Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN

KEPERAWATAN
URTIKARIA
Kelompok 5 :
1. Ninuk Sri Wuryanti
2. Nurul Hanifah
3. Penti Purnama Sari
4. Pivin Ayuniasari
5. Ratna Fitrisari
6. Ratri Handayani
7. Ria Nur Fita
8. Rizky Wayan
I. Definisi Urtikaria

Urtikaria (urticaria / wheal / hives / biduran / kaligata / liman)

adalah reaksi alergi yang melibatkan pembuluh darah atau vaskuler

pada kulit dan selaput lendir, ditandai dengan bentol-bentol

(adakalanya hanya berupa bercak merah) pada kulit, bewarna merah

atau bewarna keputihan dan gatal, sebagai akibat pembengkakan

antar sel.

( Ramali, Ahmad, 2000)


II. Klasifikasi
1. Urtikaria Akut
berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari.
Penyebabnya adalah:
• Adanya kontak dengan tumbuhan (misalnya jelatang), bulu
binatang/makanan.
• Akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-
kerangan dan strowberi.
• Akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
2. Urtikaria Kronis
berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa
tahun. Jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
3. Urtikaria Pigmentosa
erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung
sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
4. Urtikaria Sistemik (Prurigo Sistemik)
suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas
berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang
berwarna kemerahan.
Penyebabnya :
Heat rash, disebabkan panas.
Urtikaria idiopatik, belum jelas penyebabnya/sulit dideteksi.
Cold urtikaria, disebabkan oleh rangsangan dingin.
Pressure urtikaria, disebabkan rangsangan tekanan.
Contact urtikaria, disebabkan oleh alergi.
Aquagenic, disebabkan oleh rangsangan air.
Solar urtikaria, disebabkan sengatan sinar matahari.
Vaskulitik urtikaria.
Cholirgenic urtikaria, disebabkan panas, latihan berat dan stress.
III. Etiologi
• Faktor pencetus urtikaria :
 Makanan
 obat-obatan
 bahan hirupan (inhalan),
 infeksi,
 gigitan serangga,
 faktor fisik,
 faktor cuaca (terutama dingin tapi bisa juga panas berkeringat),
 faktor genetik,
 bahan-bahan kontak (misalnya : arloji, ikat pinggang, karet
sandal, karet celana dalam, dan lain-lain) dan
 faktor psikis.
IV. Manifestasi Klinis
 bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit, dapat
mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
 disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang sangat panas
sekitar benjolan.
 Terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan
subkutan, terutama di sekitar mata, bibir dan di dalam
orofaring.
 Adanya pembengkakan, kadang-kadang bisa menutupi mata
secara keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk
pernafasan.
 Demografisme dan eritema yang linear di kulit yang terkena
goresan benda tumpul, timbul dalam waktu kurang lebih 30
menit. Pada urtikaria timbul pada tempat terdekat, misalnya di
sekitar pinggang.
V. Patofisiologi
Patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas. Pada awalnya alergen yang menempel pada
kulit merangsang sel mast untuk membentuk antibodi IgE, setelah terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel mast. Setelah itu,
pada saat terpajan untuk yang kedua kalinya, maka alergen akan berikatan dengan igE yang sudah berikatan dengan sel mast
sebelumnya. Akibat dari ikatan tersebut, maka akan mengubah kestabilan dari isi sel mast yang mengakibatkan sel mast akan
mengalami degranulasi dan pada akhirnya sel mast akan mengeluarkan histamin yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa
sanya sel mast adalah mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada seseorang yang mengalami urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal dan sedikit ada benjolan pada permukaan kulit.
Penyebab hal itu terjadi pada dasarnya sel mast ini sendiri terletak didekat saraf perifer, dan pembuluh darah. Kemerahan dan
bengkak yang terjadi karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah yang menyebabkan vasodilatasi
dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang terjadi juga diakibatkan karena histamin menyentuh saraf perifer.
VI. Komplikasi
• Purpura dan excoriasi
• Infeksi sekunder.
• Somnolens dan bibir kering.
VIII. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan uji kulit alergen (test kulit invivi/skin prick test)
• dermografisme,
• uji tempel es atau IgE spesifik (radioallergosorbent
test-RASTs/invitro)
• pemeriksaan kadar IgE total,
• pemeriksaan hitung eosinofil total (eosinofilia),
• pemeriksaan urinalisis (mencari fokal infeksi di saluran kemih),
• feses rutin (mencari adanya parasit cacing),
• pemeriksaan darah tepi (LED dapat meningkat), dan
• kadar komplemen (C3, C4) untuk mencari kelainan sistemik yang
mendasari urtikaria, pada klien yang memiliki riwayat angioedema
pada keluarga.
IX. Penatalaksanaan
 Non-farmakologi
Menghindari alergen yang menjadi penyebab dari urtikaria.
 Farmakologi
 Pemberian obat antihistamin, kortikosteroid, serta
 Pengobatan lokal berupa bedak/lotion yg mengandung
menthol
 Urtikaria berat : suntikan epinephrin.
Asuhan Keperawatan Urtikaria
I. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan
3. Pemeriksaan fisik
4. Pola kebiasaan sehari-hari
Diagnosa Keperawatan
1.    Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka
akibat gangguan integritas
2.    Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
3.    Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
4.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit
yang tidak bagus.
Intervensi
1. Dx : Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat gangguan
integritas.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
a. Hasil pengukuran tanda vital dalam batas normal.
b. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)

INTERVENSI RASIONAL

1. Lakukan tekni aseptic dan antiseptic dalam melakukan a.       Dengan teknik septik dan aseptik dapat mengirangi dan
tindakan pada pasien. mencegah kontaminasi kuman.

2. Ukur tanda vital tiap 4-6 jam. b.      Suhu yang meningkat adalah imdikasi terjadinya proses
infeksi
3. Observasi adanya tanda-tanda infeksi
c.       Deteksi dini terhadap tanda-tanda infeksi
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
d.      Untuk menghindari alergen dari makanan
5. Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan
bantuan pada klien. e.       Memandirikan keluarga

6. Jaga lingkungan klien agar tetap bersih f.       Menghindari alergen yang dapat meningkatkan urtikaria.
2. Dx :  Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan pada kulit
Kriteria Hasil :
a. Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari
alergen.

INTERVENSI RASIONAL

a.    Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan a.       Menghindari alergen akan menurunkan respon
terhadap alergen yang telah diketahui. alergi.

b.    Pantau kegiatan klien yang dapat menyebabkan b.      Menghindari dari bahan makanan yang mengandung
terpapar langsung dengan alergen. Seperti : stimulan fisik. alergen.
dan kimia
c.       Binatang sebaiknya hindari memelihara binatang
c.    Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah.
makan yang mengandung alergen.
d.      AC membantu menurunkan paparan terhadap
d.   Hindari binatang peliharaan. beberapa alergen yang ada di lingkungan.

e.    Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di


tempat kerja, bila memungkinkan.
3.. Dx : Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
a.       Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan.
b.      klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal
c.       klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman

Intervensi Rasional
1.Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal 1.  Dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis
keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan
gatal-garuk-gatal-garuk. rasa kooperatif.

2.Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan 2. Pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau
formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut
pelembut pakaian buatan pabrik. pakaian.

3.Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan 3. Bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian
sudah tidak ada sabun yang tertinggal. pakaian dapat menyebabkan iritasi.

4.Jaga kebersihan kulit pasien 4. Mengurangi penyebab gatal karena terpapar alergen.

5.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang 5.  Mengurangi rasa gatal.
rasa gatal
4.  Dx : Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
Tujuan : Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus
Kriteria Hasil :
a.       Mencapai tidur yang nyenyak.
b.      Melaporkan gatal mereda
c.       .Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
d.      .Menghindari konsumsi kafein
e.       .Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
f.       Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan

Intervensi Rasional
1.    Mengerjakan hal ritual menjelang tidur. 1. Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan
yang nyaman meningkatkan relaksasi.
2.   Menjaga agar kulit selalu lembab.
2. Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering
3. Menghindari minuman yang mengandung kafein
dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa
menjelang tidur.
dikendalikan.
4.    Melaksanakan gerak badan secara teratur.
3. Kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
5.  Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap
4. Memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di
memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.
sore hari.

5. Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan


tertidur.
•Dx :  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
Tujuan : Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
Kriteria Hasil :
       i.      Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.

    ii.      Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.

   iii.      Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.

    iv.      Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.

   v.      Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.

    vi.      Tampak tidak meprihatinkan kondisi.

   vii.      Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan

penampilan

Intervensi Rasional

1.Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang


1.Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak
tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh
mata,ucapan merendahkan diri sendiri).
terhadap konsep diri.
2.Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
2.Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan
3.Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
4.Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang
3.Klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan
4.Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan
mengenali masalahnya.
kecemasan yang tidak perlu  terjadi dan memulihkan realitas
5.Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias,
situasi, ketakutan merusak adaptasi klien .
merapikan.
5.Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
6.Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
6.Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
Evaluasi
1.Tidak terjadinya infeksi

2.Tidak terjadinya kerusakan kulit klien

3.klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal karena


berkurangnya pruritus dan ditandai dengan berkurangnya lecet
akibat garukan.

4.Tercapainya pola tidur/istirahat yang memuaskan

5.Menerima keadaan diri


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai