Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I. Tujuan Percobaan

1. Dapat merancang dan melakukan eksperimen sederhana untuk menguji


aktifitas antelmetik( anti cacing) suatu bahan uji secara in vitro
2. Dapat mengamati reaksi terjadinya kematian pada cacing setelah kontak
dengan antelmetik (anti cacing)

II. Dasar Teori

Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing) adalah
obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah ini
termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun
obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya, yang menghinggapi organ dan
jaringan tubuh (Tjay, 2007)

Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan


diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan antelmintik diberikan
secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa senyawa antelmintik yang
lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti Mebendazole, Piperazin, Levamisol,
Albendazole, Tiabendazole, dan sebagainya. Karena obat tersebut kurang dimanfaatkan.
(Gunawan, 2009)

Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan
menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat
baru yang lebih spesifik dangan kerja lebih efektif, pembasmian penyakit ini masih tetap
merupakan salah satu masalah antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi di
beberapa bagian dunia. Jumlah manusia yang dihinggapinya juga semakin bertambah
akibat migrasi, lalu-lintas dan kepariwisataan udara dapat menyebabkan perluasan
kemungkinan infeksi. (Tjay, 2007)

Pirantel Pamoat Pirantel pamoat adalah obat cacing yang banyak digunakan di
kalangan masyarakat saat ini. Mungkin karena cara penggunaannya yang praktis, yaitu
dosis tunggal, sehingga disukai banyak orang. Selain itu khasiatnya pun cukup baik.
Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di usus. Beberapa diantaranya
adalah cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), cacing gelang
(Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi (Enterobius vermicularis). Mekanisme kerja
Pirantel Pamoat melumpuhkan cacing dengan cara mendepolarisasi senyawa penghambat
neuromuskuler dan mengeluarkannya dari dalam tubuh biasanya tanpa memerlukan
pencahar.
BAB II

METODE

I. Alat yang Digunakan

1. Cawan petri
2. Mortir dan stemper
3. Batang pengaduk
4. Botol semprot
5. Pinset
6. Gelas ukur

II. Bahan yang Digunakan

1. Aquadest
2. Combantrin
3. Bawang merah
4. Bawang putih
5. Bawang bombay
6. Cabe rawit hijau
7. Cabe merah kecil/ cabe jablay
8. Cabe merah besar/ cabe keriting
9. Cacing tanah

III. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.


2. larutan uji disiapkan dengan konsentrasi 20% dan 40% serta combantrin yang ada
dipasaran.
3. masing- masing larutan dimasukkan ke dalam cawan petri.
4. Cawan petri yang berisi larutan uji dan combantrin dimasukkan masing-masing satu
ekor cacing yang sama ukurannya.
5. Diamati respon yang terjadi dari cacing pada masing-masing cawan petri dan
kemudian dicatat waktu cacing sampai cacing mati dan kondisi kematiannya.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Hasil Pengamatan

Perlakuan :

1. Timbang bahan yang digunakan, yaitu beberapa tumbuhan yang akan diuji daya
anthelmentiknya seperti bawang merah, cabe rawit hijau, cabe merah, cabe rawit
merah, bawang bombay, dan bawang putih sesuai konsentrasinya. Semua bahan
dibuat dengan 2 konsentrasi yaitu 20% dan 40%.
20 𝑔𝑟𝑎𝑚 2 𝑔𝑟𝑎𝑚
Konsentrasi 20% = =
100 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙

40 𝑔𝑟𝑎𝑚 4 𝑔𝑟𝑎𝑚
Konsentrasi 40% = =
100 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙

2. Gerus atau haluskan bahan pada mortir menggunakan alu, setelah itu larutkan pada 10
ml aquades.
3. Siapkan cacing pada cawan petri.
4. Masukkan larutan bahan (tumbuhan) pada cawan petri berisi cacing, amati dan hitung
waktu awal kontak sampai cacing mati.

DAYA ANTHELMENTIK
Obat combantrin 12
Bawang Putih 40% 9
Bawang Putih 20% 14
Bawang bombay 40% 25
Bawang bombay 20% 82
Cabe rawit merah 40% 72
Cabe rawit merah 20% 86
Cabe merah 40% 93
Cabe merah 20% 76
Cabe rawit hijau 40% 68
Cabe rawit hijau 20% 92
Bawang merah 40% 76
Bawang merah 20% 91
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
WAKTU (menit)

Waktu kontak yang diperlukan bahan sampai membunuh cacing


Kelompok Bahan yg digunakan Waktu yang diperlukan
Konsentrasi 20% Konsentrasi 40%
Kelompok 1 Bawang merah Waktu kontak bahan Waktu kontak bahan
dengan cacing 1 jam 31 dengan cacing 1 jam 16
menit namun cacing menit namun cacing
belum mati. belum mati.
Kelompok 2 Cabe rawit hijau Waktu kontak bahan Cacing mati dalam 1 jam
dengan cacing 1 jam 32 8 menit waktu kontak
menit namun cacing dengan cabe rawit hijau.
belum mati.
Kelompok 3 Cabe merah Cacing mati dalam 1 jam Waktu kontak bahan
16 menit waktu kontak dengan cacing 1 jam 33
dengan cabe merah. menit namun cacing
belum mati.
Kelompok 4 Cabe rawit merah Cacing mati dalam 1 jam Cacing mati dalam 1 jam
26 menit waktu kontak 12 menit waktu kontak
dengan cabe rawit merah. dengan cabe rawit merah.
Kelompok 5 Bawang bombay Cacing mati dalam 1 jam Cacing mati dalam 25
22 menit waktu kontak menit waktu kontak
dengan bawang bombay. dengan bawang bombay.
Kelompok 6 Bawang Putih Cacing mati dalam 14 Cacing mati dalam 9
menit 49 detik waktu menit 18 detik waktu
kontak dengan bawang kontak dengan bawang
putih. putih.
Pembanding Obat combantrin Obat kombantrin yang dipakai tidak diencerkan
melainakan langsung dari sediaan obat, cacing mati
pada 12 menit 18 detik waktu kontak dengan obat
cobantrin.
II. Pembahasan

Pada praktikum kali ini yang kami lakukan yaitu menguji bahan yang berasal dari
tumbuhan seperti seperti bawang merah, cabe rawit hijau, cabe merah, cabe rawit merah,
bawang bombay, dan bawang putih. Kami melakukan pengujian adanya daya
anthelmentik atau obat cacing pada tumbuhan tersebut atau adanya senyawa yang
berkhasiat sebagai obat cacing pada tanaman tersebut. Anthelmentika atau obat cacing
adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dari dalam tubuh manusia dan hewan.
Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bersifat lokal menghalau cacing dari saluran
cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya, yang
menghinggapi organ dan jaringan tubuh. Hasil yang kami dapat pada praktikum ini yaitu
pada pemberian bawang merah 20% dengan waktu kontak bahan dengan cacing selama 1
jam 31 menit namun cacing belum mati, pada bawang merah 40% dengan waktu kontak
bahan dengan cacing selama 1 jam 16 menit namun cacing belum mati. Pada cabe rawit
hijau 20% dengan waktu kontak bahan dengan cacing selama 1 jam 32 menit namun
cacing belum mati, pada cabe rawit hijau 40% cacing mati dalam 1 jam 8 menit waktu
kontak dengan cabe rawit hijau. Pada cabe merah 20% cacing mati dalam 1 jam 16 menit
waktu kontak dengan cabe merah, pada cabe merah 40% dengan waktu kontak bahan
dengan cacing 1 jam 33 menit namun cacing belum mati. Pada cabe rawit merah 20%
cacing mati dalam 1 jam 26 menit waktu kontak dengan cabe rawit merah, pada cabe
rawit merah 40% cacing mati dalam 1 jam 12 menit waktu kontak dengan cabe rawit
merah. Pada bawang bombay 20% cacing mati dalam 1 jam 22 menit waktu kontak
dengan bawang bombay, pada bawang bombay 40% cacing mati dalam 25 menit waktu
kontak dengan bawang bombay. Pada bawang Putih 20% cacing mati dalam 14 menit 49
detik waktu kontak dengan bawang putih,pada bawang Putih 40% cacing mati dalam 9
menit 18 detik waktu kontak dengan bawang putih. Pada pembanding kami gunakan
combantrin sebagai obat anthelmentika dengan cara obat kombantrin yang dipakai tidak
diencerkan melainakan langsung dari sediaan obat, cacing mati pada 12 menit 18 detik
waktu kontak dengan obat cobantrin. Bahan dengan daya anthelmentik yang paling cepat
yaitu bawang putih 40% yang lebih efektif dibanding obat pembanding. Bahan lain yang
memiliki daya anthelmentik yaitu bawang bombay dan cabe rawit merah. Maka dari
semua bahan kebanyakan bahan dengan konsentrasi 40% dapat mematikan cacing kecuali
bawang merah dan cabe merah. Jadi konsentrasi 40% jelas lebih kuat daya
anthelmentiknya dari bahan yang konsentrasi 20% , namun pada cabe merah konsentrasi
20% dapat mematikan cacing namun tidak mematikan cacing pada konsentrasi 40%. Hal
tersebut dapat terjadi karena perbedaan bobot cacing, semakin besar cacing maka semakin
sulit memusnahkannnya dan cacing yang digunakan tidak seragam bobotnya maka bahan
belum bisa dikatakan pali efektif dibanding bahan lainnya.
BAB IV

PENUTUP

I. Simpulan

Simpulan yang dapat diambil padapraktiku kali ini adalah :

1. Bahan dengan daya anthelmentik yang paling cepat yaitu bawang putih 40%
yang lebih efektif dibanding obat pembanding. Bahan lain yang memiliki daya
anthelmentik yaitu bawang bombay dan cabe rawit merah.
2. Maka dari semua bahan kebanyakan bahan dengan konsentrasi 40% dapat
mematikan cacing kecuali bawang merah dan cabe merah.
3. Jadi konsentrasi 40% jelas lebih kuat daya anthelmentiknya dari bahan yang
konsentrasi 20% , namun pada cabe merah konsentrasi 20% dapat mematikan
cacing namun tidak mematikan cacing pada konsentrasi 40%. Hal tersebut dapat
terjadi karena perbedaan bobot cacing, semakin besar cacing maka semakin sulit
memusnahkannnya dan cacing yang digunakan tidak seragam bobotnya maka
bahan belum bisa dikatakan pali efektif dibanding bahan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mariam Siti. “Penuntun Praktikum Farmakologi I”. 2018. Bogor


COVER................................................................................................................I

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN

III. Tujuan Percobaan.................................................................................1


IV. Dasar Teori...........................................................................................1

BAB II METODE

IV. Alat.......................................................................................................2
V. Bahan....................................................................................................2
VI. Cara Kerja.............................................................................................2

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

III. Hasil Pengamatan..................................................................................3


IV. Pembahasan...........................................................................................5

BAB IV PENUTUP

II. Simpulan................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................6
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I
EFEK OBAT ANTIANTHELMENTIK

Dosen Pengampu : Siti Maryam, M.Farm, Apt.

oleh :

Feby Saskia Putri 15010045

Leny Fitri Lubis 15010066

Nuranisah 15010088

Siti Julia Nuranggraini 15010118

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor


2018

Anda mungkin juga menyukai