DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
- Anggiani Sadhrina Putri
- Hanifah Amalia
- Lusiana Mardiana
- Rizqy Maulana
- Untung Neal Saputra
- Winda Andriana
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas makalah
kelompok ini sebagai salah satu syarat berakhirnya praktik profesi Ners pada
stase KDDK dan KMB. Dengan segala kerendahan hati, kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu ucapan
terima kasih kami ucapkan kepada :
1. Kepala Diklat RSUD Kota Bogor
2. Ns. M. Rofiq Isqolami., S.Kep selaku CI Ruang OK RSUD Kota
Bogor
3. Ibu Euis Mardiah., S.Kep selaku CI Ruang Haemodialisa RSUD
Kota Bogor
4. Ibu Ns. Siti Rahayu., S.Kep selaku CI Ruang Pafio B
5. Ibu Ns. Ni Putu Rasmini., S.Kep selaku CI Ruang Pafio A dan
Ruang Flamboyan
6. Ibu Ns. Kholishatul Qulbiyah., S.Kep selaku pembimbing akademik
mahasiswa Profesi Ners STIKes Wijaya Husada Bogor
7. Kakak-kakak perawat pelaksana di ruangan yang terkait
Kami menyadari, penyusunan makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi
pembaca demi penyusunan makalah yang lebih baik lagi kedepannya.Akhir
kata, kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Tujuan Penulisan
Ruang Lingkup
Metode Penulisan
Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat
modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang
dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke
yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan
mental
baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian
akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan
tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah
dalam tubuh secara patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi
glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar
glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar
kemungkinan meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat
akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak
(Rico dkk, 2008).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit
stroke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke
tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas
(43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%.
Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki
(7,1%) dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat
tinggal, prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan
dengan daerah pedesaan (5,7%).
Seseorang menderita stroke karena memiliki perilaku yang dapat
meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya hidup yang tidak sehat seperti
mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang
aktivitas
fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan risiko terkena penyakit stroke
(Aulia dkk, 2008). Gaya hidup sering menjadi penyebab berbagai penyakit
yang menyerang usia produktif, karena generasi muda sering menerapkan
pola makan yang tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi makanan
tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat. Selain banyak
mengkonsumsi
kolesterol, mereka mengkonsumsi gula yang berlebihan sehingga akan
menimbulkan kegemukan yang berakibat terjadinya penumpukan energi
dalam tubuh (Dourman, 2013).
Penyakit stroke sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua.
Dulu, stroke hanya terjadi pada usia tua mulai 60 tahun, namun sekarang
mulai usia 40 tahun seseorang sudah memiliki risiko stroke, meningkatnya
penderita stroke usia muda lebih disebabkan pola hidup, terutama pola
makan tinggi kolesterol. Berdasarkan pengamatan di berbagai rumah sakit,
justru stroke di usia produktif sering terjadi akibat kesibukan kerja yang
menyebabkan seseorang jarang olahraga, kurang tidur, dan stres berat yang
juga jadi faktor penyebab (Dourman, 2013).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah keperawatan di stase keperawatan medikal bedah
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi konsep dasar penyakit Stroke
b. Untuk mengidentifikasi kopnsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa Stroke
c. Untuk mengidentifikasi penyelesaian masalah yang dialami oleh
pasien dengan diagnosa Stroke
C. Ruang Lingkup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi Penyakit
II. Manifestasi Klinis
III. Etiologi
IV. Anatomi Fisiologi
V. Patofisiologi
VI. Kemungkinan Data Fokus
A. Anamnesa
B. Pemeriksaan Fisik
C. Pemeriksaan Diagnostik
VII. Penatalaksanaan Medis
VIII. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
IX. Perencanaan
X. Daftar Pustaka
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS
A. Identitas Klien
No. RM : 121631
Inisial Klien : Ny. T
Usia : 73 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat : Tanah Baru No.39 Rt4/Rw4 Bogor Utara
Tanggal Masuk : 30 Juli 2019 Jam : 20.00
Tanggal Pengkajian : 1 Agustus 2019 Jam : 8.45
B. Identitas Penanggung Jawab
Inisial Klien : Ny. D
Usia : 38 Tahun
Hubungan dengan Klien : Anak
Alamat : Tanah Baru No.39 Rt4/Rw4 Bogor Utara
B. Kebiasaan
C. Lain-lain
Zikir dan doa-doa sunnah
X. Pemeriksaan Fisik
A. Kepala
Inspeksi : Rambut bersih, tidak terlihat lesi, tidak terlihat benjolan,
bentuk kepala bulat, warna rambut hampir dominan putih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
B. Mata
Insepksi : bentuk simetris, konjungtiva anemis, sklera unikterik,
pupil isokor, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan. Tidak
terdapat oedem
C. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, kebersihan baik, tidak ada serumen
berlebih,
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
D. Mulut
Inspeksi : tidak sianosis, tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab,
tidak ada benjolan, tidak ada perubahan bentuk (simetris),
kebersihan mulut baik
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
E. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, lengkap tidak ada kelainan, tidak ada
sekret, kebersihan hidung baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan didaerah sinus, tidak teraba
benjolan, tidak ada lesi
F. Leher dan Tenggorokan
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna lainnya
Palpasi : tidak ada reflek balik, tidak ada tanda pembesaran
kelenjar tiroid
G. Kardiovaskuler
Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : ictus kordis teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : suara reguler s1 lup, s2 dup.
H. Paru-paru
Insepksi : pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri, tidak
menggunakan otot bantu pernapasan.
Palpasi : fremitus vokal tidak sama antara kanan dan kiri
perkusi : pekak
Auskultasi : suara tambahan ronkhi basah halus.
I. Abdomen
Inspeksi : Supel, tidak ada lesi, tidak ada luka post operasi
Auskultasi : bising usus 15 x/ menit
Palpasi : terdapat nyeri tekan di kuadran 2
Perkusi : tympani
J. Gastrointestinal
Palpasi : adanya nyeri tekan di region 1, bagian epigastrium
K. Integument
Inspeksi : Kulit tampak kering, banyak mengelupas, adanya
lesi/luka di bagian lipatan femur, dan bokong (pressure injury),
oedem di kedua kaki
Palpasi : adanya nyeri tekan dan nyeri saat pergerakan. CRT <2
detik
L. Musculoskeletal
Inspeksi : terdapat post amputasi pada bagian kaki kiri, 2 tahun
yang lalu, kekuatan otot terganggu.
Ekestermitas atas : kekuatan otot kanan 1, kekuatan otot kiri 5,
terpasang infus ditangan kanan, tidak ada oedema, tidak ada lesi.
Ekstermitas bawah : Kekuatan otot kiri1, kekuatan otot kanan 1,
terdapat oedema di kaki kanan dan terdapat luka post amputatum di
bagian patella atau lutut.
5 1
1 1
M. Neurologi
Penurunan fungsi
motorik dan
muskuloskeletal
Hemiparase/plegi
Hambatan mobilitas
fisik
DS : Penyempitan Ketidakefektifan
- Klien mengatakan pembuluh darah perfusi jaringan
pusing (oklusi vaskuler ) cerebral
DO :
- TD 150/70
- HR 80x/mnt Aliran darah
- Hasil CT Scan terhambat
menunjukkan bahwa
adanya
Kardiomegaly Peningkatan TIK
dengan susp. Oedem
paru Ketidakefektifan
- Bronchopneumonia perfusi jaringan
- Atherosclerosis serebral
aorta
DS : Penyempitan Nyeri
- klien mengatakan pembuluh darah
nyeri di kaki nya (oklusi vaskuler)
-
Aliran darah
DO : terhambat
- Skala nyeri 5 (0-10)
- P : pressure injury Edema cerebral
- Q : Hilang timbul
- R : Bokong dan Peningkatan TIK
lipatan femur
- S : Sepeti ditusuk- Nyeri
tusuk
- T : Saat melakukan
pergerakan
DS : Penyempitan Kelebihan Volume
DO : pembuluh darah Cairan
- Adanya bunyi nafas
tambahan Aliran darah
- Adanya bunyi galop terhambat
- Edema dikaki kanan
Edema cerebral
Kelebihan volume
cairan
TD sistolik dan diastolik 2 5 derajat tergantung pada kondisi pasien dan program
Berkomunikasi dengan 2 5
jelas
Menunjukan perhatian dan 2 5
konsentrasi dan orientasi
kognitif
Mengolah informasi 2 5
Note : 1. Gangguan ekstrem; 2. Berat; 3. Sedang;
4. Ringan 5. Tidak ada gangguan
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kelebihan volume cairan NOC: 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Keseimbangan elektrolit dan asam basa 2. Pasang urin kateter jika diperlukan
Keseimbangan cairan 3. Monitor hasil Lab yang sesuai dengan retensi cairan
Hidrasi (BUN, Hmt , osmolalitas urin )
Status nutrisi; asupan makanan dan cairan: 4. Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP,
Denyut perifer 3 5 12. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
Pergerakan sendi dan otot 1 5 dan ambilasi dengan jarak tertentu sesuai
kebuthan
Berjalan 1 5
9. Terapkan, sediakan alat bantu (tongkat,
Bergerak dengan mudah 1 5
walker, atau kursi roda)
Note : 1. Berat; 2. Cukup Berat; 3. Sedang;
10. Dorong latihan ROM
4. Ringan 5. Tidak ada gangguan 11. Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri NOC: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif meliputi lokasi, karakteristik, awitam durasi
terhadap kemudahan fisik psikologis frekuensi, kualitas, intensitas,atau keparahan
Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk nyeri dan factor presipitasinya
mengendalikan nyeri 2. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat 3. Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala
diamati atau dilaporkan (1-10)
Tujuan dan criteria evaluasi 4. Pengaturan posisi yang nyaman
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5. Terapi oksigen
x 24 jam :Menunjukan tingkat nyeri 6. Monitor TTV
Indicator sebagai berikut: 7. Informasikan kepada pasien tentang prosedur
Merintih dan menangis 2 5 11. Laporkan pada dokter jika tindakan tidak
berhasil
Gelisah 3 5
Ket : 1. Sangat Berat; 2. Berat; 3. Sedang
4. Ringan; 5. Tidak ada
XV. Implementasi
No. No. DX Tgl /Jam Implementasi Respon Paraf
1. 1 1/8/19
8.00 Memonitor TTV dan KU S : Klien mengatakan pusing
O : TD 150/70
HR 80x/mnt
RR 20x/mnt
S 36,5
A : Masalah teratasi
P : Berikan pendidikan kesehatan
Kelebihan volume 05-08-2019 S:-
cairan b.d edema O : Adanya bunyi nafas tambahan
serebral Adanya bunyi galop
Edema dikaki kanan berkurang
No Indikator Awal Target Akhir
1. Tekanan darah
2. Denyut perifer
3. Turgor kulit
4. Keseimbangan
intake dan output
dalam 24 jam
2. Ekspresi wajah 3 5 5
3. Mengenali kapan nyeri 3 5 4
terjadi
4. Frekuensi nafas 3 5 5