Anda di halaman 1dari 15

KONSEP BERMAIN

DOSEN : Ayu Puspita,Ners.M.Kep

OLEH :

LALA VERONICA 2018.C.10a.0974

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi   kreatif, mempersiapkan
diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan
stimulasi dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan
suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya
sebagaimana kebutuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kebutuhan rasa aman dan nyaman,
kabutuhan kasih sayang dan lain-lain. Sebagai suatu kebutuhan sebaiknya juga perlu
diperhatikan secaracermat bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan atau mengisi waktu
luang.
Bagi orang tua bermain pada anak harus selalu diperhatikan sebagaimana memperhatikan
terhadap pemenuhan kebutuhan lainnya. Dengan bermain anak akan selalu mengenal dunia,
mampu mengembangkan kematangan dari fisik, emosional dan mental sehingga akan
membuatanak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
Banyak ditemukan anak pada masa tumbuh kembang mengalami perlambatan yang dapat
disebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan pada anak termasuk didalamnya adalah
kebutuhan bermain, yang seharusnya pada masa tersebut merupakan masa bermain yang
diharapkan menumbuhkan kematangan, pertumbuhan serta perkembangannya karena masa
tersebut tidak digunakan ssebaik mungkin akhirnya mengganggu tumbuh kembangnya.
Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang
ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan
keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalambermain, yang berarti mengemabngkan
dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus,
meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya
imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.
Dalam kenyataan sekarang ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa disadari telah
terpasung di tengah kesibukan orang tua. Namun kegiatan bermain bebas sering menjadi
kunci pembuka bagi gudang-gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia. Bermain bagi
anak berguna untuk menjelajahi dunianya, dan mengembangkan kompetensinya dalam usaha
mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak.Fungsi bermain bagi anak usia dini
dapat dijadikan intervensi yang jika dilaksanakn dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat
maupun tanpa alat akan sangat membantu perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan
afektif pada umumnya, dan mengembangkan daya kreativitas anak.
1.2.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan bermain?
2.      Bagaimana fungsi bermain bagi perkembangan anak?
3.      Apa saja kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak?
4.      Bagaimana terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi?

1.3.    Tujuan
1.      Mengetahui yang dimaksud dengan bermain
2.      Mengetahui fungsi bermain bagi perkembangan anak
3.      Mengetahui kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak
4.      Mengetahui terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi

1.4.    Manfaat
1.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang yang dimaksud dengan bermain
2.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang fungsi bermain bagi perkembangan anak
3.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang kecenderungan umum yang terjadi pada anak-
anak
4.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Definisi Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah cara
alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya. 
(Miller dan Keong, 1983). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya
sendiri dan memperoleh kesenangan.  (Foster, 1989).  Dari definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa bermain adalah : “Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-
hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres
anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan,
belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

2.2.     Fungsi Bermain Pada Anak 


Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan
merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua seharusnya
mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui
perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh
kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa
kritis,optimal dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak diantaranya :
1.    Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan
alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan  taktil,audio dan visual
melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut
dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka
anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat
mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.Demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi
dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari
anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.

2.      Membantu Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada
saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak,
mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan
khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai
manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model
demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.

3.      Meningkatkan Sosialisasi Anak


Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi
anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman
yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan
ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti
bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak,
menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari
akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan
teman dan orang lain.

4.      Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini,
seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.

5.      Meningkatkan Kesadaran Diri


Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang
lain.

6.      Mempunyai Nilai Terapeutik


Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.

7.      Mempunyai Nilai Moral Pada Anak


Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan
ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki
aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

2.3    Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1.      Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,
selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2.      Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya. Seperti yang telah di
uraikan diatas pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat mengekspresikannya.
3.      Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan akan
menstimulasi daya piker, imajinasi, fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada
dalam pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada masalah
dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat
menyelesaikannya dengan baik.
4.      Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit.
Stress yang dialami anak dirawat di rumah sakit tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga
yang dialami orang tua. Untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan
orang tua untuk dapat beradaptasi dengan stressor yang dialaminya di rumah sakit secara
efeAKTORktif. Permainan adalah media yang efektif untuk beradaptasi karena telah terbukti
dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan marah.

2.4.    Kecenderungan Umum Selama Anak – Anak           


Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat
aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda,
dikatakan bermain aktif  jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan
rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka
anak akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang
memberikan respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat mengenal macam-macam
dari permainan diantaranya:
1.      Berdasarkan isinya :
a.      Bermain Afektif Sosial
Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan dengan orang lain
hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya sambil berbicara, bersandung
kemudian anak memberikan respons seperti tersenyum tertawa, bergembira, dan lain-lain.
Sifat dari bermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons
terhadap simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.

b.    Bermain Bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada sehingga
anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat bermain ini
adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat sifat dari bermain ini
hanya memberikan kesenangan pada anak tapa memperdulikan kehadiran orang lain, seperti
bermain boneka-bonekaan, binatang-binatangan,  dan lain-lain.

c.    Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak
yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini
adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu
seperti bermain dalam bongkar pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil
dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar, kemudian bermain latihan memakai baju
dan lain-lain.

d.      Bermain Dramtik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-pura
dalam berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang ibu dan guru
dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam
memerankan sesuatu. Permainan dramatic ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu
berkomunikasi dan mengenal kehidupan social.

e.    Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam
menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti mengocok untuk mengetahui
isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi
dari orang lain agar selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.

f.       Bermain Konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek permainan agar menjadi sebuah
konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok. Sifat dari permainan ini adalah
aktif di mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permaianan dan
akan dapat membangun kecerdasan pada anak.

2.5.   Berdasarkan jenis permainan :


a.      Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan
menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga. Sifatnya adalah
aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya sesuai dengan jenis permaianan dan
akan berfungsi memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan perkembangan emosi
pada anak.

b.      Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)


Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit,
bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak
melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat
permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai
alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya.
Peran ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas
anak lain.

2.6. Berdasarkan karakteristik sosial :


a.    Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau
independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan sosial,
ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya adalah aktif akan tetapi bentuk stimulasi tambahan
kurang, karena dilakukan sendiri dalam perkembangan mental pada anak, kemudian dapat
membantu untuk menciptakan kemandirian pada anak.

b.  Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang bermain akan tetapi
tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah anak aktif secara sendiri
tetapi masih masih dalam satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam
menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.
c.    Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia toddler dan
dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan dimana anak dalam kelompok
dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.

d.      Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada memimpin
yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.

e.    Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain,
walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.

f.    Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres,
memberikan instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip
oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan
kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri pada anak-anak. Pengajaran dengan melalui
permainan dan harus diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk
melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti
pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.

2.7.  Pedoman Untuk Keamanan Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
1.    Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk
melakukan permainan.

2.    Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang
diberikan dapat optimal.

3.      Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan
anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.

4.    Ruang untuk bermain


Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.

5.    Pengetahuan cara bermain


Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak
akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
6.    Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak
dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka
hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab. Ada juga yang disebut dengan Alat
Permainan Edukatif (APE). APE Merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi
permainan secara optimal dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak
akan selalu dapat mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan
adaptasi sosialnya.Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka alat
permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia anak,modelnya
jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat kurang
memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa
memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga
terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis permainan yang dapat
mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau dua, bola, mainan
yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau
motorik kasar, kemudian alat permainan gunting, pensil, bola, balok, lilin jenis alat ini dapat
digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku
cerita, puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku
gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam
mengembangkan kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju,
sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong
diri sendiri dan alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara bersama
dapat dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan
kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain
seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk
mandiri.

7.     Karakteristik Bermain (Usia Bayi – Prasekolah)           

Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang melainkan
berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai
tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu
memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam
setiap tahap usia tumbuh kembang anak:

      Usia 0-1 tahun

Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex, melatih kerja
sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi,  melatih mencari objek
yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan,
keterampilan dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah
dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda (permainan)
aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka orang  dan
binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat permaian 
berupa selimut, boneka, dan lai-lain. 

8.      Usia 1-2 tahun


Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan untuk
melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi,
melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan
mampu membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat
didorong dan di tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil
berwarna, dan lain-lain.

 .      Usia 3-6 tahun


Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan
sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan
menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan,
menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan
mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu
pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis
permainan yang dapat dighunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah,
buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

 .    Alat Permainan Edukatif


Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya dan yang berguna
untuk perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan social anak (soetjningsih, 1995). Agar
orang tua dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat – syarat
berikut ini yang perlu diperhatikan adalah :
1.      Keamanan
Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya tidak terlalu kecil, cat tidak
beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak mudah pecah, karena pada usia ini anak
kadang – kadang suka memasukkan benda kedalam mulut.
2.      Ukuran dan berat
Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia anak. Apabila mainan
terlalu besar atau berat, anak akan sukar menjangkau atau memindahkannya. Sebaliknya, bila
terlalu kecil, mainan akan mudah tertelan.
3.      Desain
APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran, susunan, ukuran dan
warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu, APE hendaknya tidak terlalu rumit untuk
menghindari kebingungan anak.
4.      Fungsi yang jelas
APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli perkembangan anak.
5.      Variasi APE
APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar pasang), namun tidak
terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan.
6.      Universal
APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan bangsa. Jadi, dalam
menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua orang.
7.      Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat luas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka setiap lapisan
masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi tinggi maupun rendah, hendaknya
dapat menyediakannya. APE bias didesain sendiri asal memenuhi persyaratan.

 Terapi Bermain Pada Anak Yang Dihospitalisasi


Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain.
Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas
perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan,
frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan
perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman
yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan
respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga
anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.
Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik
bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan rumah
sakit itu sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan
fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih
petugas kesehatan maupun lingkungan social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi
dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan
perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak
 Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan
mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan.media yang paling
efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari oleh
pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk
kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan
mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi.
Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan
anak dirumah sakit (Brennan, 1994).
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan memberikan
keuntungan sebagai berikut :
1.      Meningkatkan hubungan antara klien (anak keluaarga) dan perawat karena dengan
melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan untuk membina hubungan
yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat
komunikasi yang elektif antara perawat dank klien.
2.      Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3.      Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan
dan pikiran secara verbal dan/ atau pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya,
permainan menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantunya mengekspresikan
perasaan tersebut.
4.      Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.
5.      Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi
secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya.

Prinsip – prinsip permainan pada anak di rumah sakit :


1.      Permainan Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang
dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat
dilakukan ditempat tidur dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya ditempat
bermain khusus yang ada diruang rawat.
Misalnya, sambil tiduran anak dapat dibacakan buku cerita atau diberikan buku komik anak-
anak, mobil-mobilan yang tidak pakai remote control, robot-robotan, dan permainan lain
yang dapat dimainkan anak dan orang tuanya sambil tiduran.
2.      Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan
yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak dan/atau yang
tersedia diruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat permainan, pilih yang sederhana,
supaya tidak melelahkan anak (misalnya, menggambar / mewarnai, bermain boneka dan
membaca buku cerita).
3.      Harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang aman untuk anak,
tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari – lari dan bergerak secara berlebihan.
4.      Dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila permainan dilakukan khusus di
kamar bermain secara berkelompok dirumah, permainan harus dilakukan pada kelompok
umur yang sama. Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah.
5.      Melibatkan orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan
upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat dirumah sakit
termasuk dalam aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator
sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat orang tua harus terlibat secara aktif dan
mendampingi anak dari awal permainan sampai mengevaluasi permainan anak bersama
dengan perawat dan orang tua anak lainnya.
Pedoman dalam menyusun rancangan program bermain pada anak yang di rawat di
rumah sakit :
1.      Tujuan bermain
Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan bermain
mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan yang ditetapkan harus
memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan pada upaya
ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri.
2.      Proses kegiatan bermain
Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Apabila permainan yang akan dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas
setiap anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap anak.
3.      Alat permainan yang diperlukan
Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang rawat. Apabila anak
akan diajak bermain melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan haga yang terjangkau.
4.      Pelaksanaan kegiatan bermain
Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus diobservasi dan menjadi catatan
penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya
5.      Evaluasi atau penilaian

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di
suatu rumah sakit, antara lain :
1.      Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
2.      Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
3.      Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
4.      Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
5.      Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan
dan prosedur medis
6.      Memberi peralihan dan relaksasi
7.      Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
8.      Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,
9.      Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif
terhadap orang lain
10.  Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11.  Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang
dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan
kesejahteraan mental serta sosial anak. Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi. Dalam
bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan
bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda, dikatakan
bermain aktif  jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan
rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka
anak akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang
memberikan respons secara aktif. Bermain juga menyediakan kebebasan untuk
mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain
membantu anak menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan
prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa
perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani
perawatan di rumah sakit.

3.2. Saran
Setelah mempelajari materi di atas diharapkan seluruh mahasiswa memahami
tentang definisi bermain, fungsi bermain bagi perkembangan anak, kecenderungan umum
yang terjadi pada anak-anak dan terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi. Berharap
dengan adanya makalah ini kami serta teman – teman semua menjadi lebih paham dan
mendapat ilmu dari membaca makalah ini. 
DAFTAR PUSTAKA

Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC.

Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:salemba medika.

Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:Idai

Hurlock. E. B.I978. Psikologi Perkembangan. Alih Bahasa: Istidayanti dan Soedjarwo Edisi kelima.

Jakarta. Erlangga. Tedjasaputra Myeke. 2011. Bermain, Mainan dan Permainan untuk
Pendidikan Anak Usia Dini . Jakarta:Grasindo Latif Muhktar dkk. 2014.Orentasi baru
pendidikan anak usia dini teori dan aplikasi.Jakarta:Prenadamedia Group

1) Martinis .Y dan Sanan J. 2010. Panduan pendidikan anak usia dini. Jakarta: Gaung
Persada

Anda mungkin juga menyukai