Anda di halaman 1dari 29

BRONKITIS,

BRONKIEKTASI, ASMA DAN


STATUS ASMATIKUS
Brigita Diana Sari (30120112031)
Hassael (30120112036)
Hendrikson (30120112009)
Maria Emilia Putri Parera (30120112041)
Maria Yosa Sri Anggun (30120112042)
Mawar Novia Stevani Tobing (30120112016)
Rogate Rexsi Chrisdinatha Putera (30120112046)
Santa Elisabeth Samosir (30120112021)
Yeremia Manibuy (30120112051)
Yudhita Sharlly Kurnia (30120112026)
ANATOMI DAN FISIOLOGI
 ANATOMI
• Saluran Pernapasan Atas
 Hidung → Faring → Laring
• Saluran Pernapasan Bawah
 Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti
sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat
dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan
kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf
dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat
jika dirangsang.
Con’t
 Bronkus
 Bronkus terdiri atas 2 bagian yaitu :
 Bronkus kanan → lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari
trakhea yang arahnya hampir vertikal.
 Bronkus kiri → lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan
dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam
 Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya
dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
 Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis
kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran
transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran
gas.
Con’t
 Alveoli
 Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar :
 sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar.
 Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik, mensekresi
surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps.
 Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel – sel
fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan penting.
FISIOLOGI
• Proses fisiologi pernapasan dalam menjalankan
fungsinya mencakup 3 proses yaitu :
 Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke
alveoli paru.
 Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli
ke dalam kapiler paru.
 Transportasi yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru
ke seluruh jaringan tubuh.
 Perfusi yaitu
BRONKITIS
 PENGERTIAN
• Batuk produktif → 3 bulan dalam setahun selama 2
tahun berturut-turut.
• Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles menganggu
pernapasan yang efektif.

 ETIOLOGI
• Utama → Merokok
• Tambahan → debu pabrik, polusi udara, virus, bakteri
dan keadaan iklim
Con’t
• Virus utama yang paling sering dihubungkan dengan
gangguan bronkitis akut → Rino Virus, Coronavirus, Virus
Influenza A, virus Parainfluenza, Adenovius, dan Respirator
Y syncytial virus.

• Infeksi bakteri menyebabkan 5-20% kasus bronkitis akut.


Bakteri yang paling sering menyebabkan bronkitis adalah
Chlamydia Psittaci, Chlamydia Pneumoniae, Mycoplasma
Pneumoniae dan Bordetella pertussis. Selain itu, bakteri
patogen saluran nafas yang sering dijumpai adalah spesies
Staphylococcus, Steptococus, Pneumoniae, Heamophilus
influenzae, dan Moraxella catarrahalis.
KLASIFIKASI
 Bronkhitis Kronis
 menahun → disertai dengan batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran
dahak ± 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun.

 Bronkhitis Akut
 suatu peradangan bronkhi dan kadang-kadang mengenai trakea.
MANIFESTASI KLINIS
 Batuk Produktif
Batuk bersifat produktif dengan sputum kental yang sering porulen akibat peradangan
yang terus-menerus dan tingginya kemungkinan kolonisasi oleh bakteri dan infeksi.

 Mengi
Penyempitan persisten saluran napas dan penyumbatan oleh mukus menyebabkan mengi
lokal atau difus.

 Ronchi kasar inspirasi dan ekpirasi


Peningkatan produksi mukus, disertai gangguan fungsi ekskalator mukosilia,
menyebabkan penumpukan sekresi disaluran napas, meskipun terjadi peningkatan batuk.

 Pemeriksaan Jantung
Temuan radiografi toraks yang tipikal adalah meningkatnya volume paru dengan
diafragma yang relatif tertekan yang konsisten dengan hiperinflasi.
Tes Diagnostik

 Sinar X
 Tes Fungsi Paru
 TLC
 FEV/FVC
 GDA
 Bronkogram
 EKG latihan, Tes Stres
Tindakan Keperawatan dan Tindakan Medis
 Objektif utama pengobatan adalah untuk

menjaga agar bronkeolus terbuka dan


berfungsi untuk memudahkan pembuangan
sekresi bronkial, untuk mencegah infeksi, dan
untuk mencegah kecacatan. Perubahan dalam
pola sputum (sifat, warna, jumlah, ketebalan)
dan dalam pola batu adalah tanda yang peting
untuk dicatat.
Komplikasi
 Bronchitis kronik
 Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami
infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas
bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang
baik.
 Pleuritis.
Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia.
 Efusi pleura atau empisema
 Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus.
 Haemaptoe
 Sinusitis
 Kor pulmonal kronik
 Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai
komplikasi klasik dan jarang terjadi.
ASMA (STATUS ASMATIKUS)
• Pengertian
Status asmatikus → asma yang berat dan
persisten yang tidak berespons terhadap terapi
konvensional.
 Status asmatikus merupakan kedaruratan →

kematian :
1) → serangan → usaha menanggulangi
sumbatan saluran pernapasan.
 Status asmatikus merupakan kedaruratan →
kematian :
1) → serangan → usaha menanggulangi
sumbatan saluran pernapasan.
Tanda dan Gejala
 Objektif :
1) Sesak napas → wheezing
2) batuk → sputum kental → sukar dikeluarkan
3) Bernapas dengan menggunakan otot-otot
tambahan
4) Sianosis, takikardi, gelisah
 Subyektif :
Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan
anoreksia

 Psikososial :
1) Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung
2) ↓ pengetahuan klien terhadap
situasi penyakitnya
Hasil Pemeriksaan
 Spirometri
 Pemeriksaan Radiologi
 Analisa Gas darah
 Pemeriksaan Sputum
 Pemeriksaan darah
Penatalaksanaan Medis Umum

 Farmakologi :
Pengkajian
 Riwayat → mencetuskan serangan asma.

1) stress emosi
2) infeksi saluran nafas atas
3) alergi
4) kegagalan dalam pengobatan asma
Pemeriksaan fisik → sistem pernapasan →
menunjukan gejala nafas akut.

 mengi terdengar tanpa menggunakan stetoskop


 susah bernapas
 Ortopnea
 penggunaan otot-otot asesori pernapasan (cuping hidung,
rertraksi sternum, pengangkatan bahu sewaktu bernapas)
 Dehidrasi
 Sianosis
 pulsus paradoksus
Con’t
 Gelisah
 Takikardi
 Diaforesis
 Lemah
 ketakutan
Pemeriksaan laboratorium
 GDA → hipiokapnia, disebabkan ↓perfusi Ventilasi
 Jumlah sel darah (JSD) → adanya ↑ kadar eosinofil.
 Pemeriksaan fungsi paru-paru → penurunan kekuatan kapasitas
vital.
 Pengumpulan sampel sputum → pemeriksaan kultur & tes
sensititvitas → menentukan infeksi & mengidentifikasi anti
mikroba yang cocok dalam mengobati infeksi yang terjadi.
 Sinar X paru → distensi alveoli.
Komplikasi
 Pneuomotoraks
 Pneuomomediastinum & emfisema subkutis
 Atelaktasis
 Gagal Napas
 Bronkitis
 Fraktur Iga.
Prioritas masalah Keperawatan :
 Mempertahankan jalan napas
 Mengkaji untuk fasilitas pertukaran gas/ gangguan
pertukaran gas
 ↑ intake nutrisi
 Mencegah komplikasi
 Memberikan informasi tentang proses penyakit
 Mengatasi cemas
 Menghindari serangan asma menetap
Diagnosa Keperawatan
 Gangguan jalan nafas b.d Brokhospasme, ↑ produksi sekret, ↓
energi/fatique.
 Gangguan pertukaran gas b.d ↓ suplai oksigen → obstruksi alveoli.
 Gangguan nutrisi ↓ dari kebutuhan b.d dyspnea, fatique, efek
samping obat-obatan, produksi sputum, anoreksia, nausea/vomiting.
 Potensial terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan primer
 Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
 Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkokonstriksi, peningkatan
produksi lendir, batuk tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal.
 Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, mual/muntah, dispnea,
kelemahan.
Con’t
 ↓ pengetahuan, kondisi kesehatan, pengobatan, ↓ informasi.
 Mekanisme koping yang tidak efektif b.d kecemasan.
 ↓ pertukaran gas b.d serangan asma menetap.
 Ansietas b.d takut sulit bernapas gagal napas yang berat,
↓pengetahuan tentang rencana pengobatan dan pemeriksaan.
 Resiko tinggi ketidakpatuhan b.d ↓ pengetahuan tentang
kondisi dan perawatan diri pada saat pulang.
Intervensi Keperawatan
 Berikan bronkodilator sesuai yang diharuskan. Dapat
diberikan peroral, IV, rektal, atau inhalasi. Berikan
bronkodilator oral atau IV pada waktu yang berselingan
dengan tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPPB
untuk memperpanjang keefektifan obat. Observasi efek
samping: takikardia, disritmia, eksitasi SSP, mual dan muntah.
R: Bronkodilator mendilatasi jalan napas dan membantu
melawan edema mukosa bronkial dan spasme muskular.
Karena efek samping dapat terjadi pada tindakan ini, dosis
obat disesuaikan dengan cermat untuk setiap pasien, sesuai
dengan toleransi dan respons klinisnya.
Evaluasi
 Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas
gejala distres pernapasan.
 Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas
bersih/ jelas.
 Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.
Daftar Pustaka
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol
1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ganong. McPhee. 2005. PATOFISIOLOGI PENYAKIT Edisi 5,


Jakarta. EGC

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:


Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Ed.3. EGC. Jakarta.

J.C.E. Underwood. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Ed.2 Vol 2.


EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai