Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN INTERAKSI OBAT

RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU


Dsn. Dohik Empaning, Ds. Binjai, Kecamatan Tayan
Hulu, Kabupaten Sanggau
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATA LAKSANA
BAB IV DOKUMENTASI
BAB V PENUTUP
KOP SURAT RUMAH SAKIT PARINDU

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU
TENTANG
PANDUAN INTERAKSI OBAT
DI RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU

NOMOR :

DIREKTUR RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU,

Menimbang 1. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


: maka perlu dibuatkan panduan interaksi obat yang
digunakan sebagai panduan langkah-langkah dalam
melakukan identifikasi interaksi obat pasien;
2. Bahwa agar pemberian pelayanan dapat berjalan
dengan baik dan lancar serta pengambilan keputusan
yang tepat maka diperlukan panduan pelaksanaan;
3. Bahwa untuk pelaksanaan butir 1 (satu), dan 2 (dua)
tersebut di atas perlu ditetapkan dengan Keputusan
Direktur.

Mengingat 1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang


: Psikotropika;
2. Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika;
3. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
4. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit ;
5. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.03.01/MENKES/146/I 2010 tentang Pengawasan
Obat Generik;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/068/I 2010 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012
tentang Akreditasi Rumah Sakit;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2017
tentang Perubahan Penggolongan Narkotika;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien;
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standart Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional;
21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Medical Staff By
Laws Di Rumah Sakit;
22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Pedoman
Penyusunan Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RS PARINDU TENTANG PANDUAN


INTERAKSI OBAT DI RS PARINDU.

KESATU : Memberlakukan Panduan Interaksi Obat di RS Parindu


sebagaimana terlampir dalam Keputusan Direktur;

KEDUA : Apabila di kemudian hari terdapat kekurangan dan kekeliruan


dalam penetapan keputusan ini maka akan diadakan perubahan
dan perbaikan sebagaimana mestinya;
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditandatangani.

Ditetapkan di : Sanggau
Pada tanggal : ….. Juni 2023
DIREKTUR
RS PARINDU SANGGAU

dr. MISLAINI MATONDANG


NIP : 00.0516.0273.0056
Lampiran I SK Direktur RUMAH SAKIT
PARINDU SANGGAU
Nomor :
Tanggal : ….. Juni 2023
Tentang : Panduan Interaksi Obat

BAB I
DEFINISI
Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana efek
suatu obat berubah karena adanya intervensi dengan obat lain, obat herbal,
makanan, minuman, atau zat-zat kimia lain. Kejadian interaksi obat yang
mungkin terjadi diperkirakan berkisar antara 2.2% hingga 30% dalam
penelitian pasien rawat inap di rumah sakit, dan berkisar antara 9.2% hingga
70.3% yang terjadi pada pasien di luar rumah sakit (Jankel CA & Speedie SM,
1990). Meskipun kejadian interaksi obat yang bermakna klinis relatif kecil,
tetapi sejumlah besar pasien mempunyai risiko morbiditas (angka kesakitan)
atau bahkan mortalitas (angka kematian) akibat interaksi obat, dalam
pengobatan mereka. Interaksi obat dapat bersifat farmakodinamik atau
farmakokinetik.
a. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang
mempunyai efek farmakologi atau efek samping yang serupa atau yang
berlawanan. Interaksi ini dapat disebabkan karena kompetisi pada reseptor
yang sama, atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem
fisiologik yang sama. Jika dua obat yang mempunyai kerja yang serupa
atau tidak serupa diberikan, maka efek kombinasi dari kedua obat itu
dapat menjadi aditif (efek dua kali lipat), sinergis (lebih besar dua kali lipat),
atau antagonis (efek dari salah satu atau kedua obat itu menurun).
b. Interaksi farmakokinetik yaitu interaksi yang terjadi apabila satu obat
mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain.
Dengan demikian interaksi ini meningkatkan atau mengurangi jumlah obat
yang tersedia (dalam tubuh) untuk dapat menimbulkan efek
farmakologinya.
Tujuan dari buku Panduan Interaksi Obat RS Parindu antara lain:
a. Sebagai panduan langkah-langkah dalam melakukan identifikasi interaksi
obat pasien RS Parindu

Panduan Interaksi Obat 0


b. Memudahkan akses memperoleh informasi mengenai interaksi obat
c. Meningkatkan mutu pelayanan dan keamanan penggunaan obat pasien

Panduan Interaksi Obat 1


BAB II
RUANG LINGKUP

Pengecekan interaksi obat dilakukan kepada pasien rawat jalan, pasien


rawat inap, pasien one day care RS Parindu yang mendapatkan resep dokter
lebih dari satu macam, dan khususnya pada pasien yang rentan mengalami
interaksi obat, yaitu:
a. Pasien lansia
b. Pasien yang minum lebih dari satu macam obat
c. Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan/atau hati
d. Pasien dengan penyakit akut
e. Pasien yang ditangani oleh lebih dari satu dokter
f. Pasien yang memiliki karakteristik genetic tertentu
g. Pasien dengan penyakit tidak stabil
Perlunya pemantauan khususnya pada obat-obat yang besar
kemungkinannya terlibat dalam interaksi obat yaitu:
a. Obat yang mempunyai rentang terapi sempit
Contoh: Digoksin, Fenitoin, Teofilin, Warfarin
b. Obat yang memerlukan pengendalian dosis yang teliti
Contoh: Obat antidiabetik oral, antihipertensi
c. Obat yang menginduksi atau menghambat system enzim mikrosom hepatik
sitokrom P450 monooksigenase.
Contoh obat penginduksi enzim: Golongan Barbiturat (Fenobarbital),
Fenitoin, Griseofulvin, Karbamazepin, Rifampisin.
Contoh obat penghambat enzim: Amiodaron, Diltiazem, Ketokonazol,
Metronidazol, Natrium Valproat, Simetidin, Siprofloksasin, Verapamil

Panduan Interaksi Obat 2


BAB III
TATA LAKSANA

Pengecekan interaksi obat dilakukan saat menerima resep/pesanan obat


khususnya pada pasien yang mendapatkan lebih dari satu macam obat,
kemudian menilai apakah interaksi tersebut bermakna klinis atau tidak. Segera
informasikan dan diskusikan dengan dokter untuk meminimalkan risiko yang
mungkin terjadi. Strategi dalam penatalaksanaan interaksi obat, antara lain:
1. Hindari kombinasi obat yang berinteraksi
Apabila risiko interaksi pemakaian obat lebih besar daripada manfaatnya,
maka harus dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti. Sebagai
contoh, Simetidin memperlambat metabolisme hepatik oksidatif obat
dengan mengikat enzim sitokrom P450 (sebagai penghambat enzim),
sedangkan Antagonis-H2 yang lain yaitu Ranitidin tidak bermakna dalam
menghambat metabolisme hepatik mikrosomal obat.
2. Penyesuaian dosis
Jika hasil interaksi obat meningkatkan atau mengurangi efek obat, maka
perlu dilakukan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk
mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut. Contoh, dosis
pemeliharaan glikosida jantung Digoksin harus dikurangi menjadi
setengahnya pada saat kita mulai memberikan Amiodaron (antiaritmia).
3. Memantau pasien
Jika kombinasi obat yang saling berinteraksi diberikan, pemantauan
diperlukan. Keputusan untuk memantau atau tidak tergantung pada
berbagai faktor, seperti karakteristik pasien, penyakit lain yang diderita
pasien, waktu mulai menggunakan obat yang menyebabkan interaksi, dan
waktu timbulnya reaksi interaksi obat.
Pemantauan dapat meliputi hal-hal berikut ini:
a. Pemantauan klinis untuk menemukan berbagai efek yang tidak
diinginkan, informasi ditulis pada catatan medik pasien.
b. Pengukuran kadar obat dalam darah jika diperlukan dan berdasarkan
konfirmasi dari dokter untuk obat-obat yang memerlukan penyesuaian
dosis dan obat yang mempunyai rentang terapi sempit, dan bila kadar
obat dalam darah dan efek terapi diperkirakan saling berhubungan,
misalnya Fenitoin; Teofilin, Glikosida Jantung, dan antibiotika
Aminoglikosida (Amikasin dan Gentamisin)

Panduan Interaksi Obat 3


c. Pengukuran indicator interaksi, contohnya pemantauan International
Normalized Ratio (INR) untuk pasien yang memperoleh pengobatan
dengan Warfarin.
4. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya
Jika interaksi obat tidak bermakna klinis, atau jika kombinasi obat yang
berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang optimal, pengobatan
pasien dapat diteruskan tanpa perubahan.

Pengecekan dilakukan dengan menggunakan sumber pustaka khusus


untuk interaksi obat misalnya Stockley Drug Interactions dan Drug Interactions
by Hansten and Horn, atau pustaka lainnya yaitu British National Formulary
(BNF) dan Drug Information Handbook (DIH), dapat juga melihat di website
http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker. Jika buku pustaka
dan perangkat lunak untuk pengecekan secara online tidak tersedia maka
pengecekan dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam buku panduan
ini (Lampiran 1-4).

Panduan Interaksi Obat 4


BAB IV
DOKUMENTASI

Penatalaksanaan pada pasien yang mengalami interaksi obat atau


drug related problem dicatat dan didokumentasikan pada rekam medis
pasien, pada Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi, dituliskan
masalah terkait; rekomendasi dan penyelesaian dengan menggunakan
SOAP.

Panduan Interaksi Obat 5


BAB V
PENUTUP
Demikian panduan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan dan dilakukan
evaluasi tiap 6 bulan.

Ditetapkan di : Sanggau
Pada tanggal : ….. Juni 2023
DIREKTUR
RS PARINDU SANGGAU

dr. MISLAINI MATONDANG


NIP : 00.0516.0273.0056

Panduan Interaksi Obat 6


LAMPIRAN 1
OBAT YANG BERINTERAKSI DENGAN MAKANAN

Panduan Interaksi Obat 7


LAMPIRAN 2
INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT

Panduan Interaksi Obat 8


Panduan Interaksi Obat 9
Panduan Interaksi Obat 10
Panduan Interaksi Obat 11
Panduan Interaksi Obat 12
Panduan Interaksi Obat 13

Anda mungkin juga menyukai