Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN

PEMBERIAN OBAT

RS BUDI AGUNG
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI ..................................................................................................1


BAB II RUANG LINGKUP ...................................................................................2
BAB III TATA LAKSANA …………………………………………………………….6
BAB IV DOKUMENTASI ........................................................................................7

i
BAB I
DEFINISI

1. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan


seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Pelayanan Kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
3. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker,
baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
4. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
5. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
6. Obat oral adalah sediaan farmasi yang diberikan ke pasien dengan melalui
saluran pencernaan.
7. Obat luar adalah sediaan farmasi yang diberikan ke pasien dengan tidak melalui
saluran pencernaan.
8. Pemberian obat adalah kegiatan pemberian sediaan farmasi ke pasien sesuai
dengan cara pemberian, karakteristik sediaan farmasi dan advice dokter sesuai
kompetensi dan kewenangannya.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pemberian obat :


1. Berdasarkan permintaan dokter
2. Obat HAM
3. Self administration

1. Berdasarkan permintaan dokter


Pemberian obat untuk pengobatan pasien memerlukan pengetahuan
spesifik dan pengalaman. Rumah sakit bertanggung jawab menetapkan staf
klinis dengan pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan, memilki izin, dan
sertifikat berdasarkan atas peraturan perundang-undangan untuk memberikan
obat.
Proses pemberian obat termasuk proses verifikasi apakah obat yang akan
diberikan telah sesuai resep/permintaan obat. Agar obat diserahkan pada orang
yang tepat, dosis yang tepat dan waktu yang tepat maka sebelum pemberian
obat kepada pasien dilakukan verifikasi kesesuaian obat dengan instruksi
pengobatan yang meliputi
a. Identitas pasien
b. Nama obat
c. Dosis
d. Rute pemberian dan
e. Waktu pemberian
Pemberian obat untuk pasien rawat inap didistribusikan dengan Unit Dose
Dispensing. Unit Dose Dispensing (UDD) adalah suatu sistem distribusi obat
kepada pasien rawat inap disiapkan dalam bentuk dosis terbagi siap pakai
untuk pemakaian selama 24 jam (sehari). Daftar Pemberian Obat atau resep
yang ditulis oleh dokter disiapkan satu hari oleh petugas farmasi kemudian
diserahkan kepada perawat ruangan. Dalam sistem ODD obat diracik per unit
dosis dan dikemas dalam wadah kantong plastik dengan warna etiket berbeda
untuk mempermudah perawat dalam memberikan obat sesuai waktu yang
ditentukan.

2
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat yaitu :
1. Jenis obat.
2. Farmakokinetika obat.
3. Hal-hal khusus terkait obat / karakteristik obat terhadap saluran cerna.
4. Obat simptomatis.
5. Jika tidak dinyatakan oleh dokter, maka pengaturan jam pemberian obat
dikelola sepenuhnya oleh Instalasi Farmasi.
6. Batasan aturan pakai yang dipengaruhi makanan :
a. Sebelum makan = 1 jam sebelum makan, ½ jam sebelum makan,
¼ jam sebelum makan.
b. Sewaktu makan = bersamaan makan / suapan makan pertama.
c. Sesudah makan = 1 sampai 2 jam setelah selesai makan.
7. Dalam pemberian obat juga harus diperhatikan interval pemberian (misal
obat dengan indeks terapi sempit, obat antibiotik), agar kadar obat dalam
darah tetap terjaga dengan baik untuk memaksimalkan efek terapi dan
meminimalkan efek yang tidak diinginkan.
8. Penulisan aturan pakai lainnya dapat juga digunakan tergantung dari
karakterikstik dan sifat fisika kimia obat. Contoh :
a. Obat antidiare yang bersifat absorben : selang 2 jam dengan obat
lain, diminum setiap kali diare.
b. Obat pelapis lambung : 1 jam / ½ jam / ¼ jam sebelum makan.

Jadwal pemberian obat


Jadwal pemberian obat mengacu pada jam pemberian obat yang telah
ditetapkan oleh Instalasi Farmasi yaitu :
Signa (4 x Signa (3 x Signa (3x1) Signa (2 x Signa (1 x 1)
1) 1) untuk antibiotika dan 1) tiap 24 jam
tiap 6 jam tiap 6 jam obat dengan IT tiap 12 jam (pilih salah satu
sempit tergantung jenis obat)
tiap 8 jam
06.00 06.00 06.00 06.00 07.00
12.00 12.00 14.00 14.00
18.00 18.00 22.00 18.00 19.00
23.00

Apabila dalam pelaksanaannya obat tidak dapat diberikan tepat waktu, maka
diberi jeda waktu kurang-lebih 1 jam dari waktu minum yang telah ditentukan. Contoh
: obat ambroxol harus diminum pukul 06.00 WIB, maka obat tersebut dapat diberikan
minimal pukul 05.00 WIB dan maksimal pukul 07.00 WIB.

3
Jam pemberian obat berikutnya disesuaikan dengan jam minum obat
sebelumnya. Untuk obat dengan Indeks Terapi sempit, jam pemberian obat harus
tepat waktu. Berikut daftar obat dengan indeks terapi sempit yang tersedia di
Instalasi Farmasi :
1. Amikacin
2. Asam valproate
3. Aminophyllin
4. Carbamazepin
5. Digoksin
6. Gentamicin
7. Klonidin
8. Lidocain
9. Phenitoin
10. Theophyllin
11. Warfarin

Wewenang untuk memberikan obat :


Berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 dan Undang-Undang Keperawatan Nomor
38 Tahun 2014, maka petugas yang berwenang untuk memberikan obat adalah
tenaga kefarmasian meliputi :
1. Apoteker / farmasis.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dengan kualifikasi pendidikan minimal
D3 Farmasi dan telah menjalani masa orientasi.
3. Apabila tidak ada ada apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di
ruangan, maka obat dapat diserahkan oleh perawat (sesuai SPK dan RKK)

Informasi pemberian obat


Adapun batasan pemberian informasi tentang obat dari :
1. Apoteker yaitu nama obat, jenis, jumlah, dosis, indikasi, kontraindikasi,
interaksi obat, efek samping obat, dan sebagainya.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) hanya diperbolehkan memberi informasi
tentang nama, obat, jenis, jumah, dosis, indikasi tetapi tidak diperbolehkan
memberi informasi tentang kontraindikasi, interaksi obat dan efek samping
obat.
3. Perawat hanya diperbolehkan memberi informasi tentang nama obat, aturan
pakai dan waktu minum obat.

4
2. Obat HAM
Dalam pemberian obat HAM harus dilakukan double check oleh dua orang
berbeda sebelum pemberian dan didokumentasikan di Dokumen Pemberian
Obat dengan tepat.

3. Self administration
Pemberian obat yang dapat dilakukan sendiri oleh pasien yaitu obat
sediaan sirup, tetes mata, tetes hidung, tetes telinga, salep dan inhaler. Dalam
pemakaian obat sendiri oleh pasien harus dimonitoring oleh Apoteker dan
didokumentasikan di Dokumentasi Pemberian Obat setelah pasien selesai
menggunakan obat tersebut. Pemberian obat yang dibawa pasien untuk
digunakan sendiri harus mendapat persetujuan dan edukasi dari DPJP dan
dicatat dalam rekam medis.

5
BAB III
TATA LAKSANA

Pemberian obat yang hanya dapat diberikan oleh Apoteker :


a. Untuk pemberian pertama obat dengan penggunaan alat khusus (contohnya :
inhaler, turbuhaler, dishaler, tetes hidung, tetes mata, tetes telinga, insulin).
b. Untuk pemberian pertama obat dengan polifarmasi.
c. Untuk obat High Alert, ARV, dan TB.

Tata Laksana Pemberian Obat


1. Melakukan telaah pemberian obat sebelum obat diberikan yaitu dengan
melakukan telaah kesesuaian obat dengan instruksi pengobatan yang
meliputi:
a. Identitas pasien
b. Nama obat
c. Jumlah obat
d. Dosis obat
e. Rute pemberian dan
f. Waktu pemberian
2. Mendokumentasikan kegiatan telaah obat yang telah dilakukan pada resep
dan Daftar Pemberian Obat dengan memberikan tanda “√ “ dan nama petugas
yang melakukan.
3. Melakukan double check untuk obat high alert.
4. Mendokumentasikan kegiatan double check yang telah dilakukan pada resep
dan Daftar Pemberian Obat dengan memberikan nama petugas pada kolom
yang tersedia.
5. Untuk pasien yang melakukan pemberian obat sendiri: harus dengan
sepengetahuan DPJP dan diberi edukasi oleh apoteker tentang pemberian
obat oleh pasien sendiri.
6. Apoteker melakukan monitoring pelaksanaan pemberian obat oleh pasien
sendiri.
7. Setelah pasien melakukan pemberian obat sendiri makan didokumentasikan
pada form Daftar Pemberian Obat.
8. Pendokumentasian obat setelah diberikan yaitu dengan menuliskan nama
petugas dan jam pemberian obat.
9. Meminta tanda tangan pasien atau keluarga yang menerima obat pada kolom
Pasien/keluarga.

6
BAB IV
DOKUMENTASI

Beberapa macam dokumentasi dalam pemberian obat :


1. Lembar Kartu Permintaan Obat.
2. Lembar DPO (Daftar Pemberian Obat) oral dan parenteral
3. Resep

Anda mungkin juga menyukai