37
38
Pembayaran secara
Barang datang ke BM Kredit
4) Penyimpanan
a) Penyimpanan obat di ruang penyimpanan dan peracikan
Setiap obat dimasukkan dalam sebuah kotak dan disusun secara alfabetis
dalam rak penyimpanan obat. Rak penyimpanan obat dikelompokkan berdasarkan
efek farmakologi, bentuk sediaan seperti sediaan padat (tablet dan kapsul),
sediaan setengah padat (salep, krim dan gel), sediaan cair (sirup, larutan,
suspensi), sediaan tetes mata, telinga dan hidung, salep mata, dan inhaler atau
spray serta berdasarkan kelompok obat tertentu seperti obat generik, antibiotika,
obat narkotika dan psikotropika. Obat-obat tersebut juga disimpan secara FEFO
(First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Selain itu terdapat pula
lemari es untuk menyimpan obat-obat seperti suppositoria dan insulin serta
terdapat meja untuk menulis etiket dan aktivitas penyiapan obat lain sebelum
diserahkan kepada pasien.
b) Penyimpanan obat atau barang di swalayan farmasi
Obat atau barang yang disimpan di swalayan farmasi adalah obat atau barang
yang dapat dibeli secara bebas. Produk-produk yang ada di swalayan farmasi
ditempatkan berdasarkan kelompok tertentu misalnya Herbal Medicine, Topical,
Medicine (obat OTC sediaan sirup, emulsi dan suspensi), Multivitamin Sirup,
Medicine (obat OTC sediaan tablet), Milk and Nutrition dan baby care sedangkan
untuk obat-obatan diletakkan secara alfabetis berdasarkan efek farmakologi dan
bentuk sediaan. Obat-obat tersebut juga disimpan secara FEFO (First Expired
First Out) dan FIFO (First In First Out).
c) Penyimpanan Dokumen
Dokumen sebagai arsip apotek disimpan dalam jangka waktu lima tahun.
Untuk resep penyimpanan disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep untuk
mempermudah penelusuran resep apabila diperlukan, baik untuk kepentingan
pasien maupun untuk pemeriksaan. Resep yang mengandung narkotika disimpan
terpisah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pembuatan laporan
penggunaan narkotika. Setelah lima tahun, resep dapat dimusnahkan dengan cara
dibakar dan dibuatkan berita acara pemusnahan resep.
43
d) Dropping
Droping merupakan peminjaman obat yang dilakukan oleh sesama Apotek
Kimia Farma, droping dilakukan apabila obat-obat yang diminta oleh pasien tidak
tersedia di Apotek Kimia Farma 176 Tanjung Batu, maka pihak apotek dapat
meminjam obat ke Apotek Kimia Farma lainnya. Pada saat melakukan droping
pihak yang mengambil obat membawa kertas bon permintaan barang di apotek.
e) Pemusnahan Obat Kadaluarsa dan Rusak
Pemusnahan obat yang kadaluwarsa dan rusak di Apotek Kimia Farma 176
Tanjung Batu yaitu dengan cara dibakar atau ditanam di lingkungan apotek. Cara
lain yaitu obat yang kadaluwarsa dan rusak dikumpulkan menjadi satu lalu
diserahkan kepada pihak bisnis manajer untuk dimusnahkan dan dibuat berita
acaranya.
f) Stock Opname
Stock opname dilakukan setiap 3 bulan sekali yaitu bulan Maret, Juni,
September dan Desember dengan cara menghitung sisa stok obat yang ada di
apotek dan kemudian hasilnya dilaporkan kepada pimpinan Apotek Kimia Farma
Samarinda. Stok opname dilakukan untuk menjaga agar stok fisik dan stok di
komputer sama, mengontrol obat yang keluar masuk, melihat HPP (Harga Pokok
Penjualan) di apotek, melihat rugi laba dan mengetahui barang atau obat yang
mendekati masa kadaluwarsa.
Fungsi stok opname yaitu untuk mengetahui apakah terjadi kekurangan
barang atau tidak, mengetahui barang-barang atau obat yang fast, moderate dan
slow moving serta yang tidak tejual, dapat diketahui dengan cara melihat data
pembelian obat selama 3 bulan terakhir.
b. Pelayanan Perbekalan Kefarmasian
Pelayanan farmasi klinik di Apotek Kimia Farma 176 Tanjung Batu
merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien.
44
Gambar 3.3. Pelayananan Obat dengan Resep Tunai di Apotek Kimia Farma 176
Tanjung Batu
Pelayanan resep tunai merupakan penjualan obat berdasarkan resep dokter
kepada pasien melalui pembayaran langsung, prosedurnya yaitu:
a) Resep diterima di bagian penerimaan resep, lalu diperiksa kelengkapan dan
keabsahan resep tersebut.
b) Diperiksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat yang
dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan
diberitahukan kepada pasien.
45
c) Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat pada bagian
kasir dan dilakukan pula input nama, alamat serta nomor telepon pasien.
Kasir kemudian akan memberikan struk pembayaran yang tercantum nomor
resep dan struk tersebut juga berfungsi untuk pengambilan obat.
d) Kasir juga mencetak struk pembayaran yang tertulis jumlah obat yang
dibeli. Struk tersebut disatukan dengan salinan resep atau resep asli,
kemudian diserahkan ke bagian penyiapan obat dan peracikan.
e) Tenaga teknik kefarmasian di bagian peracikan atau penyiapan obat akan
meracik atau menyiapkan obat sesuai dengan resep. Setelah obat selesai
disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas.
f) Bila resep tersebut diulang (iter) atau obat hanya ditebus sebagian maka
petugas akan membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Apabila
pasien memerlukan kwitansi maka dapat pula dibuatkan kwitansi dengan
ditulis salinan resep dibelakang kwitansi.
g) Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali oleh petugas yang
berbeda meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan
etiketnya. Juga dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya
serta kebenaran kwitansi.
h) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep. Pada saat obat
diserahkan kepada pasien, apoteker atau tenaga teknik kefarmasian
memberikan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang
diperlukan pasien.
i) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep
serta disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.Pada setiap tahapannya,
petugas apotek wajib membubuhkan paraf atas apa saja yang dikerjakan
pada resep tersebut, sehingga jika terjadi sesuatu dapat dipertanggung
jawabkan atas pekerjaan yang dilakukan.
2) Pelayanan obat dengan resep kredit
Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada suatu
instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi yang telah mengadakan
kerjasama dengan apotek yang sering disebut Ikatan Kerja Sama (IKS),
46
3) Dispensing
a) TTK menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep seperti menghitung
kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep dan mengambil obat yang
dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama obat,
tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
b) Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
c) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi warna putih untuk obat
dalam/oral meliputi warna biru untuk obat luar dan suntik dan menempelkan
label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
d) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah
4) Penjualan bebas
Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan perbekalan
farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC (Over
The Counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas, obat herbal, vitamin
dan suplemen, kosmetika, alat kesehatan, perawatan tubuh, perawatan bayi,
makanan dan minuman kesehatan serta produk susu. Konsumen dapat memilih
dan mengambil sendiri produk yang diperlukannya. Konsumen juga dapat
meminta bantuan petugas penjualan bebas jika tidak menemukan produk yang
diperlukan. Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Pasien (konsumen) mengambil barang diswalayan atau mengajukan barang
yang akan dibeli tanpa resep dokter.
b) Petugas melayani permintaan barang dari pasien dan langsung
menginformasikan harga.
c) Setelah harga disetujui, pasien langsung membayar ke kasir.
d) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan
struk penjualan bebas (jika pasien meminta).
e) Barang beserta bukti pembayaran struk pembayaran obat bebas diserahkan
kepada pasien.
f) Bukti penjualan obat bebas dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor
48
5) Pelayanan Swamedikasi
Swamedikasi (pengobatan sendiri) merupakan tindakan mengobati diri
sendiri dengan obat tanpa resep (obat keras, bebas terbatas dan obat wajib apotek)
yang dilakukan secara cepat guna dan bertanggung jawab. Pelayanan swamedikasi
di Apotek Kimia Farma Tanjung Batu dilakukan dengan cara:
a) Pasien datang ke Apotek Kimia Farma 176 Tanjung Batu dan menanyakan
obat yang tepat untuk penyakit yang ditanyakan.
b) Apoteker atau TTK menanyakan gejala dan lama penyakit yang diderita oleh
pasien
c) Apoteker atau TTK memberikan obat yang tepat kepada pasien sesuai
dengan ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan dosis, ketepatan
pemakaian dan efek samping obat.
d) Nama obat diinput ke komputer dan dilihat harganya, apabila pasien setuju
maka pasien melakukan pembayaran obat yang dibeli melalui TTK atau
apoteker.
Nama – nama obat yang sering keluar dalam pelayanan swamedikasi:
No Nama Obat Komposisi Indikasi
1 Simvastatin Simvastatin 10 mg Anti hiperlipid
2 Forbetes 500 Metformin HCL 500 mg Anti diabetes
3 Mefinal Asam Mefenamat 500 mg Analgesik
4 Cataflam Natrium Diklofenak Anti inflamasi
5 Amoxan 500 Amoxycillin 500 mg Antibiotik
Gambar 3.4. Tabel Obat Yang Sering Keluar dalam Pelayanan Swamedikasi
6) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam pemberian informasi mengenai obat,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti dalam segala aspek penggunaan obat
kepada pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat resep,
obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
49
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.
Kegiatan pelayanan informasi obat di Apotek Kimia Farma 176 Tanjung Batu
meliputi:
a) Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
b) Membuat dan menyebarkan brosur kepada pasien yang datang ke Apotek
Kimia Farma 176 Tanjung Batu.
c) Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
d) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik kerja lapangan.
e) Melakukan penelitian penggunaan obat.
7) Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling pada
Apotek Kimia Farma 176 Tanjung Batu, apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan
dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa
pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
a) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
b) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsi).
c) Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
d) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
e) Pasien dengan polifarmasi, pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih
50
dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan
satu jenis obat.
f) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling di Apotek Kimia Farma 176 Tanjung Batu:
a) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
b) Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime
Questions, yaitu:
a) Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
b) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda?
c) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah anda
menerima terapi obat tersebut?
c) Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat
d) Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat
e) Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien
8) Pengendalian
Dalam hal pengendalian barang, Setiap penerimaan dan pengeluaran barang
dimasukkan dalam sistem data komputer. Dilakukan stock opname setiap tiga
bulan sekali dengan cara menghitung jumlah fisik obat untuk masing-masing item
kemudian dicek kesesuaiannya dengan data yang ada. Hal ini dilakukan untuk
mengontrol stok obat serta pengawasan terhadap kualitas, kehilangan barang,
barang kadaluarsa, barang fast moving atau slow moving, demikian juga barang
yang tidak laku.
c. Pelayanan Psikotropika
Apotek Kimia Farma 176 Tanjung Batu hanya melayani resep psikotropika
dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma 176
Tanjung Batu sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian
atau salinan resep yang sah dan legal dari apotek lain yang masih dalam lingkup
kota Samarinda. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep.
d. Pelaporan Psikotropika
Pelaporan penggunaan psikotropika di Apotek Kimia Farma. 176 Tanjung
Batu dibuat setiap bulan dan dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Samarinda. Laporan psikotropika memuat nama apotek, nama obat,
namadistributor, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian dan
stok akhir. Laporan ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama dan nomor
surat ijin kerja (SIK), serta stempel apotek dengan tembusan kepada:
1. Kepala Kantor Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur.
2. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Samarinda.
3. Arsip Apotek.
e. Pemusnahan Psikotropika
Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan
narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan psikotropika dapat dilakukan
bersamaan dengan pemusnahan narkotika.
Pelaporan yang dilakukan apoteker telah sesuai dengan yang dipersyaratkan
bahwa untuk narkotika dilakukan setiap akhir bulan sedangkan untuk psikotropika
dilakukan setiap satu bulan sekali. Pelaporan ini dilakukan dengan menunjukkan
jumlah yang dipesan dengan jumlah yang telah dijual, agar adanya tranparansi
penjualan secara sah sesuai resep dokter. Laporan dikirim ke Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota setempat dengan tembusan dinas Kesehatan Provinsi dan
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) setempat dan arsip Kimia
Farma Apotek.
3.1.6 Pemusnahan Resep
Tata cara pemusnahan resep telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun 2016 tentang Standar pelayanan
54
kefarmasian di apotek. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan
selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten atau kota.
c. Administrasi barang
Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen pembelian (faktur
pembelian), defekta, Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), Surat
Pesanan (terutama narkotika dan psikotropika), kartu stok, laporan stock
opname dan lain-lain.
d. Administrasi SDM
Kegiatannya meliputi tata tertib pegawai, pengaturan jadwal kerja, absensi,
lembur pegawai, perhitungan hari kerja, cuti dan lain-lain.
Alur distribusi barang dimulai dari surat pesanan yang masuk ke PBF,
surat pesanan ini bisa via telepon dan melalui salesman yang membawa surat
pesanan dari outlet kemudian bagian gudang bertugas memeriksa kelengkapan
surat pesanan yang meliputi nama PBF yang dituju, nama outlet, jenis barang dan
jumlah barang yang dipesan, kemudian fakturis membuat faktur sebanyak 5
rangkap yang terdiri dari warna putih, merah muda, kuning, hijau dan biru. Warna
biru disimpan oleh bagian fakturis, kemudian sisa 4 rangkap diserahkan ke bagian
gudang untuk dilakukan penyiapan barang. Warna hijau dan kuning disimpan
sebagai arsip gudang, warna putih dan merah muda dibawa oleh salesman ke
outlet untuk dilakukan pengecekan barang oleh outlet apakah sesuai dengan faktur
dan surat pesanan yang diterima. Kemudian faktur yang berwarna putih
dikembalikan dan dibuat data inkaso. Setelah jatuh tempo kolektor akan menagih
piutang. Pembayaran dapat dilakukan dengan via transfer atau melalui kolektor
dan kolektor akan menyerahkan faktur putih apabila pembayaran telah dilakukan.