PEMBAHASAN
4.2.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
dan disetujui. Pengadaan Perbekalan Farmasi di Instalasi Farmasi RS. PMI Bogor dilakukan
melalui pembelian langsung ke distributor resmi yaitu dua kali dalam seminggu untuk Gudang
Farmasi I, sedangkan untuk Gudang Farmasi II (logistik) dilakukan dua kali dalam satu bulan.
Sedangkan untuk pengadaan atau produksi bahan-bahan obat tertentu seperti formalin dan
pengenceran alkohol dilakukan oleh bagian logistik dengan disediakan ruangan khusus. Berikut
prosedur pengadaan di RS. PMI Bogor:
Gudang Farmasi I: 1) Pencatatan dalm buku pesanan stok barang yang hampir habis oleh
pelaksana gudang, 2) Pembuatan Surat Pesanan oleh PJ Teknis Gudang Farmasi I; narkotika,
psikotropika, obat-obat tertentu, dan prekursor farmasi menggunakan SP blanko khusus, 3)
Penandatanganan SP oleh Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala Bidang PPSPRS, 4) Penyerahan
SP ke distributor oleh PJ Teknis Gudang Farmasi I
Gudang Farmasi II: 1) Pencatatan dalm buku pesanan stok barang yang hampir habis oleh
pelaksana gudang, 2) Pembuatan SP oleh Bidang Pengadaan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit, 3) Penandatanganan SP oleh Kepala Bidang PPSPRS dan Direktur, 4)
Penyerahan SP ke distributoroleh bidang PPSPRS
4.2.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, penunjukkan langsung dan lelang.
Penerimaan barang di Instalasi Farmasi RS. PMI Bogor dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian di Gudang Farmasi I dan Gudang Farmasi II, dengan syarat barang yang
diterima mempunyai masa kadaluarsa minimal 1 tahun, kecuali barang-barang tertentu (vaksin ed
pendek) dan barang-barang yang sedang sulit didapat di pasaran. Penerimaan melakukan kegiatan
untuk menjamin kesesuaian jenis (sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai),
jumlah, spesifikasi, mutu, pengecekan expired date, dan harga yang tertera dalam kontrak atau
surat pemesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang
harus tersimpan dengan baik.
Berikut prosedur penerimaan barang di RS. PMI Bogor: 1) Menerima barang dari distributor oleh
pelaksana gudang dengan memperhatikan kondisi barang (kemasan asli, bentuk, warna) baik,
kadaluarsa jauh (>1 tahun), jenis dan jumlah barang sesuai dengan surat pesanan dan faktur PBF ,
2) Mengembalikan barang dan tulis retur pada faktur PBF bila barang tidak sesuai, 3) Tanda
tangan faktur oleh PJ Teknis Gudang Farmasi, 4) Beri nomor dan simpan faktur masing-masing
satu lembar untuk arsip gudang dan pembukuan (gudang farmasi I), 5) simpan faktur masing-
masing satu lembar untuk arsip gudang dan pembukuan (gudang farmasi II), 6) Catat barang yang
diterima ke dalam komputer dan kartu stok oleh pelaksana gudang, 7) Buat laporan penerimaan
barang oleh staf administrasi, ditandatangani oleh PJ Teknis Gudang Farmasi, disetujui oleh
Kepala Instalasi Farmasi.
4.2.4 Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai disimpan
berdasarkan bentuk sediaan, sistem alfabetis, suhu penyimpanan dan kelembaban. penyimpanan
sesuai dengan suhu yang ditetapkan sesuai dengan sediaan farmasi. Suhu kamar di tempat
penyimpanan berada pada 230c, sedangkan suhu lemari berada pada 40c Untuk mengontrol keluar
masuknya barang dari gudang, penyimpanan berdasarkan kelompok barang (generik dan paten)
serta sistem FIFO dan FEFO untuk menghindari terjadinya barang kadaluarsa. FIFO (First In First
Out) yaitu barang yang keluar lebih dahulu adalah barang yang lebih dahulu masuk, sedangkan
FEFO (First Expired First Out) yaitu obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa cepat maka obat
tersebut pula yang paling pertama keluar. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai di gudang Perbekalan RS. PMI Bogor yang penampilan dan penamaan yang
mirip tidak ditempatkan berdekatan dan diberi tanda khusus (LASA yaitu Look Alike Sound
Alike) untuk mencegah terjadinya keselahan pengambilan obat. Untuk obat tertentu yang harus
diwaspadai diberi penandaan khusus (Higt Alert) pada kemasan terkecil dan ditempatkan dilemari
yang khusus. Untuk obat Narkotika, Psikotropika, dan ARV disimpan dilemari khusus terpisah
dari obat – obat yang lain. Obat Narkotika dan Psikotropika disimpan dilemari yang terbuat dari
besi yang lengkapi dengan 2 (dua) pintu besi beserta kuncinya agar terhindar dari penyalahgunaan
dan pencurian. Penyimpanan perbekalan farmasi khusus sesuai dengan SPO masing-masing, yaitu
SPO penyimpanan obat emergensi, produk nutrisi parenteral, obat kewaspadaan tinggi high alert,
SPO penyimpanan dan penanggulangan aceton, SPO penyimpanan dan penanggulangan alkohol,
amonia, formalin, hidrogen peroksida, wash bensin, perak nitrat.
4.2.6 Distribusi
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit dari gudang
farmasi ke masing-masing depo ataupun ruangan pasien sebagai bentuk pelayanan individu pasien
dalam proses terapi dan untuk menunjang pelayanan kesehatan. Distribusi perbekalan farmasi di
RS. PMI Bogor ada 3 yaitu sistem floor stock, unit dose, dan resep individu. Sebagai contoh
distribusi perbekalan farmasi ke ruang rawat inap dengan sistem floor stock. Sistem persediaan
Floor Stock meliputi semua persediaan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan di ruangan.
Pelayanan dalam sistem persediaan ruangan salah satunya adalah penyediaan kotak obat darurat
(emergency kit) yang digunakan untuk keperluan gawat darurat.
Berikut prosedur distribusi obat dari gudang farmasi ke masing-masing depo:
Penulisan daftar permintaan barang pada buku amprahan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian,
shift 2 untuk rawat jalan dan shift 1 untuk rawat inap, berdasarkan jumlah kebutuhan barang
per hari dimasing-masing depo farmasi
Tanda tangan daftar permintaan barang oleh PJ Teknis Depo Farmasi
Pengeluaran barang gudang farmasi oleh pelaksana gudang
Pelaksan gudang menuliskan jumlah pengeluaran barang pada masing-masing kartu stok dan
menginput data ke komputer.
4.2.7 Pengawasan
Kegiatan pengawasan yaitu melakukan pengawasan perbekalan farmasi sesuai dengan SPO
masing-masing, yaitu: 1) SPO Inspeksi Berkala Penyimpanan Perbekalan Farmasi, 2) SPO
Pengawasan masa kadaluarsa perbekalan farmasi, 3) SPO pengawasan stok perbekalan farmasi di
ruang rawat inap, IGD,IBS, dan poliklinik, 4) SPO pengawasan suhu kulkas, shu ruangan, dan
kelembaban ruangan, 5) SPO persediaan obat/ obat kosong, 6) SPO pergantian obat emergency
yang terpakai, 7) SPO penggantian obat
4.2.9 Administrasi
Administrasi di Instalasi Farmasi RS. PMI Bogor dilakukan secara tertib dan
berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan
administrasi terdiri dari:
1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian, pengembalian, pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pencatatan dan pelaporan sediaan narkotika dan
psikotropika wajib dibuat karena untuk mengaudit kepada BPOM RI guna untuk pengawasan
obat narkotika dan psikotropika.
2. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu
tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
3. Pengarsipan Faktur
Administrasi pengarsipan faktur merupakan kegiatan penyimpanan data sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang telah dilakukan pemesanan dan dikirim oleh
PBF disertai dengan faktur. Pengarsipan faktur dilakukan untuk apabila terdapat
ketidaksesuaian barang yang dikirim maka petugas penerimaan akan mengembalikan atau
menolak barang yang dikirim (retur). Faktur dikumpulkan setiap hari sebagai data arsip faktur.
Pengarsipan faktur disimpan berdasarkan nama PBF, perbulan datangnya barang, dan disimpan
disatu tempat yang sama upaya mempermudah jika sewaktu – waktu diperlukan.
Unit Layanan RS.PMI Bogor memiliki 4 (empat) Depo yaitu sebagai berikut:
1. Pasien Rawat Jalan Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS) Reguler (Umum), dan IGD (Instalasi
Gawat Darurat).
Pedoman pelayanan farmasi untuk pasien rawat jalan di RS. PMI Bogor mencakup
Formularium Nasional BPJS (Fornas) dan Formularium Rumah Sakit PMI. Sistem distribusi obat
yang digunakan untuk pasien rawat jalan adalah sistem resep perorangan yaitu cara distribusi obat
pada pasien secara individu berdasarkan resep dokter. Di depo rawat jalan terdapat 3 pembagian
obat yaitu:1) Obat jadi yang banyak (J) terdiri dari obat jantung, neuro, dan ginjal, obat ini
memerlukan waktu tunggu sekitar ± 45 menit, 2) Obat jadi yang dikit (P) terdiri dari obat mata,
kulit, bedah, gigi, kandungan, dll memerlukan waktu tunggu sekitar ±1-2 jam, 3) Obat racikan
untuk semua poli (R) memerlukan waktu tunggu ± 2 jam. Untuk depo ini obat disiapkan
berdasarkan maksimal rawat jalan yaitu 7 hari, dan kredit khusus selama 1 bulan. Untuk pasien
BPJS diharuskan membawa buku catatan obat pada saat berobat di RS.PMI Bogor karena sangat
penting untuk memantau kondisi pasien lewat obat-obatan yang telah digunakan.
Alur resep di rawat jalan sebagai berikut: diawali dari pasien datang berobat, kemudia
kasir melakukan verifikasi terhadap pasien dengan tujuan untuk mengetahui pasien tergolong
rawat jalan jenis apa. Ada 4 skrinning pasien untuk rawat jalan antara lain: BPJS Rawat Jalan,
Umum, Perusahaan contohnya PT.KAI, BPJS ketenagakerjaan, dan Karyawan Khusus. Khusu
pasien dari perusahaan harus mempunyai surat ataupun berupa formulir dari perusahaan. setelah
pasien diverifikasi, maka dilakukan penyiapan obat, dietiket, kemudian obat diberikan kepada
pasien dan harus diberikan informasi mengenai obat karena pasien sendiri yang akan bertanggung
jawab atas pemakaian obat tanpa adanya pengawasan dari tenaga kesehatan. Apoteker juga harus
bertindak sebagai konsultan obat bagi pasien. Terkait masalah rujukan, untuk obat JKN sepanjang
nama obat tersebut ada di Formularium Nasional maka obat tersebut bisa dirujuk di Apotik
ataupun Kimia Farma yang menerima BPJS. Sedangkan untuk perusahaan, pemberian obat tidak
boleh melebihi biaya pengobatan yang ditanggung oleh perusahaan. Apabila biaya pengobatan
lebih, maka Pihak Rumah Sakit akan konfirmasi lagi ke perusahaan sebagai wujud kerjasama
untuk pengobatan pasien.
2. Pasien Rawat Inap Pasien Jaminan Kesehatan BPJS dan Reguler (Umum)
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap
di RS. PMI Bogor adalah berkembangnya suatu proses yang menjamin pemberian sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang benar dan tepat kepada pasien, sesuai dengan yang tertulis pada resep atau
kertas RM11B serta dilengkapi dengan informasi yang cukup. Ada 3 (tiga) macam sistem
pendistribusian rawat inap, yaitu: a) Resep perorangan (resep individual) merupakan cara distribusi
obat dan alat kesehatan berdasarkan permintaan dalam resep atau kartu obat pasien rawat inap. b)
Sistem Unit Dose didefenisikan sebagai obat yang disiapkan dan diberikan kepada pasien dalam
dosis tunggal yang berisi obat untuk sekali minum dalam satu hari. Unit Dose merupakan
tanggung jawab farmasi yang tidak dapat berjalan tanpa kerja sama dengan perawat dan staf
kesehatan. Pemberian obat menggunakan sistem distribusi Unit Dose dilakukan dengan cara
Tenaga Teknik Kefarmasian datang ke ruang rawat inap untuk menyiapkan obat yang di butuhkan
pasien setiap harinya. Apabila terjadi pergantian obat oleh dokter maka bagian farmasi dapat
segera mengetahui dan menganti obat yang lama dengan yang baru, c) Floor Stock system yaitu
penyediaan alat kesehatan langsung ke ruang rawat pasien.
3. Depo Afiat
Alur distribusi obat untuk depo ini diawali dengan resep masuk kemudian diidentifikasi
oleh kasir. identifikasi pasien untuk depo ini terdiri dari 3 yaitu pasien umum, pasien
asuransi/perusahaan (dengan catatan harus mempunyai provider dari perusahaan), dan pasien
inhealth (harus mempunyai form khusus contohnya SJP).
Untuk pasien Umum: Obat dihargai oleh kasir, dicek ketersediaan obat dan disiapkan ,dibuat
etiket, diperiksa lagi kelengkapan obatnya, kemudian obat diberikan kepada pasien oleh
apoteker dengan melakukan PIO. kemudian resep diverifikasi oleh Apoteker
Untuk pasien Asuransi/Perusahaan: Pasien langsung diberi nomor antrian, obat distruk dulu
atau dibilling dan dihargai oleh kasir. Kemudian obat disiapkan berdasarkan ketentuan dari
asuransinya karena ada beberapa obat yang tidak bisa dijamin dari Rumah Sakit contohnya
obat tradisional, suplemen, dll, dan dari pihak Rumah Sakit harus konfirmasi terlebih dahulu
ke pasien bahwa ada beberapa obat yang tidak dijamin oleh perusahaan kecuali jika pasien
ingin membeli obat tersebut. Kemudian obat disiapkan, dietiket dan diberikan oleh apoteker
kepada pasien dengan melakukan PIO
Untuk pasien Inhealth: Obat yang diberikan harus sesuai dengan FOI (Formularium Obat
Inhealth). Alur pemberian obat diawali dengan mencek kelengkapan resep yaitu ada tidaknya
SJP (Surat Jaminan Pelayanan), ada tidaknya diagnosa, dan adanya tandatangan dokter.
Setelah itu dilakukan cek kepesertaan yang dibagi atas dua jenis yaitu Lain-lain dan Good
Year atau Garuda. Untuk pasien yang tergolong jenis asuransi lain-lain hanya diperbolehkan
mendapat obat dari FOI saja, sementara untuk vitamin dan suplemen tidak dijamin.
Sedangkan untuk pasien yang berasal dari asuransi Good Year atau Garuda pemberian obat
lebih diutamakan untuk obat-obatan yang terdaftar di FOI baik generik maupun paten,
menggunakan obat non FOI apabila obat generik maupun paten tidak ada di FOI. Untuk
pemberian vitamin dan suplemen diberikan khusus obat yang teregistrasi di BPOM sebagai
suplemen dan vitamin lokal dan bukan impor.
Di depo Afiat harga obat sama hanya saja ada beberapa obat yang tidak dijamin oleh
perusahaan terkait sehingga harus dibeli ke apotik dan biaya ditanggung sendiri.
4.4.6 Visite
Visite Apoteker merupakan kunjungan rutin yang dilakukan Apoteker terhadap pasien
diruang rawat. dalam rangka mencapai hasil terapi (clinical outcome) yang lebih baik. Untuk saat
ini kegiatan visite dilakukan di ruang Dahlia oleh apoteker