DI INSTALASI FARMASI
Disusun Oleh :
KOTA BANJARBARU
2019
KEPUTUSAN DIREKTUR
TENTANG
MEMUTUSKAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Recall obat adalah penarikan obat yang dilakukan perusahaan obat atau
BPOM terhadap produk yang beredar di pasaran dikarenakan adanya penyimpangan.
Penyimpangan tersebut berkenaan dengan tidak terpenuhinya kriteria yang
ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI selaku otoritas
Pengawas Obat dan Makanandi Indonesia. Sesuai denganPeraturan Kepala Badan
Pengawas Obat danMakanan Republik Indonesia Nomor HK.04.1.33.12.11.00938
Tahun 2011tentang Kriteria dan Tatacara Penarikan Obat yang Tidak Memenuhi
Standar dan/atau Persyaratan, penarikan dilakukan jika obat yang sudah dipasarkan
tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
dengan standaratau persyaratan berupakeamanan, khasiat, mutu dan penandaan.
Perlu diketahui bahwa sebelum obat dipasarkan, terlebih dahulu perusahaan
yang memproduksi obat bersangkutan harus memastikan keamanan, indikasi, serta
efek samping lainnya. Tentu saja semua tahapan tersebut sangat ketat, membutuhkan
waktu yang lama serta biaya yang sangat besar. Bahkan bila semua tahapan itu sudah
dilewati, bukan berarti obat ‘sudah selesai melewati ujian’.Obat tetap akan diawasi
oleh produsen, distributor hingga konsumen sendiri. Di dalam dunia farmasi,
pengawasan obat setelah dipasarkan ini disebut Post Marketting Drug Surveilance.
Dalam hal pengawasan tersebut, produsen obat secara berkala harus memberikan
laporan kepada BPOM terkait keamanan, khasiat dan kualitas obat yang diproduksi
dan dipasarkan. Selain itu, distributor obat harus memastikan legalitas obat berupa
ketentuan pemberian dan persyaratan resep dari dokter.Bisa dibayangkan betapa
rumit nya proses produksi obat mulai dari pembuatan hingga sampai ke tangan
konsumen.
RUANG LINGKUP
a. Penarikan kelas I
Merupakan penarikan terhadap obat yang apabila digunakan dapat
menyebabkan efek serius terhadap kesehatan yang berpotensi menyebabkan
kematian.
Penarikan kelas 1 sebagaimana yang dimaksud tidak terbatas pada obat – obat
yang :
- Obat yang telah memiliki izin edar yang tidak memenuhi persyaratan
keamanan
- Obat yang terkontaminasi mikroba pada sediaan injeksi dan obat tetes
mata
- Obat yang terkontaminasi kimia menyebabkan efek serius terhadap
kesehatan
- Obat yang labelnya tidak sesuai dengan kandungan dan/atau kekuatan zat
aktif
- Ketercampuran obat dalam lebih dari satu wadah
- Kandungan zat aktif salah dalam obat multikomponen yang menyebabkan
efek serius terhadap kesehatan.
b. Penarikan kelas II
Merupakan penarikan terhadap obat yang apabila digunakan dapat
menyebabkan penyakit atau pengobatan keliru yang efek nya bersifat
sementara terhadap kesehatan dan dapat pulih kembali.
Penarikan kelas II sebagaimana yang dimaksud tidak terbatas pada obat-obat
yang :
- Labelnya tidak lengkap atau salah cetak
- Brosur atau leafleetnya salah informasi atau tidak lengkap
- Terkontaminasi mikroba pada sediaan obat non steril
- Terkontamniasi kimia atau fisika (zat pengotor yang melebihi batas,
kontaminasi silang)
- Tidak memenuhi spesifikasi keseragaman kandungan, keragaman bobot,
uji disolusi, uji potensi, kadar pH, pemerian, kadar air atau stabilitas.
- Kadaluwarsa
Penarikan dapat berupa penarikan terhadap satu, beberapa atau seluruh batch obat.
Obat yang tidak memenuhi standard atau persyaratan yang telah ditarik dari
peredaran harus dilakukan pemusnahan.
Obat
Kemasan dan label
Tujuan pemusnahan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak
memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standard yang berlaku. Adanya pemusnahan
akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadi penggunaan
obat yang sub standard.
Pemusnahan obat yang tidak memenuhi standard atau persyaratan harus dibuatkan
berita acara pemusnahan dan membuat laporan pelaksanaan pemusnahan kepada
kepala Badan POM.
Berita acara pemusnahan paling sedikit memuat keterangan mengenai :
TATA LAKSANA