Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


HIV/AIDS, SLE, DAN PASIEN ALERGI OBAT
Dosen Pengampu : Joni Siswanto S.Kp., M. Kes

Disusun Oleh :

Nama : Ichsan Bastian

NIM : P1337420421003

Tingkat : 2A/02

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BLORA PROGRAM DIPLOMA TIGA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2023/2024
1. Asuhan Keperawatan Pasien HIV/AIDS

Infeksi human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit kekurangan


sistem imun yang disebabkan oleh retro virus HIV tipe 1 atau HIV tipe 2. Infeksi
HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih,
biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada
orang dewasa). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu
kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV
(Sylvia dan Lorraine, 2012).

 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita HIV AIDS,


Menurut Amin & Hardi dalam buku NANDA (2015) yaitu:

1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ansietas, nyeri,


keletihan, obesitas, ganngguan neurologis

2) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal, iritasi


gastrointestinal, malabsorbsi, parasit

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


cairan aktif, kegagalan mekanisme aktif

4) Resiko infeksi ditandai dengan prosedur invasif, supresi respons


inflamasi (misalnya,. Interleukin 6 [IL-6], C-reactive Protein [CRP]),
vaksinasi tidak adekuat, leukopenia, imunosupresi, penurunan
hemoglobin

5) Ketidak-seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan faktor biologis , ketidakmampuam menelan

6) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi


Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas


keperawatan diharapkan
Definisi : inspirasi  Posisikan pasien untuk
status
danatau ekspirasi yang tidak memberi memaksimalkan ventilasi
pernafasan tidak terganggu
ventilasi adekuat.
dengan  Lakukan fisioterapi dada,
Faktor resiko: sebagai mana mestinya;
Kriteria hasil :
Perubahan kedalaman perbafasan  Buang sekret dengan
 Frekuensi pernafasan tidak
Bradipneu memotivasi klien untuk batuk
ada deviasi dari kisaran
efektif atau menyedot lendir;
Takipneu normal;
Auskultasi suara napas, catat
Dispneu  Irama pernafasan tidak
area yang ventilasinya
ada deviasi dari kisaran
Pernafasan cuping hidung menurun atau ada dan
normal; Tidak ada retraksi
tidaknya suara napas
Faktor yang berhubungan kerusakan dinding dada
tambahan.
neurologis: Imunitas neurologi.
 Tidak ada suara nafas
tambahan;
 Tidak ada pernafasan
cuping hidung

Diare Setelah dilakukan tindakan Manejemen saluran cerna


keperawatan diharapkan pola
Definisi : feses yang lunak dan tidak  Monitor buang air besar
eliminasi usus tidak terganggu
berbentuk Batasan karakteristik ; nyeri termasuk
dengan Kriteria hasil :
abdomen; sedikitnya tiga kali defekasi
frekuensi konsistensi, bentuk,
per hari; bising usus hiperaktif  Pola eliminasi tidak
volume dan warna;
terganggu;
 Monitor bising usus;
 Suara bising usus tidak
terganggu;  Manajeman diare : Identifikasi
faktor yang bisa menyebabkan
 Diare tidak ada
diare (misalnya

medikaasi, bakteri );

 Amati turgor kulit secara


berkala; monitor kulit perinium
terhadap adanya iritasi dan
ulserasi;

 Konsultasikan dengan dokter jika


tanda dan gejal diare menetap

Resiko infeksi
Resiko terkontrol, tidak ada tanda- Infection control (kontrol infeksi)
Yang ditandai dengan : Prosedur tanda infeksi
 Cuci tangan setiap sebelum
invasif, supresi respons inflamasi
Kriteria Hasil : dan sesudah tindakan
(misalnya Interleukin 6 [IL-6], C-
keperawatan; Kaji tanda-
reactive Protein[CRP]), vaksinasi tidak  Tidak ada febris dan tanda
tanda infeksi terutama pada
adekuat, leucopenia, imunosupresi, infeksi lain;
area luka;
penurunan hemoglobin.  Jumlah leukosit dalam
 Gunakan sarung tangan,
batas normal;
masker sebagai APD;
 Keluarga/pasien mengerti
 Kaji dan catat ukuran, warna,
cara pencegahan infeksi,
keadaan luka/kondisi sekitar
mis,.cuci tangan,
luka;
menggunakan masker,
pemantauan suhu.  Lakukan penggantian
balutan;

 Lakukan tindakan keperawatan


bersifat infasiv secara asepsis
 Lakukan perawatan luka;

 Perhatikan personal hygiene


terutama pada

area luka

Nyeri akut berhubungan dengan agen Tingkat nyeri Setelah dilakukan Manajemen nyeri
cedera biologis tindakan keperawatan, skala nyeri
 Lakukan pengkajian nyeri
bisa berkurang dari skala 5 (nyeri
secara komprehensif
sedang) ke 2 (nyeri ringan).
termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi;
Indicator:

1) Nyeri yang dilaporkan;  Observasi reaksi


nonverbal dari
2) Mengerang dan menangis;
ketidaknyamana;
3) Ekspresi nyeri wajah;
 Observasi TTV pasien;
4) Tidak bisa istirahat; Kontrol
 Kontrol lingkungan yang
nyeri
dapat mempengaruhi nyeri
Kriteria hasil : seperti suhu ruangan,

Mampu mengontrol nyeri pencahayaan dan

(tahu penyebab nyeri, kebisingan;


mampu menggunakan  Pilih dan lakukan
teknik nonfarmakologi penanganan nyeri
untuk mengurangi nyeri, (farmakologi, non
mencari bantuan) farmakologi dan inter
personal);
 Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan  Ajarkan tentang teknik non
mengunakkan manajemen farmakologi;
nyeri;
 Kolaborasi pemberian analgetik
 Mampu mengenali nyeri untuk mengurangi nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri);

 Menyatakan rasa nyaman


setelah nyeri berkurang.

Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan: Jaga intake dan
keperawatan diharapkan output pasien;
Definisi : penurunan cairan
keseimbangan cairan tidak
intravaskuler, interstinal, dan/atau  Monitor status hidrasi
terganggu dengan
intra seluler, ini mengacu pada (misalnya membran mukosa
dehidrasi, kehilangan cairan saja Kriteria hasil: lembab, denyut nadi adekuat);
tanpa perubahan pada natrium
 Tekanan darah tidak Monitor hasil laboratorium yang
terganggu; keseimbangan relevan dengan retensi cairan
Batasan karakteristik: intake dan output dalam 24 (misalnya peningkatan berat
jam tidak terganggu; jenis, peningkatan BUN,
 Penurunan tekanan darah;
penurunan hematokrit, dan
 turgor kulit tidak terganggu.
 penurunan tekanan nadi; peningkatan kadar osmolitas);

 penurunan turgor kulit;  Monitor tandatanda vital;

 kulit kering;  Berikan diuretik yang


diresepkan.
 kelemahan.
 Monitor Cairan : tentukan
jumlah dan jenis asupan
Faktor yang berhubungan:
cairan cairan serta kebiasaan
Kehilangan cairan aktif eliminasi;

 Tentukan factor-faktor yang


menyebabkan
ketidakseimbangan cairan;

 Periksa turgor kulit; Monitor


membran mukosa, turgor
kulit, dan respon haus.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukakan tindakan Manajemen nutrisi dan observasi
kebutuhan tubuh berhubungan dengan keperawatan pasien akan nutrisi :
ketidakmampuan mencerna makanan meningkatkan kemampuan makan
 Identifikasi penyebab
selama dalam masa perawatan
ketidakmampuan mencerna
Objektif : Kebutuhan nutrisi adekuat makanan
setelah dilakukan tindakan
 Motivasi pasien makan
keperawatan selama 3x24 jam makanan bergizi sesuai porsi.
dengan kriteria hasil :

 adanya peningkatan BB
sesuai tujuan

 tidak terjadi penurunan BB

 Asupan nutrisi adekuat.


Asuhan Keperawatan pada pasien SLE

Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah suatu penyakit inflamasi autoimun


pada jaringan penyambung yang dapat mencakup ruam kulit, nyeri sendi, dan
keletihan. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria dengan faktor
10:1. Androgen mengurangi gejala SLE, dan estrogen memperburuk keadaan
tersebut. Gejala memburuk selama fase luteal siklus menstruasi, namun tidak
dipengaruhi pada derajat yang besar oleh kehamilan (Elizabeth, 2009).

 Diagnosa keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan

2) Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,


depresi.

3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang


gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan
daya tahan fisik.

4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan


ketergantungan fisaik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik

5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan rentang


gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan
daya tahan fisik
Intervensi Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan


jaringan. Tujuan : perbaikan dalam tingkat
kennyamanan

Intervensi :

1) Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan


(kompres panas /dingin; masase, perubahan posisi, istirahat;
kasur busa, bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas
yang mengalihkan perhatian)

2) Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.

3) Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan


pasien terhadap penatalaksanaan nyeri.

4) Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa


nyeri serta sifat kronik penyakitnya.

5) Jelaskan patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk


menyadari bahwa rasa nyeri sering membawanya kepada
metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.

6) Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang


membawa pasien untuk memakai metode terapi yang belum
terbukti manfaatnya.

7) Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.

b. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa


nyeri, depresi. Tujuan : mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari
aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan untuk mengubah.

Intervensi :

1) Beri penjelasan tentang keletihan :

- hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan

- menjelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan


sementara melaksanakannya
- mengembangkan dan mempertahankan tindakan rutin unutk
tidur (mandi air hangat dan teknik relaksasi yang memudahkan
tidur)

- menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stres


sistemik, artikuler dan emosional

- menjelaskan cara mengggunakan teknik-teknik untuk menghemat


tenaga

- kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan


kelelahan.

2) Fasilitasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat.

3) Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya.

4) Rujuk dan dorong program kondisioning.

5) Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan
suplemen.

c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang


gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan
daya tahan fisik. Tujuan : mendapatkan dan mempertahankan
mobilitas fungsional yang optimal. Intervensi :

1) Dorong verbalisasi yang berkenaan dengan keterbatasan dalam


mobilitas.

2) Kaji kebutuhan akan konsultasi terapi okupasi/fisioterapi :

- Menekankan kisaran gherak pada sendi yang sakit

- Meningkatkan pemakaian alat Bantu

- Menjelaskan pemakaian alas kaki yang aman.

- Menggunakan postur/pengaturan posisi tubuh yang tepat.

3) Bantu pasien mengenali rintangan dalam lingkungannya.

4) Dorong kemandirian dalam mobilitas dan membantu jika


diperlukan.
- Memberikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas

- Memberikan kesempatan istirahat sesudah melakukan aktivitas.

- Menguatkan kembali prinsip perlindungan sendi

d. Gangguan citra tubuh berhubungqan dengan perubahan dan


ketergantungan fisaik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.

Tujuan : mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan erubahan


fisik serta psikologik yang ditimbulkan penyakit.

Intervensi :

1) Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala


penyakit dan penanganannya.

2) Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut

a) Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya.

b) Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu.

c) Membantu mengenali mekanisme koping yang efektif.

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi


barier kulit, penumpukan kompleks imun.

Tujuan : pemeliharaan integritas kulit.


Intervensi

1) Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan


maserasi

2) Hilangkan kelembaban dari kulit

3) Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya sedera


termal akibat penggunaan kompres hangat yang terlalu panas.

4) Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir


surya.

5) Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid.


2. Asuhan keperawatan pada pasien alergi obat

Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda
asing tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak
berbahaya bagi tubuh.

Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari makanan, melalui
suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit.

Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang
memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu
zat biasanya tidak berbahaya di lingkungan

 Diagnose keperawatan

Diagnosa keperawatan pada alergi obat adalah :

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek samping terapi.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan restraint fisik


 Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC

Keperawatan

Pola napas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
dengan hambatan upaya napas.
Berhubungan dengan hambatan Observasi :
keperawatan
 Monitor pola nafas
diharapkan pola napas membaik (frekuensi, kedalaman,
dengan kriteria hasil : usaha nafas)

- Dispnea menurun  Monitor bunyi nafas


tambahan (mis gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi
kering)

 Monitor sputum (jumlah


warna, aroma)

Terapeutik

 Pertahankan kepateman jalan


nafas dengan head-tilt dan chin-
lift Gaw-thrust jika cunga
trauma servikal

 Posisikan semi fowler atau


fowler

 Lakukan hiperoksigatasi
sebelum penghisapan
endotrakeal

 Berikan minuman hangat

 Keluarkan sumbatan benda


padat dengan forsep Mekill

 Lakukan fisioterapi dada, jika


perlu

 Berikan oksigen, jika perlu

 Lakukan penghisapan lender


kurang dari 15 detik

Edukasi

 Anjurkan asupan cairan 2000


mi hari, jika tidak
kontraindikati

 Ajarkan teknik bank efektif

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
brokodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika pertu

Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
pencedera fisik keperawatan, diharapkan tingkat
Observasi
nyeri menurun dengan kriteria hasil
:  Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
- Keluhan nyeri menurun
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri

 Identifikasi skala nyeri

 Identifikasi pengaruh nyeri pada


kualitas hidup

 Monitor pengaruh nyeri pada


kualitas hidup

 Monitor efek samping


penggunaan analgetic

 Identifikasi faktor yang perberat


dan peringan nyeri

 Identifkkasi pengetahuan dan


keyakinan tentang nyeri

 Identifikasi pengaruh budaya


terhadap respon nyeri

 Monitor keberhasilan terapi


komplementer yang sudah
diberikan

Terapeutik

 Berikan Teknik non


farmakologi untuk
mengurangi nyeri

 Control lingkungan yang


memperberat rasa nyeri (mis
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

 Fasilitasi istirahat dan tidur


 Pertimbangan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
membedakan nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab periode, dan


pemicu nyeri

 Jelaskan strategi
meredakan nyeri

 Anjurkan memonitor nyeri


secara nyeri

 Anjurkan menggunakan non


analgetic secara tepat

 Ajarkan tekhnik non


farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetic bila perlu
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
berhubungan dengan efek samping
Tindakan keperawatan, diharapkan Observasi
terapi
integritas kulit meningkat dengan
 Identifikasi penyebab
kriteria hasil :
gangguan integritas kulit (mis,
- Kemerahan menurun perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi,
- Kerusakan lapisan kulit
penurunan kelembaban,
menurun
penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrim, penurunan
mobilitas)

Terapeutik

 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah


baring

 Lakukan pemijatan pada area


penonjolan tulang jika perlu

 Bersihkan perineal dengan air


hangat, terutama selama
peripde diare

 Gunakan produk berbahan


petroleum atau minyak pada
kulit kering

 Gunakan produk berbahan


ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive

 Hindari produk berbahan dasar


alcohol pada kulit kering

Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Energi


dengan
Keperawatan diharapkan toleransi Observasi
kelemahan aktivitas meningkat dengan kriteria
 Identifikasi gangguan fungsi
hasil :
tubuh yang mengakibatkan
- Perasaan lemah menurun kelelahan

 Monitor kelulakan fisik dan


emosional

 Monitor pala dan jam tidur

 Monitor lokasi dan


ketidaknyamanan selama
melakukan aktifitas

Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
(mis,cahaya suara kunjungan)

 Lakukan Latihan rentang


gerak pasif dan atau aktif

 Berikan aktifitas diktrasi yang


menenangkan

Edukasi

 Fasilitas duduk di sisi


tempat tidur. Jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

 Anjurkan tirah baring

 Anjurkan melakukan aktifitas


secara bertahap

 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang

 Ajarkan strategi koping untuk


mengurangi keletahan

Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Dukungan Tidur


dengan restraint fisik keperawatan diharapkan pola tidur
observasi
membaik dengan kriteria hasil :
 Identifikasi pola aktivitas dan
- Keluhan pola tidur berubah
tidur
meningkat
 Identifikasi faktor penggangu
tidur (fisik atau psikologis)

 Identifikasi makanan dan


minuman yang mengganggu
tidur (mis, kopi, the, alcohol,
makan mendekatoi waktu tidur,
minum banyak air sebelum
tidur)

 Identifikasi obat tidur yang di


konsumsi
Terapeutik

 Modifikasi lingkungan (mis,


pencahayaan, kebisingan,
suhum matras, dan tempat
tidur)

 Batasi waktu tidur siang jika


perlu

 Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur

 Terapkan jadwal tidur rutin

 Lakukan prosedur untuk


meningkatkan kenyamanan
(mis, pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)

 Sesuaikan jadwal pemberian


obat dan Tindakan untuk
menunjang siklus tidur terjaga

Edukasi

 Jelaskan tidur cukup


selama sakit

 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur

 Anjurakan menghindari
makanan /minuman yang
mengganggu tidur

 Anjurkan penggunaan obat tidur


yang tidak - mengandung
supresor terhadap tidur REM

 Ajarkan factor-faktor yang


berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)

 Ajarakan relaksasi otot


autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya

Anda mungkin juga menyukai