Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWAT DARURATAN MATERNAL DAN

NEONATAL PADA NEONATUS DENGAN RDS (RESPIRATORY

DISTRESS SYNDROME)

Disusun Oleh :

SALMIAH

(NIM. P07224218032)

PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga saya berhasil menyelesaikan laporan pendahuluan ini tepat pada
waktunya. Saya menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan Laporan pendahuluan ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Laporan pendahuluan ini. Semoga Laporan pendahuluan ini dapat berguna
bagi kita semua terutama bagi pembaca.

Samarinda, 28 Maret 2021

Desi Arisandi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak menyenangkan bagi bayi. Hal itu
disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intrauterus) dengan kehidupan sekarang
( ekstrauterus )sf yang sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur ataupun bayi yang
dilahirkan dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi lebih
sulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain yang
menyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan ke fase berikutnya
(meninggal). Bayi seperti ini yang disebut dengan istilah bayi resiko tinggi.(surasmi,dkk.2003)
Salah satu dari bayi resiko tinggi adalah bayi dengan sindroma gawat nafas (SGN/RDS).
Respiratory Distress Syndrome ( RDS ) didapatkan sekitar 5 -10% pada bayi kurang bulan, 50%
pada bayi dengan berat 501-1500 gram (lemons et al,2001). Angka kejadian berhubungan
dengan umur gestasi dan berat badan. Persentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60-
80% terjadi pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu; 15-30% pada
bayi antara 32-36 minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi yang cukup bulan. Insiden pada
bayi prematur kulit putih lebih tinggi dari pada kulit hitam dan lebih sering terjadi pada bayi laki-
laki dari pada perempuan (nelson,1999). Selain itu kenaikan frekuensi juga sering terjadi pada
bayi yang lahir dari ibu yang menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,
misalnya ibu menderita penyakit diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio serta perdarahan
antepartum. ( surasmi,dkk.2003 )
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bayi resiko tinggi
( SGN ) dapat hidup dengan baik tanpa mengalami cacat. Hal ini terjadi jika ia dirawat di ruang
perawatan intensif neonatus, dengan tenaga perawat yang memiliki spesialisasi kealihan di
bidang tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Sindrom Gawat Nafas?

2. Apa saja klasifikasi Sindrom Gawat Nafas?

3. Apakah etiologi Sindrom Gawat Nafas?

4. Bagaimana patofisiologi Sindrom Gawat Nafas?

5. Apa saja manifestasi klinis Sindrom Gawat Nafas?

6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada Sindrom Gawat Nafas?

7. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan?

8. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit Sindrom Gawat Nafas?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Sindrom Gawat Nafas.

2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Sindrom Gawat Nafas.

3. Untuk mengetahui etiologi Sindrom Gawat Nafas.

4. Untuk mengetahui patofisiologi Sindrom Gawat Nafas.

5. Untuk mengetahui manifestasi klinik Sindrom Gawat Nafas.

6. Untuk mengetahui komplikasi pada Sindrom Gawat Nafas.

7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Sindrom Gawat Nafas.


8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Sindrom Gawat Nafas
Daftar isi
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus dengan Sindrom
Gangguan Pernapasan

I. Pengkajian
Tanggal/Waktu Pengkajian :
Tanggal/Waktu MRS :
Nama Pengkaji :
Tempat Pengkajian :
A). Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal Lahir : Terdapat kolerasi terbalik antara insidens RDS dan usia kehamilan,
semakin muda seorang bayi, semakin tinggi resiko RDS. Akan tetapi, tampaknya kasus-kasus
RDS lebih tergantung pada kematangan paru daripada usia gestasi. Didiagnosis pada 25% bayi
dengan usia gestasi 34 minggu dan 80% bayi yang usia gestasinya kurang dari 28 minggu (Betz,
2009).
RDS 5 - 10% terjadi pada bayi kurang bulan (Lemon, 2011).
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosa Medis :

b. Identitas Orangtua
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Usia Ayah/Ibu : kurang dari 20 tahun alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk perdarahan dalam masa nifas
(Eny, ambarwati.2010). kurun waktu reproduksi dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun.
(sarwono,2008)
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Agama :
Suku/Bangsa :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Sindrom Gawat Nafas atau RDS (Respiratory Distress Sindrom) kebanyakan terjadi pada
neonatus kurang bulan atau bayi premature ( Ngastiyah,2015). Pada bayi baru lahir dengan RDS
dapat terlihat tarikan dinding dada yang dalam dan dangkal, pernafasan cepat dan kulit sianosis
(PONED,2014)

2) Riwayat Perjalanan Penyakit dan Upaya Untuk Mengatasi


(Pada riwayat perjalanan penyakit, disusun cerita yang kronologis, terinci dan jelas pada
dokumentasi SOAP mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan sampai ia
dibawa berobat)
b. Riwayat Kesehatan Lalu
1. ) Riwayat kehamilan dan kelahiran

- Riwayat Antenatal :

- Riwayat Intranatal : Kenaikan frekuensi juga sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang
menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan, misalnya ibu menderita penyakit
diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio sesarea serta perdarahan antepartum (Surasmi,dkk. 2003).
Ibu dengan gestasi atau umur kehamilan kurang dari 37 minggu memiliki resiko besar terjadinya
RDS pada bayi yang dilahirkan nya (Ngastiyah, 2015)
- Riwayat Postnatal :
- Riwayat Imunisasi :
- Riwayat Alergi :
- Riwayat Penyakit yang pernah diderita :
- Riwayat operasi/pembedahan :
- Riwayat Tumbuh Kembang :
- Riwayat Pertumbuhan :

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

bayi yang lahir dari ibu yang menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,
misalnya ibu menderita penyakit diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio sesarea serta perdarahan
antepartum (Surasmi,dkk. 2003).

a. Riwayat Penyakit Menular

b. Riwayat Penyakit menurun

c. Riwayat Penyakit Menahun

4. Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan


Pola Nutrisi Pada bayi dengan RDS pola eliminasi juga akan menurun,
berhubungan dengan asupan nutrisi dan elektrolit yang
berkurang. (Margan Speer, Kathleen. 2007)
Pola Eliminasi Pada bayi dengan RDS pola eliminasi juga akan menurun,
berhubungan dengan asupan nutrisi dan elektrolit yang
berkurang. (Margan Speer, Kathleen. 2007)
Pola Istirahat Kebutuhan istirahat terganggu karena adanya sesak nafas
ataupun terganggu akibat tindakan medis
(Margan Speer, Kathleen. 2007)
Pola Personal Hygiene Bayi baru lahir dengan RDS ditunda untuk dimandikan
hingga kondisi bayi stable (Ngastiyah, 2014)
Pola Aktivitas bayi terlihat lemah dan tidak selincah bayi pada umumnya.
(Ngastiyah, 2014)

5. Rriwayat Psikososiokultural Spiritual

a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga


b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

B). Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : pada kasus RDS dapat terjadi penurunan kesadaran menurut (Matondang,2003).
Tingkat kesadaran bayi RDS uaitu Somnolent, Sopor dan Apatis
Tanda Vital : Tekanan Darah :
Nadi : bayi mengalami takikardia nadi>160 x/menit (Betz,2009).
Suhu : Axila <36,50C (Hipotermia akan meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan
risiko RDS(Meadow,2005).
Pernapasan : > 60 x/menit (Betz, 2009).

Antropometri :

Tinggi badan : < 45 cm (Manuaba,2007).

Berat : Sindrom pernafasan sering terjadi pada bayi preterm, masa gestasi 32 minggu berat
badan >1,5 kg, usia gestasi 28-32 minggu berat badan 1,0-1,5 kg, usia gestasi <28 minggu berat
badan < 1kg (Hull dkk, 2008). Pada gangguan pernapasan berat, berat badan <2500 gram
(Sudarti, dkk., 2010).

LILA :

Lingkar kepala :

Lingkar dada :

Lingkar perut :
2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi

Inspeksi :

Kulit : Tampak sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir) (Sudarti, dkk., 2010; hal. 87).

Kepala :

Wajah : Sianosis dan pucat (Ngastiyah, 2015)

Mata :

Telinga :

Hidung : Tampak pernapasan cuping hidung, terdengar merintih saat ekspirasi (Sudarti,
dkk., 2010).
Leher :
Dada : Retraksi intercostal dan sternal (Betz, 2009).

Abdomen :
Genetalia Eksterna:
Anus :
Ekstremitas : berwarna pucat atau kebiruan (Irene,2005)

Palpasi :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :

Abdomen :

Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas : pemeriksaan CRT >2 detik (Betz, 2009).

Auskultasi :
Dada : suara nafas ronki basah (Betz, 2009).

Abdomen :
Perkusi :

3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Otot pada bayi yang mengalami sindrom pernafasan masih lemah, sehingga nafasnya dan
tangisannya lemah/ merintih dan kemampuan hisapnya masih kurang (Manuaba, 2007).
Refleks sucking, sindrom pernafasan biasanya terjadi pada bayi premature.Akibatnya reflek
menghisap dan menelan lemah dikarenakan belum matangnya keadaan pada bayi yang
mengalami sindrom pernafasan (Manuaba, 2007).

4. Pemeriksaan Penunjang
1. Seri rontgen dada, untuk melihat densitas atelectasis dan elevasi diafragma dengan
overdistensi ductus alveolar.
2. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
3. Profil paru
Untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion ( untuk janin yang mempunyai
predisposisi RDS) Lecithin / Sphingomielin ( L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan
maturitas paru Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu

a. Pemeriksaan Laboratorium:
- Analisa Gas Darah , PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi
oksigen 92%- 94 %, Ph 7,31-7,45.
- Level potassium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar yang rusak.

a. Pemeriksaan USG:

b. Pemeriksaan Diagnostik Lainnya:

5. Data Rekam Medis

Tindakan dan terapi yang telah didapat sebelum bertemu dengan pengkaji

Tanggal/Jam Terapi/Tindakan yang telah berikan Pelaksana

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis:
 NCB/ NKB, KMK/ BMK/ SMK, Usia … (jam/ hari) dengan Sindrom Gangguan
Pernapasan.
Keterangan : NCB : Neonatus Cukup Bulan
NKB : Neonatus Kurang Bulan
KMK : Kecil Masa Kehamilan
SMK : Sesuai Masa Kehamilan
BMK : Besar Masa Kehamilan
 Bayi usia … (bulan) dengan …..
 Balita usia … (tahun) dengan ….
 Anak usia …. (tahun) dengan …..

Masalah :

1. Pernapasan cuping hidung


2. Takipnea
3. Menurunnya komlians paru
4. Hipotensi Sistemik

Tampak pernapasan cuping hidung, takipnea (napas lebih dari 60x/ menit), Menurunnya
komlians paru (napas turun naik paradoksal), Hipotensi Sistemik (pucat perifer, edema,
pengisian kapiler tertunda lebih dari 3 – 4 detik) (Betz, dkk., 2009).
Kebutuhan :
Perbaiki oksigenasi dan pertahankan paru optimal.Tekanan jalan napas positif secara kontinu
untuk mencegah kehilangan volume selama ekspirasi atau ventilasi mekanik ET untuk
hipoksemia berat dan/ atau hiperkapnia. Pertahankan kestabilan suhu bayi dan berikan asupan
cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat (Betz, dkk., 2009).

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Jika sindrom pernafasan tidak segera ditangani, akan menimbulkan masalah potensial
diantaranya:
1. Kebocoran Alveoli
2. Infeksi alat-alat respirasi
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular
4. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Apabila terjadi kebocoran udara (pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium,
emfisema intersisiel), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal
hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.Dan jangkitan penyakit
karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan
thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena,
kateter, dan alat-alat respirasi.

Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada
bayi RDS dengan ventilasi mekanik. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit
paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu
(Wong, 2004).

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Penderita sindrom gangguan pernapasan dapat diberikan posisi yang nyaman agar jalan napas
terbuka dan dilakukan tindakan oksigenasi (Betz, dkk., 2009).
V. INTERVENSI
1. Memberitahukan kepada klien atau orang tua klien mengenai kondisi klien dari hasil
pemeriksaan.
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak klien dan keluarga
(Varney, 2007).
2. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan melakukan terapi oksigen.

Rasional : Dilakukan terapi oksigen betujuan untuk memberikan oksigensecara


adekuat kejaringan, mencegah akumulasi asam laktat,yang menyebabkan hipoksia, dan pada saat
yang sama untuk menghindari potensial efek negatif baratrouma oksigen (Wong, 2004).

3. Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal; tempatkan pada posisi telentang dengan
leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatap dalam posisi ”mengendus”.

Rasional : Untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas dan bertujuan agar jalan
nafas pada bayi terbuka sehingga mempermudah proses pernafasan(Wong, 2004).
4. Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang diinginkan, kenali tanda-tanda distres
misalnya: mengorok, pernafasan cuping hidung, apnea.

Rasional : Memastikan posisi sesuai dengan yang diinginkan dan mencegah


terjadinya distres pernafasan (Wong, 2004).

5. Lakukan penghisapan lendir pada hidung dan mulut bayi.

Rasional : Menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring, trakea, dan


selang endotrakeal (Wong, 2004).

6. Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan
wheezing

Rasional : Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi
karena peningkatan cairan dipermukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas membran alveoli-kapiler.Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya
mukus pada jalan nafas(Wong, 2004).

7. Kaji adanya sianosis

Rasional : Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum
sianosis muncul. Tanda sianosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia
sistemik, sianosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi (Wong, 2004).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah
disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan yang telah
dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom gangguan napas ataupun sering disebut sindrom gawat napas
(Respiratory Distress Syndrome/RDS) adalah istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernapasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru (Whalley dan
Wong, 1995). Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama Hyaline
membranedisease (HMD) ataupenyakit membran hialin, karena pada penyakit ini
selalu ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli.Gejala berikut terlihat
pada 2 sampai 8 jam pertama kehidupan:
1. Takipnea (napas lebih dari 60 kali permenit)
2. Retraksi intercostal dan sternal
3. Dengkur ekspiratori
4. Pernapasan cuping hidung
5. Sianosis sejalan dengan peningkatan hipoksemia
6. Menurunnya komlians paru (napas turun-naik paradoksal)
7. Hipotensi sistemik (pucat perifer, edema, pengisian kapiler tertunda lebih
dari 3 sampai 4 detik)
8. Penurunan bunyi napas dengan bising
9. Takikardia karena terjadinya asidosis dan hipoksemia

RSD adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri. Perbaika baisanya terlihat 48
sampai 72 jam setelah lahir bila terjadi regenerasi sel alveolar tipe II dan
dihasilkannya surfaktan. Penampakan dan durasi gejala dapat berubah dengan
pemberian surfaktan buatan.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah laksanakanlah penatalaksanaan yang
sebaik-baiknya pada neonatus dengan sindroma gawat nafas ini, dan hindari
terjadinya kelahiran prematur serta persalinan dengan seksio sesarea tanpa
indikasi medis. Sehingga pada akhirnya akan dapat menurunkan angka kematian
neonatus.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra


Cendikia Offset.

Betz C. L., Sowden L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran, EGC.

Marmi, dkk. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudarti, dkk. 2010.AsuhanKebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Sulistyawati,Ari.2010.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta:


Salemba Medika.

Sulistyawati, Ari.2012.Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.Jakarta:

Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Wong, Donna, L. 2004. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Buku Kedokteran, EGC.

Anda mungkin juga menyukai