Anda di halaman 1dari 23

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA


Jl. Raya Bawang Km. 08 Banjarnegara
Telp. Pel. (0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax (0286) 597015
Website : rsibanjarnegara.com, Email : rsi_banjarnegara@yahoo.co.id

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA


Nomor : 4536 / Per / RSIB / XII/ 2021
Tentang
PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Bismillahirrohmanirrohim
Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Islam Banjarnegara sebagai institusi yang bergerak di bidang
pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan pelayanan yang bermutu.
b. bahwa untuk meningkatkan mutu Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit perlu
dilakukan revisi terhadap Kebijakan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Islam
Banjarnegara.
c. bahwa untuk maksud tersebut di atas perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Farmasi
di Rumah Sakit.
7. Permenkes No.3 Tahun 2015 tentang 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekusor Farmasi
8. Peraturan Pemerintah RI No.74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun
9. Surat Keputusan Menteri kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
10. Surat Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor 445/1181 tahun 2016 tentang Surat
Ijin Operasional Rumah Sakit Umum Kelas D.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
TENTANG PELAYANAN FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Pertama : Mencabut Surat Keputusan Nomor : 290/Per/RSIB/III/2019 tentang Peraturan
Kebijakan Pelayanan Unit Farmasi Rumah Sakit Islam Banjarnegara

Kedua : Mengesahkan Kebijakan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Islam Banjarnegara


sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini

Ketiga : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Peraturan ini dibebankan kepada
anggaran belanja Rumah Sakit Islam Banjarnegara

Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam Peraturan ini, akan diadakan perbaikan dan perubahan sebagaimana
mestinya.
Di tetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 15 Desember 2021
Direktur

dr. Agus Ujianto., M.Si. Med. Sp. B


Tembusan Yth :
1. Kabid. Pelayanan
2. Kasubid YanJangmed
3. Unit pelayanan terkait
l. Kebijakan formularium :
1) Obat yang dikeluarkan dari daftar Formularium adalah obat -obat yang tidak mutasi minimal 6
bulan
2) Obat yang masuk dalam daftar formularium adalah obat – obat yang mendapatkan
rekomendasi dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan disetujui oleh Direktur, per item
obat formularium maksimal terdiri dari generik dan non generik (brand).
3) Obat yang masuk formularium adalah obat yang memenuhi 6 kriteria :
a. Terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines), dibutuhkan
untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan harga yang terjangkau. Memiliki
kualitas yang memadai termasuk bioavaibitilas.
b. Memiliki rasio biaya-manfaat yang paling menguntungkan bagi pasien dilihat dari total
biaya perawatan baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung.
c. Meningkatkan kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
d. Diutamakan obat yang sudah dikenal baik dengan profil farmakokinetik yang baik dan
dibuat di dalam negeri oleh perusahaan farmasi yang sudah memiliki sertifikat CPOB/GMP
dengan sertifikasi A dan B dan terikat kontrak dengan rumah sakit.
e. Praktis dalam proses pengadaan, penyimpanan, penggunaan dan penyerahan.
f. Diutamakan obat esensial dan senyawa tunggal.
g. Kriteria obat yang dapat dikeluarkan dari formularium :
i. Death stok : adalah obat yang tidak digunakan selama 3 – 6 bulan berturut-turut.
ii. Slow moving : adalah obat sangat jarang digunakan
iii. Obat dengan harga relatif mahal.
h. Apabila terjadi efek samping obat, dibuat laporan kepada Panitia Farmasi dan Terapi.
i. Formularium rumah sakit dievaluasi setiap 1 tahun dan monitoring penggunaan obat baru
beserta efek samping disampaikan dalam agenda rapat tahunan formularium. Monitoring
obat baru jika dalam waktu 3 (tiga) bulan tidak mutasi dan banyak temuan pelaporan efek
samping obat maka obat baru tersebut dikeluarkan dalam formularium.
j. Apabila terjadi efek samping obat , dibuat laporan kepada Panitia Farmasi dan Terapi.
k. Usulan penambahan obat atau alkes dalam formularium oleh dokter harus ditelaah oleh
Panitia Farmasi dan Terapi dan mendapat rekomendasi sebelum disetujui oleh Direktur.
l. Pembelian obat dan alat kesehatan dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi sesuai
pengajuan dari gudang dan disetujui oleh Supervisor dan Kepala Bidang penunjang medis
m. Daftar pembelian dilaporkan secara berkala kepada direktur,
n. Verifikasi daftar pembelian dapat dilakukan secara elektronik dan secara manual
o. Klaim faktur kekeuangan harus dilengkapi copy sp, faktur pajak dan kontra bon
p. Kelengkapan administrasi dilakukan oleh distributor,
q. Faktur yang akan klaim ke keuangan di cek oleh Kepala Instalasi Farmasi dan diverifikasi
oleh supervisor Instalasi Farmasi
3. Penyimpanan
a. Penyimpanan perbekalan farmasi harus pada ruang yang bersih, aman dan disesuaikan
dengan stabilitas produk terhadap suhu atau cahaya.
b. Penyimpanan obat-obatan (obat hight risk, HAM & NORUM, Narkotika/ Psikotropika,
Elektrolit Konsentrat), B3, Gas medis, nutrisi, reagen di bawah pengawasan langsung dari
farmasi. Nutrisi seperti susu yang sudah disediakan oleh Farmasi kemudian didistribusikan
ke Gizi, terdokumentasi.
c. Obat-obat emergency dapat disimpan di Instalasi Rawat Inap termasuk HCU, Instalasi
Kamar Operasi dan Instalasi Gawat Darurat, dan dilakukan monitoring oleh farmasi
minimal setiap 1 bulan sekali. Isi emergency bag disesuaikan dengan standar masing-
masing instalasi. Obat emergency dipisahkan dari obat lain dan hanya digunakan saat
emergency.
d. Persediaan obat emergency dalam troly / tas / kit dipastikan tersegel dengan segel yang
mudah dibuka dan mempunyai nomor seri.
e. Obat emergency yang sudah digunakan segera diganti lagi minimal dalam waktu 2 jam.
Permintaan narkotika ditulis dan ditandatangani oleh dokter yang berwenang.
f. Obat-obat dengan konsentrat tinggi seperti KCl 25 cc, NaCl 3%, MgSO 4 40 %, Dextrose
40%, Meylon (Natrium Bicarbonat) tetap disimpan di farmasi kecuali untuk HCU, UGD,
VK dan OK. Penyimpanan obat tersebut harus dipisahkan dengan obat lain. Penyimpanan
diluar Farmasi di monitor di awasi oleh Apoteker/ Tenaga Teknis Kefarmasian.
g. Obat dan alkes dengan penyimpanan dan perlakuan khusus hanya disimpan di Farmasi.
Obat narkotika/ anastesi yang digunakan di Instalasi Gawat Darurat , Instalasi Kamar
operasi, dan VK setelah digunakan dikembalikan ke Farmasi. Daftar obat dan alkes untuk
Instalasi Bedah, kebutuhan Poli Bedah, Poli Umum, IGD, Poli Urologi, Poli Kebidanan
disusun dalam box obat dengan daftar dan jumlah minimal obat dan alkes pemakaian satu
hari. Setelah selesai pelayanan box obat dan alkes dikembalikan ke Farmasi. Pengecekan
box obat dan alkes dilakukan setiap hari.
h. Penyimpanan perbekalan farmasi dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan jenisnya,
suhu dan stabilitasnya, mudah dan tidaknya terbakar, tahan atau tidaknya terhadap cahaya
yang disusun secara alfabetis dengan urutan penggunaan metode FEFO (First Expired First
Out) dan FIFO (First In First Out) termasuk sediaan di tas emergency.
i. Penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan suhu penyimpanan dibedakan menjadi :
 Suhu ruangan, dibawah 25C (dilengkapi AC dan pengontrol suhu)
 Suhu dingin, 2 – 8 C (lemari es, lemari vaksin dengan pengontrol suhu)
j. Penyimpanan Bahan Beracun Berbahaya (B3) di tempatkan pada tempat khusus dan diberi
label sesuai jenis dan sifatnya. Label memuat informasi tentang nama obat/ bahan kimia,
peringatan (awas mudah terbakar, beracun, korosif) dan tanggal expired, bila bahan obat
sudah diencerkan diberi label tanggal kegiatan pengenceran bahan tersebut.
k. Narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari dengan kunci ganda. Kunci disimpan
oleh dua petugas farmasi yang berbeda, yang saat itu berjaga, untuk menjamin
keamanannya.
l .Tersedia pengontrol suhu di setiap ruangan atau lemari penyimpanan obat yang dimonitor
secara berkala dan disupervisi oleh petugas yang ditunjuk.
m .Sampel obat donasi (bantuan) didistribusikan atas resep dokter, dan penggunaannya hanya
sampai persediaan obat donasi tersebut habis.
n .Rumah Sakit Islam Banjarnegara menerima bantuan perbekalan farmasi dari Dinas
Kesehatan berupa : Vaksin, Obat TB, Obat Malaria, obat HIV dan perlengkapan KB.
Perbekalan farmasi ini dimanfaatkan secara maksimal dirumah sakit dengan batas waktu
kadaluwarsa perbekalan farmasi minimal 6 bulan dari kadaluwarsa yang tertera dikemasan
perbekalan farmasi tersebut. Perbekalan farmasi bantuan dari dinas kesehatan di simpan di
farmasi sesuai dengan stabilitas penyimpanan.
o .Obat / bahan kimia yang digunakan untuk menyiapkan obat harus diberi label yang jelas
meliputi : isi, tanggal kadaluwarsa, dan peringatan.
p. Penarikan perbekalan farmasi dari emergency bag minimal 3 bulan dari tanggal kadaluwarsa
yang tertera dikemasan perbekalan farmasi.
q .Penarikan perbekalan farmasi oleh PBF direspon oleh bagian farmasi dengan menyerahkan
perbekalan farmasi yang dimaksud serta melakukan pelacakan diseluruh unit yang terkait
yang dimungkinkan menyimpan / menggunakan perbekalan farmasi tersebut. Biaya yang
timbul dari proses penarikan perbekalan farmasi dibebankan oleh PBF.
r. Perbekalan farmasi yang sudah kadaluwarsa tidak boleh digunakan.
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA


Jl. Raya Bawang KM .8 BANJARNEGARA
2022

I
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Jl. Raya Bawang Km. 08 Banjarnegara
Telp. Pel. (0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax (0286) 597015
Website : rsibanjarnegara.com, Email :rsi_banjarnegara@yahoo.co.id

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA


Nomor : 291.C/ Per / RSIB / I / 2022
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA

Bismillahirrohmanirrohim
Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Islam Banjarnegara sebagai institusi yang bergerak
di bidang pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan pelayanan
yang bermutu.
b. bahwa untuk meningkatkan mutu Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
perlu dilakukan revisi terhadap Kebijakan Pelayanan Farmasi Rumah
Sakit Islam Banjarnegara.
c. bahwa untuk maksud tersebut di atas perlu ditetapkan dengan
Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang - Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika;
4. Undang - UndangRepublik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.72 tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
7. Permenkes No.3 Tahun 2015 tentang 2015 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan
Prekusor Farmasi
8. Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun.
9. Surat Keputusan Menteri kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
10. Surat Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor 445/01/2021 tentang
perpanjangan operasional Rumah Sakit Islam Banjarnegara
11. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
133/SK/RSIB/I/2020 tentang Peberlakuan Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Islam Banjarnegara;
12. Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
132/SK/RSIB/I/2020, tentang Pemberlakuan Penetapan Pejabat Struktural
Rumah Sakit Islam Banjarnegara;

II
MEMUTUSKAN
:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM
BANJARNEGARA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Kesatu : Mencabut Surat Keputusan Nomor : 1199/Per/RSIB/V/2020 tentang
Pedoman Pelayanan Unit Farmasi Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Kedua : Mengesahkan Pedoman Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Islam
Banjarnegara sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini
Ketiga : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Peraturan ini
dibebankan kepada anggaran belanja Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam Peraturan ini, akan diadakan perbaikan dan
perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : Januari 2022
Direktur

dr. Agus Ujianto., M.Si. Med. Sp. B

III
C. Penyimpanan
1. Setelah barang diterima di instalasi Farmasi maka dilakukan penyimpanan sebelum
dilakukan pendistribusian. Penyimpanan perbekalan farmasi harus mampu menjamin
kualitas dan keamanan perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
2. Ruang penyimpanan obat harus terkunci untuk menjamin kemaanan dan mengurangi
risiko kehilangan obat.
3. Ruang penyimpanan harus bersih dan bebas dari binatang pengganggu.
4. Seluruh tempat penyimpanan obat harus dilakukan pengecekkan secara berkala setiap
satu bulan sekali.
5. Penyimpanan perbekalan farmasi disusun dengan sistem FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out) yaitu barang yang datang terlebih dahulu dan atau
kadaluwarsa terdekat dikeluarkan dahulu.
6. Semua perbekalan farmasi disimpan berdasarkan:
i. Stabilitas terhadap suhu
ii. Sifat bahan dan aturan khusus
iii. Bentuk dan jenis sediaan
7. Penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan suhu penyimpanan dibedakan menjadi:
i. Suhu ruangan, dibawah 25C (dilengkapi AC dan pengontrol suhu)
ii. Suhu dingin, 2 – 8C (lemari es dengan pengontrol suhu)
8. Tersedia pengontrol suhu di setiap ruangan atau lemari penyimpanan obat yang
dimonitor secara berkala dan disupervisi oleh petugas yang ditunjuk.
9. Penyimpanan perbekalan farmasi berdasar sifat bahan dan aturan khusus
 Bahan mudah terbakar (sesuai Pedoman Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun).
 Bahan Berbahaya dan Beracun (sesuai pedoman pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun)
 Narkotika :
 Narkotika disimpan pada lemari dengan kunci ganda. Kunci disimpan oleh dua
petugas farmasi yang berbeda, yang saat itu berjaga, untuk menjamin
keamanannya.
 Narkotika di gudang farmasi disimpan di dalam lemari penyimpanan dengan kunci
ganda yang dibawa oleh Kepala gudang farmasi dan petugas gudang farmasi.
 Petugas farmasi yang ditunjuk atau yang didelegasikan dengan tepat harus
menyimpan atau menjaga kunci lemari narkotika, selama petugas tersebut tidak
ada di pelayanan farmasi maka harus menyerahkan kepada petugas yang ditunjuk.
 Setiap pergantian shift petugas yang memegang kunci narkotika melakukan serah
terima dengan petugas berikutnya dan mencatat dalam buku serah terima kunci
lemari narkotik. mj
 Psikotropika disimpan pada lemari terpisah dan terkunci. Kunci dibawa oleh
petugas farmasi yang ditunjuk. Setiap pergantian shift petugas yang memegang
kunci psikotropika melakukan serah terima dengan petugas berikutnya dan
mencatat dalam buku serah terima kunci lemari psikotropika.

17
viii. Aturan pakai obat, yang berupa:
1. Frekuensi penggunaan
2. Jika obat diresepkan p.r.n (pro renata) maka ditulis jika perlu dan indikasinya,
serta dosis maksimal boleh digunakan.
3. Waktu minum obat (pagi/siang/sore/malam), jika ada ketentuan khusus
4. Sebelum/bersama atau tanpa/sesudah makan
5. Informasi tambahan seperti “dapat menyebabkan mengantuk”
6. Informasi jarak minum obat (misal: tiap 8 jam) untuk obat- obat tertentu seperti
antibiotik dan obat indeks terapi sempit.
7. Informasi cara penggunaan (misal : dimasukkan ke dalam anus)
8. Informasi “Kocok Dahulu” untuk obat-obat sediaan cair
y. Obat racikan hanya diberikan untuk dosis obat yang tidak tersedia pada obat jadi atau untuk
meningkatkan kepatuhan pasien.
z. Obat yang telah selesai disiapkan dan diberi label, harus dipastikan kesesuaian dengan
resep yang telah dilakukan telaah dan disipakan dengan memperhatikan aspek aspek 5
benar : benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute/cara pemberian, dan benar waktu
pemberian
aa. Obat-obat disiapkan sesuai waktu yang ditargetkan, yaitu:
 Resep non racikan kurang dari 20 menit
 Resep racikan kurang dari 40 menit
 Waktu penyiapan obat dievaluasi setiap bulan dengan target kesesuaian dispensing
time sebesar 95%.
ab. Penggunaan narkotika dan psikotropika dilaporkan secara akurat kepada Direktorat
Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan secara online melalui program SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narikotika dan Psikotropika)

F. PemberianObat
1. Pemberian obat kepada pasien dilakukan oleh Apoteker
2. Sebelum obat diberikan dilakukan dengan melakukan telaah obat secara syariah dengan
melihat nama obat di resep, apabila ada nama obat yang termasuk “mengandung unsur
haram babi dan turunannya, n ” maka petugas Farmasi (Apoteker) menelpon ke Dokter
untuk meminta ijin memberikan persetujuan pemberian obat dengan Informed
Consent ke pasien rawat inap dan rawat jalan.
3. Dalam hal petugas farmasi (Apoteker) tidak dapat memberikan obat, maka pemberian
obat didelegasikan kepada tenaga medis / dokter, tenaga keperawatan, fisioterapis dan
radiografer.
4. Rumah sakit mengidentifikasi petugas tersebut di atas melalui :
 Surat ijin praktek
 Uraian jabatan
 Surat Penugasan Klinik
 Standing order/pendelegasian kewenangan sesuai keperluan
5. Petugas farmasi yang boleh memberikan obat kepada pasien adalah apoteker dan TTK
yang berkompeten.
6. Fisioterapis yang boleh memberikan obat (topikal dan inhalasi) hanya petugas yang
berkompeten.
7. Radiografer yang boleh memberikan obat (kontras media) hanya petugas yang
berkompeten.
8. Hanya dokter spesialis yang mendapat hak istimewa yang boleh memberikan obat-
obatan melalui epidural dan intrathecal.

27
PENYIMPANAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :

Rumah Sakit A/01/O/011 02 1/1


Islam
Banjarnegara
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
Direktur
Standar Prosedur 20 Januari 2022
Operasional

dr. Agus Ujianto M.Si.,Med. Sp.B


Pengertian Kegiatan untuk menyimpan narkotika dan psikotropika di gudang
Farmasi
Tujuan Narkotika dan psokotropika tersimpan di gudang dengan baik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Kebijakan Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor:
4536/Per/RSIB/XII/2021 tentang Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
Islam Banjarnegara
Prosedur 1. Petugas gudang memasukkan barang yang baru datang ke
dalam lemari narkotika dan psikotropika dengan prinsip FIFO
(First in first out) atau FEFO (first expired first out) dan
dilabeli HAM
2. Mencatat barang yang baru datang pada kartu stok dan
mencatat sisa stok yang ada.
3. Obat Narkotika dan Psikotropika yang belum di label HAM di
simpan di box container karantina
4. Disimpan pada lemari dengan kunci ganda
5. Kunci disimpan oleh 2 petugas yang saat itu berjaga, untuk
menjamin keamanannya.

Unit Terkait Instalasi Farmasi


PENCATATAN RESEP NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA

Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :


Rumah Sakit
Islam A/01/O/004 02 1/1
Banjarnegara
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
Direktur
Standar Prosedur 20 Januari 2022
Operasional

dr. Agus Ujianto, M.Si.,Med. Sp.B


Pengertian Kegiatan pencatatan resep Rawat Jalan atau Rawat Inap yang
mengandung narkotika atau Psikotropika.
Penggunaan obat yang mengandung narkotika atau psikotropika
Tujuan
dicatat untuk memudahkan pelaporan.
Kebijakan Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
4536/Per/RSIB/XII/2021 Tentang Pelayanan Farmasi Rumah
Sakit Islam Banjarnegara
Prosedur 1. Resep obat yang mengandung narkotika atau psikotropika
diberi tanda dengan memberi garis berwarna merah di
bawah tulisan obat narkotika atau psikotropika tersebut.
2. Mencatat nama pasien, alamat, nama dokter dan jumlah obat
yang dikeluarkan pada buku pencatatan narkotika dan
psikotropika yang tersedia sesuai dengan nama obat yang
dikeluarrkan.
3. Menuliskan sisa stok pada buku.
Unit Terkait Instalasi Farmasi
FOTO LEMARI PENYIMPANAN NAPZA

Anda mungkin juga menyukai