Anda di halaman 1dari 8

PERENCANAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :

A/13/0/1017 0 1/1
Rumah Sakit
Islam
Banjarnegara

Tanggal Terbit : Ditetapkan,


Direktur
Standar Prosedur 07 Juni 2022
Operasional

dr. Agus Ujianto M.Si.,Med. Sp.B


Pengertian Perencanaan merupakan kegiatan untuk merencanakan kebutuhan obat
dan alat kesehatan yang akan disusun
Tujuan
1. Sebagai acuan untuk bagian pengadaan obat dan alat kesehatan
2. Memperoleh sediaan farmasi dan perbekalan kesehatn yang
dibutuhkan dengan harga kompetitif,mutu baik,
Kebijakan 1. SK direktur RSIB No.033/SK/RSIB/1/2014 tentang pedoman
manajemen program kerja dan anggran RSIB
2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor:
4536/Per/RSIB/XII/2021 tentang Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
Islam Banjarnegara
Prosedur 1. Perencanaan pengadaan obat dan alat kesehatan baru
 Instalasi farmasi merekap daftar obat yang telah direncanakan
dan masuk dalam formularium yang berlaku oleh panitia farmasi
dan terapi (PFT)
 Instalasi farmasi membuat daftar pemasok obat dan alat kesehatan
atau pedagang besar farmasi (PBF)
 Instalasi farmasi mengidentifikasi kebutuhan sediaan farmasi dan
perbekalan farmasi
 Instalasi farmasi membuat draf rencana anggaran dan belanja obat
dan alat kesehatan dan jumlah yang direncanakan.
 Draf rencana anggaran dan belanja obat dan alat kesehatn ditanda
tangani kepala instalasi farmasi dan difinalisasi kepala bidang
penunjang medic
 Draf anggaran dan rencana obat dan alat kesehatan diserahkan ke
kasubag perencanaan anggaran, akuntansi keuangan dan
pendapatan
2. Draf rencana anggaran dan belanja obat dan alkes selanjutnya akan
dilakukan finalisasi oleh ka.bag dan kabid bersama Direktur
3. Legalisasi rencana anggaran dan belanja obat dan alkes dilakukan
oleh direktur dan yayasan
4. Setelah mendapat hasil legalisasi, tim pengadaan dan supervisor
instalasi farmasi akan bertemu dengan Med Rep
5. Masing masing Med Rep memberikan SPH dengan menggunakan
amplop tertutup
6. Bagian keuangan dan tim pengadaan akan memverifikasi SPH dan
menetapkan obat dan alat kesehatan dari PBF mana yang akan
digunakan
7. Atas dasar SPH yang dipilih tersebut kemudian tim pengadaan akan
membuat surat pesanan Tim pengadaan kemudian akan menghubungi
PBF
Unit Terkait 1. Panitia farmasi dan terapi(PFT)
2. Keuangan
3. Tim pengadaan
4. Instalasi farmasi
PENGADAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT
KESEHATAN HABIS PAKAI MELALUI PEMBELIAN DI
APLIKASI E PURCHASING

Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :


RUMAH SAKIT ISLAM
BANJARNEGARA A/01/O/031 02 1/1

Tanggal Terbit : Ditetapkan,


DIREKTUR
Standar Prosedur 20 Januari 2022
Operasional

dr. Agus Ujianto., M.Si.Med.Sp.B


Kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan perbekalan farmasi
Pengertian
melalui pembelian
Mendapatkan perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan di
Tujuan
RSI Banjarnegara
Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
Kebijakan 4536/Per/RSIB/XII/2021 tentang Pelayanan Farmasi Rumah
Sakit Islam Banjarnegara
Prosedur 1. Catat perbekalan farmasi yang dibutuhkan oleh petugas
gudang farmasi
2. Serahkan catatan kebutuhan perbekalan farmasi kepada kepala
instalasi farmasi
3. Buat surat pesanan ke distributor resmi yang masuk dalam
kontrak sesuai dengan kebutuhan oleh kepala instalasi farmasi,
apabila kepala instalasi farmasi tidak ada di tempat maka surat
pesanan ditulis oleh staf gudang pada surat pesanan yang
sudah ditandatangani oleh kepala instalasi farmasi (untuk
narkotika/psikotropika), untuk obat bebas/ alkes bisa
dilakukan oleh staf gudang.
4. Serahkan surat pesanan ke distributor melalui salesman yang
datang ke RSI Banjarnegara
5. Tanyakan kembali ke distributor apabila dalam waktu tiga hari
pesanan belum datang
6. Hubungi distributor lain apabila pada distributor sebelumnya
terjadi kekosongan barang
Unit Terkait Instalasi Farmasi
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Jl. Raya Bawang Km. 8 Banjarnegara
Telp. Pely. (0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax. (0286) 597015
Website. rsibanjarnegara.com, Email : rsi_banjarnegara@yahoo.co.id

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA


Nomor : 1336 /Per/RSIB/IV/2022
TENTANG
PANITIA FARMASI DAN TERAPI
DI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Bismillairrohmanirrohim
Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Islam Banjarnegara sebagai institusi yang bergerak di bidang
pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan pelayanan yang bermutu
b. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Islam Banjarnegara
perlu adanya Kebijakan Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
c. bahwa untuk maksud tersebut di atas perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur
Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Mengingat

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit.
4. PeraturanMenteri Kesehatan RI Nomor: 1951/MENKES/PER/VII/2011 tentang Keselamatan
Pasien di Rumah Sakit.
5. Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor : 002/SK/YRSIBA/I/2019
tentang Pengangkatan dr. Agus Ujianto, Msi, med, Sp.B sebagai Direktur Rumah Sakit Islam
Banjarnegara.
6. Surat Keputusan Disnaker DMPTSP Nomor :445/01/ tahun 2021 tentang perpanjangan izin
operasional Rumah Sakit Islam Banjarnegara.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA TENTANG


PANITIA FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Kesatu : Mengesahkan Kebijakan Pelayanan Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Islam
Banjarnegara sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini.
Kedua : Segala biaya administrasi yang timbul terkai dengan Keputusan ini dibebankan pada Anggaran
belanja RSI Banjarnegara
Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan dan perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 27 April 2022

dr. Agus Ujianto, M.Si., Med., Sp.B

Tembusan kepada Yth:


1. Tim PFT
2. Arsip
3. Farmasi memiliki kewenangan untuk melakukan switching obat sesuai dengan yang
ditetapkan direktur yaitu 1 hari obat paten dan selanjutnya obat generik
4. Kebijakan formularium :
a. Obat yang dikeluarkan dari daftar Formularium adalah obat -obat yang tidak mutasi
minimal 6 bulan
b. Obat yang masuk dalam daftar formularium adalah obat – obat yang mendapatkan
rekomendasi dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan disetujui oleh Direktur, per
item obat formularium maksimal terdiri dari generik dan non generik (brand).
Obat yang masuk formularium adalah obat yang memenuhi 6 kriteria :
1) Terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidencebasedmedicines),
dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan harga yang
terjangkau. Memiliki kualitas yang memadai termasuk bioavaibitilas.
2) Memiliki rasio biaya-manfaat yang paling menguntungkan bagi pasien dilihat
dari total biaya perawatan baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung.
3) Meningkatkan kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
4) Diutamakan obat yang sudah dikenal baik dengan profil farmakokinetik yang
baik dan dibuat di dalam negeri oleh perusahaan farmasi yang sudah memiliki
sertifikat CPOB/GMP dengan sertifikasi A dan B dan terikat kontrak dengan
rumah sakit.
5) Praktis dalam proses pengadaan, penyimpanan, penggunaan dan penyerahan.
6) Diutamakan obat esensial dan senyawa tunggal.
7) Kriteria obat yang dapat dikeluarkan dari formularium :
1. Death stok : adalah obat yang tidak digunakan selama 3 – 6 bulan berturut-
turut.
2. Slowmoving : adalah obat sangat jarang digunakan
3. Obat dengan harga relatif mahal.
8) Apabila terjadi efek samping obat, dibuat laporan kepada Panitia Farmasi dan
Terapi.
9) Formularium rumah sakit dievaluasi setiap 1 tahun dan monitoring penggunaan
obat baru beserta efek samping disampaikan dalam agenda rapat tahunan
formularium. Monitoring obat baru jika dalam waktu 3 (tiga) bulan tidak mutasi
dan banyak temuan pelaporan efek samping obat maka obat baru tersebut
dikeluarkan dalam formularium.
10) Apabila terjadi efek samping obat , dibuat laporan kepada Panitia Farmasi dan
Terapi.
11) Usulan penambahan obat atau alkes dalam formularium oleh dokter harus
ditelaah oleh Panitia Farmasi dan Terapi dan mendapat rekomendasi sebelum
disetujui oleh Direktur pada akhir tahun.
12) Pembelian obat dan alat kesehatan diajukan oleh Kepala Instalasi Farmasi sesuai
pengajuan dari gudang dengan mengacu pada Rencana Anggaran Belanja (RAB)
tahunan dan disetujui oleh Supervisor dan Kepala Bidang penunjang medis.

Anda mungkin juga menyukai