Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Antifungi dari Bawang Merah, Bawang Bombay, dan Bawang

Putih terhadap Rhizophus oligosphorus dan Jamur dari Kulit Kaki Manusia
Inka Nurawal Restyo Dewi1, Marvin Nathanael Iman2, Cyntia Sari Dewi3, Cindy Amelia4 & Wildan Firdaus5

Program Studi Mikrobiologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha No.10, Bandung, 40132, Jawa Barat

Abstrak. Bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay merupakan komoditas utama daerah tropis
seperti Indonesia yang sering juga dimanfaatkan sebagai obat jamur tradisional. Namun hanya sedikit
penelitian yang dilakukan untuk memastikan aktivitas antifungi dari ekstrak bawang-bawangan tersebut
terutama terhadap jamur kulit manusia yang dominan terletak pada bagian kaki, sehingga pada penelitian ini
dibuat suatu rancangan eksperimen untuk menentukan aktivitas antifungi yang terdapat dalam bawang
merah, bawang putih dan bawang bombay tersebut. Senyawa allicin yang memiliki efek antifungi diekstrak
dari bawang menggunakan pelarut etanol 96% dan akuades. Setelah itu ekstrak tersebut diuji aktivitas
antifunginya dengan metode well-diffused serta well-diffused yang dimodifikasi terhadap Rhizopus
oligosporus dan isolat jamur dari kulit kaki manusia. Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas antifungi
dari bawang putih yang diekstrak dengan pelarut akuades terhadap kedua kultur fungi dan bawang putih yang
diekstrak dengan etanol 96% terhadap Rhizopus oligosporus, sedangkan aktivitas antifungi bawang putih
yang diekstraksi dengan etanol 96% serta bawang merah dan bawang bombay yang diekstraksi dengan
akuades atau etanol 96% terhadap Rhizopus oligosporus atau isolat jamur kaki manusia tidak teramati.

Kata Kunci: akuades, allicin, antifungi, etanol 96%, well-diffuse.

1 Pendahuluan

Pada kulit manusia, terdapat 130 jenis koloni jamur yang tersebar merata mulai ujung kepala

hingga ujung kaki. Sebagian jamur ini didominasi oleh Malassezia sp., Penicillium sp. dan Aspergillus sp.

Area paling sedikit ditumbuhi jamur adalah daerah dada dan abdomen dan area yang paling banyak

ditumbuhi jamur adalah bagian kaki yaitu tumit, kuku kaki, dan sela-sela jari kaki[11]. Jamur Rhizopus

oligosporus digunakan sebagai pembanding dalam penelitian kecil ini karena pertumbuhan Rhizopus

oligosporus sama dengan suhu optimum pertumbuhan jamur pada kulit manusia (30-42oC). Pada kulit

manusia juga memiliki temperatur optimum sekitar 30 sampai 42oC. Selain itu alasan temperatur

pertumbuhan yang sama dengan jamur kulit, Rhizopus oligosporus juga merupakan penghasil spora

terbanyak diantara jenis Rhizopus lainnya sehingga lebih mudah dikembangbiakkan[6].


Bawang putih, bawang merah dan bawang bombay dikenal sejak jaman dahulu sebagai rempah-

rempah yang memiliki banyak khasiat dan tidak jarang digunakan sebagai obat-obatan tradisional. Salah

satu potensi yang dimiliki bawang-bawangan adalah memiliki kemampuan mencegah pertumbuhan jamur

atau sebagai antifungi. Penelitian ini dilakukan salah satunya untuk membuktikan keberadaan senyawa

antifungi dalam bawang-bawangan. Bawang putih, bawang merah dan bawang bombay memiliki sifat

antijamur. Walaupun lebih lemah daripada bawang putih, minyak bawang merah dan bawang bombay

sangat efektif untuk jamur dermatophytic serta menghambat pertumbuhan dan produksi aflatoxin dari

Aspergillus sp.[18].

Bawang putih, minyak bawang merah dan bawang Bombay memiliki sifat anti jamur karena

adanya senyawa allicin. Allicin (nama kimia: disulfida diallyl (CH2 = CH-CH2-S (O)-S-CH2-CH =

CH2) adalah senyawa dalam bawang yang mengandung sulfur dan memiliki aktivitas biologis dengan

spektrum yang luas. Allicin tidak ditemukan dalam bawang segar sebab bawang segar hanya memiliki

allinase dan aliin yang bersifat stabil. Aliin (S-alkil-L-sistein sulfoksida) terdapat dalam bawang putih

(Allium saumtiv) sedangkan pada bawang merah (Allium cepa) terdapat isomer dari aliin yaitu trans-(+)-

S-(1-propenil)-L-sistein sulfoksida. Alinase merupakan enzim yang muncul ketika jaringan dilukai atau

dirusak (dipotong, digilling, ditumbuk, dll). Enzim ini mengubah alliin menjadi allicin. Allicin

menyebabkan bau dan rasa khas pada bawang yang baru dipotong. (Herlina, 2013). Dalam dosis tertentu,

allicin dapat menghambat pertumbuhan sel bakteri dan fungi dan membunuh sel bakteri dan fungi[18].

Allicin merupakan senyawa yang sangat volatil pada keadaan murninya (Borlinghaus et al.,

2014). Senyawa allicin ini bersifat tidak stabil dalam panas dan pelarut organik. Kelarutan allicin dalam

air hanya sebesar 2,5 % (w/w), sedangkan dalam pelarut organik seperti alkohol, klorofom, dan benzene
[1]
allicin bersifat larut . Saat disentrifuga senyawa allicin akan berada dalam fasa cair jika dilarutkan

dalam pelarut non-organik. Senyawa ini akan masuk ke dalam sitoplasma suatu mikroba dan akan
mengambat sintesis RNA. Hasil Ekstraksi bawang sebagai antimikroba merupakan senyawa spectrum

luas [18].

Penelitian aktivitas antifungi pada bawang-bawangan ini dilakukan dengan metode well diffuse

yaitu metode pengukuran zona hambat pada medium agar. Prinsip percobaan metode well diffuse ini yaitu

menghitung zona hambat yang dibentuk oleh cairan beberapa antifungi yang diinjeksikan kedalam agar

yang telah dilubangi dengan diameter yang sama. Cairan antifungi yang diinjeksikan kedalam agar

tersebut akan berdifusi merata disekitar lubang lingkaran yang dibentuk dan akan menghambat

pertumbuhan jamur pada permukaan agar [15].

2 Metode dan Bahan

2.1 Pembuatan medium agar

Medium yang digunakan adalah PDA karena kultur yang akan digunakan dalam penelitian ini

jamur. Untuk pembuatan medium, sejumlah bubuk PDA instan dilarutkan dalam larutan agar. Kemudian

diaduk sampai rata. Lalu dituangkan sebanyak 15 ml pada masing-masing cawan petridish yang telah

disterilkan dengan autoklaf terlebih dahulu. Lalu pada cawan petridish berisi medium tersebut disuntikkan

ampisilin menggunakan syringe yang telah dipasangi membran filter 0,2 µm . Untuk tabung reaksi,

dituangkan masing-masing 3 ml medium PDA, kemudian disterilkan dengan autoklaf.

2.2 Pengambilan sampel

Pertama-tama isolat jamur diambil dari kulit kaki menggunakan cottonbud yang telah dilumuri

larutan fisiologis NaCl 0,85%. Setalah itu isolat yang terdapat pada cottonbud diinokulasi ke 1 medium

PDA pelat menggunakan metode cotton swab. Medium PDA sebelumnya telah disuntikkan antibakteri
ampisilin menggunakan syringe dan membran filter sehingga yang tumbuh hanya jamur. Selanjutnya

diinkubasi.

2.3 Praperlakuan

Setelah diinkubasi selama 3-4 hari, dari jamur yang tumbuh diambil 1 jenis jamur yang

paling dominan untuk disubkultur ke medium PDA pelat dalam cawan petri lainnya. Kemudian

diinkubasi lagi selama 3-4 hari. Setelah itu, kultur dalam cawan diinokulasikan ke tabung reaksi

berisi medium PDA miring dengan metode tanam dan diinkubasi 3-4 hari. Metode tanam adalah

metode yang digunakan dengan cara memotong bagian agar yang ditumbuhi mikroorganisme

dari satu medium ke medium lain dengan cara ditanam/ditempatkan begitu saja[7]. Setelah

tumbuh ditambahkan 5ml larutan detergen tween-80 dengan konsentrasi 0,1% dan dikocok agar

spora jamur terlepas ke dalam larutan [19].

2.4 Perlakuan

Larutan berisi spora jamur diambil menggunakan mikropipet sebanyak 0,1ml dan

diinokulasi menggunakan metode spread ke 4 medium PDA pelat yang telah mengandung

ampisilin. Spread dilakukan dengan batang L hingga suspensi dalam cawan petri kering, teknik

ini akan lebih efektif dengan ikut memutar cawan petri [14]. Setelah cukup kering, dilakukan well

diffuse untuk menguji daya hambat antifungi pada bawang merah, bawang putih, dan bawang

Bombay. Well diffuse merupakan metode yang digunakan dengan cara memberi lubang pada

beberapa bagian medium dengan jarak tertentu menggunakan pembolong besi. Pembolong

tersebut dipanaskan kemudian ditempelkan pada bagian agar yang akan dilubangi, lakukan

berulang sampai terbentuk 4 lubang (untuk bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, dan
alcohol sebagai control), diameter lubang yang terbentuk umumnya sebesar 4mm. Kemudian

antifungi yang sudah disiapkan diambil menggunakan mikropipet sebanyak 20 µL, lalu

ditempatkan pada masing-masing lubang yang sebelumnya sudah diberi tanda untuk masing-

masing antifungi (bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, dan alcohol). Medium yang

sudah terisi antifungi tersebut ditempatkan pada inkubator bersuhu 37oC selama 24 jam [5].

Kemudian dilakukan pengujian ulang menggunakan modifikasi dari metode well diffuse.

Pertama–tama kultur Rhizopus oligosporus diinokulasi spread ke medium PDA pelat. Lalu

medium dilubangi membentuk segitiga dengan alas nya di pinggir cawan petri dan menuju ke

pusat cawan. Dibuat sebanyak 7 lubang dan masing-masing diisi dengan ekstrak uji (bawang

merah , bawang putih, bawang bombay dengan pelarut akuades; bawang merah, bawang putih,

bawang bombay dengan pelarut etanol 96%) serta larutan kontrol berupa etanol 96% [5].

Figure 1 Well diffuse termodifikasi

Untuk mengekstrak bawang merah, bawang putih dan bawang bombay pertama-tama

bawang-bawangan tersebut dicuci dengan air, lalu dikupas. Lalu sebagian dicampurkan dengan

air dan sebagian dengan alkohol (etanol 96%). Kemudian masing-masing diblender sampai halus

secara terpisah. Bawang putih, bawang merah dan bawang bombay yang telah diblender masing-
masing dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dan disentrifuga sehingga didapatkan 2 fasa,

yaitu fasa padat yang mengendap di bawah tabung dan fasa cair yang terdapat di atasnya. Fasa

cair diambil sebagai ekstrak bawang merah, bawang putih dan bawang bombay [10].

2.5 Perhitungan aktivitas antifungi dan pengamatan

Perhitungan aktivitas antifungi dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat yang

terbentuk disekitar larutan antifungi. Semakin besar zona bening yang terbentuk maka semakin

besar zona hambat dan semakin besar keefektifan antifungi tersebut.

3 Hasil dan Diskusi

Tabel 1. Hasil pengamatan perrtumbuhan jamur

Jamur 12 jam 17 jam 24 jam 38 jam

Isolat Pelarut
jamur ekstrak uji

Rhizopus Alkohol 1 - + + ++

Alkohol 2 - + + ++

Akuades 1 - + + ++

Akuades 2 + + ++

Well diffuse - - - +
besar

Jamur Alkohol 1 - - - -
kulit kaki
Alkohol 2 - - - -

Akuades 1 - - + +

Akuades 2 - - - -

Keterangan :
- : tidak ada pertumbuhan

+ : pertumbuhan sedikit

++ : pertumbuhan banyak

Tabel 1. Hasil Pengamatan zona hambat 12 jam

Estrak Rhizopus oligosporus Isolat jamur kulit kaki


J
1 2 1 2

Alkohol Bawang putih - - - -

Bawang merah - - - -

Bawang bombay - - - -

Akuades Bawang putih - - - -

Bawang merah - - - -

Bawang bombay - - - -

Tabel 2. Hasil pengamatan zona hambat 17 jam

Estrak Rhizopus oligosporus Isolat jamur kulit kaki


J
1 2 1 2

Alkohol Bawang putih - - - -

Bawang merah - - - -

Bawang bombay - - - -

Akuades Bawang putih - - - -

Bawang merah - - - -

Bawang bombay - - - -

Tabel 3. Hasil pengamatan zona hambat 24 jam


Estrak Rhizopus oligosporus Isolat jamur kulit kaki
J
1 2 1 2

Alkohol Bawang putih - - - -

Bawang merah - - - -

Bawang bombay - - - -

Akuades Bawang putih 2cm - 2,5cm -

Bawang merah - - - -

Bawang bombay - - - -

Tabel 4. Hasil pengamatan zona hambat 38 jam

Estrak Rhizopus oligosporus Isolat jamur kulit kaki


J
1 2 1 2

Alkohol Bawang putih - - - -

Bawang merah - - - -

Bawang bombay - - - -

Akuades Bawang putih - - 2cm -

Bawang merah - - - -

Bawang bombay - - - -

Tabel 5. Foto hasil pengamatan pertumbuhan jamur

Pelarut Jamur 12 jam 17 jam 26 jam 38 jam

Etanol Rhizopus
96% oligospor
us
Isolat
jamur
kaki

Akuade Rhizopus
s oligospor
us

Isolat
jamur
kaki

Figure 2 Hasil Well diffuse termodifikasi

Pada percobaan ini digunakan bawang untuk diuji keberadaan zat antifungi didalamnya.

Berdasarkan literatur yang didapatkan, bawang mengandung senyawa allicin . Allicin merupakan

senyawa dalam bawang yang mengandung sulfur dan memiliki aktivitas biologis dengan spektrum yang

luas. Allicin menyebabkan bau dan rasa khas pada bawang yang baru dipotong. Allicin diproduksi oleh

enzim alinase, ketika jaringan dilukai atau dirusak. Alinase merupakan enzim yang mengubah alliin atau

senyawa isomernya menjadi allicin. Dalam dosis tertentu, allicin dapat menghambat dan membunuh
pertumbuhan sel bakteri dan fungi. Aliin (S-alkil-L-sistein sulfoksida) terdapat dalam bawang putih

(Allium sativum) sedangkan pada bawang merah (Allium cepa) terdapat isomer dari aliin yaitu trans-(+)-

S-(1-propenil)-L-sistein sulfoksida. Walaupun lebih lemah dibanding bawang putih, bawang merah dan

bawang bombay memiliki sifat antijamur. Minyak bawang merah dan bawang bombay sangat efektif

untuk jamur dermatophytic serta menghambat pertumbuhan dan produksi aflatoxin dari Aspergillus sp.
[13]
.

Mekanisme allicin membunuh sel fungi adalah melalui apoptosis sel. Apoptosis merupakan

program bunuh diri sel yang dipicu oleh beberapa faktor diantaranya adalah reduksi glutation. Pertama,

terjadi penetrasi allicin ke dalam sel, kemudian allicin akan bereaksi dengan senyawa thiol bebas pada

sitoplasma dan mitokondria, karena glutation adalah senyawa thiol yang jumlahnya paling banyak, maka

glutation adalah target penyerangan allicin. Allicin akan mengoksidasi glutation dan akan menyebabkan

perubahan potensial reduksi pada membran. Perubahan potensial reduksi ini menurunkan aktivitas

enzimatik dan memicu pelepasan sitokrom C dari mitokondria menuju sitosol. Selam proses

pelepasannya, sitokrom C akan mengaktivasi kaspase 9. Kaspase 9 akan mengaktivasi kaspase 3.

Aktifnya kaspase ini akan menyebabkan fragmentasi pada DNA inti dan mengakibatkan kematian sel [12].

Aktivitas antifungi dari ekstrak bawang-bawangan ini diuji menggunakan metode uji well

diffusion. Metode ini dilakukan dengan cara melubangi agar pada cawan petri menggunakan pembolong

dari besi (digunakan alat khusus supaya diameter lubang seragam). Lubang tersebut diisi dengan ekstrak

atau larutan antimikroba. Larutan antimikroba yang berada dalam lubang pada medium agar akan

berdifusi secara merata ke daerah disekelilingnya sehingga dapat diukur zona hambat dari larutan ini

dengan mengukur area bening yang dihasilkan [15].

Pada perlakuan ekstrak bawang dengan pelarut alcohol tidak teramati zona hambat karena allicin

telah menguap bersama dengan etanol 96% yang juga bersifat sangat volatil. Berdasarkan literatur,

alkohol murni atau etanol bersifat volatil dan mudah menguap. Volatilitas larutan ekstrak bawang dalam
alkohol ini juga sangat cepat akibat volumenya yang sangat kecil hanya sebesar 20 mikro liter. Pada

ekstrak bawang dengan pelarut air teramati zona hambat karena air relatif tidak volatil pada suhu ruang

sehingga dapat terdifusi ke medium dan menghasilkan zona hambat [2].

Temperatur optimum pertumbuhan Rhizopus oligosporus sama dengan suhu optimum

pertumbuhan jamur pada kulit manusia. Rhizopus oligosporus tumbuh dengan cepat pada temperatur

sedang 30-42oC yang sesuai dengan temperatur tubuh manusia. Karena habitatnya yang berada pada kulit

manusia, diasumsikan temperatur optimum bagi pertumbuhan jamur pada kulit manusia juga memiliki

temperatur optimum sekitar 30-42oC. Selain itu, Rhizopus oligosporus juga merupakan penghasil spora

terbanyak diantara jenis Rhizopus oligosporus lainnya sehingga lebih mudah dikembangbiakkan [6].

Pengamatan dilakukan dalam tiga waktu yang berbeda. Pada waktu 12 jam waktu inkubasi,

Rhizopus oligosporus belum tumbuh karena waktu tumbuhnya berkisar 15 jam. Isolat jamur kaki juga

belum tumbuh karena waktu tumbuh berdasarkan pengamatan isolasi dan subkultur sebelum

dilakukannya spread pada cawan petri yaitu selama 3-4 hari. Pada 17 jam setelah inkubasi, Rizhopus

oligosporus mulai tumbuh tetapi belum teramati zona hambat karena pertumbuhannya sedikit dan belum

merata, waktu tumbuhnya berkisar 15 jam sedangkan isolat jamur kaki masih belum tumbuh. Setelah 26

jam, teramati zona hambat 1 cm pada Rhizopus oligosporus dan 1,25 cm pada isolat jamur kulit kaki.

Zona hambat hanya muncul pada ekstrak bawang putih dengan pelarut akuades karena kandungan allicin

pada bawang putih jauh lebih besar dari pada bawang merah dan bawang bombay. Zona hambat ini hanya

muncul pada bawang putih yang dilarutkan dengan akuades karena allicin murni dan etanol 96% sangat

volatil pada suhu ruang sehingga kemungkinan ekstrak bawang dengan pelarut 96% menguap terlebih

dahulu sebelum jamur tumbuh. Pada kontrol etanol 96% tidak teramati zona hambat karena etanol sangat

volatil sehingga etanol 96% telah menguap sebelum pertumbuhan jamur. Etanol 96% bukan merupakan

antifungi yang efektif, hal ini karena kadar air dalam etanol 96% terlalu rendah sehingga penetrasi atau

penembusan air kedalam sel tidak dapat berlangsung dengan baik [16].
Setelah 38 jam dari waktu inkubasi, zona hambat yang muncul pada Rhizopus oligosporus tidak

lagi teramati karena telah tertutup oleh miselium akibat pertumbuhan jamur tersebut. Pertumuhan

Rhizopus oligosporus relatif cepat terutama setelah berakhirnya fasa lag dan berada pada fasa logaritmik.

Zona hambat pada isolat jamur kulit kaki berkurang menjadi 1 cm tetapi tidak tertutup sepenuhnya karena

pertumbuhan jamur kulit kaki pada medium PDA lambat. Hal ini disebabkan oleh waktu tumbuh alami

jamur kulit kaki yang lambat atau ketidakcocokkan jamur kaki tersebut dengan medium PDA. Akibat

kelemahan-kelamahan dari metode well diffuse terutama penguapannya yang cepat karena volum

ekstraknya yang sangat kecil 20 mikroliter, maka dilakukan metode well diffuse yang dimodifikasi untuk

memastikan efek antifungi terhadap pertumbuhan jamur. Metode in dikembangkan oleh peneliti dan

diberi sebutan pizza well diffuse. Prinsip metode ini hampir sama dengan metode well diffuse biasanya

yauti dengan melubangi medium PDA dalam cawan petri dengan pola segitiga sebanyak tujuh buah yang

dibuat dengan jarak teratur. Pada masing-masing lubang dimasukkan 100 mikroliter ektrak bawang atau

antifungi dengan kontrol etanol 96% tanpa kontrol akuades. Kontrol akuades tidak diikutsertakan karena

sudah diketahui tidak memiliki aktivitas antifungi dan untuk ruang yang terdapat pada medium sudah

tidak mencukupi untuk dilubangi lagi karena jika jarak antar ekstrak terlalu rapat maka difusi dari ekstrak

bawang satu dengan yang lain akan bercampur, sehingga akan menyulitkan penentuan kemampuan

antifungi yang ditunjukan oleh zona hambat. Dengan metode pizza well diffuse ini hanya digunakan

Rhizopus oligoporus dengan pertimbangan waktu tumbuh Rhizopus oligosporus yang cepat dan karena

keterbatasan waktu penelitian serta keterbatasan medium yang dimiliki peneliti [15].

Berdasarkan hasil pengamatan Rhizopus dominan tumbuh dibagian tengah medium karena

konsentrasi ekstrak di bagian tengah cawan paling kecil. Gradien konsentrasi ekstrak bawang menurun

dari pinggir cawan petri (alas segitiga) hingga tengah cawan petri (ujung segitiga) sehingga bagian tengah

cawan petri mengandung konsentrasi ekstrak paling kecil dan bagian pinggir cawan petri mengandung

konsentrasi ekstrak paling besar. Pada daerah di sekitar segitiga dengan ekstrak bawang putih dengan
pelarut alkohol dan akuades tidak ada Rhizopus oligosporus yang tumbuh. Hal ini menunjukkan

kemampuan antifungi dari bawang putih lebih besar dibanding bawang merah dan bawang bombay [8].

Pada uji ini, ekstrak bawang putih dengan pelarut etanol menunjukkan zona hambat sedangkan

pada metode well diffuse sebelumnya tidak ada zona hambat yang terbentuk. Hal ini karena penggunaan

volume ekstrak yang lebih besar dapat mengurangi kecepatan penguapan dari ekstrak bawang sehingga

ketika jamur tumbuh ekstrak bawang yang mengandung allicin belum habis menguap sehingga dapat

diamati zona hambat dari allicin tersebut. Ekstrak bawang bombay dan bawang merah yang dilarutkan

dalam air maupun etanol tidak menunjukkan zona hambat karena kandungan allicin dalam bawang merah

dan bawang bombay sangat sedikit sehingga tidak teramati adanya aktivitas antifungi dalam bawang

merah dan bawang Bombay [17].

4 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu bawang putih yang

diekstraksi menggunakan pelarut akuades memiliki aktivitas antifungi terhadap Rhizopus oligosporus,

sedangkan ekstrak bawang merah dan bawang bombay tidak menunjukkan aktivitas antifungi. Bawang

putih yang diekstraksi menggunakan pelarut akuades memiliki aktivitas antifungi terhadap isolat jamur

kulit kaki, sedangkan ekstrak bawang merah dan bawang bombay tidak menunjukkan aktivitas antifungi.

Bawang putih yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% memiliki aktivitas antifungi terhadap

Rhizopus oligosporus, sedangkan ekstrak bawang merah dan bawang bombay tidak menunjukkan

aktivitas antifungi. Bawang putih, bawang merah, dan bawang bombay yang diekstraksi dengan pelarut

etanol 96% tidak menunjukkan aktivitas antifungi terhadap isolat jamur kulit kaki.

5 Daftar Pustaka
[1] Ankri, S., Antimicrobial Properties of Allicin from Garlic, Journal Weizmenn Institus of Sains,

Israel, 2(1),pp. 125-129, 1999.

[2] Curtis, Hannah et.al., Broad-spectrum activity of the volatile phytoanticipin allicin in extracts of

garlic (Allium sativum L.) against plant pathogenic bacteria, fungi and Oomycetes, Physiological

and Molecular Plant Pathology. 65(4), pp. 79–89. 2004.

[3] Herlina, E.. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta Selatan: FMedia. 30-31. 2013.

[4] Borlinghaus,J., Albrecht,F., Gruhlke,M.C.H., Nwachukwu, I.D., Slusarenko, A.J., Allicin:

Chemistry and Biological Properties, Molecules,19(1), pp. 12591-12618, 2014.

[5] Ellis, M. & Allin, A., Well diffusion for antifungal susceptibility testing, International Journal of

Infectious Diseases, 4(1), pp. 395-400, 2004.

[6] Fadahunsi,I.F., Ogunbanwo, S.T., Ogundana, D. T., Heat Stability And Optimization Of Invitro

Antimicrobial Activity Of Metabolites Produced By Rhizopus oligosporus Nrrl 2710 Against Some

Pathogenic Bacteria, Trakia Journal of Sciences, 11 (2), pp. 110-117, 2013.

[7] Harlistalia,M.F.,et al., Analisis Kelayakan Teknis Dan Finansial Produksi Sosis Jamur Tiram Pada

Skala Industri Kecil (Studi Kasus Di Budidaya Jamur Tiram ‘Wahyu’ Kota Mojokerto), Jurnal

Industria, 1(2), pp. 105-114, 2012.

[8] Heal with food, Health Benefits of Eating Red Onions, http://www.healwithfood.org/health-

benefits/eating-red-onions.php ,(1 November 2014).

[9] Hedges & Lister, Onions, Leeks And Garlic Layers of Taste and Health. [Online]

http://www.vegetables.co.nz/resources/1files/pdf/booklet_onion_leek_garlic.pdf , (1 November

2014).

[10] Kartika, R. N., Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Bawang Putih terhadap Trichophyton

rubrum secara In Vitro dengan Metode Difusi, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan

Nasional Veteran, Surabaya, 2012.


[11] Lewis,T., 2013, Fungus Among Us: Body's Microbes Mapped, http://www.livescience.com/34589-

fungus-on-human-body-mapped.html ,(1 November 2014)

[12] Miron,T.,Wilchek,M.,Sharp,A.,Nakagawa,Y.,Naoi,M., Nozawa,Y., Akao,Y., Allicin Inhibits Cell

Growth and Induces Apoptosis Through The Mitochondrial Pathway in HL60 and U937 Cells,

Journal of Nutritional Biochemistry, 19(1), pp. 524-535, 2008.

[13] National Onion Association, Onions :Phytochemical and Health Properties, http://www.onions-

usa.org/img/site_specific/uploads/phytochemical_brochure.pdf ,(1 November 2014)

[14] Pelczar. M.J., dan Chan, E. S., Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI Press, 40, 1986.

[15] Sen, A.& Batra,A., Evaluation of Antimicrobial Activity of Different Solvent Extract of Medicinal

Plant: Melia Azedarach l, International Journal of Current Pharmaceutical Research, 4(2), pp. 5-9,

2012.

[16] Staff pengajar Departemen Fakultas Kedokteran Univeritas Sriwijaya, Kumpulan Kuliah

Farmakologi, EGC, 167, 2004.

[17] Tagoe, D., Baidoo,S., Dadzie, I., Kangah,V., Nyarko,H., A Comparison Of The Antimicrobial

(Antifungal) Properties Of Garlic, Ginger And Lime On Aspergillus Flavus, Aspergillus Niger And

Cladosporium Herbarum Using Organic And Water Base Extraction Methods, The Internet Journal

of Third World Medicine, 7 (1), pp. 7275, 2010.

[18] Tarmizi,A.F.B., Bawang Putih (Allium sativum L) dan Senyawa Kandungannya,

http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29772/4/Chapter%20II.pdf, (27 November

2014)
[19] Wahyu, P., Pengaruh Suspensi Jamur metharizhium anisopliae Terhadap Mortilitas Larva Nyamuk

Anopheles aconitus, http://www.eprints.uns.ac.id/7999/1/179181111201111031.pdf, (30

November 2014)

[20] Wibowo, S., Budi Daya Bawang : Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay, Penebar

Swadaya, 76, 2007.

Anda mungkin juga menyukai