DISTRESS SYNDROME)
Disusun Oleh :
SALMIAH
(NIM. P07224218032)
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga saya berhasil menyelesaikan laporan pendahuluan ini tepat pada
waktunya. Saya menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan Laporan pendahuluan ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Laporan pendahuluan ini. Semoga Laporan pendahuluan ini dapat berguna
bagi kita semua terutama bagi pembaca.
Desi Arisandi
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
I. Pengkajian
Tanggal/Waktu Pengkajian :
Tanggal/Waktu MRS :
Nama Pengkaji :
Tempat Pengkajian :
A). Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal Lahir : Terdapat kolerasi terbalik antara insidens RDS dan usia kehamilan,
semakin muda seorang bayi, semakin tinggi resiko RDS. Akan tetapi, tampaknya kasus-kasus
RDS lebih tergantung pada kematangan paru daripada usia gestasi. Didiagnosis pada 25% bayi
dengan usia gestasi 34 minggu dan 80% bayi yang usia gestasinya kurang dari 28 minggu (Betz,
2009).
RDS 5 - 10% terjadi pada bayi kurang bulan (Lemon, 2011).
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosa Medis :
b. Identitas Orangtua
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Usia Ayah/Ibu : kurang dari 20 tahun alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk perdarahan dalam masa nifas
(Eny, ambarwati.2010). kurun waktu reproduksi dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun.
(sarwono,2008)
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Agama :
Suku/Bangsa :
Alamat :
- Riwayat Antenatal :
- Riwayat Intranatal : Kenaikan frekuensi juga sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang
menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan, misalnya ibu menderita penyakit
diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio sesarea serta perdarahan antepartum (Surasmi,dkk. 2003).
Ibu dengan gestasi atau umur kehamilan kurang dari 37 minggu memiliki resiko besar terjadinya
RDS pada bayi yang dilahirkan nya (Ngastiyah, 2015)
- Riwayat Postnatal :
- Riwayat Imunisasi :
- Riwayat Alergi :
- Riwayat Penyakit yang pernah diderita :
- Riwayat operasi/pembedahan :
- Riwayat Tumbuh Kembang :
- Riwayat Pertumbuhan :
bayi yang lahir dari ibu yang menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,
misalnya ibu menderita penyakit diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio sesarea serta perdarahan
antepartum (Surasmi,dkk. 2003).
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : pada kasus RDS dapat terjadi penurunan kesadaran menurut (Matondang,2003).
Tingkat kesadaran bayi RDS uaitu Somnolent, Sopor dan Apatis
Tanda Vital : Tekanan Darah :
Nadi : bayi mengalami takikardia nadi>160 x/menit (Betz,2009).
Suhu : Axila <36,50C (Hipotermia akan meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan
risiko RDS(Meadow,2005).
Pernapasan : > 60 x/menit (Betz, 2009).
Antropometri :
Berat : Sindrom pernafasan sering terjadi pada bayi preterm, masa gestasi 32 minggu berat
badan >1,5 kg, usia gestasi 28-32 minggu berat badan 1,0-1,5 kg, usia gestasi <28 minggu berat
badan < 1kg (Hull dkk, 2008). Pada gangguan pernapasan berat, berat badan <2500 gram
(Sudarti, dkk., 2010).
LILA :
Lingkar kepala :
Lingkar dada :
Lingkar perut :
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi
Inspeksi :
Kulit : Tampak sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir) (Sudarti, dkk., 2010; hal. 87).
Kepala :
Mata :
Telinga :
Hidung : Tampak pernapasan cuping hidung, terdengar merintih saat ekspirasi (Sudarti,
dkk., 2010).
Leher :
Dada : Retraksi intercostal dan sternal (Betz, 2009).
Abdomen :
Genetalia Eksterna:
Anus :
Ekstremitas : berwarna pucat atau kebiruan (Irene,2005)
Palpasi :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas : pemeriksaan CRT >2 detik (Betz, 2009).
Auskultasi :
Dada : suara nafas ronki basah (Betz, 2009).
Abdomen :
Perkusi :
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Otot pada bayi yang mengalami sindrom pernafasan masih lemah, sehingga nafasnya dan
tangisannya lemah/ merintih dan kemampuan hisapnya masih kurang (Manuaba, 2007).
Refleks sucking, sindrom pernafasan biasanya terjadi pada bayi premature.Akibatnya reflek
menghisap dan menelan lemah dikarenakan belum matangnya keadaan pada bayi yang
mengalami sindrom pernafasan (Manuaba, 2007).
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Seri rontgen dada, untuk melihat densitas atelectasis dan elevasi diafragma dengan
overdistensi ductus alveolar.
2. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
3. Profil paru
Untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion ( untuk janin yang mempunyai
predisposisi RDS) Lecithin / Sphingomielin ( L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan
maturitas paru Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
a. Pemeriksaan Laboratorium:
- Analisa Gas Darah , PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi
oksigen 92%- 94 %, Ph 7,31-7,45.
- Level potassium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar yang rusak.
a. Pemeriksaan USG:
Tindakan dan terapi yang telah didapat sebelum bertemu dengan pengkaji
Masalah :
Tampak pernapasan cuping hidung, takipnea (napas lebih dari 60x/ menit), Menurunnya
komlians paru (napas turun naik paradoksal), Hipotensi Sistemik (pucat perifer, edema,
pengisian kapiler tertunda lebih dari 3 – 4 detik) (Betz, dkk., 2009).
Kebutuhan :
Perbaiki oksigenasi dan pertahankan paru optimal.Tekanan jalan napas positif secara kontinu
untuk mencegah kehilangan volume selama ekspirasi atau ventilasi mekanik ET untuk
hipoksemia berat dan/ atau hiperkapnia. Pertahankan kestabilan suhu bayi dan berikan asupan
cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat (Betz, dkk., 2009).
Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada
bayi RDS dengan ventilasi mekanik. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit
paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu
(Wong, 2004).
3. Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal; tempatkan pada posisi telentang dengan
leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatap dalam posisi ”mengendus”.
Rasional : Untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas dan bertujuan agar jalan
nafas pada bayi terbuka sehingga mempermudah proses pernafasan(Wong, 2004).
4. Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang diinginkan, kenali tanda-tanda distres
misalnya: mengorok, pernafasan cuping hidung, apnea.
6. Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan
wheezing
Rasional : Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi
karena peningkatan cairan dipermukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas membran alveoli-kapiler.Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya
mukus pada jalan nafas(Wong, 2004).
Rasional : Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum
sianosis muncul. Tanda sianosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia
sistemik, sianosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi (Wong, 2004).
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah
disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan yang telah
dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom gangguan napas ataupun sering disebut sindrom gawat napas
(Respiratory Distress Syndrome/RDS) adalah istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernapasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru (Whalley dan
Wong, 1995). Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama Hyaline
membranedisease (HMD) ataupenyakit membran hialin, karena pada penyakit ini
selalu ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli.Gejala berikut terlihat
pada 2 sampai 8 jam pertama kehidupan:
1. Takipnea (napas lebih dari 60 kali permenit)
2. Retraksi intercostal dan sternal
3. Dengkur ekspiratori
4. Pernapasan cuping hidung
5. Sianosis sejalan dengan peningkatan hipoksemia
6. Menurunnya komlians paru (napas turun-naik paradoksal)
7. Hipotensi sistemik (pucat perifer, edema, pengisian kapiler tertunda lebih
dari 3 sampai 4 detik)
8. Penurunan bunyi napas dengan bising
9. Takikardia karena terjadinya asidosis dan hipoksemia
RSD adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri. Perbaika baisanya terlihat 48
sampai 72 jam setelah lahir bila terjadi regenerasi sel alveolar tipe II dan
dihasilkannya surfaktan. Penampakan dan durasi gejala dapat berubah dengan
pemberian surfaktan buatan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah laksanakanlah penatalaksanaan yang
sebaik-baiknya pada neonatus dengan sindroma gawat nafas ini, dan hindari
terjadinya kelahiran prematur serta persalinan dengan seksio sesarea tanpa
indikasi medis. Sehingga pada akhirnya akan dapat menurunkan angka kematian
neonatus.
DAFTAR PUSTAKA
Betz C. L., Sowden L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran, EGC.
Marmi, dkk. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.