PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Penggunaan obat di rumah sakit merupakan suatu proses yang
memerlukanpenanganan yang perlu diatur dan dikendalikan dalam upaya
mencapaioutcomeklinik yang optimal. KomiteFarmasi danTerapi (KFT) sebagai
komite yang mempunyai kewenangan dalam menentukan kebijakan penggunaan
obat danlangsung bertanggung jawab di bawah Direktur, memiliki peran yang
sangat strategis dalam upaya penggunaan obat yang rasional sesuai dengan
panduanpenatalaksanaan klinisterkini.Pedoman pelayanan KFT disusun sebagai
acuan dalam proses penentuankebijakan dan pelaksanaanya bagi setiapkegiatan
yang berkaitandenganpenggunaanobat diseluruh bagian di rumahsakit umum
UKIsesuai pedomanakreditasi yang tertuang dalam bab Manajemen
danPelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) dan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
4. Pemantauan (monitoring)
Monitoring terhadap penggunaan obat harus dilakukan oleh dokter,
apoteker dan perawat dalam tim kolaboratif untuk memastikan terapi
sesuaitujuanoutcomekliniknya. Monitoring dilakukan melalui proses
assesmenterhadap kemungkinan timbulnya masalah yang berkaitan
dengan obat,termasuk efek samping obat danmedication error. Dokter,
apoteker danperawat memastikandilaksanakannya proses dokumentasi
atas semua pelayanan obat kepada pasien termasukoutcometerapinya.
E. Landasan Hukum
1. undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah Sakit
3. Undang-undang nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
4. Undang-undang nomor 5 Tahun 2009 tentang Psikotropika
5. Undang-undang nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran
6. Peraturan Pemerintah nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kearmasian
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 144 Tahun 2010 tentang izin danPen
yelenggaraan Praktik Perawat
8. Peraturan menteri kesehatan nomor 1691 Tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016
tentang standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit.
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
KEPALA RUMKIT
SEKRETARIS KFT
B. URAIAN TUGAS
Komite farmasi dan terapi dipimpin oleh ketua dan didukung oleh sekretaris dan
anggota yang terdiri dari para dokter yang mewakili spesialisasi sebagai
representatif dari dokter di RS Bhayangkara Tk.III Jayapura, apoteker
pendamping sebagai representatif apoteker, perawat dari bidang keperawatan
sebagai representatif perawat, ketua komite mutu dan direktur rumah sakit.
Uraian tugas dari komite farmasi dan terapi masing- masing dideskripsikan
sebagai berikut:
1. Deskripsi Jabatan Ketua Komite Farmasi Dan Terapi
a. Pengertian :Ketua Komite Farmasi dan Terapi (KFT) adalah seorang dokter
yang mempunyai tugas pokok mengkoordinasi kegiatan KFT dan
bertanggung jawab kepada Kepala RS.
b. Kedudukan dalam struktur: berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
Kepala.
c. Organisasi
1) Uraian tugas :
(1) mewujudkan pengobatan rasional melalui penetapan kebijakan
penggunaan obat.
(2) menyusun dan melaksanakan program kerja dan anggaran .
(3) melaporkan kepada Direktur tentang pelaksanaan program kerja.
d. Tanggung jawab
1) Bertanggung jawab atas terselenggaranya pengobatan yang rasional
di Rs Bhayangkara TK.III Jayapura.
2) Bertanggung jawab atas penggunaan obat di RS Bhayangkara TK.III
Jayapura.
e. Wewenang :
1) Pemimpin jalannya organisasi Komite Farmasi dan Terapi.
2) Memberi masukkan atau rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit
dalam menetapkan kebijakan penggunaan obat di RS Bhayangkara TK.III
Jayapura.
f. Syarat jabatan
1) Pendidikan formal : dokter spesialis
2) Pendidikan non formal :-
3) Surat izin kerja : SIP dokter
4) Pengalaman kerja : minimal 5 tahun
f. Syarat jabatan
1) Pendidikan formal : Apoteker
2) Pendidikan non formal : Pelatihan manajemen Farmasi/Pelatihan
Farmasi Klinik
3) Surat izin kerja : SIPA
4) Pengalaman kerja :minimal 3 tahun
3. Ketenagaan
Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian dan keperawatan
No SDM keterangan
1 ketua komite farmasi dan dokter spesialis anak
terapi
2 sekertaris KFT Apoteker kepala Instalasi Farmasi
RS
3 dokter spesialis semua dokter yang mewakili
spesialis
4 Apoteker apoteker instalasi farmasi
5 Perawat kepala bidang perawat
BAB III
KOMITE FARMASI DAN TERAPI
4. Pemantauan (monitoring)
Apoteker bertanggung jawab memperhatikan diagnose dan kebutuhan khusus
pasien padasaatmelakukanassessmentresponpasiensetelah mendapatkan
pengobatan dan apabila diperlukan mengusulkan intervensi.
Apotekersecaraproaktif
melakukanassessmenterhadapproblempengobatanyang dihadapi pasien dan
assesmen lain dalam hal :
a. Ketepatanterapi dari regimen pengobatan pasien.
b. Duplikasiterapidankesalahan dari regimen pengobatan pasien.
c. Ketepatan dosis pengobatan, meliputi ; rute, metode dan frekuensi
pemberian
d. Tingkat ketaatanpasien terhadap regimen obat yang diresepkan
e. Interaksi obat-obat; obat-makanan, obat-penyakit obat-data lab
f. Efek samping obat dan efek merugikan lain akibat penggunaan obat
g. Interaksi alergi
Efek yang tidak diharapkan yang berkaitan dengan obat (Drug Related
Problem DRP) harus dimonitor, dicatat pada rekam medik pasien dan
jikatermasuk dalam kriteria KTD (Kejadian Tidak Diharapkan), KNC
(Kejadian NyarisCedera) harus dilaporkan menggunakan form yang ditetapkan
oleh RS Bhayangkara TK.III Jayapura segera setelah kejadian diidentifikasi
(maksimal 2 x 24 jam). Apoteker berkolaborasi dengan perawat (selama jumlah
apoteker klinik diruang perawatan belum memenuhi standar) bertanggung
jawab melakukanproses monitoring, pencatatan dan pelaporan KTD, KNC.
Laporan KTD, KNCsecara periodik dianalisa dan diambil tindakan perbaikan
sistem untukmeminimalkan angka kejadian.
BAB IV
TATA HUBUNGAN KERJA
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
Setiap kegiatan yang dilakukan Komite Farmasi dan Terapi dilakukan monitoring setiap
bulan dan dilakukan pendokumentasian dalam bentuk data pencatatan berupa laporan
bulanan, atau laporan tahunan. Penulisan obat di luar formularium , kejadian efek
samping obat, penggunaan obat emergency dilakukan monitoring, pencatatan dan
pelaporan setiap bulan kepada Direktur RS Bhayangkara TK.III Jayapura.
Ealuasi kinerja KFT dilakukan setiap satu tahun sekali dalam rapat KomiteFarmasi dan
Terapi (KFT)
BAB VII
PENUTUP
Pedoman kerja Komite Farmasi dan Terapi (KFT) ini disusun agar menjadi acuan untuk
kegiatan KFT dalam semua proses penggunaan obat di seluruh bagian rumah sakit
sesuaistandar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit dan standar manajemen Pelayanan
Kefarmasian dan Penggunaan obat (PKPO). Pelaksanaan dari setiap hal yang diatur
dalam pedoman ini dilakukan dalam koordinasi dengan bagian lain, antara lain Instalasi
Farmasi, Komite Medis, Bidang Pelayanan Medis, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat
Inap, Instalasi Kamar Bedah, Instalasi Gawat Darurat, Bidang Keperawatan dan Bagian
Rekam Medis