Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN PENULISAN RESEP

RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU


Dsn. Dohik Empaning, Ds. Binjai, Kecamatan Tayan
Hulu, Kabupaten Sanggau
DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATA LAKSANA
BAB IV DOKUMENTASI
BAB V PENUTUP
KOP SURAT RUMAH SAKIT PARINDU

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU
TENTANG
PANDUAN PENULISAN RESEP

DI RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU

NOMOR :

DIREKTUR RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka membentuk pelayanan yang


berorientasi kepada pasien (patient oriented);

b. bahwa dalam upaya meningkatkan keamanan


pelayanan peresepan di rumah sakit dan memastikan
bahwa obat yang diterima pasien tepat dan aman,
maka rumah sakit wajib membuat penulisan resep
yang lengkap dan jelas guna menghindari kesalahan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud dalam


huruf a dan b diatas, maka perlu ditetapkan dalam
suatu keputusan Direktur RS Parindu Tentang
Pemberlakuan Panduan Penulisan Resep di RS
Parindu;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang


Psikotropika;
2. Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika;
3. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
4. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit ;
5. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.03.01/MENKES/146/I 2010 tentang Pengawasan
Obat Generik;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/068/I 2010 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012
tentang Akreditasi Rumah Sakit;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2017
tentang Perubahan Penggolongan Narkotika;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien;
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standart
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional;
21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Medical Staff By
Laws Di Rumah Sakit;
22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Pedoman
Penyusunan Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
23. Keputusan Direktur RS Parindu Nomor
445/016/412.202.1/2017 tentang Kebijakan
Manajemen Penggunaan Obat;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RS PARINDU TENTANG


PANDUAN PENULISAN RESEP DI RS PARINDU.

KESATU : Panduan penulisan resep sebagaimana tercantum dalam


lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari keputusan ini.

KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kesalahan
atau kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Sanggau
Pada tanggal : ….. Juni 2023
DIREKTUR
RS PARINDU SANGGAU

dr. MISLAINI MATONDANG


NIP : 00.0516.0273.0056
Lampiran I SK Direktur RUMAH SAKIT
PARINDU SANGGAU
Nomor :
Tanggal : ….. Juni 2023
Tentang : Panduan Penulisan Resep

BAB I
DEFINISI

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Menurut WHO,
peresepan yang rasional adalah permintaan obat sesuai dengan kebutuhan
klinik, dosis sesuai dengan kebutuhan pasien, diberikan dalam jangka waktu
yang sesuai dengan penyakit, dan dengan biaya termurah menurut pasien dan
komunitasnya. Kriteria penulisan resep diwajibkan aman, memenuhi kaedah 5
tepat 1 waspada (tepat indikasi; tepat obat; tepat pasien; tepat dosis dan
perhitungan dosis; tepat interval waktu dan lama pemberian obat; waspada
efek samping) dan rasional. Yang berhak menulis resep adalah dokter dan
dokter gigi terbatas pada pengobatan gigi dan mulut.
Penulisan resep dapat membentuk pelayanan berorientasi kepada
pasien (patient oriented) bukan material oriented). Resep itu sendiri dapat
menjad imedical record yang dapat dipertanggungjawabkan, dan bersifat
rahasia. Resep menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran dan
kefarmasian, oleh karena itu tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada
yang tidak berhak. Kerahasiaan resep dijaga sesuai dengan kodeetik dan
kaidah penulisan resep.
Penulisan resep di RS Parindu mengacu pada Formularium yang telah
ditetapkan oleh direktur melalui usulan para ketua Staf Medis Fungsional.
Formularium yang masih berlaku harus tetap dipatuhi oleh semua dokter
praktek di RS Parindu, jika dokter menginginkan obat diluar formularium
atas dasar keilmuan maka dokter tersebut wajib mengisi form permintaan
obat di luar formularium yang telah disediakan di Instalasi Farmasi RS
Parindu, dan selanjutnya Kepala Instalasi Farmasi membuat usulan ke
komite farmasi dan terapi atas form tersebut untuk dijadikan usulan
formularium berikutnya.
Resep yang benar adalah ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan
memenuhi peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku. Unsur-unsur
yang harus tercantum dalam lembar resep, antara lain:
1. Inscriptiosebagai identitasdokter penulis resep. Nama dokter dan No. SIP
dalam bentuk stempel dicantumkan dalam setiap peresepan.
2. Tanggal penulisan resep. Sangat penting untuk mengetahui kapan resep
dibuat.
3. Invocatio atau tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan permintaan obat.
Bila diresepkan lebih dari satu obat maka dituliskan R/ kembali untuk
obat yang kedua.
4. Prescriptio atau namaobatdanjumlahsertabentuksediaanyang diinginkan
ditulis dengan jelas.
5. Signatura yaitu aturan pakai, regimen dosis pemberian, rutedan
intervalwaktu pemberian harusjelasuntukkeamanan penggunaan obat
dankeberhasilanterapi.
Contoh :
a. S 2 dd 1 tab PC (2 kali sehari 1 tablet sesudah makan)
b. S 1-0-0 30 menit AC (pagi hari 1 tablet, 30 menit sebelum makan)
6. Subscriptio yaitu tandatangan/paraf dokter penulis resep berguna sebagai
legalitas dan keabsahan resep tersebut.
7. Pro yaitu identitas pasien dengan mencantumkan nama dan umur pasien,
sebaiknya juga mencantumkan berat badan pasien khususnya untuk bayi dan
anak-anak untuk menghindari over/under dosis pada pasien.
Upaya meningkatkan keamanan pelayanan peresepan di rumah sakit
dan memastikan bahwa obat yang diterima pasien tepat dan aman, maka
rumah sakit menjabarkan kebijakan elemen yang dapat diterima/ akseptabel
dari suatu pemesanan atau penulisan resep yang lengkap. Elemen-elemen
yang diatur dalam kebijakan termasuk sekurang-kurangnya:
1. Data yang penting dan lengkap untuk mengidentifikasi pasien secara
akurat. Misalnya nama lengkap pasien, alamat dan nomor rekam medis.
2. Elemen penulisan resep seperti yang telah disebutkan di unsur-unsur
penulisan resep mulai dari identifikasi dokter, inscriptio, invocatio,
prescriptio, subscriptio, signatura, identifikasi pasien.
3. Menggunakan nama generik atau nama dagang sesuai yang tercantum
dalam formularium rumah sakit.
4. Mencantumkan indikasi obat yang diresepkan jika diperlukan, misalnya S
p.r.n jika nyeri.
5. Prosedur khusus dalam pemesanan obat LASA (look alike sound alike).
6. Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak lengkap, tidak
terbaca atau tidak jelas.
7. Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti, dan setiap elemen yang
dibutuhkan dalam pemesanan yang emergency, dan pemesanan obat yang
dalam daftar obat automatic stop order.
8. Pemesanan obat secara verbal atau melalui telepon dan proses untuk
verifikasinya.
9. Jenis pemesanan yang berdasarkan berat badan (pasien anak).
Tujuan dari buku Panduan Interaksi Obat RUMAH SAKIT PARINDU
SANGGAU antara lain:
a. Sebagai panduan langkah-langkah dalam melakukan identifikasi resep
obat pasien RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU
b. Menghindari kesalahan interpretasi obat yang dapat membahayakan
pasien dan merugikan rumah sakit
c. Peningkatan mutu kualitas pasien dengan tercapainya terapi pasien
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam panduan ini adalah:


1. Semua dokter yang berpraktek di RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU
2. Instalasi Farmasi
3. Komite Farmasi dan Terapi
4. Semua perawat dan tenaga penunjang medis
BAB III
TATA LAKSANA

A. Langkah Preskripsi
1. Resep yang lengkap memuat:
a. Nama, alamat, dan SIP dokter
b. Tanggal penulisan resep
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat
d. Nama setiap obat/komponen obat& kekuatan obat, cara pembuatan,
bentuk sediaan obat dan jumlah
e. Aturan penggunaan obat (frekuensi, jumlah sekali pakai, waktu obat
diminum, dan informasi lain yang diperlukan)
f. Tanda tangan/paraf dokter penulisan resep
g. Tanda paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis maksimum
h. Data lengkap pasien berisi nama lengkap pasien; nomer rekam medis
pasien; asal ruang; alamat pasien; jenis kelamin; tanggal lahir; no.
telepon pasien.
2. Tata Cara Penulisan Resep
a. Ukuran blanko resep: lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm
b. Penulisan nama obat (bagian inscriptio):
1) Dimulai dengan huruf besar
2) Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam
Farmakope Indonesia atau Nomenklatur Internasional). Contoh: As.
Salisilat; Acetosal
3) Tidak ditulis dengan nama kimia, contoh: Kalium Chloride dengan
KCl atau singkatan lain dengan huruf kapital, contoh:
Chlorpromazine dengan CPZ
1. Penulisan jumlah obat
a. Satuan berat: mg (milligram); g, G (gram)
b. Satuan volume: ml (mililiter), l (liter)
c. Satuan unit: UI/IU (Internasional Unit)
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi.
Contoh:
1) Novalgin Tab no. XII
2) Stesolid 5 mg Supp no. X
3) m.fl.a.pulv. d.t.d.no. X
e. Penulisan alat penakar
Dalam singkatan bahasa latin dikenal:
1) C. = sendok makan (volume 15 ml)
2) Cth. = sendok teh (volume 5 ml)
3) Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)
Catatan: Hindari penggunaan sendok teh dan sendok makan rumah
tangga karena volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan dan 5
ml untuk sendok teh. Gunakan sendok plastik (5 ml) atau alat lain
(volume 5, 10, 15 ml) yang disertakan dalam sediaaan cair paten.
f. Arti prosentase (%)
1) 0,5% (b/b)  0,5 gram dalam 100 gram sediaan
2) 0,5% (b/v)  0,5 gram dalam 100 ml sediaan
3) 0,5% (v/v)  0,5 ml dalam 100 ml sediaan
g. Hindari penulisan dengan angka desimal (misal: 0,...; 0,0....; 0,00...)
2. a. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/ paten) yang
beredar di pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang
diminta harus ditulis, contoh: Amlodipin 5 mg Tab atau Amlodipin 10 mg
Tab.
b. Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari
sediaan jadi atau sediaan paten yang tersedia beberapa kemasan, maka
harus ditulis, Contoh:
1) Inpepsa Suspension 60 ml atau Inpepsa Suspension 120 ml
2) Garamycin cream yang 5 mg/tube atau Garamycin cream 15mg/tube
3. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian subscriptio) dituliskan
tidak hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officialis
dan spesialistis. Misal:
a. m.f.l.a.pulv. No. X
b. Tab Amlodipin 5 mg No. X
c. Tab Amlodipin 10 mg No. X
4. Penulisan jadwal dosis/ aturan pemakaian (bagian signatura)
a. Harus ditulis dengan benar
Contoh: s.t.d.d. pulv. I. PC atau s.p.r.n.t.d.d.tab.I
b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian ”tapering up/down”
gunakan tanda s.u.c (usus cognitus = pemakaian sudah tahu).
Penjelasan kepada pasien ditulis pada kertas dengan bahasa yang
dipahami.
5. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup
(untuk 1 R/) atau tanda pemisah di antara R/, jika R/ lebih dari 1 macam
obat dan paraf/ tanda tangan pada setiap R/.
6. Menuliskan indikasi penggunaan obat jika diperlukan.
7. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan
dan tindasan.
8. Penulisan tanda Iter (Iteretur/ harap diulang)
Resep yang memerlukan pengulangan dapat diberi tanda: Iter n X di
sebelah kiri atas dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak
semua resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang.
9. Penulisan tanda Cito atau PIM (Periculum In Mora/ Berbahaya bila
ditunda)
Apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena obat sangat
diperlukan bagi penderita, maka resep dapat diberi tanda Cito dan harus
ditulis di sebelah kanan atas resep.
10. Singkatan bahasa latin yang sering di pakai dalam resep dapat dilihat pada
halaman Lampiran I.

B. Tata Laksana Penulisan Resep


1. Berikut adalah prosedur penulisan resep oleh dokter di Rumah Sakit
Parindu Sanggau :
a. Tuliskan nama dokter penulis resep atau beri stempel nama dokter
beserta SIP dokter.
b. Tuliskan tanggal penulisan resep.
c. Tuliskan pada resep jika pasien memiliki riwayat alergi.
d. Tulis Iter n X di bagian kiri atas jika keseluruhan resep dapat diulang.
e. Tulis R/ pada bagian kiri untuk setiap penulisan nama obat yang
diresepkan.
f. Tuliskan disebelah tanda R/ nama dagang atau nama generik obat atau
komposisi obat yang dimaksud.
g. Tuliskan kekuatan/ dosis dibelakang nama obat. Contoh: Mefinal 500
mg atau Mefinal 250 mg.
h. Tuliskan bentuk sediaan obat dibelakang kekuatan/dosis obat yang
diresepkan. Contoh: tab untuk tablet, kaps untuk kapsul, syr untuk
sirup, fls untuk botol, supp untuk suppositoria.
i. Tulis jumlah yang diinginkan dengan angka romawi (No: numero)
dibelakang bentuk sediaan obat, jika berupa obat racikan maka tulis
setiap komposisi obat dengan jumlah yang dibutuhkan atau dalam
bentuk milligram, gram, milliliter, liter. Contoh: X untuk 10 (sepuluh), LX
untuk 60 (enam puluh).
j. Berikan arahan peracikan jika obat yang diresepkan berupa racikan
dalam bentuk sediaan yang diinginkan, contoh: m.f.l.a pulv d.t.d in No.
XV atau m.f.l.a oint da in pot.
k. Tulis aturan minum obat secara lengkap (S: Signa) di bawah nama obat.
Contoh: S 3 dd 1 tab PC untuk 3 kali sehari 1 tablet sesudah makan,
atau S 1-0-0 AC untuk 1 tablet pagi hari sebelum makan.
l. Beri garis penutup signa dan paraf
m. Tulis Iter N X di belakang garis penutup jika hanya obat tersebut yang
ingin diulang.
n. Beri tanda tangan dibelakang garis penutup jika obat yang diresepkan
termasuk golongan obat narkotika dan obat keras/ psikotropika.
o. Tempelkan stiker identitas pasien pada bagian identitas pasien (bagian
bawah blanko resep) atau tulis identitas pasien untuk identifikasi pasien
secara akurat, meliputi : nama dan tanggal lahir pasien
p. Tuliskan berat badan untuk pasien anak di bagian identitas pasien.
q. Jika terdapat perubahan atau perbaikan terhadap resep/instruksi
pengobatan, maka gantilah dengan resep yang baru, jangan
mencoret/menindih tulisan sebelumnya.
2. Yang perlu diperhatikan dalam peresepan adalah:
a. Peresepan terutama mengacu pada formularium RS Parindu yang
berlaku.
b. Dalam melakukan peresepan, dokter harus memperhatikan 3 faktor
yaitu, alergi, kontraindikasi, dan interaksi obat baik potensial maupun
aktual.
c. Peresepan harus memperhatikan obat yang dibawa/digunakan oleh
pasien sebelum perawatan di rumah sakit dan saat transfer antar ruang
melalui proses rekonsiliasi pengobatan.
d. Peresepan obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medicine) tertentu
harus mencantumkan nama generiknya jika ditulis dalam nama
dagangnya dan dilengkapi dengan protokol terapi.
e. Penulisan singkatan dalam resep mengacu pada daftar singkatan baku di
RS Parindu.
f. Instalasi Farmasi dapat mengganti obat merek dagang dengan obat
generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain jika:
1) atas persetujuan dokter penulis resep
2) pembayaran pasien tidak mencukupi
3) dalam keadaan darurat atas persetujuan pasien/keluarga
g. Hindari penulisan nama obat dengan singkatan, terutama jika berpotensi
menimbulkan kesalahan interpretasi.
h. Jika diperlukan pemberian dengan signa p.r.n (pro renata atau bila
perlu), harus ditulis sesuai indikasi (seperti bila nyeri, bila muntah) serta
menyertakan dosis maksimal dalam sehari.
i. Permintaan obat untuk anak-anak harus mencantumkan berat badan
pasien.
j. Permintaan obat sitostatika harus mencantumkan dosis obat
berdasarkan luas permukaan tubuh (X mg/m2).
k. Permintaan High Alert Medicine selain narkotika dan sitostatika secara
verbal dapat dilakukan dengan pengejaan huruf berdasarkan abjad (Nato
phonetic).
l. Perintah/instruksi pemberian obat secara verbal atau lewat telepon
harus dicatat dengan benar dan penerima perintah harus melakukan
proses Tulis-Baca-Kembali (TBAK) atau readback sebagaimana diatur
dalam SPO.
3. Penanganan resep obat kategori LASA:
a. Hindari pemesanan obat yang termasuk kategori LASA (look alike sound
alike) melalui telepon, contoh: Histapan tab dengan Heptasan tab,
Merosan injeksi dengan Merotik injeksi, Brainact 500 mg tab dengan
Brainact 500 mg injeksi.
b. Hindari menulis singkatan pada obat yang termasuk kategori LASA. Tulis
obat yang dimaksud dengan lengkap dan jelas menggunakan huruf tegak
kapital, dan sertakan bentuk sediaan serta dosis yang dimaksud.
c. Crosscheck ulang resep yang diminta minimal 2 petugas farmasi jika
tidak jelas, tanyakan kembali pada dokter penulis resep atau perawat
dan ulangi permintaan yang dimaksud kemudian minta petugas farmasi
lain untuk mengecek ulang obat yang sudah disiapkan.

BAB IV
DOKUMENTASI

Resep pasien rawat inap dan rawat jalan dirutkan perhari dan dibendel
perbulan, dipisahkan antara resep rawat inap dan resep rawat jalan dan
dibedakan antara resep yang mengandung obat narkotik psikotropik dengan
resep non narkotik psikotropik. Resep pasien Rumah Sakit Parindu Sanggau
disimpan selama 5 tahun untuk kemudian dimusnahkan sesuai dengan
Permenkes 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan di Rumah Sakit.
LAMPIRAN 1
DAFTAR SINGKATAN DALAM PERESEPAN
1. Bentuk Sediaan
Singkatan
N
yang Kepanjangan Arti
o
diperbolehkan
1 Emuls Emulsum Emulsi
2 Inj Injectio Obat suntik
3 Sol Solutio Larutan
4 Susp Susspensio Suspensi
5 Syr Syrupus Sirup
6 Garg Gargarisma Obat kumur
7 Gtt auric Guttae auriculaes Obat tetes telinga
8 Gtt nasal Guttae nasales Obat tetes hidung
9 Gtt opht Guttae ophthalmicae Obat tetes mata
10 Amp Ampulae Ampul
11 Fls Flacon Botol
12 Supp Suppositorum Suppositoria
13 Cr Cream Krim
14 Cap/Caps Capsulae Kapsul
15 Tab Tabulae Tablet
16 Pulv Pulvis/pulveres Serbuk/serbuk
terbagi
17 Neb Nebulae Obat semprot

2. Frekuensi
Singkatan
N
yang Kepanjangan Arti
o
diperbolehkan
1 1 dd Semel de die Satu kali sehari
2 2 dd Bis de die Dua kali sehari
3 3 dd Ter de die Tiga kali sehari
4 4 dd Quarter de die 4 kali sehari
5 Oh Omni hora Setiap jam
3. Waktu pemberian
Singkatan
No yang Kepanjangan Arti
diperbolehkan
1 ac Ante coenam Sebelum makan
2 dc Durante coenam Saat sedang makan
3 pc Post Coenam Sesudah makan
4 hs Hora somni Sebelum tidur
5 an Ante coenam Sebelum tidur
6 m et v Mane et Vespere Pagi dan Sore
7 p.r.n Pro re nata Bila perlu

4. Penggunaan
Singkatan
No yang Kepanjangan Arti
diperbolehkan
1 Ue Usus externum Obat luar
2 Up Usus propius Untuk dipakai
sendiri
3 pro inj Pro injectio Untuk di suntikkan

5. Lain-lain
Singkatan
No yang Kepanjangan Arti
diperbolehkan
1 Dext Dextra Kanan
2 Sin Sinistra Kiri
3 R/ Recipe Ambillah
4 S Signa Tandailah
5 Ad Ad Sampai dengan
6 Mf Misca fac Campur dan buatlah
7 Iter Iter Diulang
LAMPIRAN 2
PENGEJAAN HURUF ABJAD (NATO PHONETIC)

HURUF PENGEJAAN
A Alfa
B Bravo
C Charlie
D Delta
E Echo
F Foxtrot
G Golf
H Hotel
I India
J Juliet
K Kilo
L Lima
M Memo
N November
O Oscar
P Papa
Q Quantum
R Romeo
S Siera
T Tango
U Uniform
V Victor
W Whiskey
X x-ray
Y Yankee
Z Zola
BAB V
PENUTUP

Pelayanan peresepan yang aman, tepat, dan berkualitas harus selalu di


utamakan sehingga pasien mendapatkan pengobatan yang optimal dan
bermutu.Panduan peresepan obat ini dibuat untuk menjadi pembelajaran bagi
dokter, perawat, maupun tenaga kesehatan lainnya dalam menerapkan
peresepan maupun pemesanan obat dengan baik agar tujuan utama peresepan
dapat tercapai.Demikian panduan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan dan
dilakukan evaluasi tiap 6 bulan.

Ditetapkan di : Sanggau
Pada tanggal : ….. Juni 2023
DIREKTUR
RS PARINDU SANGGAU

dr. MISLAINI MATONDANG


NIP : 00.0516.0273.0056

Anda mungkin juga menyukai