Pengaruh Antifungi Allicin Terhadap Rhizopus Oligosphorus
Pengaruh Antifungi Allicin Terhadap Rhizopus Oligosphorus
Putih terhadap Rhizophus oligosphorus dan Jamur dari Kulit Kaki Manusia
Inka Nurawal Restyo Dewi1, Marvin Nathanael Iman2, Cyntia Sari Dewi3, Cindy Amelia4 & Wildan Firdaus5
Program Studi Mikrobiologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha No.10, Bandung, 40132, Jawa Barat
Abstrak. Bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay merupakan komoditas utama daerah tropis
seperti Indonesia yang sering juga dimanfaatkan sebagai obat jamur tradisional. Namun hanya sedikit
penelitian yang dilakukan untuk memastikan aktivitas antifungi dari ekstrak bawang-bawangan tersebut
terutama terhadap jamur kulit manusia yang dominan terletak pada bagian kaki, sehingga pada penelitian ini
dibuat suatu rancangan eksperimen untuk menentukan aktivitas antifungi yang terdapat dalam bawang
merah, bawang putih dan bawang bombay tersebut. Senyawa allicin yang memiliki efek antifungi diekstrak
dari bawang menggunakan pelarut etanol 96% dan akuades. Setelah itu ekstrak tersebut diuji aktivitas
antifunginya dengan metode well-diffused serta well-diffused yang dimodifikasi terhadap Rhizopus
oligosporus dan isolat jamur dari kulit kaki manusia. Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas antifungi
dari bawang putih yang diekstrak dengan pelarut akuades terhadap kedua kultur fungi dan bawang putih yang
diekstrak dengan etanol 96% terhadap Rhizopus oligosporus, sedangkan aktivitas antifungi bawang putih
yang diekstraksi dengan etanol 96% serta bawang merah dan bawang bombay yang diekstraksi dengan
akuades atau etanol 96% terhadap Rhizopus oligosporus atau isolat jamur kaki manusia tidak teramati.
1 Pendahuluan
Pada kulit manusia, terdapat 130 jenis koloni jamur yang tersebar merata mulai ujung kepala
hingga ujung kaki. Sebagian jamur ini didominasi oleh Malassezia sp., Penicillium sp. dan Aspergillus sp.
Area paling sedikit ditumbuhi jamur adalah daerah dada dan abdomen dan area yang paling banyak
ditumbuhi jamur adalah bagian kaki yaitu tumit, kuku kaki, dan sela-sela jari kaki[11]. Jamur Rhizopus
oligosporus digunakan sebagai pembanding dalam penelitian kecil ini karena pertumbuhan Rhizopus
oligosporus sama dengan suhu optimum pertumbuhan jamur pada kulit manusia (30-42oC). Pada kulit
manusia juga memiliki temperatur optimum sekitar 30 sampai 42oC. Selain itu alasan temperatur
pertumbuhan yang sama dengan jamur kulit, Rhizopus oligosporus juga merupakan penghasil spora
rempah yang memiliki banyak khasiat dan tidak jarang digunakan sebagai obat-obatan tradisional. Salah
satu potensi yang dimiliki bawang-bawangan adalah memiliki kemampuan mencegah pertumbuhan jamur
atau sebagai antifungi. Penelitian ini dilakukan salah satunya untuk membuktikan keberadaan senyawa
antifungi dalam bawang-bawangan. Bawang putih, bawang merah dan bawang bombay memiliki sifat
antijamur. Walaupun lebih lemah daripada bawang putih, minyak bawang merah dan bawang bombay
sangat efektif untuk jamur dermatophytic serta menghambat pertumbuhan dan produksi aflatoxin dari
Aspergillus sp.[18].
Bawang putih, minyak bawang merah dan bawang Bombay memiliki sifat anti jamur karena
adanya senyawa allicin. Allicin (nama kimia: disulfida diallyl (CH2 = CH-CH2-S (O)-S-CH2-CH =
CH2) adalah senyawa dalam bawang yang mengandung sulfur dan memiliki aktivitas biologis dengan
spektrum yang luas. Allicin tidak ditemukan dalam bawang segar sebab bawang segar hanya memiliki
allinase dan aliin yang bersifat stabil. Aliin (S-alkil-L-sistein sulfoksida) terdapat dalam bawang putih
(Allium saumtiv) sedangkan pada bawang merah (Allium cepa) terdapat isomer dari aliin yaitu trans-(+)-
S-(1-propenil)-L-sistein sulfoksida. Alinase merupakan enzim yang muncul ketika jaringan dilukai atau
dirusak (dipotong, digilling, ditumbuk, dll). Enzim ini mengubah alliin menjadi allicin. Allicin
menyebabkan bau dan rasa khas pada bawang yang baru dipotong. (Herlina, 2013). Dalam dosis tertentu,
allicin dapat menghambat pertumbuhan sel bakteri dan fungi dan membunuh sel bakteri dan fungi[18].
Allicin merupakan senyawa yang sangat volatil pada keadaan murninya (Borlinghaus et al.,
2014). Senyawa allicin ini bersifat tidak stabil dalam panas dan pelarut organik. Kelarutan allicin dalam
air hanya sebesar 2,5 % (w/w), sedangkan dalam pelarut organik seperti alkohol, klorofom, dan benzene
[1]
allicin bersifat larut . Saat disentrifuga senyawa allicin akan berada dalam fasa cair jika dilarutkan
dalam pelarut non-organik. Senyawa ini akan masuk ke dalam sitoplasma suatu mikroba dan akan
mengambat sintesis RNA. Hasil Ekstraksi bawang sebagai antimikroba merupakan senyawa spectrum
luas [18].
Penelitian aktivitas antifungi pada bawang-bawangan ini dilakukan dengan metode well diffuse
yaitu metode pengukuran zona hambat pada medium agar. Prinsip percobaan metode well diffuse ini yaitu
menghitung zona hambat yang dibentuk oleh cairan beberapa antifungi yang diinjeksikan kedalam agar
yang telah dilubangi dengan diameter yang sama. Cairan antifungi yang diinjeksikan kedalam agar
tersebut akan berdifusi merata disekitar lubang lingkaran yang dibentuk dan akan menghambat
Medium yang digunakan adalah PDA karena kultur yang akan digunakan dalam penelitian ini
jamur. Untuk pembuatan medium, sejumlah bubuk PDA instan dilarutkan dalam larutan agar. Kemudian
diaduk sampai rata. Lalu dituangkan sebanyak 15 ml pada masing-masing cawan petridish yang telah
disterilkan dengan autoklaf terlebih dahulu. Lalu pada cawan petridish berisi medium tersebut disuntikkan
ampisilin menggunakan syringe yang telah dipasangi membran filter 0,2 µm . Untuk tabung reaksi,
Pertama-tama isolat jamur diambil dari kulit kaki menggunakan cottonbud yang telah dilumuri
larutan fisiologis NaCl 0,85%. Setalah itu isolat yang terdapat pada cottonbud diinokulasi ke 1 medium
PDA pelat menggunakan metode cotton swab. Medium PDA sebelumnya telah disuntikkan antibakteri
ampisilin menggunakan syringe dan membran filter sehingga yang tumbuh hanya jamur. Selanjutnya
diinkubasi.
2.3 Praperlakuan
Setelah diinkubasi selama 3-4 hari, dari jamur yang tumbuh diambil 1 jenis jamur yang
paling dominan untuk disubkultur ke medium PDA pelat dalam cawan petri lainnya. Kemudian
diinkubasi lagi selama 3-4 hari. Setelah itu, kultur dalam cawan diinokulasikan ke tabung reaksi
berisi medium PDA miring dengan metode tanam dan diinkubasi 3-4 hari. Metode tanam adalah
metode yang digunakan dengan cara memotong bagian agar yang ditumbuhi mikroorganisme
dari satu medium ke medium lain dengan cara ditanam/ditempatkan begitu saja[7]. Setelah
tumbuh ditambahkan 5ml larutan detergen tween-80 dengan konsentrasi 0,1% dan dikocok agar
2.4 Perlakuan
Larutan berisi spora jamur diambil menggunakan mikropipet sebanyak 0,1ml dan
diinokulasi menggunakan metode spread ke 4 medium PDA pelat yang telah mengandung
ampisilin. Spread dilakukan dengan batang L hingga suspensi dalam cawan petri kering, teknik
ini akan lebih efektif dengan ikut memutar cawan petri [14]. Setelah cukup kering, dilakukan well
diffuse untuk menguji daya hambat antifungi pada bawang merah, bawang putih, dan bawang
Bombay. Well diffuse merupakan metode yang digunakan dengan cara memberi lubang pada
beberapa bagian medium dengan jarak tertentu menggunakan pembolong besi. Pembolong
tersebut dipanaskan kemudian ditempelkan pada bagian agar yang akan dilubangi, lakukan
berulang sampai terbentuk 4 lubang (untuk bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, dan
alcohol sebagai control), diameter lubang yang terbentuk umumnya sebesar 4mm. Kemudian
antifungi yang sudah disiapkan diambil menggunakan mikropipet sebanyak 20 µL, lalu
ditempatkan pada masing-masing lubang yang sebelumnya sudah diberi tanda untuk masing-
masing antifungi (bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, dan alcohol). Medium yang
sudah terisi antifungi tersebut ditempatkan pada inkubator bersuhu 37oC selama 24 jam [5].
Kemudian dilakukan pengujian ulang menggunakan modifikasi dari metode well diffuse.
Pertama–tama kultur Rhizopus oligosporus diinokulasi spread ke medium PDA pelat. Lalu
medium dilubangi membentuk segitiga dengan alas nya di pinggir cawan petri dan menuju ke
pusat cawan. Dibuat sebanyak 7 lubang dan masing-masing diisi dengan ekstrak uji (bawang
merah , bawang putih, bawang bombay dengan pelarut akuades; bawang merah, bawang putih,
bawang bombay dengan pelarut etanol 96%) serta larutan kontrol berupa etanol 96% [5].
Untuk mengekstrak bawang merah, bawang putih dan bawang bombay pertama-tama
bawang-bawangan tersebut dicuci dengan air, lalu dikupas. Lalu sebagian dicampurkan dengan
air dan sebagian dengan alkohol (etanol 96%). Kemudian masing-masing diblender sampai halus
secara terpisah. Bawang putih, bawang merah dan bawang bombay yang telah diblender masing-
masing dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dan disentrifuga sehingga didapatkan 2 fasa,
yaitu fasa padat yang mengendap di bawah tabung dan fasa cair yang terdapat di atasnya. Fasa
cair diambil sebagai ekstrak bawang merah, bawang putih dan bawang bombay [10].
Perhitungan aktivitas antifungi dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat yang
terbentuk disekitar larutan antifungi. Semakin besar zona bening yang terbentuk maka semakin
Isolat Pelarut
jamur ekstrak uji
Rhizopus Alkohol 1 - + + ++
Alkohol 2 - + + ++
Akuades 1 - + + ++
Akuades 2 + + ++
Well diffuse - - - +
besar
Jamur Alkohol 1 - - - -
kulit kaki
Alkohol 2 - - - -
Akuades 1 - - + +
Akuades 2 - - - -
Keterangan :
- : tidak ada pertumbuhan
+ : pertumbuhan sedikit
++ : pertumbuhan banyak
Bawang merah - - - -
Bawang bombay - - - -
Bawang merah - - - -
Bawang bombay - - - -
Bawang merah - - - -
Bawang bombay - - - -
Bawang merah - - - -
Bawang bombay - - - -
Bawang merah - - - -
Bawang bombay - - - -
Bawang merah - - - -
Bawang bombay - - - -
Bawang merah - - - -
Bawang bombay - - - -
Bawang merah - - - -
Bawang bombay - - - -
Etanol Rhizopus
96% oligospor
us
Isolat
jamur
kaki
Akuade Rhizopus
s oligospor
us
Isolat
jamur
kaki
Pada percobaan ini digunakan bawang untuk diuji keberadaan zat antifungi didalamnya.
Berdasarkan literatur yang didapatkan, bawang mengandung senyawa allicin . Allicin merupakan
senyawa dalam bawang yang mengandung sulfur dan memiliki aktivitas biologis dengan spektrum yang
luas. Allicin menyebabkan bau dan rasa khas pada bawang yang baru dipotong. Allicin diproduksi oleh
enzim alinase, ketika jaringan dilukai atau dirusak. Alinase merupakan enzim yang mengubah alliin atau
senyawa isomernya menjadi allicin. Dalam dosis tertentu, allicin dapat menghambat dan membunuh
pertumbuhan sel bakteri dan fungi. Aliin (S-alkil-L-sistein sulfoksida) terdapat dalam bawang putih
(Allium sativum) sedangkan pada bawang merah (Allium cepa) terdapat isomer dari aliin yaitu trans-(+)-
S-(1-propenil)-L-sistein sulfoksida. Walaupun lebih lemah dibanding bawang putih, bawang merah dan
bawang bombay memiliki sifat antijamur. Minyak bawang merah dan bawang bombay sangat efektif
untuk jamur dermatophytic serta menghambat pertumbuhan dan produksi aflatoxin dari Aspergillus sp.
[13]
.
Mekanisme allicin membunuh sel fungi adalah melalui apoptosis sel. Apoptosis merupakan
program bunuh diri sel yang dipicu oleh beberapa faktor diantaranya adalah reduksi glutation. Pertama,
terjadi penetrasi allicin ke dalam sel, kemudian allicin akan bereaksi dengan senyawa thiol bebas pada
sitoplasma dan mitokondria, karena glutation adalah senyawa thiol yang jumlahnya paling banyak, maka
glutation adalah target penyerangan allicin. Allicin akan mengoksidasi glutation dan akan menyebabkan
perubahan potensial reduksi pada membran. Perubahan potensial reduksi ini menurunkan aktivitas
enzimatik dan memicu pelepasan sitokrom C dari mitokondria menuju sitosol. Selam proses
Aktifnya kaspase ini akan menyebabkan fragmentasi pada DNA inti dan mengakibatkan kematian sel [12].
Aktivitas antifungi dari ekstrak bawang-bawangan ini diuji menggunakan metode uji well
diffusion. Metode ini dilakukan dengan cara melubangi agar pada cawan petri menggunakan pembolong
dari besi (digunakan alat khusus supaya diameter lubang seragam). Lubang tersebut diisi dengan ekstrak
atau larutan antimikroba. Larutan antimikroba yang berada dalam lubang pada medium agar akan
berdifusi secara merata ke daerah disekelilingnya sehingga dapat diukur zona hambat dari larutan ini
Pada perlakuan ekstrak bawang dengan pelarut alcohol tidak teramati zona hambat karena allicin
telah menguap bersama dengan etanol 96% yang juga bersifat sangat volatil. Berdasarkan literatur,
alkohol murni atau etanol bersifat volatil dan mudah menguap. Volatilitas larutan ekstrak bawang dalam
alkohol ini juga sangat cepat akibat volumenya yang sangat kecil hanya sebesar 20 mikro liter. Pada
ekstrak bawang dengan pelarut air teramati zona hambat karena air relatif tidak volatil pada suhu ruang
pertumbuhan jamur pada kulit manusia. Rhizopus oligosporus tumbuh dengan cepat pada temperatur
sedang 30-42oC yang sesuai dengan temperatur tubuh manusia. Karena habitatnya yang berada pada kulit
manusia, diasumsikan temperatur optimum bagi pertumbuhan jamur pada kulit manusia juga memiliki
temperatur optimum sekitar 30-42oC. Selain itu, Rhizopus oligosporus juga merupakan penghasil spora
terbanyak diantara jenis Rhizopus oligosporus lainnya sehingga lebih mudah dikembangbiakkan [6].
Pengamatan dilakukan dalam tiga waktu yang berbeda. Pada waktu 12 jam waktu inkubasi,
Rhizopus oligosporus belum tumbuh karena waktu tumbuhnya berkisar 15 jam. Isolat jamur kaki juga
belum tumbuh karena waktu tumbuh berdasarkan pengamatan isolasi dan subkultur sebelum
dilakukannya spread pada cawan petri yaitu selama 3-4 hari. Pada 17 jam setelah inkubasi, Rizhopus
oligosporus mulai tumbuh tetapi belum teramati zona hambat karena pertumbuhannya sedikit dan belum
merata, waktu tumbuhnya berkisar 15 jam sedangkan isolat jamur kaki masih belum tumbuh. Setelah 26
jam, teramati zona hambat 1 cm pada Rhizopus oligosporus dan 1,25 cm pada isolat jamur kulit kaki.
Zona hambat hanya muncul pada ekstrak bawang putih dengan pelarut akuades karena kandungan allicin
pada bawang putih jauh lebih besar dari pada bawang merah dan bawang bombay. Zona hambat ini hanya
muncul pada bawang putih yang dilarutkan dengan akuades karena allicin murni dan etanol 96% sangat
volatil pada suhu ruang sehingga kemungkinan ekstrak bawang dengan pelarut 96% menguap terlebih
dahulu sebelum jamur tumbuh. Pada kontrol etanol 96% tidak teramati zona hambat karena etanol sangat
volatil sehingga etanol 96% telah menguap sebelum pertumbuhan jamur. Etanol 96% bukan merupakan
antifungi yang efektif, hal ini karena kadar air dalam etanol 96% terlalu rendah sehingga penetrasi atau
penembusan air kedalam sel tidak dapat berlangsung dengan baik [16].
Setelah 38 jam dari waktu inkubasi, zona hambat yang muncul pada Rhizopus oligosporus tidak
lagi teramati karena telah tertutup oleh miselium akibat pertumbuhan jamur tersebut. Pertumuhan
Rhizopus oligosporus relatif cepat terutama setelah berakhirnya fasa lag dan berada pada fasa logaritmik.
Zona hambat pada isolat jamur kulit kaki berkurang menjadi 1 cm tetapi tidak tertutup sepenuhnya karena
pertumbuhan jamur kulit kaki pada medium PDA lambat. Hal ini disebabkan oleh waktu tumbuh alami
jamur kulit kaki yang lambat atau ketidakcocokkan jamur kaki tersebut dengan medium PDA. Akibat
kelemahan-kelamahan dari metode well diffuse terutama penguapannya yang cepat karena volum
ekstraknya yang sangat kecil 20 mikroliter, maka dilakukan metode well diffuse yang dimodifikasi untuk
memastikan efek antifungi terhadap pertumbuhan jamur. Metode in dikembangkan oleh peneliti dan
diberi sebutan pizza well diffuse. Prinsip metode ini hampir sama dengan metode well diffuse biasanya
yauti dengan melubangi medium PDA dalam cawan petri dengan pola segitiga sebanyak tujuh buah yang
dibuat dengan jarak teratur. Pada masing-masing lubang dimasukkan 100 mikroliter ektrak bawang atau
antifungi dengan kontrol etanol 96% tanpa kontrol akuades. Kontrol akuades tidak diikutsertakan karena
sudah diketahui tidak memiliki aktivitas antifungi dan untuk ruang yang terdapat pada medium sudah
tidak mencukupi untuk dilubangi lagi karena jika jarak antar ekstrak terlalu rapat maka difusi dari ekstrak
bawang satu dengan yang lain akan bercampur, sehingga akan menyulitkan penentuan kemampuan
antifungi yang ditunjukan oleh zona hambat. Dengan metode pizza well diffuse ini hanya digunakan
Rhizopus oligoporus dengan pertimbangan waktu tumbuh Rhizopus oligosporus yang cepat dan karena
keterbatasan waktu penelitian serta keterbatasan medium yang dimiliki peneliti [15].
Berdasarkan hasil pengamatan Rhizopus dominan tumbuh dibagian tengah medium karena
konsentrasi ekstrak di bagian tengah cawan paling kecil. Gradien konsentrasi ekstrak bawang menurun
dari pinggir cawan petri (alas segitiga) hingga tengah cawan petri (ujung segitiga) sehingga bagian tengah
cawan petri mengandung konsentrasi ekstrak paling kecil dan bagian pinggir cawan petri mengandung
konsentrasi ekstrak paling besar. Pada daerah di sekitar segitiga dengan ekstrak bawang putih dengan
pelarut alkohol dan akuades tidak ada Rhizopus oligosporus yang tumbuh. Hal ini menunjukkan
kemampuan antifungi dari bawang putih lebih besar dibanding bawang merah dan bawang bombay [8].
Pada uji ini, ekstrak bawang putih dengan pelarut etanol menunjukkan zona hambat sedangkan
pada metode well diffuse sebelumnya tidak ada zona hambat yang terbentuk. Hal ini karena penggunaan
volume ekstrak yang lebih besar dapat mengurangi kecepatan penguapan dari ekstrak bawang sehingga
ketika jamur tumbuh ekstrak bawang yang mengandung allicin belum habis menguap sehingga dapat
diamati zona hambat dari allicin tersebut. Ekstrak bawang bombay dan bawang merah yang dilarutkan
dalam air maupun etanol tidak menunjukkan zona hambat karena kandungan allicin dalam bawang merah
dan bawang bombay sangat sedikit sehingga tidak teramati adanya aktivitas antifungi dalam bawang
4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu bawang putih yang
diekstraksi menggunakan pelarut akuades memiliki aktivitas antifungi terhadap Rhizopus oligosporus,
sedangkan ekstrak bawang merah dan bawang bombay tidak menunjukkan aktivitas antifungi. Bawang
putih yang diekstraksi menggunakan pelarut akuades memiliki aktivitas antifungi terhadap isolat jamur
kulit kaki, sedangkan ekstrak bawang merah dan bawang bombay tidak menunjukkan aktivitas antifungi.
Bawang putih yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% memiliki aktivitas antifungi terhadap
Rhizopus oligosporus, sedangkan ekstrak bawang merah dan bawang bombay tidak menunjukkan
aktivitas antifungi. Bawang putih, bawang merah, dan bawang bombay yang diekstraksi dengan pelarut
etanol 96% tidak menunjukkan aktivitas antifungi terhadap isolat jamur kulit kaki.
5 Daftar Pustaka
[1] Ankri, S., Antimicrobial Properties of Allicin from Garlic, Journal Weizmenn Institus of Sains,
[2] Curtis, Hannah et.al., Broad-spectrum activity of the volatile phytoanticipin allicin in extracts of
garlic (Allium sativum L.) against plant pathogenic bacteria, fungi and Oomycetes, Physiological
[3] Herlina, E.. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta Selatan: FMedia. 30-31. 2013.
[5] Ellis, M. & Allin, A., Well diffusion for antifungal susceptibility testing, International Journal of
[6] Fadahunsi,I.F., Ogunbanwo, S.T., Ogundana, D. T., Heat Stability And Optimization Of Invitro
Antimicrobial Activity Of Metabolites Produced By Rhizopus oligosporus Nrrl 2710 Against Some
[7] Harlistalia,M.F.,et al., Analisis Kelayakan Teknis Dan Finansial Produksi Sosis Jamur Tiram Pada
Skala Industri Kecil (Studi Kasus Di Budidaya Jamur Tiram ‘Wahyu’ Kota Mojokerto), Jurnal
[8] Heal with food, Health Benefits of Eating Red Onions, http://www.healwithfood.org/health-
[9] Hedges & Lister, Onions, Leeks And Garlic Layers of Taste and Health. [Online]
http://www.vegetables.co.nz/resources/1files/pdf/booklet_onion_leek_garlic.pdf , (1 November
2014).
[10] Kartika, R. N., Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Bawang Putih terhadap Trichophyton
rubrum secara In Vitro dengan Metode Difusi, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan
Growth and Induces Apoptosis Through The Mitochondrial Pathway in HL60 and U937 Cells,
[13] National Onion Association, Onions :Phytochemical and Health Properties, http://www.onions-
[14] Pelczar. M.J., dan Chan, E. S., Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI Press, 40, 1986.
[15] Sen, A.& Batra,A., Evaluation of Antimicrobial Activity of Different Solvent Extract of Medicinal
Plant: Melia Azedarach l, International Journal of Current Pharmaceutical Research, 4(2), pp. 5-9,
2012.
[16] Staff pengajar Departemen Fakultas Kedokteran Univeritas Sriwijaya, Kumpulan Kuliah
[17] Tagoe, D., Baidoo,S., Dadzie, I., Kangah,V., Nyarko,H., A Comparison Of The Antimicrobial
(Antifungal) Properties Of Garlic, Ginger And Lime On Aspergillus Flavus, Aspergillus Niger And
Cladosporium Herbarum Using Organic And Water Base Extraction Methods, The Internet Journal
2014)
[19] Wahyu, P., Pengaruh Suspensi Jamur metharizhium anisopliae Terhadap Mortilitas Larva Nyamuk
November 2014)
[20] Wibowo, S., Budi Daya Bawang : Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay, Penebar