Anda di halaman 1dari 78

TEKNIK PEMBERIAN OBAT

OLEH : ELLY SUSILAWATI, SST, M.Keb


Aspek Hukum, undang-undang dan
standar obat

• Aspek Hukum Obat dapat dibuat dari sumber alam atau sintesis oleh pabrik farmasi
• obat telah melalui berbagai proses antara lain proses penyediaan bahan, pengolahan, pengujian dan
perizinan, perdagangan, pengorderan, pembelian dan pemakaian
• Karena semakin banyaknya jumlah obat, maka dalam pengelolaannya semua obat harus mendapat izin,
diuji dan distandarisasi untuk menyeragamkan kualitasnya  di Indonesia diatur berdasarkan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
• tugas-tugas yang menyangkut pengawasan obat dan makanan diberikan ini diberikan kepada Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
• Seperti tertuang pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 558/-Menkes/SIC/1984 tentang
organisasi dan tata kerja Depkes pada Bab VI, pasal 679: “Tugas pokok Direktoral Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan ialah melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Kesehatan di
bidang pengawasan obat, makanan dan minuman, kosmetika dan alat kesehatan, obat tradisional,
narkotika dan bahan berbahaya yang berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan”.
• Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
tertuang beberapa pasal (pasal 39 s/d 43) yang mengatur tentang pengamanan
sediaan farmasi dan alat kesehatan :
a) Undang-Undan disusun melindungi masyarakat (pasal 39).
b) Untuk sediaan dan alat kesehatan harus memenuhi syarat farmakope Indonesia
dan buku standar lainnya (pasal 40).
c) Izin edar diatur dalam pasal 41, penandaan dan informasi dalam pasal 41
d) mutu sediaan dan alat kesehatan yang beredar dalam pasal 42
• Buku Farmakope Indonesia merupakan sumber acuan yang lengkap yang
memberikan keterangan tentag obat resmi di mana masing-masing obat dijelaskan
mengenai sumber, kandungan fisik maupun kimianya, cara penyimpanan, dosis,
dan lain-lain
• buku DOI (Daftar Obat Indonesia) menjelaskan berbagai obat sesuai informasi
dari pabrik farmasinya beserta Harga Jual Apotik (HJA) dan Harga Eceran
Tertinggi (HET).
• Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO)  obat dikelompokkan berdasarkan
daya aksinya pada tubuh di mana masing-masing obat dijelaskan tentang nama
generik/dagang, pabrik farmasi yang membuat, kandungan kimia, indikasi dan
dosis
ada empat jenis order pengobatan yaitu :
1. staat order untuk obat yang diberikan mendadak misalnya pada kedaan gawat darurat
(beberapa rumah sakit menggunakan istilah cyto).
2. Staat order hanya berlaku satu kali dan bila diinginkan obat, harus dibuat order baru.
3. Single order merupakan pesanan pengobatan satu kali pemberian pada saat tertentu namun
tidak harus segera diberikan, misalnya order pemberian Sulfa atropin sebagai persiapan
operasi.
4. Standing order merupakan pesanan pengobatan yang diberikan pada jangka waktu
tertentu, misalnya pemberian injeksi gentamisin 500 mg selama 7 hari pada pasien
pascaoperasi
Dengan melihat jenis order pengobatan, maka bila ada kesalahan atau kekeliruan, penyidik
akan mengetahui siapa yang bertanggung jawab. Dalam hal ini, perawat dapat dituntut bila ia
menyimpang dari order yang diberikan sehingga menyebabkan masalah pada pasien
Pemberian sanksi
• Aturan pemberian sanksi telah dijelaskan dalam UndangUndang Republik
Indonesia No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan yaitu pada pasal 77 (sanksi
administrasi), pasala 55 (sanksi terhadap masalah perdata), dan pasal 80-82 (sanksi
terhadap masalah pidana)
• Sebagai contoh misalnya seorang perawat yang melakukan suatu kejahatan yang
sangat serius maka sanksinya adalah : “Pidana penjara 15 tahun dan denda Rp.
500.000,00” (pasal 80 ayat(1) dan ayat (2)) Untuk mencegah jangan sampai
terkena sanksi ini, maka perawat harus selalu teliti, benar dan hati-hati.
PRINSIP BENAR OBAT
• 1.      Benar Pasien
• Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya.
• Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk.
• Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau
kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung
kepada keluarganya.
• Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
• 2.      Benar Obat
• Obat memiliki nama dagang dan nama generik.
• Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus
diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya atau kandungan obat.
• Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa
tiga kali.
• Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat.
• Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian
farmasi.
• Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan
kerjanya.
• 3.      Benar Dosis
• Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya.
• Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau
apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
• Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi.
• Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap
ampul atau tabletnya.
• Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp
ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1
gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.
• 4.      Benar Cara/Rute
• Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda.
• Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum
pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta
tempat kerja yang diinginkan.
• Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
• 5.      Benar Waktu
• Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai.
• Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
• Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena
susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap.
• Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
• 6.      Benar Dokumentasi
• Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan.
• Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.
TEKNIK PEMBERIAN OBAT
Pemberian obat secara Oral
• Oral adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut.
• Tujuan dari pengobatan ini yaitu agar suatu obat dapat mencapai tujuan
kesembuhan, molekul obat harus dapat diabsorpsi pada saluran pencernaan dan
masuk ke dalam sistem sirkulasi dalam jumlah yang diinginkan.
• Karenanya pemberian obat yang paling menyenangkan adalah pemberian secara
oral.
• Persiapan alat
a.       Baki berisi obat
b.      Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
c.       Pemotong obat (bila diperlukan)
d.      Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
e.       Gelas pengukur (bila diperlukan)
f.       Gelas dan air minum
g.      Sedotan
h.      Sendok
i.        Pipet
j.        Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
• Prosedur kerja
a.   Siapkan peralatan dan cuci tangan
b.   Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah,
adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
c.    Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan
cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah
pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang
meminta.
d.   Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang
diperlukan)Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang
sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik
aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
1)      Tablet atau kapsul
• a)      Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh
obat.
• b)      Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai
dengan dosis yang diperlukan.
• c)      Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan
menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan
menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena
beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.
2)      Obat dalam bentuk cair
a)      Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang
obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
b)      Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi
pada tutup botol bagian dalam.
c)      Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat
kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga
label tidak bisa dibaca dengan tepat.
d)     Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
e)      Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue.
Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
f)       Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit
steril untuk mengambilnya dari botol.
Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.
1)      Identifikasi klien dengan tepat.
2)      Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh
klien.
3)      Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi ini membantu
mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
4)      Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien meletakkan obat di
lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah
aspirasi.
5)      Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan
pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
6)      Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel kemudian
cuci tangan.
7)      Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.
Pemberian obat secara Sublingual
• Sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah.
• Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh
darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
• Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan
terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di
dinding usus dan hati dapat dihindari.
• PERSIAPAN
• ©      Cek perencanaan asuhan klien
• ©      Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
• Persiapan Alat
• ©      Obat yang sudah ditentukan
• ©      Tongspatel (bila perlu )
• ©      Kasa untuk membungkus tongspatel
• PELAKSANAAN
• ©      bidan cuci tangan
• ©      Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien
untuk mengangkat lidahnya
• ©      Meletakan obat dibawah lidah
• ©      Memberitahu klien supaya tidak menelan obatt
• ©      bidan cuci tangan
• ©      Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat
Pemberian obat secara parentral
• Parenteral adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa
melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah.
• Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan
menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan
menggunakan spuit.
• Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran.
• Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak
kooperatif.
• Akan tetapi cara pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah
disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.
• Tujuan
a.       Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain
b.      Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
c.       Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras)
d.      Memberikan zat imunologi

• Jenis pemberian obat secara parenteral:


·         Intra cutan: menyuntikkan obat ke jaringan dermis dibawah epidermis
·         Sub cutan   : menyuntikkan obat ke jaringan  di bawah lapisan dermis
·         Intra muscular:   menyuntikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh
·         Intra vena: menyuntikkan obat ke dalam vena
• Keuntungan:
·         Bisa diberikan pada klien yang tak sadar/ tak kooperatif
·         Bisa diberikan bila obat tidak dapat diabsorpsi melalui gastrointestinal
·         Obat dapat diabsorpsi lebih cepat

• Kerugian:
·         Klien terutama anak merasa takut/ cemas
·         Menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit
·         Dapat menyebabkan infeksi, perlu teknik steril
Jenis Pemberian obat secara parentral
• 1. INJEKSI INTRA CUTAN
• 2. INJEKSI SUB CUTAN
• 3. INJEKSI INTRA MUSCULAR
• 4. INJEKSI INTRA VENA
INJEKSI INTRA CUTAN
• Tujuan:
• Mendapatkan reaksi setempat
• Memberikan kekebalan/ imunisasi

• Tempat Penyuntikkan:
• Lengan atas : 3 jari  dibawah sendi bahu, ditengah musculus deltoideus. ex: bcg
• Lengan bawah:  bagian depan 1/3 dari lekukan siku, di kulit yang sehat jauh dari
pembuluh darah
• Alat2 yang diperlukan:
• Spuit + obat
• Kom
• Kapas alkohol
• Bak instrumen
• Bengkok
Cara Kerja injeksi intra cutan
• 1. Tahap orientasi • 2. Tahap Kerja
• Cuci tangan
• Beri salam, panggil klien • Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
• Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
• Jelaskkan tujuan,prosedur, dan • Jaga privasi klien
pemberian obat • Pilih tempat penusukkan
• Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
• Bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian
• 3. Tahap terminasi • Desinfeksi daerah penyuntikkan
• Tegangkan kulit dengan tangan non dominan
• Evaluasi kegiatan
• Masukkan jarum dengan sudut 15-20 derajat, posisi jarum menghadap ke atas
• Akhiri kegiatan • Masukkan obat sampai terjadi gelembung berwarna putih pada kulit,tarik jarum
• Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
• Cuci tangan • Lingkari daerah penyuntikkan

• Dokumentasi • Buang spuit ke bengkok


• Rapikan klien
• Bereskan alat
INJEKSI SUB CUTAN
• Tempat penyuntikan
• Lengan atas sebelah luar 1/3 dari bahu
• Paha sebelah luar 1/3 dari sendi panggul
• Perut sekitar umbilical

• Alat2 yang diperlukan:


• Spuit + obat
• Kom
• Kapas alkohol
• Bak instrumen
• Bengkok
Cara Kerja injeksi sub cutan
• 1. Tahap orientasi •

2. Tahap Kerja
Cuci tangan
• Beri salam, panggil klien • Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
• Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
• Jelaskkan tujuan,prosedur, • Jaga privasi klien
dan pemberian obat • Pilih tempat penusukkan
• Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
• Bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian

• 3. Tahap terminasi •
Desinfeksi daerah penyuntikkan
Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan tangan non dominan

• Evaluasi kegiatan • Lakukan penyuntikkan dgn tangan dominan posisi jarum membentuk sudut 45 derajat,
• Tarik plunger, observasi adanya darah bila tak ada masukkan obat
• Akhiri kegiatan • Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penyuntikkan
• Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
• Cuci tangan • Buang spuit ke bengkok

• Dokumentasi • Rapikan klien


• Bereskan alat
INJEKSI INTRA MUSCULAR
• Tempat Penyuntikkan:
• Musculus gluteus maximus kanan/kiri, 1/3 SIAS ke tulang ekor
• Otot paha
• Otot pangkal lengan
• Alat2 yang diperlukan:
• Spuit + obat
• Kom
• Kapas alkohol
• Bak instrumen
• Bengkok
Cara Kerja injeksi intra muscular
• 1. Tahap orientasi • 2. Tahap Kerja
• Cuci tangan
• Beri salam, panggil klien • Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
• Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
• Jelaskkan • Jaga privasi klien
tujuan,prosedur, dan • Pilih tempat penusukkan
pemberian obat • Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
• Bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian
• Desinfeksi daerah penyuntikkan

• 3. Tahap terminasi • Tegangkan kulit pada otot yang akan disuntik dengan ibu jari dan tangan non dominan
• Lakukan penyuntikkan dgn tangan dominan posisi jarum membentuk sudut 90 derajat,
• Evaluasi kegiatan • Tarik plunger, observasi adanya darah bila tak ada masukkan obat
• Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penyuntikan
• Akhiri kegiatan • Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
• Cuci tangan • Lingkari daerah penyuntikkan
• Buang spuit ke bengkok
• Dokumentasi • Rapikan klien
• Bereskan alat
INJEKSI INTRA VENA
• Tempat penyuntikkan
• Lengan: vena mediana cubiti
• Tungkai: vena Xapheneus
• Leher : vena jugularis
• Kepala: vena frontalis, vena temporalis

• Alat2 yang diperlukan:


• Spuit + obat
• Kom
• Kapas alkohol
• Bak instrumen
• Bengkok
• torniquet
• perlak
Cara Kerja injeksi intra vena
• 1. Tahap orientasi • 2. Tahap Kerja
• Cuci tangan
• Beri salam, panggil klien • Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan

• Jelaskkan Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
• Jaga privasi klien
tujuan,prosedur, dan
• Pilih tempat penusukkan
pemberian obat • Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
• Letakkan alas /perlak di bawah bagian tubuh yang akan disuntik
• Pasang torniquet, anjurkan klien untuk mengepalkan tangan
• 3. Tahap terminasi • Desinfeksi daerah penyuntikkan

• Evaluasi kegiatan • Tegangkan kulit dengan tangan non dominan, tusukkan jarum ke dalam vena sejajar dengan vena, jarum
menghadap ke atas
• Akhiri kegiatan • Anjurkan klien membuka kepalan sambil membuka torniquet, secara perlahan masukkan obat
• Meletakkan kapas alkohol di atas jarum suntik, tarik spuit jika perlu beri plester
• Cuci tangan • Buang spuit ke bengkok
• Dokumentasi • Rapikan klien
• Bereskan alat
Konsep pemberian obat secara topical
• 1. kulit,
• 2. mata,
• 3. telinga,
• 4. hidung
1. Pada kulit
• Pemberian obat yang dilakukan pada kulit dengan tujuan mempertahankan
hidrasi lapisan kulit, melindungi permukaan kulit, atau mengatasi infeksi
kulit.
• Pemberian obat kulit dapat dilakukan dengan banyak preparat, seperti
krim, losion, aerosol, sprei, atau bubuk.
• Alat dan bahan
• a. Obat dalam tempatnya (losion, krim, aerosol, sprei, dan bubuk)
• b. Kain kasa
• c. Kertas tisu
• d. Balutan
• e. Pengalas
• f. Air sabun dan air hangat
• Prosedur kerja
• a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
• b. Cuci tangan.
• c. Gunakan sarung tangan.
• d. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (bila terdapat kulit
yang mengeras (kerak)) atau air sabun.
• e. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian, seperti mengoleskan,
mengompres.
• f. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
• g. Catat prosedur dan respons pasien.
2. Pada Mata
• Pemberian obat pada mata dengan memberikan tetes mata atau salep
mata.
• Prosedur ini dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur
internal mata dengan cara mendilatasi pupil; pengukuran refraksi dengan
cara melemahkan otot lensa, juga digunakan untuk menghilangkan iritasi
mata, dll.
• Alat dan bahan
• a. Obat dalam tempatnya ( tetes steril atau salep )
• b. Plester
• c. Kain kasa
• d. Kertas tisu
• e. Balutan
• f. Sarung tangan
• g. Air hangat kapas pelembap
• Prosedur kerja
• a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
• b. Cuci tangan.
• c. Atur posisi pasien dengan kepala mengadah dan posisi perawat di samping kanan pasien.
• d. Gunakan sarung tangan.
• e. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembap (atau tisu) dari sudut luar mata kea rah hidung, bila
angat kotor basuh dengan air hangat.
• f. Buka mata dengan menekan perlahan bagian bawah menggunakan ibu jari telunjuk di atas tulang orbita.
• g. Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva sesuai dosis. Minta pasien untuk menutup mata dengan perlahan ketika
menggunakan tetes mata.
• h. Bila menggunakan obat mata jenis salep, pegang aplikator diatas tepi kelopak mata. Kemudian tekan tube hingga obat
keluar dan berikan pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah. Secara-
bergantian, biarkan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggosok
kelopak mata.
• i. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
• j. Cuci tangan setealh prosedur dilakukan.
• k. Catat prosedur dan respons pasien.
3. Pada Telinga
•    Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan tetes
telinga.
• Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga,
khususnya pada telinga tengah (otitis eksterna).
• Obat yang diberika dapat berupa antibiotic (tetes atau salep).
• Alat dan bahan
• 1.      Obat dalam tempatnya (antibiotic tetes atau salep).
• 2.      Penetes
• 3.      Speculum telinga
• 4.      Pinset anatomi dalam tempatnya
• 5.      Plester
• 6.      Kain kasa
• 7.      Kertas tisu
• 8.      Balutan
• Prosedur kerja
• 1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
• 2.      Cuci tangan.
• 3.      Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan
diobati, upayakan telinga pasien ke atas.
• 4.      Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau kebelakang (pada anak).
• 5.      Bila obat berupa tetes, teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh
gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis.
• Bila obat berupa salep, ambil kapas lidi, dan oleskan salep. Kemudian masukan/oleskan pada liang
teinga.
• 6.      Pertahankan posisi kepala selama 2-3 menit.
• 7.      Tutup telinga dengan dengan balutan dan plester (bila perlu)
• 8.      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
• 9.      Catat prosedur dan respons pasien.
4. Pada Hidung
• Pemberian obat pada hidung dengan cara memberikan  tetes hidung.
• Prosedur ini dilakukan pada inflamasi hisung (rhinitis).
• Alat dan bahan
• 1.      Obat dalam tempatnya
• 2.      Pipet
• 3.      Speculum hidung
• 4.      Pinset anatomi dalam tempatnya
• 5.      Korentang dalam tempatnya
• 6.      Plester
• 7.      Kain kasa
• 8.      Kertas tisu
• 9.      Balutan
• Prosedur Kerja
• 1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
• 2.      Cuci tangan.
• 3.      Atur posisi pasien dengan cara:
• ·        Duduk di kursi dengan kepala tengadah kebelakang.
• ·        Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
• ·        Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
• 4.      Berikan tetesan obat pada masing-masing lubang hidung (sesuai dosis).
• 5.      Pertahankan posisi kepala tetap tengadah selama 5 menit.
• 6.      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
• 7.      Catat prosedur dan respons pasien.
Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat
Melalui Anus/ Rectum & Vagina
1. Pemberian Obat melalui Anus / Rektum
• Pemberian obat yang dilakukan melalui anus atau rectum dengan tujuan
memberikan efek local dan sistemik.
• Tindakan pengobatan ini disebut juga pemberian obat supositorium.
• Contoh pemberian obat yang memiliki efek local seperti pada obat dulkokal
supositoria yang berfungsi secara local untuk meningkatkan defeksi.
• Contoh efek sistemik adalah pemberian obat aminofilin supositoria dengan fungsi
mendilatasi bronchial.
• Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding mukosa rectal yang
melewati sfingter anus interna.
• Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal
• Alat dan bahan
• 1.      Obat supositorium dalam tempatnya
• 2.      Sarung tangan
• 3.      Kain kasa
• 4.      Vaselin/pelican/pelumas
• 5.      Kertas tisu
• Prosedur kerja
a.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.      Cuci tangan.
c.       Gunakan sarung tangan.
d.      Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e.       Olesi ujung obat supositorium dengan pelican.
f.        Minta pasien  mengambil posisi tidur miring (Sims) lalu regangkan bokong dengan tangan kiri.
Kemudian masukan supositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter interna dan mengenai dinding
rectal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, dan kurang lebih 5 cm pada anak/bayi.
g.       Setelah selesai, tarik jaringan dan bersihkan daerah skitar anal dengan tisu.
h.       Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang/miring selama kurang lebih 15 menit.
i.         Kemudian lepaskan sarung tangan dan letakan di bengkok.
j.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
k.      Catat prosedur dan respon pasien.
2. Pemberian Obat Melalui Vagina

• Pemberin obat yang dilakukan melalui vagina yang tersedia dalam bentuk krim
dan supositoria untuk mengobati infeksi local.
• Alat dan bahan
• a.       Obat dalam tempatnya
• b.      Sarung tangan
• c.       Kain kasa
• d.      Kertas tisu
• e.       Kapas sublimat dalam tempatnya
• Prosedur kerja
a.       Jelaskan prosefur yang akan dilkukan.
b.       Cuci tangan.
c.       Gunakan sarung tangan.
d.      Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e.       Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
Catatan:
• Bila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator klim atau ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan, regangkan
lipatan labia dan masukan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan
obat.Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal rekumben.
f.        Bila obat jenis supositoria, buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat. Regankan labia minora dengan
tangan kiri dan masukan obat sepanjang dinding kanal vagiana posterior sampai 7,5-10 cm.
g.       Setelah obat masuk, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar orifisium dan labila dengan tisu.
h.        Anjurkan untuk tetap pada posisinya selam 10 menit agar obat terabsorpsi.
i.         Cuci tangan setaelah prosedur dilakukan.
j.        Catat prsedur dan respons pasien.
Teknik pemberian obat “kompres”/Zid
Bath
Konsep Zid Bath / Kompres
• Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksan yang digunakan untuk menilai
kondisi metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara
kimiawi melalui metabolisme darah
• Kompres atau Zid bath adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang dilipat-
lipat, dikenakan dengan tekanan; kadang-kadang mengandung obat dan dapat
bersih ataupun kering, panas ataupun dingin
Zid Bath atau kompres dibagi menjadi 2 :
• Kompres Hangat
Memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat
yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres hangat
diberikan satu jam atau lebih.

• Kompres Dingin
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompres adalah kain pembebat yang
dibasahi dengan air dingin (es, dan sebagainya) untuk menyejukkan kepala dan
sebagainya.
Kompres panas dan dingin mempengaruhi tubuh
dengan cara yang berbeda

• 1. Kompres dingin mempengaruhi tubuh dengan cara :


• Menyebabkan pengecilan pembuluh darah (Vasokonstriksi).
• Mengurangi oedema dengan mengurangi aliran darah ke area.
• Mematirasakan sensasi nyeri.
• Memperlambat proses kehidupan.
• Memperlambat proses inflamasi/peradangan(bengkak,kemerahan )
• Mengurangi rasa gatal.
• 2. Kompres Panas (diatermi) mempengaruhi tubuh dengan cara :
• Memperlebar pembuluh darah (Vasodilatasi).
• Memberi tambahan nutrisi dan oksigen untuk sel dan membuang
sampah-sampah tubuh.
• Meningkatkan suplai darah ke area-area tubuh.
• Mempercepat penyembuhan.
• Dapat menyejukkan
A. Penggunaan Kompres Hangat :
• Penanganan demam bukanlah dengan dikompres air dingin seperti yang biasa dilakukan dahulu
kala karena orang demam jika dikompres dingin akan lebih demam lagi saat kompres dihentikan.
• Karena pada saat dikompres dingin, pusat pengatur suhu menerima sinyal bahwa suhu tubuh
sedang dingin maka tubuh harus segera dihangatkan. Jadi justru akan bertentangan dengan hasil
yang diharapkan.
• Lain halnya bila dilakukan kompres hangat. Pusat suhu akan menerima informasi bahwa suhu
tubuh sedang hangat, maka suhu tubuh harus segera diturunkan. Inilah pengaruh yang diharapkan.
• Ketika demam kita memang merasa kedinginan meskipun tubuh kita sebenarnya panas. Kompres
hangat membantu mengurangi rasa dingin & menjadikan tubuh terasa lebih nyaman.
• Untuk cedera lama/kondisi kronis, yang mana bisa membantu membuat rileks, mengurangi
tekanan pada jaringan serta merangsang aliran darah ke daerah.
• Untuk pengobatan nyeri dan merelaksasi otot-otot yang tegang tetapi tidak boleh digunakan untuk
yang cedera akut atau ketika masih ada bengkak, karena panas dapat memperparah bengkak yang
sudah ada.
B. Penggunaan Kompres Dingin

• Digunakan untuk cedera tiba-tiba atau yang baru terjadi/ akut. Jika cedera baru
terjadi (dalam waktu 48 jam terakhir) yang lalu timbul pembengkakan, maka dengan
kompres dingin bisa membantu meminimalkan pembengkakan di sekitar cedera
karena suhu dingin mengurangi aliran darah di daerah cidera sehingga memperlambat
metabolisme sel dan yang paling penting adalah dapat mengurangi rasa sakit.
• Untuk keseleo pergelangan kaki, cedera berlebihan pada atlet atau luka memar.
• Membantu mengobati luka bakar dan jerawat.
1. kompres panas basah
• Persiapan alat :
a) kom berisi air hangat (40-46c)
b) bak steril berisi 2buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai
c) kasa perban/kain segitiga
d) pengalas
e) sarung tangan bersih di tempatnya
f) bengkok 2buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)
g) waslap 4 buah
h) pinset anatomi 2 buah
i) korentang
• Cara kerja
· Memberi tahu pasien tindakan yang akan dilakukan
· Membawa alat-alat ke dekat pasien
· Mengatur posisi pasien berbaring senyaman mungkin
· Mencuci tangan dengan sabun dan air menagalir, mengeringkan dengan handuk
bersih
· Mengambil kain kassa dengan pinset, masukkan dalam cairan
· Memeras sedikit, kemudian meletakkan pada bagian yang akan di kompres
· Membalut dengan kain kassa kering dan di plester
• Hal yang perlu diperhatikan :
1. Kain kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres di
pertahankan tetap hangat
2. Cairan jangan terlalu panas, agar kulit jangan sampai kulit terbakar
3. Kain kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres
4. Untuk kompres hangat pada luka terbuka, peralatan harus steril. Pada
luka memar atau bengkak, peralatan tidak perlu steril yang penting bersih.
2. Kompres panas kering menggunakan buli-buli panas

• Persipan alat :
a) buli-buli panas dan sarung
b) termos berisi air panas/
termometer air panas
c) lap kerja
• · Cara kerja
• Mengisi buli-buli dengan 1/3 – 2/3 bagian air hangat
• Mengeluarkan udara dengan cara buli-buli diletakkan ditempat yang rata, menekuk
bagian atas sampai kelihatan air dan tutup
• Membungkus dengan kantong buli- buli
• Meletakkan pada tempat yang akan dikompres
kompres dingin
• Alat dan Bahan:
• Air dingin.
• Kain/ kantong pelindung.
• Kantong es atau sejenisnya
• Cara kerja:
• Cuci tangan.
• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
• Ukur suhu tubuh.
• Asupan air dingin pada kantong es atau bila menggunakan kain asupan kain pada
air dingin lalu diperas.
• Letakkan kantong/ kain pada daerah yang akan dikompres seperti pada daerah
axila, pada daerah yang sakit.
• Catat perubahan yang terjadi selama tindakan.
• Cuci tangan.
PEMBERIAN OBAT SECARA INHALASI
• Inhalasi adalah alat pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup agar
dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya.
• Alat ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan
yang akut maupun kronik, misalnya pada penyakit asma.
• Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap
kepada si sakit langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru).
JENIS-JENIS INHALASI
• 1.      Metered Dose Inhaler (MDI) tanpa Spacer
• 2. Dry Powder Inhaler (DPI)
• 3. Nebulizer
1.      Metered Dose Inhaler (MDI) tanpa Spacer
• Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut,
sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang.
• Hal ini mengurangi pengendapan di orofaring (saluran napas atas).
• Spacer ini berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar
10-20 cm, atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml.
• Penggunaan spacer ini sangat menguntungkan pada anak.
• Cara Penggunaan :
• 1.  Lepaskan penutup aerosol
• 2. Pegang tabung obat di antara ibu jari dan jari telunjuk kemudian
kocok seperti gambar
• 3. Ekspirasi maksimal. Semakin banyak udara yang dihembuskan,
semakin dalam obat dapat dihirup.
• 4. Letakkan mouthpiece di antara kedua bibir, katupkan kedua bibir
kuat-kuat
• 5. Lakukan inspirasi secara perlahan. Pada awal inspirasi, tekan MDI
seperti pada gambar. Lanjutkan inspirasi anda   selambat dan sedalam
mungkin.
• 6. Tahan nafas selama kurang lebih 10 detik agar obat dapat bekerja
• 7. Keluarkan nafas secara perlahan
• 8. Kumur setelah pemakaian (mengurangi ES stomatitis)
2. Dry Powder Inhaler (DPI)
• Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan hirupan yang
cukup kuat.
• Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan.Pada anak yang lebih besar,
penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang memerlukan
koordinasi dibandingkan MDI.
• Deposisi (penyimpanan) obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih
konstan.
• Sehingga dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun.
• Cara Penggunaan Inhaler:
• 1.    Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya, sebanyak mungkin
• 2.    Ambillah inhaler, kemudian kocok
• 3.    Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler terletak dibagian bawah
• 4.    Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di depan mulut (jangan
meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan bagian mulut inhaler)
• 5.    Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam, bersamaan dengan menekan
inhaler (waktu saat menarik nafas dan menekan inhaler adalah waktu yang penting bagi obat
untuk bekerja secara efektif)
• 6.    Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika tidak membawa jam,
sebaiknya hitung dalam hati dari satu hingga sepuluh)
• 7.    Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup lagi seperti cara diatas,
sesuai aturan pakai yang diresepkan oleh dokter
• 8.    Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah efek samping yang
mungkin terjadi.Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi
gejala yang timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga, dan
dokternya. Oleh karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi lengkap tentang
obat yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai dan efek samping yang
mungkin timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor yang menjadi penyebab timbulnya
asma. Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu membawa obat asma kemanapun dia
pergi, menyimpan obat-obatnya dengan baik, serta mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut.
Hal ini perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas hidup pasien semakin meningkat.
3. Nebulizer
• Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus menerus
dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik sehingga dalam
prakteknya dikenal 2 jenis alat nebulizer yaitu ultrasonic nebulizer dan jet nebulizer.
• Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer yang
digunakan.           
• Nebulizer yang dapat menghasilkan partikel aerosol terus menerus ada juga yang dapat diatur
sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak
terbuang.
• Keuntungan terapi inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak atau sedikit memerlukan
koordinasi pasien, hanya memerlukan pernafasan tidal, beberapa jenis obat dapat dicampur
(misalnya salbutamol dan natrium kromoglikat).
• Kekurangannya adalah karena alat cukup besar, memerlukan sumber tenaga listrik dan relatif
mahal.
• 1.         Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk beratnya. Lepaskan selang dari
kompresor .
• 2.         sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan subun kemudian keringkan.
• 3.         hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan perintah dan letakkan dalam tutup
nebulizer.
• 4.         pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
• 5.         hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
• 6.         nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan baik.
• 7.         duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
• 8.         apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan nyaman pada bagian wajah.
• 9.         apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi dan lidah.
• 10.     bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas dalam dan tahan selama 2 sampai 3
detik sebelum melepaskan nafas.
• 11.     lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit).
• 12.     apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan istirahat selama kurang lebih 5 menit. 

Anda mungkin juga menyukai