
3.2.26 Perawat mencuci tangan
3.2.27 Kembalikan alat-alat yang telah digunakan ketempat semula

C. MENYAMBUNG KE SELANG DIALYSIS


3.2.28 Kecilkan Qb sampai 100 Rpm, matikan pompa darah
3.2.29 Lepaskan selang arteri dari sambungan sirkulasi tertutup
3.2.30 Selang infuse dalam posisi terklem (terkunci)
3.2.31 Sambungkan selang darah arteri dengan selang arteri catheter
double lumen (warna merah) gunakan kassa betadhine sebagai
alas untuk menyambung (hindari masuknya udara)
3.2.32 Kencangkan kedua selang tersebut
3.2.33 Bukalah klem selang darah dan klem catheter double lumen,
lalu hidupkan pompa darah mulai dengan kecepatan 100 Rpm
3.2.34 Jika darah sudah melewati bulble trap venous, klem selang
venous dan matikan pompa darah lalu sambungkan selang
darah venous dengan selang venous sehingga (warna biru)
gunakan kassa betadhine sebagai alas untuk menyambung,
kencangkan sambungannya.
3.2.35 Bukalah klem pada selang darah venous dan klem pada catheter
pastikan tidak ada udara yang masuk ke dalam tubuh pasien
3.2.36 Hidupkan pompa darah mulai dengan kecepatan 100 Rpm lalu
naikkan secara bertahap sesuai dengan tekanan darah dan
keluhan pasien

12
3.2.37 Programlah mesin sesuai dengan keadaan pasien dan dari hasil
klinis pasien
3.2.38 Kembalikan alat-alat yang telah digunakan keruang disposal
dan bersihkan
3.2.39 Perawat mencuci tangan
3.2.40 Observasi tanda-tanda vital dan keluhan pasien selama proses
dialysis berlangsung
3.2.41 Catatlah semua kegiatan pasien dan masukkan kedalam status
pasien (pendokumentasian harus lengkap dan jelas)

13
PERSIAPAN PASIEN MEMULAI HEMODIALISIS

1. TUJUAN
1.1 Memperoleh data pasien sebelum dilakukan hemodialysis
1.2 Menentukan program hemodialysis
1.3 Pasien nyaman dan proses hemodialysis dapat segera dilakukan

2. KEBIJAKAN
2.1 Pasien dengan ARF (Acut Renal Failure)
2.2 Pasien dengan CRF (Chronic Renal Failure)
2.3 Pasien dengan ESRD (End State Renal Deseases)
2.4 Pasien mempunyai akses vascular (catheter double lumen, cimino, graft)

3. PERSIAPAN
3.1 Thermometer
3.2 Tensi meter
3.3 ECG monitor
3.4 Oksigen
3.5 Alat tulis
3.6 Catatan observasi (status pasien)
3.7 Kacamata, masker, apron, sarung tangan
3.8 Timbangan berat badan

4. PROSEDUR
4.1 Observasi keadaan umum pasien
4.2 Jika keadaan umum baik, anjurkan pasien mencuci tangan
4.3 Pasien timbang berat badan
4.4 Anjurkan pasien berbaring ditempat tidur/dikursi tindakan dialysis
4.5 Posisi mesin cuci darah disesuaikan dengan posisi cimino

14
(jika cimino ada ditangan kiri, maka posisi mesin di sebelah kiri dan
sebaliknya)
4.6 Berikan pasien posisi yang nyaman
4.7 Lakukan pemeriksaan
 Tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan, dan suhu badan)
 Anamneses riwayat hemodialisis yang lalu
 Kaji keluhan pasien hari ini
 Jika sesak, k/p pasang oksigen
 Jika ada keluhan sakit dada atau riwayat sakit jantung (pasang ECG)
4.8 Tentukan daerah punksi atau cimino
k/p dengarkan dengan stetoskop untuk memastikan desiran cimino
4.9 Jelaskan ke pasien bahwa tindakan akan dimulai
4.10 Letakkan perlak atau kain alas pada bagian bawah tangan pasien
4.11 Dekatkan alat-alat punksi ke tempat pasien
4.12 Perawat mencuci tangan
4.13 Pakailah apron, masker, kacamata dan sarung tangan untuk memulai
tindakan
4.14 Memulai punksi cimino

15
MEMULAI PUNKSI CIMINO

1. TUJUAN
Untuk mengetahui hasil anatomose/penyambungan darah berfungsi dengan
baik dan dapat digunakan selama proses dialysis

2. PROSEDUR
2.1 Persiapan alat
 1 set dialysis terdiri dari : 1 duk steril, 1 piala ginjal, 2 mangkok
(berisi normal saline dan betadhine solution), 1 klem arteri, 7 kassa
sterl dan duk pembungkus set tersebut.
 Betadhine solution alcohol 70%
 Spuit 5 cc atau 10 cc spuit insulin berisi 500 u – 1000 u heparin (k/p
untuk AV – fistula)
 1 sarung tangan steril, 2 AV – fistula, micropone
 Masker, apron, kacamata tindakan
 Gelas ukur 2 liter, plastic untuk tempat sampah
 Trolley tindakan
2.2 Cara kerja
 Pasien datang ke ruang dialysis sesuai jadwal
 Pasien mencuci tangan dan timbang berat badan
 Berikan posisi tidur nyaman
 Observasi tanda-tanda vital, catat dalam catatan keperawatan
 Jelaskan kepada pasien bahwa tindakan akan dimulai
 Raba desiran cimino, apakah desiran jelas
 Tentukan daerah punksi arteri dan vena
 Letakkan alas bawah tangan yang akan dipunksi
 Dekatkan alat-alat yang akan digunakan ke pasien
 Perawat mencuci tangan, memakai apron, masker, kacamata

16
 Bukalah set dialysis, letakkan AV-fitsula, spuit dan sarung tangan di
atas set tersebut.
 Tuangkan normal saline 0,9% dan betadhine solution ke dalam
mangkok steril
 Siapkan micropone, k/p heparin masukkan dalam spuit insulin
 Perawat memakai sarung tangan steril
 Mulailah melakukan disifeksi daerah cimino pada arteri dan venous
dengan cara :
o Tangan kanan memegang klem arteri dan menjepit 1 buah tufer
betadhine
o Oleskan tuffer betadhine pada daerah cimino dan venous line
dengan memutar dari dalam ke arah luar
o Masukkan tuffer kotor ke dalam plastic kotor
o Bersihkan kembali cimino dan vena dengan kassa alcohol caranya
sama seperti di atas, sampai bersih dan letakkan kassa kotor pada
plastic
o Letakkan kain alas steril dibawah tangan yang telah di disinfeksi
 Letakkan kain alas steril dibawah tangan yang telah didisinfeksi
 Isilah spuit 5 cc atau 10 cc dengan normal saline secukupnya dan
bilaslah AV-fitsula
 Lakukan punksi venous pada cimino (arterial lines) dengan jarak 8-10
cm dari anastomose, bilas AV-fitsula sampai bersih lalu tutuplah AV-
fitsula
 Isilah spuit 5 cc atau 10 cc dengan normal saline secukupnya dan
bilaslah AV-fitsula
 Lakukan punksi venous pada pembuluh venous line, caranya sama
seperti diatas
 Selesai punksi cimino, alat-alat kotor dimasukkan ke dalam disposal
 Bedakan dengan alat yang terkontaminasi, bersihkan dari darah
masukkan ke dalam kantong plastic
 Set dialysis yang telah dipakai akan diambil oleh petugas CSSD

17
MENYAMBUNG BLOOD LINE DENGAN AV-FITSULA

1. TUJUAN
Untuk memulai proses hemodialysis

2. PROSEDUR
2.1 Menyambung Selang Fistula Arterial Dengan Selang Darah Arterial
a. Matikan pompa darah/blood pump
b. Klem selang infuse
c. Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fitsula diswab
dengan kassa betadhine sebagai desinfektan lalu sambung dan
kencangkan
d. Ujung selang darah venous masukkan ke dalam gelas ukur atau
drainage bag (jika ada)
e. Hidupkan pompa darah dan tekan tombol ^ atau v mulai 100 Rpm
f. Perhatikan aliran cimino apakah lancer, fiksasi selang darah dengan
micropone, jika liran cimino tidak lancer rubahlah posisi jarum fitsula
atau posisi tangan
g. Perhatikan darah di buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaliknya
terisi ¾ bagian
h. Cairan normal saline yang tersisa, ditampung dalam gelas
ukur/drainage bag disebut: cairan sisa priming
i. Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer matikan pompa
darah
2.2 Menyambung Selang Darah Venous Dengan Fistula Venous
a. Sambungkan ujung selang darah venous keujung AV fitsula venous
(outlet) kedua ujungnya diberi kassa betadhine sebagai disinfektan
b. Masing-masing sambungan dikencangkan
c. Bukalah kelm pada selang arteri dan venous, sedangkan selang infuse
tetap ditutup

18
d. Pastikan tidak ada udara pada selang venous, lalu hidupkan pompa
darah mulai dari 100 Rpm tingkatkan sesuai dengan keadaan pasien
e. Tekan tombol ON pada menu UF, pada layar monitor terbaca
DIALYSIS
f. Selama proses HD berlangsung ada 7 lampu hijau yang menyala antara
lain : Lampu Monitor, On, Dialysis Star, Heparin, Uf & Flow

3. CATATAN
a. Saat proses dialysis : blood line merah = kedializer (arteri) berada diatas
b. Setelah selesai tindakan, kembalikan alat-alat disposal
c. Perawat mencuci tangan
d. Observasi tanda-tanda vital, masukkan hasilnya ke dalam catatan dialysis

19
PENGAMATAN SELAMA DIALYSIS

1. TUJUAN
1.1 Proses dialysis berjalan lancar
1.2 Masalah pasien segera teratasi
1.3 Mencegah komplikasi berlanjut
1.4 Pasien merasa nyaman dan aman

2. PROSEDUR
2.1 Pengamatan Dializer, meliputi :
 Nama pasien dan dialyzer yang akan dipakai harus sama
 Jika dialyzer direuse setelah dibilas dengan normal saline 0,9% harus
sudah bebas dari formalin atau renalin dengan menggunakan test strip
residual formaldehyde dan test trip residual peroxide (renalin)
2.2 Pengamatan pasien, meliputi :
 Sebelum dialysis  melakukan pemeriksaan fisik secara teliti, mulai
kepala sampai kaki
 Minimal setiap jam  observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, k/p)
heart rate, nadi, pernapasan dan suhu) sesuaikan dengan kondisi
pasien.
 Observasi vaskuler access dan pembuluh darah vena (apakah ada
rembesan darah, pembekakan, hematoma)
 Observasi keluhan pasien :
o Kaji/anamneses kebutuhan pasien
o Mencari penyebab timbulnya masalah
o Mengatasi masalah yang ada dengan memberikan pendekatan atau
membantu kebutuhannya.
 Perawat cepat tanggap dengan masalah pasien
 Memberikan rasa nyaman (menciptakan lingkungan yang tenang)

20
2.3 Pengamatan mesin, terdiri dari :
 Sambungan Av-fitsula dengan blood lines dan sebaliknya
 Blood line ke dialyzer dan sebaliknya
 Sambungan tekanan arteri dengan mesin dialysis
 Sambungan tekanan venous dengan mesin dialysis
 Jenis konsentrate yang digunakan
 Selama proses dialysis semua klem terbuka, kecuali klem infuse harus
tertutup
 Buble trap terisi ¾ bagian, jangan sampai kosong
 Jangan ada udara di sepanjang sirkulasi darah dan dialyzer
 Observasi kecepatan pompa darah (Qb) cocokkan dengan efektifitas
blood flow, akurasi ± 5-10 % antara Qb dengan efektifitas
 Observasi tekanan arteri (apakah lancar darah menuju dialyzer)

Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan arteri adalah :


o Pembuluh darah pasien (aliran darah)
o Ukuran dari pada jarum fitsula
o Posisi/letak jarum fitsula
o Kecepatan pompa darah
 Observasi tekanan vena (apakah ada hambatan pada tempat masuknya
darah menuju ke pasien)
Tekanan vena dipengaruhi oleh :
o Pembuluh darah vena pasien kecil
o Bekuan darah (kloting) pada buble trap venous
o Terjadi pembengkakan (hematoma) pada vena
o Blood lines tertekuk
o Tekanan vena turun jika kecepatan darah dibawah 100 Rpm
 Observasi TMP (Trans Membran Pressure)
Tekanan TMP dipengaruhi oleh :
o Perbedaan tekanan diantara kompartemen darah dengan dialisate

21
o Bekuan darah (kloting) di dialyzer
o Jika sutface area dialyzer kecil, UFR akan besar maka
menimbulkan TMP ↑
 Observasi ultra filtrasi goal (total jumlah penarikan cairan selama
dialysis)
UFG dipengaruhi oleh :
o Intake (minum infuse, zoned, cairan priming)
o Selisih timbangan berat badan datang dengan berat badan kering
(dry weight)
o Pengkajian pasien (sesak nafas, batuk-batuk, slym, overload)
o Klinis pasien (edema anasarka, acites, dll)
 Time left (lamanya dialysis)
o Frekuensi dialysis
(1x/minggu @ 5 jam atau 2xminggu @ 5 jam)
(3x/minggu @ 4-5 jam)
o Waktu sequential (Iso UF = Isoload Ultrafiltrasi), teori bahwa
waktu tindakan sequential harus diluar waktu proses dialysis.
o Waktu selama dialysis sangat mempengaruhi hasil dialysis yang
adekuat
 Temperature mesin
Suhu mesin yang diperbolehkan 360C – 370C
Suhu mesin sekitar 35,50C – 360C dapat mengatasi pasien hipotensi
 Standar konsentrate
Konsentrate dapat dinaikkan atau diturunkan secara manual, sesuai
kebutuhan pasien.
 Pemakaian bicarbonate
Dapat diatur sesuai dengan hasil darah bicarbonate (HCO3), asalkan
menggunakan bi-Bag sebagai konsentrate

22
MENGAKHIRI DIALYSIS PASIEN

1. TUJUAN
Untuk menghentikan/menyelesiakan proses dialysis

2. KEBIJAKAN
2.1 Waktu dialysis sudah selesai
2.2 Keadaan umum pasien semakin menurun (ditandai dengan TTV
abnormal)
2.3 Gangguan PLN (listrik mati yang tidak ada batasan)
2.4 Gangguan mesin yang tidak bias diatasi saat proses dialysis berlangsung

3. PERSIAPAN
3.1 Piala ginjal
3.2 Kassa steril
3.3 Betadhine solution
3.4 Sarung tangan tidak steril
3.5 Perban gulung
3.6 Band Aid (pelekat)
3.7 Gunting
3.8 Nebacetin powder anti biotic
3.9 Termometer
3.10 Microprone
3.11 Perawat memakai kaca mata, apron, masker

4. PROSEDUR
4.1 Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi TTV (T, N, S)
4.2 Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100 Rpm
4.3 Perawat mencuci tangan
4.4 Perawat memakai apron, masker, kaca mata, sarung tangan tidak steril

23
4.5 Mesin menunjukkan UFG reached = UFG sudah tercapai (angka UF
volume = angkat UFG)
4.6 Jika proses HD sudah selesai, posisi mesin akan terbaca “Reinfusion”
tekan confirm (pompa darah mati secara otomatis)
4.7 Tekan tombl dialysis start
4.8 Untuk mengakhiri dialysis, matikann pompa darah (blood pump)
4.9 Klem fitsula arteri dan selang darah arteri
4.10 Cabutlah fitsula inlet (arteri), tekan bekas tusukan dengan kassa
betadhine
4.11 Bilas fitsula, selang darah dialyzer dengan normal saline 0,9% sampai
bersih dan gunakan Qb 100 Rpm. Jika buble outlet sudah bersih, mesin
akan tertulis “Dialysis END” dan empity bi-Bag lalu tekan tombol
confirm.
4.12 Cabutlah fitsula outlet (venous) tekan bekas tusukan dengan kassa
betadhine
4.13 Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder (k/p)
dan tutuplah dengan band aid
4.14 K/p berilah perban gulung pada luka tusukan & fiksasi
4.15 Observasi tanda-tanda vital pasien, timbang BB
4.16 Kembalikan alat-alat ketempat semula, perawat mencuci tangan

24

Anda mungkin juga menyukai