Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
Kampus: Jalan Soekarno-Hatta Nomor 1 Bandar
Lampung
Telp/Fax: (0721) 703580
LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Astrid Devi Astari


Semester :2
Tempat Praktek : IGD RSAY Metro
Kasus : Eklamsia

A. Gambaran Kasus
1. Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa
nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo
2014). Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia
memburuk menjadi kejang (Helen varney;2013).

2. Gambaran Klinis (pengkajian)


a. Tanda & Gejala Umum:
 Kejang
 Koma
 Tekanan darah meningkat
 Nadi meningkat
 Pola napas berubah
 proteinuri

b. Tanda & Gejala Kegawatdaruratan (ABCD)


1) Airway (A)
Kepatenan jalan napas, apakah ada sekret, hambatan jalan napas.
2) Breathing (B)
Pola napas, frekuensi pernapasan, kedalaman pernapasan, irama pernapasan,
tarikan dinding dada, penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan cuping
hidung.
3) Ciculation (C)
Frekuensi nadi, tekanan darah, adanya perdarahan, kapiler refill.
4) Disablity (D)
Tingkat kesadaran, GCS, adanya nyeri.

c. Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Darah rutin
2. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan diagnostik
1. USG
2. Elektrokardiograf

3. Patofisiologi
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia jumpai kadar aldosteron
yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air
dan natrium. Serta pada eklampsia parmeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga
terjadi gawat janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi.
Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada
eklampsia, sehingga mudah terjadi pada partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam
dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara
tingkat filtrasi glomerulus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada
kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi
glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus arterioles ginjal
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi
garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal,
sehingga menyebabkan dieresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau
anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada
beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan
oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah
persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam hari samapai bulan. Skotoma, diplopia,
dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia.
Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks
serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.
Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa
resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi
pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia
akan menurun.
Metabolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia
sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler keruang interstisial.
Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah edema berkurang, viskositet darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan
berbagai tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan,
hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai
ukuran perbaiakan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara.
Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga
menyebabkan cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga
natrium dilepaskan untuk dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas
natrikus. Dengan demikian, cadangan alakali dapat pulih kembali. Pada kehamilan
cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-
kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.
Pathway eklampsia

Pathway cedera kepala (Nanda, 2015)

Diagnosis Keperawatan / Masalah Keperawatan Kegawatdaruratan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (tekanan darah meningkat)
3. Resiko cedera pada ibu b.d penyakit penyerta (eklamsia)

B. Perencanaan Keperawatan / Algoritme / Protokol Penatalaksanaan


No Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif
tidak efektif bd keperawatan, diharapkan Observasi
hipersekresi jalan nafas. ekspektasi meningkat dengan  Identifikasi kemampuan
kriteria hasil: batuk
 Batuk efektif meningkat  Monitor adanya retensi
 Produksi sputum menurun sputum
 Whezing menurun  Monitor tanda dan
 Sulit bicamenurun gejalah infeksi saluran
 Gelisah menurun nafas
 Monitor input dan output
 Frekuensi nafas membaik cairan
 Pola nafas membaik Terapeutik
 Jelaskan dan
tujuan cara batuk
efektif
 Anjurkan tarik nafas
dalam melalu hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluar dari
mulut
 Anjurkan tarik nafas
dalam sebanyak 3
kali
 Anjurkan batu
dengan kuat langsung
setelah tarik nafas
dalam yang ke-3
2 Nyeri akut b.d agen Setelah diberikan asuhan Manajemen nyeri
pencedera fisiologis keperawatan diharapkan nyeri Observasi
(tekanan darah akut berkurang dengan kriteria  Identifikasi lokasi,
meningkat) hasil: karakteristik, durasi,
 Keluhan nyeri menurun, frekuensi, kualitas,
dalam rentang skala 1-3 intensitas nyeri
 Sikap protektif menurun  Identifikasi  skala nyeri
 Kemampuan mengenali  Identifikasi respon nyeri
penyebab nyeri meningkat non verbal
 Kemampuan mengontrol  Identifikasi faktor yang
nyeri meningkat memperberat dan
 Kemampuan menggunaka memperingan nyeri
n teknik non farmakologis Terapeutik
meningkat  Berikan teknik non
 Gelisah menurun farmakologi untuk
 Keluhan sulit tidur mengurangi rasa nyeri
menurun  Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Timbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik
3 Resiko cedera pada ibu Setelah dilakukan tindakan Perawatan kehamilan
b.d penyakit penyerta keperawatan, diharapkan tidak resiko tinggi
(eklamsia) terjadi cedera dengan kriteria Observasi :
hasil :  Identifikasi faktor resiko
 Ibu dan janin dalam kehamilan
kondisi sehat Terapeutik :
 Tidak ada sakit kepala,  Diskusikan
kejang serta nyeri ketidaknyamanan selama
epigastrik yang dapat hamil
menyebabkan cedera Edukasi :
 Tanda-tanda vital dalam  Jelaskan resiko janin
batas normal mengalami kelahiran
prematur
 Ajarkan mengenali tanda
bahaya (sakit kepala,
gangguan penglihatan,
nyeri epigastrik)
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan
spesialis jika ditemukan
tanda dan bahaya
kehamilan
DAFTAR PUSTAKA

DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SDKI DPP
PPNI : Jakarta

DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SIKI DPP
PPNI : Jakarta

DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SLKI DPP
PPNI : Jakarta

Marilynn E, Doengoes, 2014, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif dkk, 2013, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedoteran penerbit Universitas Indonesia

Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi Klasifikasi 2015- 2018,


Edisi 10. (T.H Herdman, S. Kamitsuru, Eds. B. A. Keliat. H. D Windarwati, A.
Pawirowiyono & M. A. Subu Trans). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai