Anda di halaman 1dari 11

BAB IV.

PEMBAHASAN

Kegiatan pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 371 berlangsung dari pukul 08.00 –
24.00. Pada Apotek Kimia Farma No. 371 terdapat praktek dokter umum, dan tersambung
dengan dokter spesialis mata dan THT di klinik sebelahnya. Selain itu, Apotek Kimia Farma
No. 371 juga melayani pasien asuransi kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Pasien BPJS yang ingin memeriksakan diri ke dokter spesialis mata dan THT di klinik
mata dan THT harus menyertakan surat rujukan terlebih dahulu; surat rujukan tersebut dapat
diperoleh salah satunya dari dokter umum di apotek Kimia Farma No. 371.
Berdasarkan Permenkes No. 35 tahun 2014, sarana dan prasarana apotek harus mudah
diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana apotek juga harus dapat menjamin mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta kelancaran praktek pelayanan
kefarmasian. Sarana dan prasarana di apotek meliputi ruang penerimaan resep, ruang pelayanan
resep dan peracikan, ruang penyerahan obat, ruang konseling, ruang penyimpanan sediaan
farmasi, serta ruang arsip.
Sarana dan prasarana di Kimia Farma No. 371 belum memenuhi kriteria secara
optimal, karena tidak terdapat ruangan tertutup untuk konseling oleh apoteker terhadap pasien.
Ruangan dalam apotek terdiri dari ruang tunggu, swalayan farmasi, ruang pelayanan, ruang
penyimpanan dan peracikan obat. Ruang tunggu di Kimia Farma No. 371 memiliki pendingin
ruangan. Swalayan farmasi pada outlet ini terletak di dekat pintu masuk dan mudah terlihat dari
ruang tunggu. Swalayan farmasi menyediakan sediaan farmasi yang dapat dibeli secara bebas
tanpa resep dokter, seperti obat bebas, obat bebas terbatas, obat herbal, food supplement, alat
kesehatan, perawatan tubuh, perawatan bayi, makanan dan minuman ringan serta produk susu.
Ruang pelayanan pada meja counter obat terdiri dari area penerimaan resep, area kasir dan area
penyerahan informasi obat.
Ruang peracikan di Kimia Farma No. 371 tergabung dalam satu ruangan dengan ruang
penyiapan dan penyimpanan obat. Ruang peracikan dilengkapi dengan fasilitas untuk
peracikan seperti neraca, lumpang dan alu, alat pembuat kapsul, bahan baku, bahan pengemas
seperti cangkang kapsul, pembungkus puyer dan juga disertai dengan wastafel. Ruang
penyiapan dilengkapi dengan meja untuk menulis etiket dan mengemas obat, terhubung
langsung dengan ruang pelayanan. Selain itu juga dilengkapi dengan buku standar apotek
seperti ISO, MIMS, serta alat administrasi seperti kuitansi, dan salinan resep. Pada ruang
penyimpanan terdapat lemari yang terdiri dari banyak rak dimana obat tersusun sedemikian
rupa sehingga mudah untuk disimpan dan dijangkau pada saat penyiapan, peracikan dan

1
pengemasan. Ruang peracikan yang terpisah menurunkan resiko kontaminasi dari petugas ke
racikan obat, ataupun dari racikan obat ke petugas. Ruang administrasi dilengkapi dengan
komputer yang digunakan untuk membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) serta
menginput barang-barang yang dikirim oleh distributor (PBF) serta kegiatan administrasi
lainnya.

A. Pengelolaan Apotek
Pengelolaan apotek merupakan seluruh kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas
dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek sepenuhnya berada di tangan apoteker, oleh
karena itu apoteker harus mengelola secara efektif sehingga obat yang disalurkan kepada
masyarakat akan lebih dapat dipertanggungjawabkan, karena kualitas dan keamanannya selalu
terjaga. Pengelolaan apotek meliputi pengelolaan obat, pengelolaan resep, administratif dan
Sumber Daya Manusia (SDM).
A.1. Pengelolaan Sediaan Farmasi
Pengelolaan sediaan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan.
a. Perencanaan dan Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi di outlet Kimia Farma dilakukan secara terpusat oleh bagian
pembelian Distribution Centers (DC) di Business Manager (BM) yang kemudian disalurkan
ke apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah BM tersebut. BM Kimia Farma terletak di
lantai 3 apotek Kimia Farma 32, dimana BM ini menaungi seluruh outlet Kimia Farma di
Pontianak, Kubu Raya dan Singkawang. Pengadaan dilakukan berdasarkan data pareto dan
yang tercatat pada buku defekta. Analisis pareto yaitu pengelompokan item obat berdasarkan
kebutuhan dananya. Kelompok A adalah jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 75–85% dari jumlah dana obat keseluruhan. Kelompok
B adalah kelompok obat yang menyerap dana 10–15%, sedangkan kelompok C sebesar
maksimal 10% dari jumlah dana obat keseluruhan. Defekta yaitu daftar barang yang hampir
atau akan habis. Setiap minggunya, petugas di apotek pelayanan yang bertanggungjawab pada
masing-masing lemari obat akan melakukan pemeriksaan terhadap sisa barang yang tersedia,
apabila barang akan habis maupun sudah habis, petugas mencatatnya ke dalam buku defekta.
Data dari buku defekta kemudian di entry ke dalam komputer dalam bentuk Bon Permintaan
Barang Apotek (BPBA). BPBA yang telah diseleksi dan disetujui oleh manajer apotek
kemudian dapat dikirimkan ke bagian gudang BM melalui program KIS (Kimia Farma
Information System).

2
Bagian pembelian di BM kemudian mengumpulkan data barang yang harus dipesan
berdasarkan BPBA dari apotek pelayanan. Jika barang yang dipesan oleh apotek tersedia di
gudang BM, maka BM akan mengantar langsung (dropping) barang tersebut ke apotek.
Namun, jika barang yang dipesan tidak tersedia di gudang BM, pihak BM akan melakukan
pemesanan ke PBF atau pemasok resmi yang telah dipilih berdasarkan pada ketersediaan
barang, kualitas barang yang dikirim yang dapat dipertanggungjawabkan, besarnya potongan
harga (diskon) yang diberikan, kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu, serta cara
pembayaran.
Bagian pembelian BM akan membuat Surat Pesanan (SP) obat-obatan umum yang
berisi nama distributor, nama barang, kemasan, jumlah barang dan potongan harga yang
kemudian ditandatangani oleh bagian pembelian dan manajer apotek pelayanan. Setelah
membuat SP, bagian pembelian BM langsung memesan barang ke distributor. Distributor akan
mengantar barang yang dipesan langsung ke bagian pembelian BM dan dilakukan pengecekan.
Setelah dilakukan pengecekan, faktur di entry oleh pihak BM kemudian diserahkan ke apotek
pelayanan disertai dengan dokumen faktur. Sedangkan untuk pengadaan obat narkotika,
psikotropika, prekursor, dan obat-obat tertentu dilakukan dengan formulir khusus SP narkotika,
psikotropika, prekursor, dan obat-obat tertentu. Pengadaan obat narkotika dilakukan dengan
pemesanan langsung oleh masing-masing apotek pelayanan kepada PBF Kimia Farma. Obat
psikotropika, prekursor, dan obat-obat tertentu juga dipesan langsung oleh masing-masing
apotek pelayanan ke PBF yang memiliki izin resmi melalui SP tertentu yang harus
ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek dan PBF langsung mengantar obat tersebut ke
masing-masing apotek.
Pembayaran dilakukan oleh bagian BM ke PBF. Pembayaran dapat dilakukan secara
tunai atau selama rentang jatuh tempo sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak. Saat
pembayaran telah lunas maka pihak BM akan menukar faktur dengan nota lunas kepada PBF
sebagai bukti pelunasan. Jika ada sediaan farmasi yang dibutuhkan segera tetapi tidak ada
persediaan (cito), apotek dapat mengadakan by pass atau pembelian mendesak ke BM. Sediaan
farmasi yang akan di by pass tidak boleh barang pareto A dan tidak boleh terdapat pada daftar
BPBA minggu tersebut karena jumlah permintaan menjadi ganda. Selain itu apotek dapat juga
melakukan dropping antar apotek, yaitu permintaan barang antar apotek (pembelian intern
antar apotek Kimia Farma). Permintaan barang antar apotek Kimia Farma diajukan dengan
menggunakan BPBA, sehingga apotek yang meminta menambah pembelian dan apotek yang
memberikan barang menambah penjualan atau pembelian dilakukan kepada apotek swasta

3
lainnya. Untuk pemilihan apotek swasta dilakukan berdasarkan pengalaman dan berdasarkan
citra dari apotek swasta tersebut.
Apotek Kimia Farma juga melakukan pengadaan dengan sistem konsinyasi. Konsinyasi
merupakan bentuk kerjasama yang biasanya dilakukan untuk produk atau obat-obat baru,
barang promosi, alat kesehatan, food supplement. Konsinyasi dilakukan dengan cara
menitipkan produk dari perusahaan kepada Kimia Farma, kemudian setiap bulannya dilakukan
pengecekan dari pihak perusahaan untuk mengetahui jumlah produk yang terjual. Barang
konsinyasi ini apabila tidak laku, maka dapat diretur dan yang difakturkan untuk dibayar adalah
barang yang terjual saja.
b. Penerimaan
Penerimaan barang di apotek pelayanan berasal dari dua sumber yaitu gudang BM dan
pemasok. Barang yang telah dipesan akan dikirimkan ke apotek disertai faktur, kemudian
petugas apotek melakukan verifikasi penerimaan/penolakan dengan memeriksa kesesuaian
jenis, spesifikasi, nama barang, jumlah, mutu, expired date, waktu penyerahan, dan harga yang
tertera dalam kontrak/pesanan. Jika barang telah sesuai maka faktur diberi nomor unit
penerimaan, ditandatangani oleh penerima, diberi stempel apotek pada faktur asli dan
salinannya. Faktur asli diserahkan kembali kepada petugas pengantar barang atau distributor
untuk kemudian dijadikan bukti saat penagihan pembayaran. Petugas kemudian
mendokumentasikan barang yang datang ke dalam buku penerimaan barang sesuai faktur. Jika
barang tidak sesuai dengan SP atau terdapat kerusakan fisik, maka petugas akan membuat nota
pengembalian barang/retur dan mengembalikan barang tersebut ke PBF yang bersangkutan
untuk ditukar dengan barang yang sesuai.
c. Penyimpanan
Sistem gudang apotek tidak diterapkan oleh Apotek Kimia Farma di Pontianak karena
sudah menggunakan sistem DC yang berfungsi seperti gudang untuk outlet-outlet apotek
dibawahnya, selain itu juga untuk meminimalisasi penyimpanan barang dalam jumlah besar
dengan tujuan mengurangi cost inventory investment dan meminimalisir kehilangan atau
kerusakan barang karena kadaluarsa. Sediaan farmasi dan sediaan kesehatan lainnya yang
diterima diletakkan pada tempat yang sesuai. Penyimpanan barang-barang di apotek dilakukan
di dua area, yaitu area apotek dan area swalayan farmasi.
Pada swalayan farmasi, obat dan barang yang disimpan adalah yang dapat dibeli bebas.
Penyusunan obat/barang di swalayan farmasi berdasarkan kelompok tertentu misalnya,
medicine tablet; medicine syrup; personal and oral care; traditional medicine; vitamin and

4
mineral syrup; vitamin and mineral tablet; paper product and diapers; milk and nutrition;
topical and first aid; skin care, soap and bodywash; beauty care; food and drink.
Sedangkan untuk penyimpanan obat ethical di area apotek, obat dimasukkan dalam
sebuah kotak dan disusun dalam rak penyimpanan obat. Rak penyimpanan obat dikelompokkan
berdasarkan bentuk sediaan (sediaan padat, setengah padat, dan cair), farmakologi (analgetik,
gastrointestinal, respiratorik, antibiotik, antijamur, antiinflamasi, kardiovaskular, antihistamin,
hormon, vitamin dan food supplement), serta kelompok obat tertentu (obat generik, asuransi,
produk kimia farma, narkotika, psikotropika dan prekursor, injeksi, sediaan untuk mata),
kemudian obat disusun secara alfabetis.
Selain itu, terdapat lemari pendingin untuk menyimpan obat-obat seperti suppositoria,
ovula dan insulin. Penyimpanan menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First Expired First Out) dengan cara selalu dilakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa saat
penerimaan dan penyusunan barang di area penyimpanan. Jika barang yang datang memiliki
tanggal kadaluwarsa yang sama dengan barang lama, dilakukan FIFO. Namun, jika barang
yang datang memiliki tanggal kadaluwarsa lebih awal dari barang yang lama, maka dilakukan
FEFO. Hal ini untuk menghindari terjadinya penumpukan barang kadaluwarsa ataupun rusak
akibat kesalahan dalam penyusunan saat penyimpanan barang. Cara penyimpanan ini sudah
memenuhi program GPP (Good Pharmaceutical Practice), dimana penyimpanan obat disusun
berdasarkan kelas terapi. Pemberian label nama dan kekuatan obat pada rak penyimpanan
menggunakan kertas yang berwarna berbeda untuk setiap golongan; hal ini bertujuan untuk
memudahkan dalam pencarian.
Penyimpanan obat-obatan golongan narkotik, psikotropik, prekursor, dan obat-obat
tertentu memerlukan perhatian khusus. Apotek Kimia Farma No. 371 sudah memenuhi
persyaratan penyimpanan obat golongan narkotik berdasarkan Permenkes RI No. 3 Tahun 2015
yaitu sebagai berikut: lemari penyimpanan terbuat dari kayu seluruhnya, menempel pada
dinding, hanya berisi obat golongan narkotik, memiliki kunci ganda, terletak di tempat yang
aman dan tidak terlihat oleh umum dan di bawah tanggung jawab seorang apoteker.
Penyimpanan obat-obatan golongan psikotropik dan prekursor diatur dalam Permenkes No. 3
tahun 2015. Apotek Kimia Farma No. 371 sudah memenuhi seluruh persyaratan tersebut, di
mana lemari penyimpanan terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan karena
menempel pada dinding, memiliki kunci ganda, diletakkan di tempat aman dan tidak terlihat
oleh umum, serta dibawah tanggung jawab apoteker.
Pemasukan dan penggunaan obat/barang harus di entry ke dalam komputer dan untuk
ketelitian dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal pengisian/pengambilan, nomor

5
dokumen, jumlah barang yang diisi/diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan
pengisian/pengambilan barang. Hal ini berlaku terutama untuk obat-obatan jenis narkotik,
psikotropika, dan prekursor. Kartu stok ini diletakkan di masing-masing tempat obat/barang.
Penggunaan kartu stok di Kimia Farma No. 371 masih kurang optimal karena tidak dijalankan
pada obat-obatan yang bukan dalam ketiga golongan tersebut. Hal ini ditujukan untuk
mempermudah dan mempersingkat waktu saat melayani pasien baik pasien resep maupun non-
resep; selain itu seringkali resep BPJS maupun umum masuk secara bersamaan sehingga
petugas tidak sempat dalam menuliskan pada kartu stok setelah pengambilan obat.
Untuk pengendalian barang, dilakukan stock opname setiap akhir bulan sekali dengan
cara menghitung jumlah fisik obat untuk masing-masing item kemudian dicek kesesuaiannya
dengan data yang ada. Hal ini dilakukan untuk mengontrol stok obat serta pengawasan terhadap
kualitas, kehilangan barang, barang kadaluarsa, barang fast moving atau slow moving, demikian
juga barang yang tidak laku.
A.2. Pengelolaan Resep
a. Pelayanan Resep
Pelayanan resep di apotek terdiri dari pelayanan resep tunai dan non tunai (kredit).
Pelayanan resep tunai berupa resep obat UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) dan obat HV
(Hand Verkoop; untuk obat-obatan non etichal). Sedangkan pelayanan resep non tunai berupa
resep yang berasal dari keanggotaan perusahaan tertentu / lembaga pemerintahan yang
melakukan kerjasama dengan Apotek Kimia Farma, seperti BPJS, PLN, PT. Angkasa Pura,
dan lain-lain. Pelayanan resep terdiri dari skrining resep, penyiapan obat, dan penyerahan obat.
Alur penerimaan resep di Apotek Kimia Farma yaitu resep yang dibawa oleh pasien
diterima Tenaga Teknis Kefarmasian atau apoteker, kemudian resep di skrinning untuk melihat
persyaratan administratif, farmasetik, dan klinis. Kajian administratif berupa nama dokter,
nomor izin praktek dokter, alamat praktek dokter, nomor telepon, paraf dokter, nama pasien,
umur pasien, jenis kelamin pasien, berat badan pasien, dan tanggal penulisan resep. Kajian
farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas, dan ketercampuran obat. Kajian
klinis yang meliputi ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat,
duplikasi atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontra indikasi, serta interaksi.
Setelah dinyatakan resep sah dan lengkap, selanjutnya kasir melakukan pengecekan terhadap
persediaan obat dan diberi harga, kemudian kasir menanyakan kepada pasien terkait harga yang
harus dibayar; jika pasien setuju, maka obat langsung disiapkan.
Obat kemudian dikemas dengan kemasan yang sesuai dan diberi etiket. Etiket obat
umumnya mencantumkan nama pasien, jenis obat, dan tanggal penulisan etiket (terutama

6
berguna untuk masa pakai khusus obat-obat jenis suspensi) disamping aturan pakai obat. Hal
ini sesuai dengan GPP dan bertujuan untuk menjamin keamanan pasien dalam menggunakan
obat. Untuk pemakaian obat antibiotik, petugas memberikan penandaan khusus yang berisi
perhatian untuk meminum obat antibiotik tersebut sampai habis serta peringatan untuk sirup
kering antibitotik penggunaannya maksimal tujuh hari setelah pelarutan. Etiket di apotek Kimia
Farma No. 371 sudah dikelompokkan dengan baik di mana telah disediakan etiket yang
berbeda masing-masing untuk sediaan cair (sirup, eliksir, suspensi), sediaan padat, dan sediaan
khusus (sediaan luar untuk terapi mata, hidung, dan telinga; serta sediaan oles (salep, krim,
lotio).
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian disertai
dengan pemberian informasi obat. Sebelum obat diserahkan, petugas melakukan pemeriksaan
akhir untuk memastikan kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep. Pengecekan ini
dilakukan lebih dari satu orang bertujuan untuk meminimalkan kesalahan dalam penyerahan
obat. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan terhadap nama obat, jumlah, penandaan
etiket, permintaan salinan resep dan kuitansi sehingga pasien menerima obat sesuai dengan
yang diresepkan baik jenis, sediaan, jumlah, maupun aturan penggunaannya. Pada umumnya,
petugas yang bekerja sudah melayani dengan baik, ramah, sigap dan mau membantu mengatasi
kesulitan pelanggan. Selain itu, petugas juga cukup informatif dalam melayani pelanggan,
berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien dan cepat tanggap dalam mengatasi
keluhan konsumen.
Pengelolaan resep di Apotek Kimia Farma No. 371 sudah berjalan dengan baik. Resep
asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep kecuali
resep dengan pembayaran kredit. Resep dikumpul sesuai dengan kelompoknya. Bundel resep
ditulis keterangan kelompok resep, tanggal, bulan, dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan
ditempat yang telah ditentukan. Penyimpanan resep yang dilakukan secara berurutan dan
teratur dimaksudkan untuk memudahkan petugas jika sewaktu-waktu diperlukan penelusuran
resep. Resep prekursor, narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk memudahkan
penyusunan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat. Penyimpanan disatukan bersama
dengan arsip laporan bulanan prekursor, narkotika dan psikotropika.
b. Pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri)
Pelayanan UPDS adalah penjualan obat bebas atau sediaan farmasi yang dapat dibeli
tanpa resep dokter, seperti OTC (Over the Counter) baik obat bebas dan obat bebas terbatas
maupun sediaan farmasi lainnya. Adapun obat keras yang boleh diberikan kepada pasien yang

7
ingin melakukan UPDS yaitu obat-obatan yang tertera dalam Daftar Obat Wajib Apotek
(DOWA).
Prosedur pelayanan UPDS yaitu petugas menerima permintaan barang dari pasien dan
langsung menginformasikan ketersediaan obat. Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli
langsung membayar ke kasir. Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti
penyerahan nota penjualan bebas, kemudian diserahkan kepada pasien. Apoteker atau Tenaga
Teknis Kefarmasian memberikan informasi yang dibutuhkan pasien mengenai barang yang
dibeli.
Untuk obat-obatan jenis tertentu, petugas apotek juga menanyakan dan mencatat
identitas pasien seperti nama, alamat, dan nomor telepon pasien, keluhan pasien, nama obat
yang dibeli, dan meminta kesediaan pasien untuk menandatangani lembar swamedikasi. Hal
ini untuk memantau penggunaan obat oleh pasien terutama jika pasien kemudian mengalami
efek samping atau reaksi yang tidak diinginkan setelah penggunaan obat tersebut.
c. Pemusnahan Resep
Pemusnahan resep di Apotek Kimia Farma telah sesuai dengan peraturan dalam
Permenkes No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu :
1) Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep menurut urutan tanggal dan nomor urutan
penerimaan resep dan harus disimpan dalam jangka waktu 5 tahun.
2) Resep yang telah disimpan dalam jangka waktu 5 tahun dapat dimusnahkan.
3) Pemusnahan resep dapat dilakukan dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain oleh
apoteker dan disaksikan dengan sekurang-kurangnya petugas lain di apotek yang dibuktikan
dengan Berita Acara Pemusnahan Resep. Berita acara pemusnahan dibuat 4 rangkap dan
dikirim kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Balai Pemeriksaan Obat
dan Makanan, Kepala Dinas kesehatan Provinsi, dan Arsip di Apotek.
A.3. Administratif
Administrasi di seluruh Apotek Kimia Farma dilakukan secara komputerisasi untuk
meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan apotek. Informasi jumlah persediaan obat
juga dilakukan secara manual meskipun telah diterapkan dalam sistem komputerisasi hal ini
dimaksudkan untuk mencegah atau mengantisipasi kesalahan pada sistem komputerisasi.
Pemasukkan keuangan Apotek Kimia Farma berasal dari penjualan obat dengan resep
dokter, UPDS, kredit atau dari penjualan tunai lainnya. Untuk Apotek Kimia Farma No. 371,
petugas apotek terlebih dahulu mentransfer omset harian ke bank dan kemudian bukti transfer
diserahkan ke bagian keuangan di BM.

8
Pembelian dan pembayaran pada pelayanan resep kredit berdasarkan kerjasama serta
perjanjian yang disetujui antara apotek dengan instansi atau perusahaan tertentu. Penjualan
kredit di Apotek Kimia Farma No. 371 direkap secara berkala; di mana petugas apotek akan
merekapitulasi penjualan kredit secara komputerisasi yang berisi nomor faktur penjualan, nama
debitur dan jumlah piutang per hari. Kemudian hasil rekapan diserahkan ke BM untuk
selanjutnya pihak BM akan menagih ke instansi yang bersangkutan sesuai waktu pembayaran
yang telah ditentukan (maksimal waktu pembayaran 3 bulan).
Sistem yang diterapkan di seluruh Apotek Kimia Farma sudah tersentralisasi sehingga
semua pelunasan pembelian barang, administrasi pajak setiap outlet, dan pemesanan barang
berpusat di BM. Melalui konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan apotek dalam
satu area menjadi lebih efektif dan efisien. Sedangkan laporan stock opname yang diadakan
setiap bulan direkap dan dievaluasi oleh masing-masing APP (Apotek Pelayanan). Permintaan
obat setiap APP dicatat dalam buku defecta dan dibuat BPBA melalui aplikasi Kimia Farma,
kemudian dikumpulkan ke BM untuk ditindaklanjuti.
Apotek Kimia Farma No. 371 sudah memiliki dokter praktek. Pasien yang datang untuk
berobat terlebih dahulu dicatat statusnya meliputi nama pasien, alamat pasien, berat badan,
tinggi badan, tekanan darah, dan nomor telepon pasien. Pengarsipan catatan status pengobatan
pasien yang berobat di klinik Apotek Kimia Farma 371 dilakukan dengan menggunakan kartu
yang dibedakan warnanya baik antara pasien umum, pasien BPJS (yang berobat ke dokter
umum dan dokter gigi), maupun pasien YKKBI. Pengarsipan pasien BPJS dan YKKBI
menggunakan kartu berwarna pink, pasien umum menggunakan kartu berwarna kuning, dan
pasien BPJS yang berobat ke dokter gigi menggunakan kartu berwarna biru.
Pelaporan yang dilakukan oleh apoteker di Apotek Kimia Farma No. 371 terdiri atas
laporan penggunaan obat psikotropika, narkotika, obat mengandung prekursor, dan obat-obat
tertentu. Laporan narkotika dan psikotropika dibuat mengikuti kaidah dari aplikasi SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) dan ditandatangani oleh APA setiap bulannya
secara rutin. Laporan ini akan dikirim secara langsung menggunanakan aplikasi SIPNAP
paling lambat tanggal 10 setiap bulannya serta diserahkan pula hard filenya kepada Dinas
Kesehatan Kota, BBPOM dan 1 salinannya untuk arsip apotek.
A.4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia pada Apotek Kimia Farma No. 371 terdiri atas 6 orang yaitu 1
orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), dibantu oleh 1 orang Apoteker pendamping (Aping),
1 orang Tenaga Teknis Kefarmasian, 2 orang perawat, dan 1 orang tenaga teknis non
kefarmasian. Tenaga kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 371 telah memiliki SIPA bagi

9
Apoteker dan SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian serta secara keseluruhan telah
melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
51 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Dalam pelaksanaan sistem pengelolaan apotek di Apotek
Kimia Farma No. 371, apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, dan petugas apotek lainnya juga
merangkap sebagai petugas kasir dan administrasi
Selain petugas apotek, terdapat beberapa Sales Promotion Girl (SPG) yang ditugaskan
di apotek. SPG membantu meningkatkan penjualan produk serta membantu petugas apotek
dalam menyusun produk-produk di area swalayan farmasi dan mengambilkan produk-produk
yang ditempatkan di area tersebut. Hal ini sangat membantu petugas apotek untuk memberikan
pelayanan yang cepat.

B. Perpajakan
Adapun perpajakan yang dilakukan oleh apotek Kimia Farma adalah sebagai berikut :
1) Pajak yang dipungut oleh daerah
Pajak ini merupakan pajak yang dipungut pemerintah daerah berdasarkan peraturan pajak yang
ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan pemerintah daerah yang bersangkutan,
terdiri dari :
a. Pajak kendaraan bermotor/BBN (biaya Balik Nama)
b. Pajak reklame/iklan (papan nama Apotek)
c. SKITU (Surat Keterangan Izin Tempat Usaha)
d. SIUP (Surat Izin Usaha Perusahaan)
2) Pajak yang dipungut oleh Negara
Pajak ini berupa, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah dan digunakan untuk membiayai
negara, terdiri dari :
a. Pajak tak langsung, yaitu pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan pada orang lain,
terdiri dari biaya materai, cukai dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan).
b. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, terdiri dari :
i. Pajak Penghasilan (PPh pasal 21 Perseorangan)
ii. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25
iii. PBDR (Pajak atas Bunga, Deviden dan Royalti) diatur oleh PPh 23
iv. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 28
v. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 29
vi. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

10
vii. Pajak Pertambahan Nilai pedagang Eceran (PPNPE)

C. Pelayanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dan Pharmaceutical Care


Pelayanan yang dilakukan pada Apotek Kimia Farma berupa :
1. Pelayanan yang langsung dilayani oleh Apoteker berupa KIE, Pelayanan Informasi Obat
(PIO), dan konseling.
2. Monitoring penggunaan obat untuk mengetahui efek samping obat. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan melalui telepon (telefarma).
3. Pasien dapat langsung bertanya melalui telepon mengenai obat yang diterimanya.
4. HomeCare untuk pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes melitus, kolesterol, dan
darah tinggi.
Tujuan diselenggarakannya PIO di Apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat
yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, waktu, dan lama
pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Pelayanan Informasi Obat di Apotek Kimia
Farma No. 371 telah berjalan dengan baik di mana setiap obat yang diserahkan selalu diberikan
informasi terkait obat berupa aturan pakainya, cara penggunaan dan efek samping yang akan
terjadi. Pelayanan Informasi Obat ini dilakukan oleh APA atau Apoteker Pendamping, dan
dibantu dengan tenaga teknis kefarmasian. Selain itu, Apoteker dapat memberikan penjelasan
dan membantu dalam memilih obat yang sesuai dengan kondisi penyakit yang ada. Mahasiswa
PKPA juga diberi kesempatan memberikan PIO secara langsung kepada pasien, seperti
penggunaan antibiotik serta penyimpanannya, cara penggunaan obat-obat khusus (ovula dan
suppositoria), efek samping obat, dan informasi lain terkait terapi non farmakologi.
HomeCare sendiri merupakan bentuk pelayanan kefarmasian di rumah pasien.
Apoteker di Apotek Kimia Farma melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan
rumah, khususnya untuk pada pasien lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis
yakni penyakit diabetes melitus, kolesterol dan hipertensi ataupun pasien dengan obat lebih
dari 5 jenis.

11

Anda mungkin juga menyukai