Anda di halaman 1dari 43

FOTO PENYIMPANAN CLINIMIX

PENYIMPANAN B3
PENYIMPANAN VAKSIN
PENYIMPANAN REAGEN RADIOLOGI
PENYIMPANAN VAKSIN

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

Rumah Sakit Islam A/01/O/079 1 1/1


Banjarnegara

Tanggal Terbit : Ditetapkan,


Direktur
Standar Prosedur
10 Maret 2022
Operasional
dr. Agus Ujianto,M.Si, Med, Sp.B

Pengertian
Prosedur yang dilakukan dalam penyimpanan vaksin
Tujuan
Menjamin vaksin disimpan sesuai persyaratan dan ketentuan
yang berlaku

Kebijakan Peraturan Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :


4536/Per/RSIB/XII/2021 tentang Pedoman Pelayanan Farmasi

Prosedur 1. Jaga pintu agar selalu tertutup, hindari sering membuka dan
menutup chiller
2. Lakukan pengecekan suhu dengan mengunakan termometer
3 x sehari (pukul 08.00, 12.00, 16.00), catat pada form
pemantauan suhu
3. Jika suhu sudah stabil antara 2-8 ˚C, posisi termostat jangan
diubah
4. Jika terdapat bunga es > 1 cm lakukan defrosting (pencairan
bunga es)
5. Saat pencairan, simpan vaksin untuk sementara di unit
penyimpanan lain dengan suhu yang sesuai

Unit Terkait Instalasi Farmasi


PENYIMPANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
(B3)

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


Rumah Sakit Islam
Banjarnegara A/13/0/1016 0 1/1

Tanggal Terbit : Ditetapkan,


Direktur

7 Juni 2022

Standar Prosedur
Operasional

dr. Agus Ujianto,M.Si, Med, Sp.B

Pengertian
Prosedur untuk menyimpan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Tujuan 1. Tersedianya prosedur penyimpanan B3 di RSI Banjarnegara
2. Terjaminnya keamanan penyimpanan B3( bahan berbahaya
dan beracun)
Kebijakan 1. Peraturan Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
4536/Per/RSIB/XII/2021 Tentang Pelayanan Farmasi
Rumah Sakit Islam Banjarnegara

Prosedur
1. Penyimpanan B3 dilakukan sesuai MSDS B3 yaitu di lemari
/ box khusus
2. Tempat penyimpanan B3 diberi label / simbol B3, MSDS
dan disediakan spill kit untuk menanggani apabila terjadi
tumpahan
3. Penyimpanan B3 berdasar sifat fisik dan kimia yang sama

Unit Terkait Semua unit pelayanan


PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI

Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :

Rumah Sakit A/01/O/013 02 1/1


Islam
Banjarnegara
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
Direktur
Standar Prosedur 20 Januari 2022
Operasional

dr. Agus Ujianto M.Si.,Med. Sp.B


Pengertian Kegiatan untuk menyimpan perbekalan farmasi di gudang
farmasi

Tujuan Perbekalan farmasi tersimpan di gudang dengan baik

Kebijakan Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor:


4536/Per/RSIB/XII/2021 tentang Pelayanan Farmasi Rumah
Sakit Islam Banjarnegara
Prosedur 1. Petugas gudang menerima perbekalan farmasi dari distributor
resmi sesuai dengan surat pesanan.
2. Cek kesesuaian faktur dengan : nama perbekalan yang
dikirim, No batch, ED produk, jumlah, cek stabilitas produk
jika perbekalan farmasi yang dikirim terpengaruh terhadap
stabilitas suhu.
3. Jika antara faktur dan kedatangan barang tidak sesuai segera
konfirmasi terhadap salesman/ retur langsung.
4. Simpan perbekalan farmasi sesuai stabilitas penyimpanannya.
5. Suhu ruang harus selalu menunjukkan suhu kamar 15ºC -
25ºC
6. Suhu lemari pendingin harus selalu menunjukkan suhu 2ºC -
8ºC
7. Apabila Suhu melebihi suhu tersebut di atas, atur AC dan /
atau lemari pendingin untuk menurunkan suhu.
8. Catat dalam kartu stock jumlah/ no batch/ ED perbekalan
farmasi yang diterima
Unit Terkait Farmasi, IGD, IBS, Unit Rawat Inap, ICU, Laboratorium, VK
PENYIMPANAN PRODUK NUTRISI

Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :


RUMAH SAKIT ISLAM A/01/0/030 01 1/1
BANJARNEGARA
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
DIREKTUR
20 Januari 2022
Standar Prosedur
Operasional

dr. Agus Ujianto, M.Si.,Med. Sp.B


Pengertian Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang
kurangterpenuhi kebutuhan nutrisinya melalui asupan makanan,
formula nutrisi bisa diberikan lewat oral, atau melalui tube ke
dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau
jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa
mesin.
Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan
nutrisi melalui intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian
pasien masih dapat di penuhi melalui enteral. Cairan yang
biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam
amino .
Menjamin kualitas produk nutrisi yang dipakai di Rumah Sakit
Tujuan
Banjarnegara
Kebijakan Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
4536/Per/RSIB/XII/2021 Tentang Pelayanan Farmasi Rumah
Sakit Islam Banjarnegara
Prosedur 1. Simpan produk nutrisi enteral sesuai petunjuk pada
kemasan asli dari produsen nutrisi
2. Simpan produk nutrisi parenteral buatan produsen sesuai
dengan petunjuk pada kemasan pabrik. Penyimpanan
nutrisi parenteral yang telah diambil dari kemasan luarnya
disimpan pada suhu di bawah 250C sampai tanggal
kadaluarsanya. Apabila sudah dibuka peal sealnya atau
sudah tercampur menjadi campuran biner maka dapat
disimpan selama 48jam pada suhu 250C atau selama 7 hari
pada suhu 4-80C
3. Nutrisi Parenteral yang mengandung lemak tidak boleh
disimpan lebih dari 24jam dalam suhu 2-80C
Unit Terkait Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Rawat Inap
PANDUAN
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN (B3)

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA

JL. Raya Bawang Km.8 Banjarnegara

2022
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Jl. Raya Bawang km. 8 Banjarnegara
Telp. Pely (0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax. (0286) 597015
Web. rsibanjarnegara.com, Email : rsi_banjarnegara@yahoo.co.id

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Nomor: 1383 / SK / RSIB / IV /2022
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Bismillahirrohmanirrohim

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengatur tata kerja dan tata kelola Bahan Berbahaya dan Beracun diperlukan Panduan
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
b. bahwa Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sudah ada dan perlu direvisi;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Islam Banjarnegara;

Mengingat : 1.Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;


2.Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4.Surat Keputusan Disnaker DMPTSP Nomor : 445/01/ tahun 2021 tentang Perpanjangan Izin Operasional
Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
5.Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor : 002/SK/YRSIBA/I/2019 tentang
Pengangkatan dr. Agus Ujianto, Ms. Si, Med, Sp. B sebagai Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
6.Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor : 021/SK/YRSIB/III/2022 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Islam Banjarnegara
7.Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara No. : 4536 / Per / RSIB / XII/ 2021 tentang Pelayanan
Farmasi Rumah Sakit Islam Bannjarnegara.

MEMUTUSKAN

Pertama : Mencabut Keputusan Nomor : 550/Per/RSIB/III/2019 tentang PPanduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) Rumah Sakit Islam Banjarnegara;
Kedua : Mengesahkan Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagaimana terlampir dalam
keputusan ini;
Ketiga : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkanya keputusan ini dibebankan kepada anggaran belanja Rumah Sakit
Islam Banjarnegara;
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini akan dilakukan perbaikan kembali sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Banjarnegara

Pada tanggal : 6 Mei 2022

Direktur,

dr. Agus Ujianto, M. Si, Med, Sp. B

Tembusan Yth.:

1. Kabag Tata Usaha


2. Kasubag Kesekretariatan
3. Arsip
-------------------------------------

II
DAFTAR ISI
Cover i

SK Pemberlakuan ii
DAFTAR ISI iii
BAB I DEFINISI 1

BAB II RUANG LINGGKUP ....................................................................................................... 3

A. Klasifikasi B3 ..........................................................................................................3
B. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Bahaya ............................................3
C. Pengaruh B3 terhadaap Kessehatan ........................................................................ 4

BAB III KEBIJAKAN .........................................................................................................15


BAB IV TATA LAKSANA ................................................................................................ 16

A. Label disertai Tanda-Tanda/Posster/Etiket ........................................................... 16


B. Prinsip Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beraacun .........................................17
C. Penanggulangan Kecelakaan dan Keadaan Darurat ..............................................18
D. Ancaman Bahan Berbahaya dan Beracun .............................................................18

BAB V DOKUMENTASI ...................................................................................................19

III
BAB I
DEFINISI

Sebagai dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang maka
produksi, distribusi dan penggunaan bahan berbahaya semakin meningkat jumlahnya
maupun jenisnya.
Penggunaan bahan berbahaya yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan
penanganannya dapat menimbulkan ancaman atau bahaya terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan.
Salah satu upaya untuk menghindarkan atau mengurangi resiko bahan berbahaya dan
beracun dilakukan melalui pemberian informasi yang benar tentang Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dan cara penanganannya.
A. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan
yang karena sifat dan konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan
atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta mahluk hidup lainnya;
B. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3;
C. Penyimpanan adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas dan
kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap lingkungan hidup,
kesehatan manusia, dan mahluk hidup lainnya;
D. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukan klasifikasi B3;
E. Label adalah uraian singkat yang menunjukan antara lain klasifikasi dan jenis B3.
F. MSDS (Material Safety Data Sheet)Yaitu lembar data keselamatan bahan-bahan
secara grafis besar harus memuat penjelasin-penjelasan antara lain :
1. Identifikasi dari bahan tersebut misalnya perusahaan dari supplier secara
mendetail, nama produk atau kodenya, penggunaannya, klasifikasi dari bahan.
2. Komposisi dan ciri-ciri fisik khusus dari bahan misalnya bentuk, warna, bau, titik
didih, titik uap, pH.
3. Informasi tentang bahaya bahan tersebut terhadap kesehatan.
4. Tata cara penanggulangan bahaya dan prosedur penggunaan yang benar dari
bahan.
5. Tata cara penyimpanan bahan dan penggunaan yang aman dari bahan.

1
G. Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang dibentuk dari
hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus hidroksil dengan
atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama; istilah ini meluas untuk berbagai hasil
pertukaran yang bereaksi netral dan mengandung satu atau lebih gugus alkohol
H. Kaporit dan Klorin adalah istilah yang digunakan untuk menyebut zat yang sama.
Kaporit adalah bahasa awam dari Kalsium hipoklorit yaitu senyawa klorin (Cl2) yang
banyak digunakan sebagai pemutih dan desinfektan. Klorin adalah unsur halogen
yang paling banyak terdapat dialam namun jarang ditemui dalam bentuk bebas.
I. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam
formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya ditambah
methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan
pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari
formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane,
Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde,
dan Formalith.
J. Hidrogen peroksida (H2O2) adalah cairan bening, agak lebih kental daripada air, yang
merupakan oksidator kuat
K. Chlorhexidine gluconate 4%
Adalah surgical scrub yang efektif membunuh bakteri gram positif dan negatif dan
virus
L. Aseptic gel
Adalah gel yang digunakan untuk hand rub dan mengandung alkohol 70%
M. Sofnolime
Adalah medical soda lime yang digunakan untuk menghilangkan karbon dioksida
dalam sistem anestesi
N. Metraclin
Pembersih dan desinfektan permukaan dan alat alat medis
O. Metracide
Desinfektan tingkat tinggi yang sangat efektif dan sporosidal yang amanyang
dirancang untuk dekontaminasi instrumen medis,bedah, gigi dan endoskopi
P. Alkazyme
Adalah kombinasi surfaktan dan serbuk yang isinya enzym protease untuk pencucian
alat operasi yang terbuat dari stainless steel

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Klasifikasi B3
Yang termasuk klasifikasi bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang mempunyai sifat :
a. Mudah meledak (Explosive)
b. Pengoxidasi (Oxidizing)
c. Sangat mudah sekali menyala (Extremely Flammable)
d. Sangat mudah menyala (Highly Flammable)
e. Mudah menyala (Flammable)
f. Amat sangat beracun (Highly Toxics)
g. Beracun(Moderately Toxics)
h. Berbahaya (Harmful)
i. Korosif (Corrosive)
j. Bersifat iritasi (Irritant)
k. Berbahaya bagi lingkungan (Dangerous To The Environmenth)
l. Karsinogenik (Carcinogenic)
m. Teratogenik (Teratogenic)
n. Mutagenik (Mutagenic)
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Bahaya
Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya / tingkat bahaya dipengaruhi oleh :
1. Daya Racun
Dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50 dimana makin kuat nilai LD50 atau
LC50 bahan berbahaya dan beracun/ kimia menunjukan makin tinggi daya racunnya.
2. Route Of Entry
Cara masuk B3 ke dalam tubuh (route of entry) yaitu melalui saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan penyerapan melalui kulit. Diantara yang sangat berbahaya
adalah melalui saluran pernafasan karena tanpan disadari bahan kimia akan masuk
ke dalam tubuh bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 m2 selama
8 jam kerja dan sulit dikeluarkan kembali dari tubuh.
3. Konsentrasi dan Paparan
Macam konsentrasi dan lama paparan B3 yaitu besar dosis yang berada di udara atau
yang kontak dengan bagian tubuh, kemudian lamanya paparan terjadi apakah terus-

3
menerus atau terputus-putus menentukan jumlah dan dosis yang masuk ke dalam
tubuh.
4. Efek Kombinasi B3
Yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat dan daya racun yang berbeda,
menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau pengobatan.
5. Kerentanan Calon Korban Paparan B3
Masing-masing individu mempunyai daya tahan yang berbeda-beda terhadap
pengaruh B3. Semestinya individu terhadap pengaruh bahan kimia tergantung pada
umur, jenis kelamin, kondisi umum kesehatan dan lain-lain.
C. Pengaruh B3 Terhadap Kesehatan
1. Menyebabkan iritasi
Menyebabkan iritasi yaitu terjadi luka bakar setempat akibat kontak bahan kimia
dengan bagian-bagian tubuh tertentu seperti kulit, mata atau saluran pernafasan.
2. Menimbulkan alergi
Menimbulkan alergi nampak sebagai bintik-bintik merah kecil atau gelembung
berisi cairan atau gangguan pernafasan berupa batuk-batuk, nafas tersumbat dan
nafas pendek.
3. Menyebabkan sulit bernafas
Membuata sulit bernafas seperti tercekik atau aspiksia karena kekurangan oksigen
akibat diikat oleh gas inert seperti nitrogen dan karbondioksida.
4. Menyebabkan keracunan sistemik
Menimbulkan keracunan sistemik, bahan kimia yang dapat mempengaruhi bagian-
bagian tubuh diantaranya merusak hati, ginjal, susunan syaraf dan lain-lain.
5. Menyebabkan kanker
Akibat paparan jangka panjang bahan kimia, sehingga merangsang pertumbuhan sel-
sel yang tidak terkendali dalam bentuk tumor ganas.
6. Menyebabkan kelainan/kerusakan janin
Ditandai dengan kelahiran dalam bentuk cacat dan kemandulan.
7. Menyebabkan pneumokoniosis
Adalah timbunan debu dalam paru-paru sehingga kemampuan paru-paru untuk
menyerap oksigen menjadi kurang, akibatnya penderita mengalami nafas pendek.
8. Menyebabkan efek bius
Yaitu bahan kimia, mengganggu sistem syaraf pusat menyebabkan orang tidak sadar,
pingsan, atau kematian.

4
D. Alkohol
Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang dibentuk dari
hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus hidroksil dengan atom-
atom hidrogen dalam jumlah yang sama; istilah ini meluas untuk berbagai hasil
pertukaran yang bereaksi netral dan mengandung satu atau lebih gugus alkohol.
Jenis alkohol yang paling banyak digunakan dalam industri minuman adalah etanol
(C2H5OH) (Brothers, 2011). Etanol (C2H5OH) ialah suatu molekul kecil, larut dalam air,
dan diserap dengan sempurna dari saluran pencernaan. Uap etanol dapat juga diserap
melalui paru-paru. Setelah menelan alkohol dalam keadaan puasa, maka kadar puncak
dalam darah dapat dicapai dalam 30 menit. Adanya makanan dalam usus memperlambat
serapan. Distribusinya cepat, konsentrasi dalam jaringan lebih kurang sama dengan
konsentrasi plasma. Volume distribusi 0,7 l/kg (Lee, 1998). Menurut Geokas (1984)
dalam Lee (1998), lebih dari 90% alkohol yang dikonsumsi, dioksidasi dalam hati,
sisanya diekskresikan dalam paru-paru dan urin. Pada dosis klinik yang biasa, kecepatan
oksidasi mengikuti zero order kinetic yaitu tidak tergantung pada waktu, sesuai dengan
berat badan atau hati, dan jumlah hilangnya alkohol dalam tubuh sangat berkurang atau
tertahan seluruhnya pada individu yang mengalami hepatektomi atau kerusakan hati.
Namun, seorang dewasa dapat memetabolisme 7-10 gram (0,15-0,22 mol) alkohol setiap
jam. Dua jalur alkohol menjadi aldehid telah diajukan. Aldehid kemudian dioksidasi oleh
proses metabolisme ketiga.
1. Efek Konsumsi Alkohol
a. Efek Pada Susunan Syaraf Pusat
Sekitar 35 % peminum alkohol mengalami blackout, suatu episode amnesia
anterograde temporer, di mana penderitanya tidak mampu mengingat keseluruhan
atau sebagian kejadian pada saat minum. Gangguan lain yang paling sering adalah
gangguan tidur (Schuckit , 2005). Konsumsi alkohol dalam jumlah besar dan waktu
lama (biasanya bertahuntahun) dapat juga menyebabkan sejumlah gangguan
neurologis. Pasien mungkin mengalami kelemahan fungsi intelektual dan motorik,
emosi labil, penurunan ketajaman, persepsi dan amnesia. Kelainan neurologis yang
palingsering dijumpai pada pecandu alkohol kronis adalah kerusakan saraf perifer
simetris yang merata, dimulai dengan parestesia pada bagian distaltangan dan kaki.
Bila tidak ada penyebab yang lain yang diketahui menyebabkan neuropati perifer,
maka neuropati seperti ini biasanya berhubungan dengan penggunaan alkohol yang
kronis.(Lee,1998).

5
b. Efek pada Sistem Kardiovaskuler
Konsumsi alkohol akut mengakibatkan penurunan kontraktilitas miokard dan
mengakibatkan vasodilatasi perifer, yang akhirnya akan menghasilkan sedikit
penurunan pada tekanan darah dan mekanisme kompensasi dengan peningkatan
curah jantung. Konsumsi oksigen jantung meningkat pada pasien yang meminum
alkohol setelah berolahraga ringan. Hal ini mungkin tidak akan berpengaruh secara
signifikan pada peminum yang sehat pada umumnya, namun pada wanita dan pria
dengan penyakit jantung menetap hal ini dapat berbahaya (Schuckit , 2005).
Alkohol mengubah sistem kardiovaskular dalam beberapa cara. Kerusakan
langsung pada otot jantung akibat penyalahgunaan alkohol diduga disebabkan
karena kekurangan tiamin atau karena zat yang mencemari minuman alkohol.
Kardiomiopati alkohol sekarang diduga terjadi pada manusia dengan riwayat
episode peminum berat untuk waktu yang lama tanpa memperhatikan kekurangan
vitamin atau makanan. Aritmia telah dilaporkan terjadi pada peminum alkohol
dalam pergaulan‖ dan selama putus alkohol (Schuckit , 2005). Konsumsi alkohol
kronis bisa jadi memiliki beberapa efek menguntungkan. Suh, et al (1992) dalam
Lee (1998) menyatakan bahwa konsumsi satu sampai tiga gelas minuman
beralkohol per hari dapat menurunkan insidens penyakit jantung koroner
dibandingkan dengan mereka yang sama sekali tidak minum alkohol. Haskell, et al
(1984) dalam Lee (1998) membuktikan bahwa alkohol meningkatkan kadar fraksi
HDL3 dari high density lipoprotein. Namun, HDL2 yang kurang kental, secara
epodemiologis berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung. Bila
penggunaan alkohol disertai dengan penyakit hati, maka fraksi HDL menurun. Arti
klinis dari pernyataan ini tidak dimengerti sepenuhnya. Efek melindungi sistem
kardiovaskular dari minuman yang spesifik, seperti anggur merah, memerlukan
penelitian lebih lanjut (Lee, 1998). Meskipun beberapa penelitian menemukan
bahwa konsumsi alkohol dalam kadar sedang menurunkan resiko penyakit jantung
koroner, konsumsi alkohol berat akan meningkatkan resiko kematian akibat stroke,
hipertensi dan alkoholic. (Peason 1997). Zakhari (1997) menyatakan bahwa selain
peningkatan kadar HDL, beberapa mekanisme yang diajukan sebagai mekanisme
efek protektif konsumsi alkohol sedang terhadap penyakit jantung koroner adalah :
Pembentukan kompleks asam lemak etil ester: ditemukan bahwa inhibisi
atherogenesis dari etanol mungkin diperantarai oleh pembentukan kompleks asam
lemak etil ester yang ditemukan pada pemeriksaan in vitro, dapat menginhibisi
esterifikasi kolesterol (Lange, 1982). Pengurangan stress : efek konsumsi akut

6
alkohol pada reaktivitas sistem kardiovaskuler terhadap stress diteliti pada
mahasiswa yang memiliki pola kerentanan koroner. Ditemukan bahwa setelah
konsumsi ethanol 1 g/kg ethanol meningkatkan daya tahan terhadap stress ,
terutama pada para peminum jangka panjang (Zakhari, 1997). Peningkatan
diameter koroner : peminum alkohol dalam jumlah sedang ditemukan memiliki
diameter arteri koroner sirkumfleksia sinistra dan arteri sinistra anterior desendens
dibandingkan dengan yang bukan peminum. Lebih lanjut, ditemukan hubungan
berkebalikan antara oklusi arteri dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi. Alkohol
meningkatkan aliran darah koroner pada manusia dengan kadar alkohol dalam
darah antara 25-65 mg/ 100 ml. pada penelitian in vivo, ditemukan bahwa alkohol
menyebabkan dilatasi pembuluh darah koroner (Zakhari, 1997). Mekanisme lain
yang mungkin menyebabkan efek protektif alkohol terhadap penyakit jantung
koroner adalah efek inhibisi alkohol pada aggregasi platelet dan penurunan
fibrinogen plasma, dan peningkatan aktivitas fibrinolitik (Zakhari, 1997). Pasien
yang menghentikan konsumsi alkohol dapat mengalami aritmia berat yang
mungkin merupakan akibat adanya kelainan metabolisme kalsium dan magnesium.
Serangan jantung dan sinkop serta juga kematian mendadak sewaktu penghentian
alkohol mungkin disebabkan oleh aritmia ini (Budzikowski, 2012)
c. Efek pada Hati dan Saluran Gastrointestinal
Insidensi pankreatitis akut tiga kali lebih tinggi pada para peminum alkohol
dibandingkan populasi umum. Alkohol mengganggu proses glukoneogenesis pada
hati, yang mengakibatkan penurunan produksi glukosa dari glikogen, yang
mengakibatkan peningkatan produksi laktat dan penurunan oksidasi asam lemak.
Hal ini berpengaruh pada peningkatan timbunan lemak pada sel hati. Pada orang
normal, hal ini bersifat reversibel, namun dengan pajanan berulang terhadap etanol,
beberapa perubahan berat di hati muncul, termasuk hepatitis yang diinduksi oleh
alkohol, perivenular sclerosis, dan cirrhosis, yang ditemui pada 15 % pasien
alkoholik (Schuckit , 2005). Toriola et al (2009) mengemukakan bahwa konsumsi
alkohol kronis meningkatkan resiko kanker paru. Selain itu Schatzkin et al (1987)
dalam Lee (1998) menyatakan bahwa penggunaan alkohol kronis meningkatkan
risiko kanker pada mulut, farings, larings, esofagus, dan hati. Beberapa bukti
menyatakan ada suatu peningkatan insidens kanker payudara pada pecandu alkohol.
Walaupun persoalan metodologi penelitian yang menghubungkan kanker dengan
penggunaan alkohol termasuk sulit, tetapi hasilnya yang konsisten, cukup
mengesankan. Lebih banyak lagi informasi diperlukan sebelum suatu batas ambang

7
konsumsi alkohol yang dihubungkan dengan kanker dapat ditentukan. Pada
kenyataannya, alkohol sendiri tidak bersifat karsinogen dalam berbagai sistem
percobaan. Namun, minuman alkohol dapat mengandung zat-zat bersifat
karsinogen yang terbentuk pada waktu fermentasi atau proses pembuatannya serrta
dapat mengubah fungsi hati dan selanjutnya aktivitas zat karsinogen yang potensial
meningkat.
d. Sindroma Alkohol pada Janin
Abel (1981) dan Ernhart et al (1987) dalam Lee (1998) mengemukakan bahwa
penyalahgunaan alkohol pada ibu selama masa kehamilan disertai dengan efek
teratogenik yang penting pada anaknya. Kelainan yang telah dinyatakan sebagai
sindrom alkohol pada janin termasuk : (1) terhambatnya pertumbuhantubuh; (2)
mikrosefali (ukuran kepala relatif kecil); (3) koordinasi kurang; (4) bagian tengah
wajah kurang berkembang; dan (5) anomali pada sendi-sendi kecil. Kasus yang
lebih berat dapat berupa kelainan jantung kongenital dan retardasi mental.
Tampaknya minum alkohol yang berlebihan pada trimester pertama kehamilan
mempunyai akibat yang besar pada kelainan perkembangan janin ; konsumsi
alkohol berlebihan pada akhir kehamilan efeknya lebih besar pada gizi janin dan
berat waktu lahir
E. Atropine Sulfat
Nama lain dari atropin adalah Atropin Sulfat, Proflugon, Spasminal, Yekaspasmogin
a. Indikasi
Pengobatan simptomatik gangguan saluran cerna yang ditandai dengan spasme otot
polos, midriasis dan sikloplegia; premedikasi. Spasme/kejang pada kandung empedu,
kandung kemih dan usus, keracunan fosfor organik.
b. Kontra Indikasi
Glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran pencernaan dan saluran kemih,
atoni (tidak adanya ketegangan atau kekuatan otot) saluran pencernaan, ileus
paralitikum, asma, miastenia gravis, kolitis ulserativa, hernia hiatal, penyakit hati dan
ginjal yang serius.
c. Perhatian
Beresiko menyebabkan panas tinggi, gunakan dengan hati-hati pada pasien terutama
anak-anak, saat temperatur sekitarnya tinggi.
Usia lanjut dan pada kondisi pasien dengan penyakit sumbatan paru kronis yang
terkarakterisa oleh takhikardia.

8
Interaksi obat :
 aktifitas antikolinergik bisa meningkat oleh parasimpatolitikum lain.
 Guanetidin, histamin, dan Reserpin dapat mengantagonis efek penghambatan
antikolinergik pada sekresi asam lambung.
 antasida bisa mengganggu penyerapan Atropin.
d. Efek Samping
Peningkatan tekanan intraokular, sikloplegia (kelumpuhan iris mata), midriasis, mulut
kering, pandangan kabur, kemerahan pada wajah dan leher, hesitensi dan retensi urin,
takikardi, dada berdebar, konstipasi/sukar buang air besar, peningkatan suhu tubuh,
peningkatan rangsang susunan saraf pusat, ruam kulit, muntah, fotofobia (kepekaan
abnormal terhadap cahaya).
e. Indeks Keamanan Pada Wanita Hamil
Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila
hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
F. Kaporit (Chlorin)
Nama Sistematis : Kalsium hipoklorit
Nama Dagang : Kaporit Rumus Molekul : Ca(OCl)2
Massa Molar : 142,985 g/mol
Densitas : 2,35 g/cm3 (20 °C)
Titik Lebur : 100 °C
Titik Didih : 175 °C, terurai
Kelarutan dalam air : 21 g/100 mL, bereaksi
Kaporit merupakan bahan kimia yang telah digunakan secara luas dalam pengolahan air
dan sebagai pemutih. Bahan kimia ini merupakan padatan putih kekuningan, memiliki
bau yang menyengat, sangat sukar larut dalam air. Kaporit ada dalam dua bentuk, yaitu
bentuk kering dan bentuk terhidrat. Bentuk terhidrat lebih aman dalam penangannya
(Patnaik,P.,2002).
1. Mekanisme kerja kaporit sebagai disinfektan
Kaporit ketika dilarutkan dalam air akan membentuk asam hipoklorit (HOCl) yang
memiliki sifat desinfektan. HOCl akan terurai menghasilkan ion OCl- yang dapat
menyebabkan terjadinya hidrolisis dan deaminasi pada berbagai komponen kimia
bakteri seperti peptidoglikan, lipid dan protein sehingga terjadi kerusakan fisiologis
dan mempengaruhi mekanisme seluler (EPA, 1999).

9
2. Dampak klorinasi air
Klorinasi pada air yang mengandung bahan-bahan organik dapat menyebabkan
terbentuknya senyawa halogen organik yang mudah menguap (volatile halogenated
organics) yang sering disingkat VHO. Senyawa VHO yangpaling banyak ditemukan
adalah jenis trihalometan sering disingkat THM. Trihalometan (THM) dapat memicu
terbentuknya sel kanker (Chandra, B., 2007).
G. Hidrogren Peroksida (Pehidrol)
Nama Sistematis : Dihidrogen Dioksida
Nama Trivial : Hidrogen Peroksida
Nama Dagang : Perhidrol
Rumus Molekul : H2O2 Massa Rumus : 34,0147 g/mol
Densitas : 1,463 g/cm3
Titik Lebur : - 0,43 °C
Titik Didih : 150,2 °C
Kelarutan dalam air : Sangat mudah larut
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di
tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat
oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan
gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen
peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone (Patnaik, P., 2002).
Hidrogen peroksida tidak berwarna, berbau menyengat , dan larut dalam air. Dalam suhu
dan tekanan ruang hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kurang dari
1% per tahun. Mayoritas penggunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan
dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap
produksi hidrogen peroksida,bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan
maksud untuk menghambat laju dekomposisinya, termasuk dekomposisi yang terjadi
selama dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen
peroksida juga menghasilkan air dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi
adalah sebagai berikut (Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S., 2009):
H2O2 H2O + 1/2O2 + 23.45 kkal/mol
Hidrogen peroksida merupakan pengoksidasi yang kuat dengan potensial reduksi (Eo red)
= + 1,78 volt. Persamaan setengah sel dapat ditulis sebagai berikut (Dickson,G., 2000) :
H2O2 + 2H+ + 2e-2H2O Eº = +1.78 volt

10
1. Mekanisme kerja hidrogen peroksida sebagai disinfektan
Hidrogen peroksida (H2O2) mudah terurai membentuk air (H2O) dan oksigen (O2).
Adanya ion-ion logam dalam sitoplasma sel mikroorganisme dapat menyebabkan
terbentuknya radikal superoksida (O2) yang akan bereaksi dengan gugus bermuatan
negatif dalam protein dan menginaktifkan sistem enzim (Pelczar, M.J., dan Chan,
E.C.S., 2009).
H. Formalin
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40
persen.Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk yang sudah diencerkan,yaitu
dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalambentuk tablet yang
beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin adalah larutanyang tidak berwarna dan
baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandungsekitar 37% formaldehid dalam
air. Biasanya ditambahkan methanol hingga 15%sebagai pengawet (Handayani, 2006).
1. Fungsi Formalin
Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila
digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya,misalnya
sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai keperluan jenis industri,
yakni pembersih lantai, kapal, gudang dn pakaian, pembasmi lalat maupunberbagai
serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagaipengeras lapisan
gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan sebagai bahanpembuatan pupuk
urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produkkosmetika, pengeras kuku
dan bahan untuk insulasi busa. Formalin boleh jugadipakai sebagai pencegah korosi
untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu,formalin digunakan sebagai bahan
perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
Dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk
berbagai barang konsumen sepertinpembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,
pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, llin dan karpet.

2. Sifat Formalin
Formaldehid adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang. Dipasaran zat ini
dikenal dengan nama formalin. Senyawa ini dipasaran dikenaldengan nama formalin
dengan rumus CH2O.Formalin adalah nama komersil dari senyawa formalin yang
mengandung 35- 40 % dalam air. Formalin termasuk kelompok senyawa disinfektan
kuat yang seringdipakai sebagai bahan pengawet mayat tetapi dapat juga digunakan
sebagai pengawetmakanan, walaupun formalin tidak diizinkan untuk bahan pengawet

11
makanan sertabahan tambahan. Formalin biasanya mengandung alcohol (metanol)
sebanyak 10 –15 % yang berfungsi sebagai stabilator supaya formaldehidnya tidak
mengalamiolimerisasi. Formaldehida mudah larut dalam air, sangat reaktif dalam
suasanaalkalis, serta bersifat sebagai pereduksi yang kuat. Secara alami formaldehida
jugadapat ditemui dalam asap pada proses pengasapan makanan, yang bercampur
denganfenol, keton, dan resin. Bila menguap di udara, berupa gas tidak berwarna,
denganbau yang tajam menyengat (Mark, 2009).
I. Gas Halothane (Fluothane)
Halothane dibuat pertama kali oleh C.W. Suckling di tahun 1951, merupakan zat anestesi
yang sangat poten dan tidak berwarna, dapat meningkatkan tekanan intra kranial serta
dapat menyebabkan relaksasi uterus. Halothane dapat menimbulkan terjadinya halothane
hepatitis, terutama bila obat ini diberikan dalam jangka waktu pendek (pemberian
berkali-kali dalam jangka waktu pendek). Induksi dan pemulihan cepat tidak
menyebabkan iritasi, tidak mengakibatkan mual, dan berefek bronchodilator. Mendepresi
jantung, menyebabkan vasodilatasi, aritmia, mengiritasi miokard bila ada epineprin. Obat
ini dimetabolisme di hepar sebanyak 20-45%. Hasil metabolismenya berupa Br-, F-, Cl-,
asam trifluoracetat, gas chlorodifluoroetilen serta chlorotrifluoroetilen.
Halothane adalah obat anestesi inhalasi berbentuk cairan bening tak berwarna yang
mudah menguap dan berbau harum.
1. Efek pada sistem syaraf pusat
Halothane menimbulkan anestesi yang kuat pada SSP, tapi bila diberikan dalam
konsentrasi rendah daya analgesiknya rendah. Halothane meningkatkan aliran darah
dalam otak dan meningkatkan tekanan cairan cerebrospinalis.
2. Efek pada sistem kardiovaskuler
a. Menurunkan tekanan arteri
b. Menimbulkan depresi langsung pada miocardium
c. Melebarkan pembuluh darah dalam otot – otot dan juga arteri coronaria
d. Blokade ganglion simpatikus
e. Depresi pusat vasomotor
f. Menimbulkan bradikardi yang mengakibatkan penurunan cardiac output
g. Menimbulkan hambatan pada baroreseptor
Hal diatas dapat menimbulkan hipotensi yang diperparah oleh :
Obat-obatan ganglion blocker
Perubahan posisi tidur dimana tubuh bagian atas lebih tinggi dari bagian kaki
(postural hipotention)

12
Kehilangan darah
Pelepasan cathecolamin

3. Efek pada sistem pencernaan


Kelenjarliur, kelenjar lendir, dan cairan lambung tidak mengalami rangsangan oleh
halothane. Gerakan peristaltik usus dihambat oleh halothane, tapi terjadinya rasa mual
dan muntah pada masa pasca anestesi kadang-kadang hebat.
4. Efek pada sistem pernafasan
Halothane menimbulkan depresi pernafasan. Frekuensi pernafasan bertambah tapi
volumenya menurun. Bila induksi dilakukan dengan halothane dan udara biasa, tanpa
oxygen, maka dapat terjadi gangguan saturasi oxygen akibat dari hypoventilasi dan
harus dilakukan nafas buatan. Untuk mendapatkan tekanan oxygen dalam arteri yang
cukup hendaknya halothane diberikan bersama oxygen 35% atau lebih. Halothane
menimbulkan pelebaran pada bronchus sebagai akibat dari blokade pada refleks
bronkhokonstriksi.
Halothane tidak merangsang pada bronkhus dan refleks pharink dan laring dengan
cepat menghilang. Sekresi lendir saluran nafas tidak terangsang.
5. Efek pada Liver
Pada tahun 1958 pernah dilaporkan terjadinya nekrosis liver yang hebat setelah
pemberian anestesi inhalasi, juga dapat terjadi ”halothane hepatitis” subklinis.
Setelah dilakukan penelitian retrospektif oleh American National Academy of
Sciences pada tahun 1964, maka disimpulkan bahwa terjadinya kegagalan fungsi
hepar akibat halothane itu tidak jauh berbeda dengan yang ditimbulkan oleh obat
anestesi halogen yang lain, dan pasien dengan penyakit saluran empedu itu bukan
pasien yang mudah mendapat gangguan seperti ini.
Namun demikian, pandangan yang paling baru terhadap masalah ini adalah bahwa ada
pengaruh dari halothane yang menyebabkan terjadinya ”halothane-hepatitis”.
Terjadinya ikterus yang sehubungan dengan anestesi halothane adalah hepatocellular.
Para ahli sepakat untuk tidak memberikan anestesi halothane secara berulang sebelum
lewat 28 hari, dan bila ditemukan ikterus pasca anestesi halothane, hal ini dianggap
sebagai kontraindikasi untuk waktu yang akan datang.
Beberapa teori dari mekanisme terjadinya ”halothane-hepatitis’ yaitu :
a. Oxidase metabolit halothane dapat mempengaruhi antigenitas dari membran
hepatocyte, yang mengakibatkan rusaknya immunology antibody.
b. Faktor genetic dapat mempengaruhi produksi antibody.

13
c. Produk dari metabolisme reduktif dapat menimbulkan keracunan langsung.
Sensitif silang antara halothane dengan obat anestesi halogen yang lain juga dapat
terjadi. Ketidakmurnian halothane juga bisa terjadi dengan terbentuknya
dichlorohexafluorobutene sampai 0,03% dalam vaporizer dan hal ini toxic untuk liver
dan ginjal.
6. Efek Pada Fungsi Ginjal
Halothane akan menurunkan aliran darah ke ginjal dan menurunkan filtrasi
glomerolus sehingga produksi urine menurun, ini semua akibat dari hypotensi yang
terjadi oleh pengaruh halothane.

14
BAB III
KEBIJAKAN

1. Undang- Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan


2. Undang- Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian
4. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 76 tahun 2016 tentang standar pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit
5.Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor 4536/Per/RSIB/XII/2021
tentang pelayanan Farmasi Rumah Sakit Islam Banjarnegara

15
BAB IV

TATA LAKSANA

A. Label Disertai Tanda-Tanda/Poster/Etiket


Label atau etiket diperlukan sebagai informasi yang cepat dan dapat dikenal untuk
pekerja, sehingga dengan cepat dapat bersikap hati-hati dalam penanganan bahan kimia
berbahaya. Cara pemberian label atau etiket dapat juga berbeda satu negara ke negara
lain atau dari suatu petunjuk ke yang lainnya.

Gambar : 1.1
Contoh Klasifikasi Dari Bahan Kimia dan Simbol Sesuai Yang Dipakai Di Negara
Masyarakat Eropa

16
Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir,
mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai
sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak dengan kulit,
dihirup atau ditelan

Harmful (Berbahaya)
Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan
melalui kulit

Toxic (beracun)
Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi
pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit
mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik padamata

Corrosive (korosif)
Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi
dengan air atau membasahi udara (berkabut) untuk menghasilkan
gas yang mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen) dari hidrida
metal. Sumber nyala dapat dari api bunsen, permukaan metal
panas, loncatan bunga
Flammable
(Mudah terbakar)
Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga
api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk
garam yang eksplosif pada kontak(singgungan dengan
logam/metal)

Explosive
(mudah meledak)
Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa
inimenghasilkan panas pada kontak dengan bahan organikdan
agen pereduksi (reduktor) api listrik, dan lain-lain.

Oxidator (Pengoksidasi)

B. Prinsip Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun


1. Identifikasi semua B3 dan Instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan
karateristiknya.
2. Evaluasi untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan sesuai
sifat dan karateristiknya dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus
memprediksi resiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan
meliputi :
17
a) Pengendalian operasional seperti eliminasi, substitusi, ventilasi, penggunaan alat
pelindung diri yang sesuai dan menjaga hygiene perorangan.
b) Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaan
lembar data keselamatan bahan (MSDS) pembuatan prosedur kerja, pengaturan
tata ruang, pemantauan rutin, serta pendidikan dan latihan.
c) Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur, dan proses kerja yang aman.
d) Pembatasan keberadaan bahan kimia berbahaya ditempat kerja sesuai dengan
jumlah ambang batasnya.
C. Penanggulangan kecelakaan dan keadaan darurat
Bila terjadi kecelakaan dan atau keadaan darurat yang diakibatkan bahan berbahaya dan
beracun, maka setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib :
1. Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan
2. Menginformasikan tentang adanya kecelakaan bahan berbahaya dan beracun kepada
petugas tanggap darurat dengan mengaktifkan sistem tanggap darurat.
3. Menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap penanggulangan kecelakaan
dan melakukan evakuasi bila diperlukan.
4. Melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat pemerintah kota
setempat.
D. Ancaman Bahan Berbahaya dan Beracun
Adanya B3 di Rumah Sakit dapat menimbulkan bahaya bagi para penderita maupun para
pekerjanya baik tenaga medis maupun non medis atau semua yang berkaitan dengan
pengelolaan rumah sakit.
Walaupun orang menyadari arti bahan-bahan beracun dan bahanya, kecelakaan bahan-
bahan kimia (B3) terjadi semata-mata karena kekurang hati-hatian dan kurang peduli
terhadap bahan berbahaya dan beracun (B3) tersebut. Hal-hal tersebut dapat
menyebabkan keracunan kronik akibat tumpahan-tumpahan, kebocoran tempat
penyimpanan dan ventilasi yang kurang baik. Bahan kimia yang mempunyai resiko
mengakibatkan gangguan kesehatan antara lain adalah zat-zat anestesik, (halotan, nitrous
oxide, ethil ether), formaldehid, etilen oksida, mercuri. Karateristik bahan kimia, resiko
bahaya yang ditimbulkan cara pengendaliannya serta ambang batas yang diperkenankan

18
BAB V
DOKUMENTASI

A. SPO pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan habis pakai dan B3


B. SPO Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan habis pakai dan B3

Ditetapkan di Banjarnegara
Pada Tanggal : 6 Mei 2022
Direktur

dr. Agus Ujianto, M.Si,Med, Sp.B

19
Lampiran
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di RSI Banjarnegara

1. Aseptic gel/ cairan handrub

2. One scrub

3. Formalin 4%

4. H2o2 50%

5. Metracyde

6. Alkohol 70% 100 ml

7. Alkohol 70% 1 liter

8. Barium sulfat

9. Caporit (calcium hypochloride)

10. Alkazyme 25 %

11. Sofnolime

12. Octedine 1 liter

13. Octedine spray

14. Metraclyn

15. Porstex

16. Bayclin

17. Refisol

18. Cairan pembersih lantai( SOS), benzalkonium chloride

19. Pembersih kaa ( cling, Mr muscle)

20. Hand soap nosy ( triclosan)

20
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Jl. Raya Bawang Km. 08 Banjarnegara
Telp. Pel. (0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax (0286) 597015
Website : rsibanjarnegara.com, Email : rsi_banjarnegara@yahoo.co.id

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA


Nomor : 4536 / Per / RSIB / XII/ 2021
Tentang
PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Bismillahirrohmanirrohim
Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Islam Banjarnegara sebagai institusi yang bergerak di bidang
pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan pelayanan yang bermutu.
b. bahwa untuk meningkatkan mutu Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit perlu
dilakukan revisi terhadap Kebijakan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Islam
Banjarnegara.
c. bahwa untuk maksud tersebut di atas perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Farmasi
di Rumah Sakit.
7. Permenkes No.3 Tahun 2015 tentang 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekusor Farmasi
8. Peraturan Pemerintah RI No.74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun
9. Surat Keputusan Menteri kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
10. Surat Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor 445/1181 tahun 2016 tentang Surat
Ijin Operasional Rumah Sakit Umum Kelas D.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
TENTANG PELAYANAN FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Pertama : Mencabut Surat Keputusan Nomor : 290/Per/RSIB/III/2019 tentang Peraturan
Kebijakan Pelayanan Unit Farmasi Rumah Sakit Islam Banjarnegara

Kedua : Mengesahkan Kebijakan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Islam Banjarnegara


sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini

Ketiga : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Peraturan ini dibebankan kepada
anggaran belanja Rumah Sakit Islam Banjarnegara

Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam Peraturan ini, akan diadakan perbaikan dan perubahan sebagaimana
mestinya.
Di tetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 15 Desember 2021
Direktur

dr. Agus Ujianto., M.Si. Med. Sp. B


Tembusan Yth :
1. Kabid. Pelayanan
2. Kasubid YanJangmed
3. Unit pelayanan terkait
l. Kebijakan formularium :
1) Obat yang dikeluarkan dari daftar Formularium adalah obat -obat yang tidak mutasi minimal 6
bulan
2) Obat yang masuk dalam daftar formularium adalah obat – obat yang mendapatkan
rekomendasi dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan disetujui oleh Direktur, per item
obat formularium maksimal terdiri dari generik dan non generik (brand).
3) Obat yang masuk formularium adalah obat yang memenuhi 6 kriteria :
a. Terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines), dibutuhkan
untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan harga yang terjangkau. Memiliki
kualitas yang memadai termasuk bioavaibitilas.
b. Memiliki rasio biaya-manfaat yang paling menguntungkan bagi pasien dilihat dari total
biaya perawatan baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung.
c. Meningkatkan kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
d. Diutamakan obat yang sudah dikenal baik dengan profil farmakokinetik yang baik dan
dibuat di dalam negeri oleh perusahaan farmasi yang sudah memiliki sertifikat CPOB/GMP
dengan sertifikasi A dan B dan terikat kontrak dengan rumah sakit.
e. Praktis dalam proses pengadaan, penyimpanan, penggunaan dan penyerahan.
f. Diutamakan obat esensial dan senyawa tunggal.
g. Kriteria obat yang dapat dikeluarkan dari formularium :
i. Death stok : adalah obat yang tidak digunakan selama 3 – 6 bulan berturut-turut.
ii. Slow moving : adalah obat sangat jarang digunakan
iii. Obat dengan harga relatif mahal.
h. Apabila terjadi efek samping obat, dibuat laporan kepada Panitia Farmasi dan Terapi.
i. Formularium rumah sakit dievaluasi setiap 1 tahun dan monitoring penggunaan obat baru
beserta efek samping disampaikan dalam agenda rapat tahunan formularium. Monitoring
obat baru jika dalam waktu 3 (tiga) bulan tidak mutasi dan banyak temuan pelaporan efek
samping obat maka obat baru tersebut dikeluarkan dalam formularium.
j. Apabila terjadi efek samping obat , dibuat laporan kepada Panitia Farmasi dan Terapi.
k. Usulan penambahan obat atau alkes dalam formularium oleh dokter harus ditelaah oleh
Panitia Farmasi dan Terapi dan mendapat rekomendasi sebelum disetujui oleh Direktur.
l. Pembelian obat dan alat kesehatan dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi sesuai
pengajuan dari gudang dan disetujui oleh Supervisor dan Kepala Bidang penunjang medis
m. Daftar pembelian dilaporkan secara berkala kepada direktur,
n. Verifikasi daftar pembelian dapat dilakukan secara elektronik dan secara manual
o. Klaim faktur kekeuangan harus dilengkapi copy sp, faktur pajak dan kontra bon
p. Kelengkapan administrasi dilakukan oleh distributor,
q. Faktur yang akan klaim ke keuangan di cek oleh Kepala Instalasi Farmasi dan diverifikasi
oleh supervisor Instalasi Farmasi
3. Penyimpanan
a. Penyimpanan perbekalan farmasi harus pada ruang yang bersih, aman dan disesuaikan
dengan stabilitas produk terhadap suhu atau cahaya.
b. Penyimpanan obat-obatan (obat hight risk, HAM & NORUM, Narkotika/ Psikotropika,
Elektrolit Konsentrat), B3, Gas medis, nutrisi, reagen di bawah pengawasan langsung dari
farmasi. Nutrisi seperti susu yang sudah disediakan oleh Farmasi kemudian didistribusikan
ke Gizi, terdokumentasi.
c. Obat-obat emergency dapat disimpan di Instalasi Rawat Inap termasuk HCU, Instalasi
Kamar Operasi dan Instalasi Gawat Darurat, dan dilakukan monitoring oleh farmasi
minimal setiap 1 bulan sekali. Isi emergency bag disesuaikan dengan standar masing-
masing instalasi. Obat emergency dipisahkan dari obat lain dan hanya digunakan saat
emergency.
d. Persediaan obat emergency dalam troly / tas / kit dipastikan tersegel dengan segel yang
mudah dibuka dan mempunyai nomor seri.
e. Obat emergency yang sudah digunakan segera diganti lagi minimal dalam waktu 2 jam.
Permintaan narkotika ditulis dan ditandatangani oleh dokter yang berwenang.
f. Obat-obat dengan konsentrat tinggi seperti KCl 25 cc, NaCl 3%, MgSO 4 40 %, Dextrose
40%, Meylon (Natrium Bicarbonat) tetap disimpan di farmasi kecuali untuk HCU, UGD,
VK dan OK. Penyimpanan obat tersebut harus dipisahkan dengan obat lain. Penyimpanan
diluar Farmasi di monitor di awasi oleh Apoteker/ Tenaga Teknis Kefarmasian.
g. Obat dan alkes dengan penyimpanan dan perlakuan khusus hanya disimpan di Farmasi.
Obat narkotika/ anastesi yang digunakan di Instalasi Gawat Darurat , Instalasi Kamar
operasi, dan VK setelah digunakan dikembalikan ke Farmasi. Daftar obat dan alkes untuk
Instalasi Bedah, kebutuhan Poli Bedah, Poli Umum, IGD, Poli Urologi, Poli Kebidanan
disusun dalam box obat dengan daftar dan jumlah minimal obat dan alkes pemakaian satu
hari. Setelah selesai pelayanan box obat dan alkes dikembalikan ke Farmasi. Pengecekan
box obat dan alkes dilakukan setiap hari.
h. Penyimpanan perbekalan farmasi dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan jenisnya,
suhu dan stabilitasnya, mudah dan tidaknya terbakar, tahan atau tidaknya terhadap cahaya
yang disusun secara alfabetis dengan urutan penggunaan metode FEFO (First Expired First
Out) dan FIFO (First In First Out) termasuk sediaan di tas emergency.
i. Penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan suhu penyimpanan dibedakan menjadi :
 Suhu ruangan, dibawah 25C (dilengkapi AC dan pengontrol suhu)
 Suhu dingin, 2 – 8 C (lemari es, lemari vaksin dengan pengontrol suhu)
j. Penyimpanan Bahan Beracun Berbahaya (B3) di tempatkan pada tempat khusus dan diberi
label sesuai jenis dan sifatnya. Label memuat informasi tentang nama obat/ bahan kimia,
peringatan (awas mudah terbakar, beracun, korosif) dan tanggal expired, bila bahan obat
sudah diencerkan diberi label tanggal kegiatan pengenceran bahan tersebut.
k. Narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari dengan kunci ganda. Kunci disimpan
oleh dua petugas farmasi yang berbeda, yang saat itu berjaga, untuk menjamin
keamanannya.
l .Tersedia pengontrol suhu di setiap ruangan atau lemari penyimpanan obat yang dimonitor
secara berkala dan disupervisi oleh petugas yang ditunjuk.
m .Sampel obat donasi (bantuan) didistribusikan atas resep dokter, dan penggunaannya hanya
sampai persediaan obat donasi tersebut habis.
n .Rumah Sakit Islam Banjarnegara menerima bantuan perbekalan farmasi dari Dinas
Kesehatan berupa : Vaksin, Obat TB, Obat Malaria, obat HIV dan perlengkapan KB.
Perbekalan farmasi ini dimanfaatkan secara maksimal dirumah sakit dengan batas waktu
kadaluwarsa perbekalan farmasi minimal 6 bulan dari kadaluwarsa yang tertera dikemasan
perbekalan farmasi tersebut. Perbekalan farmasi bantuan dari dinas kesehatan di simpan di
farmasi sesuai dengan stabilitas penyimpanan.
o .Obat / bahan kimia yang digunakan untuk menyiapkan obat harus diberi label yang jelas
meliputi : isi, tanggal kadaluwarsa, dan peringatan.
p. Penarikan perbekalan farmasi dari emergency bag minimal 3 bulan dari tanggal kadaluwarsa
yang tertera dikemasan perbekalan farmasi.
q .Penarikan perbekalan farmasi oleh PBF direspon oleh bagian farmasi dengan menyerahkan
perbekalan farmasi yang dimaksud serta melakukan pelacakan diseluruh unit yang terkait
yang dimungkinkan menyimpan / menggunakan perbekalan farmasi tersebut. Biaya yang
timbul dari proses penarikan perbekalan farmasi dibebankan oleh PBF.
r. Perbekalan farmasi yang sudah kadaluwarsa tidak boleh digunakan.
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Jl. Raya Bawang Km. 08 Banjarnegara
Telp. Pel. (0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax (0286) 597015
Website : rsibanjarnegara.com, Email :rsi_banjarnegara@yahoo.co.id

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA


Nomor : 291.C/ Per / RSIB / I / 2022
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA

Bismillahirrohmanirrohim
Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Islam Banjarnegara sebagai institusi yang bergerak
di bidang pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan pelayanan
yang bermutu.
b. bahwa untuk meningkatkan mutu Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
perlu dilakukan revisi terhadap Kebijakan Pelayanan Farmasi Rumah
Sakit Islam Banjarnegara.
c. bahwa untuk maksud tersebut di atas perlu ditetapkan dengan
Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang - Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika;
4. Undang - UndangRepublik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.72 tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
7. Permenkes No.3 Tahun 2015 tentang 2015 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan
Prekusor Farmasi
8. Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun.
9. Surat Keputusan Menteri kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
10. Surat Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor 445/1181 tahun 2016
tentang Surat Ijin Operasional Rumah Sakit Umum Kelas D.

46
MEMUTUSKAN
:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM
BANJARNEGARA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Kesatu : Mencabut Surat Keputusan Nomor : 1199/Per/RSIB/V/2020 tentang
Pedoman Pelayanan Unit Farmasi Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Kedua : Mengesahkan Pedoman Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Islam
Banjarnegara sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini
Ketiga : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Peraturan ini
dibebankan kepada anggaran belanja Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam Peraturan ini, akan diadakan perbaikan dan
perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : Januari 2022
Direktur

dr. Agus Ujianto., M.Si. Med. Sp. B

46
C. Penyimpanan
1. Setelah barang diterima di instalasi Farmasi maka dilakukan penyimpanan sebelum
dilakukan pendistribusian. Penyimpanan perbekalan farmasi harus mampu menjamin
kualitas dan keamanan perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
2. Ruang penyimpanan obat harus terkunci untuk menjamin kemaanan dan mengurangi
risiko kehilangan obat.
3. Ruang penyimpanan harus bersih dan bebas dari binatang pengganggu.
4. Seluruh tempat penyimpanan obat harus dilakukan pengecekkan secara berkala setiap
satu bulan sekali.
5. Penyimpanan perbekalan farmasi disusun dengan sistem FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out) yaitu barang yang datang terlebih dahulu dan atau
kadaluwarsa terdekat dikeluarkan dahulu.
6. Semua perbekalan farmasi disimpan berdasarkan:
i. Stabilitas terhadap suhu
ii. Sifat bahan dan aturan khusus
iii. Bentuk dan jenis sediaan
7. Penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan suhu penyimpanan dibedakan menjadi:
i. Suhu ruangan, dibawah 25C (dilengkapi AC dan pengontrol suhu)
ii. Suhu dingin, 2 – 8C (lemari es dengan pengontrol suhu)
8. Tersedia pengontrol suhu di setiap ruangan atau lemari penyimpanan obat yang
dimonitor secara berkala dan disupervisi oleh petugas yang ditunjuk.
9. Penyimpanan perbekalan farmasi berdasar sifat bahan dan aturan khusus
 Bahan mudah terbakar (sesuai Pedoman Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun).
 Bahan Berbahaya dan Beracun (sesuai pedoman pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun)
 Narkotika :
 Narkotika disimpan pada lemari dengan kunci ganda. Kunci disimpan oleh dua
petugas farmasi yang berbeda, yang saat itu berjaga, untuk menjamin
keamanannya.
 Narkotika di gudang farmasi disimpan di dalam lemari penyimpanan dengan kunci
ganda yang dibawa oleh Kepala gudang farmasi dan petugas gudang farmasi.
 Petugas farmasi yang ditunjuk atau yang didelegasikan dengan tepat harus
menyimpan atau menjaga kunci lemari narkotika, selama petugas tersebut tidak
ada di pelayanan farmasi maka harus menyerahkan kepada petugas yang ditunjuk.
 Setiap pergantian shift petugas yang memegang kunci narkotika melakukan serah
terima dengan petugas berikutnya dan mencatat dalam buku serah terima kunci
lemari narkotik. mj
 Psikotropika disimpan pada lemari terpisah dan terkunci. Kunci dibawa oleh
petugas farmasi yang ditunjuk. Setiap pergantian shift petugas yang memegang
kunci psikotropika melakukan serah terima dengan petugas berikutnya dan
mencatat dalam buku serah terima kunci lemari psikotropika.

46
a. Obat High Alert Medications (HAM)
 High alert medications yang disimpan di Instalasi gg Farmasi , ditempatkan secara
terpisah dari obat lainnya dan diberikan label “High Alert Medication (HAM)” di
setiap kotak penyimpanan obat.
 Label HAM berupa stiker berbentuk persegi delapan berwarna merah dan atau persegi
panjang dengan tulisan “High Alert Double Check”.
 High alert medications golongan narkotika disimpan sesuai dengan peraturan
penyimpanan narkotika berdasarkan peraturaan perundang-undangan.
 High alert medications yang di ada di ruang perawatan disimpan dalam lemari
emergensi yang memiliki kunci dispossible bernomor dan diberi label/peringatan “high
alert medication” pada setiap obat.
 Infus intravena yang mengandung high alert medication harus diberikan label “high
alert medication”
b. LASA atau NORUM disimpan tidak bersisihan dan diberikan label LASA pada setiap
kotak penyimpanannya maupun pada setiap ampul dan vialnya (untuk obat injeksi).
c. Elektolit konsentrat :
 Elektrolit konsentrat hanya disimpan di pelayanan farmasi rawat inap, ICU, kamar
operasi, kamar bersalin, dan IGD.
 Disimpan di rak penyimpanan high alert medications.
 Diberi wadah tambahan pada setiap satu botol elektrolit konsentrat dan diberi label
“High Alert medication”
 Elektrolit disimpan sesuai prosedur penyimpanan high alert medications.
d. Obat Emergensi
 Obat emergensi disediakan sesuai standar di unit-unit pelayanan pasien dalam kondisi
aman, siap pakai, dan dapat diakses segera untuk memenuhi kebutuhan emergensi.
 Obat emergensi sesuai standar yang ditetapkan rumah sakit, di bangsal perawatan, ICU,
Kamar Operasi, dan IGD disimpan di trolley (suhu ruangan) yang memiliki kunci
dispossible bernomor yang bisa dipotong saat akan digunakan dan penyimpanan di
kotak di dalam kulkas
 Dipakai hanya untuk emergensi saja dan sesudah dipakai harus segera diresepkan untuk
diganti dengan obat (untuk trolley emergensi) dan emergensi kit yang lengkap
(untukkotak emergensi) dengan kunci yang baru.
 Harus dicek secara berkala setiap satu bulan sekali meliputi aspek ketepatan jumlah dan
kondisi obat (kadaluarsa atau rusak)
 Penggunaan obat emergency disertai dengan berita acara penggunaan obat emergency,
yang selanjutnya dilakukan penggantian obat oleh petugas farmasi maksimal 2 jam sejak
obat digunakan.
 Penggantian obat emergency disertai dengan berita acara penggantian obat emergency.
 Supervisi penyimpanan obat emergency dilakukan sebulan sekali oleh petugas farmasi
yang ditunjuk dengan disertai berita acara.
e. Nutrisi parenteral
 Disimpan terpisah dengan sediaan lain dan dipantau kondisi penyimpanannya.
 Disimpan sesuai instruksi dari produsen baik dalam hal temperatur maupun kondisi
ketahanan terhadap cahaya.
 Penyimpanan cairan nutrisi parenteral diperiksa secara teratur untuk memastikan kondisi
penyimpanan (suhu, kelembaban, kadaluarsa, dan kerusakan) dan keamanannya dan
dicatat dalam form monitoring suhu.

46
f. Terapi Cairan
Semua infus memiliki kadar osmolaritas yang berbeda beda. Berdasarkan osmolaritas
dibedakan menajdi 2 jenis yang bersifat:
a. Hipotonik
Osmoralitas lebih rendah dari serum tubuh
b. Hipertonik
Osmolaritas lebih tinggi dari serum tubuh
Untuk pemberian infus yang direkomendasikan kurang dari 850 mosmol/L menggunakan
jalur sental (vena central line). Hal ini untuk mencegah kejadian plebitis pada pasien yang
di beri obat dengan rute IV.
g. Perbekalan farmasi trial:
 Alat kesehatan trial dan obat trial disimpan terpisah dengan perbekalan farmasi yang
lain.
 Obat baru yang perlu trial dievaluasi penggunaannya oleh PFT setelah 6 bulan
digunakan.
h. Penyimpanan vaksin
 Vaksin disimpan di dalam lemari es dengan suhu 2–8C
 Setiap hari suhu lemari es dipantau secara berkala
 Vaksin disimpan di logistik farmasi.

i. Penyimpanan kontras media


 Kontras media disimpan secara aman di lemari terkunci dan menggunakan indikator
suhu yang sesuai kebutuhan kontras media
 Semua persediaan kontras media pada unit harus diperiksa secara teratur untuk
memastikan kondisi penyimpanan yang tepat terpenuhi termasuk temperatur,
perlindungan terhadap cahaya, dan keamanannya
j. Penyimpanan film
 Film disimpan secara aman di lemari terkunci dan menggunakan indikator suhu yang
sesuai kebutuhan film
 Semua persediaan kontras media pada unit harus diperiksa secara teratur untuk
memastikan kondisi penyimpanan yang tepat terpenuhi termasuk temperatur,
perlindungan terhadap cahaya, dan keamanannya
k. Penyimpanan reagen
 Reagen disimpan secara aman di ruangan terkunci dan menggunakan indikator suhu
yang sesuai kebutuhan reagen.
 Semua persediaan reagen pada unit harus diperiksa secara teratur untuk memastikan
kondisi penyimpanan yang tepat terpenuhi termasuk temperatur, perlindungan terhadap
cahaya, dan keamanannya.
l. Obat-obat pasien rawat inap yang dibawa dari rumah
1) Obat yang dibawa pasien dari rumah disimpan di depo farmasi rawat inap
m. Penyimpanan gas medis
 Gas medis disimpan dalam posisi berdiri
 Setiap gas medis diberi penandaan dengan warna yang berbeda dan nama gas di setiap
tabung. Oksigen berwarna putih dan nitrogen berwarna biru

46

Anda mungkin juga menyukai