Anda di halaman 1dari 14

3.

Logistik RSUD Blambangan

Pada RSUD Blambangan sistem pengelolaan atau logistik farmasi sesuai


dengan PerMenKes 72 Tahun 2016 yaitu Apoteker bertanggung jawab terhadap
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di
Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan
yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu
siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan (seleksi), perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan
Pelayanan Kefarmasian.

Logistik farmasi merupakan pelayanan yang utama atau jantung dari


farmasi yang ada di Rumah Sakit, karena tidak mungkin pelayanan berjalan
dengan baik jika ketersedian obat tidak optimal. Ada keterlibatan beberapa pihak
dari berbagai apoteker di kedinasan seperti Dinas Kesehatan, BPOM yang harus
bekerjasama dengan baik agar berjalan dengan baik, selain itu juga harus di
dukung dengan sumber daya manusia, sarana, dan juga peralatan yang memadai
agar pelayanan kefarmasian baik di manajerial maupun pelayam klinis berjalan
baik.

Beberapa aspek sistem pengelolaan perbekalan farmasi, yaitu:

a. Pemilihan (seleksi)
Kegiatan ini biasanya dilakukan untuk menetapkan beberapa hal seperti:
1. Procurement
2. Distributor yang akan dilakukan pemesanan
3. Penggunaan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan kebutuhan
b. Perencanaan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan


periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk
menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara
lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pada Rumah Sakit Blambangan
sistem perencanaanya mengunakan metode kombinasi konsumsi dan
epidemiologi. Rujukan dari sistem perencanaan yang ada di Rumah Sakit
Blambangan meliputi:

- Fornas (Formularium Nasional) / Formularium RS

- Penyakit (epidemiologi)

- Anggaran

c. Pengadaan

Merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian


atau Lembaga SKPD/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai di selesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
barang dan jasa tersebut. Dalam sistem pengadaan ini dilakuakn setiap 1
minggu, namun untuk barang-barang tertentu yang volumenya besar dan
kebutuhannya besar, maka dilakukan 2 minggu sekali karena keterbatasan
tempat penyimpanan di logistik Farmasi Rumah Sakit Blambangan, dan untuk
3 bulan sekali rutin melakukan stok opname.
Rumah Sakit Blambangan sudah menerapkan e-catalog, sehingga dalam
persyaratan-persyaratan dan kriteria-kriteria sudah dilengkapi. Jika obat-obat
sudah ada di e-catalog tinggal masuk ke website LKBP yang pengadaanya
melalui e-purchasing, namun untuk obat-obat yang tidak masuk ke dalam e-
catalog sudah terdapat supplier pabrik sendiri. Rumah Sakit Blambangan
sudah menggunakan sistem teknologi elektronik, namun ada rencana
pengadaan yang sedikit menggunakan sistem manual dalam pengolahannya
yaitu mengunakan ms. Excel.

Dalam pengadaan ada persyaratan yaitu fatur maksimal kurang dari lima
puluh juta per hari, sehingga dalam membuat surat pesanan sudah mampu
memperkirakan nominal faktur. Isi dalam penulisan Surat Pesanana (SP)
sesuai dengan SOP yang sudah berlaku dengan PBF yang sudah ditentukan
sesuai dengan kategori obatnya. Pada kelengkapan SP terdapat KOP Rumah
Sakit dan nomor SP, hal ini bertujuan untuk mempermudah penelusuran
apabila ada SP yang ingin di cek kembali, selain itu harus terdapat nama
supplier, alamat supplier yang dituju, nama perbekalan farmasi, jumlah dan
satuan, kekuatan, tanggal dibuatnya SP, dan terdapat tanda tangan Apoteker
Penanggung Jawab (APJ) pengadaan diamana harus dicantumkan nomor
STRA dan SIPA serta stempel basah. Persyaratan SP untuk obat biasa dan
obat-obat tertentu (OOT) cukup rangkap 1 (satu) yang dikirim ke PBF atau
supplier. Untuk SP obat narkotika, psikotropika, dan precursor sesuai dengan
PerBPOM No.4 Tahun 2018 yaitu dibuat denan rangkap 3 (tiga). Surat
pesanan narkotika dan dikirim ke PBF atau distributor Kimia Farma, untuk
psikotropik ditujukan untuk PBF atau distributor yang ditunjuk untuk
memegang pabrik obat tersebut.

Pada proses pengadaan yang menggunakan sistem e-purchasing yaitu


membuat pesanan secara online ke LKPT berdasarkan e-catalog yang ada di
LKPT., dalam tahap ini ada proses negosiasi terlebih dahulu, contohnya
rumah sakit melakukan pemesanan, lalu penyedia atau supplier merespon si
pemesan. Pemesan akan melakukan negosiasi baik tentang permintaan bebas
ongkos kirim atau terkait waktu pengiriman yang cepat, kemudian supplier
akan merespon terkait dengan permintaan atau negosiasi dari pemesan, jika
terdapat kesepakatan maka akan dilakukan proses pengiriman oleh supplier.
Pengadaan untuk alkes tidak terdapat proses negosiasi terlebih dahulu.
Tampilan dari e-purchasing antara obat dan alkes itu sama terdapat nama
penanggung jawab pemesan yaitu Apoteker, ada surat pesanan e-purchasing,
dan terdapat surat pemesanan yang ada tanda tangan Apoteker.

Pengadaan melalui proses pemesanan obat manual juga dilakukan karena


lebih cepat yaitu dengan membuat SP kemudian di foto dan dikirim melalui
whatsapp, jika barang tersedia dihari yang sama saat pemesanan, maka
langsung mendapat konfirmasi dari supplier PBF tersebut bahwa obat dan
alkes tersebut bisa dikirim langsung, faktur bisa dicetak hari pada hari yang
sama, kemudian barang akan dikirim dan datang tergantung jauh atau tidaknya
lokasi PBF nya. Jika PBF ada di dalam kota, surat pesanan dikirim sebelum
jam 11.00 WIB maka bisa di proses dan sampai pada hari yang sama dengan
pemesanan, namun jika melebihi jam tersebut akan ikut pengiriman di hari
berikutnya. Jika PBF berada di Jember (luar kota) ada beberapa PBF yang
bekerjasama dengan ekspedisi yaitu hari ini pemesanan dengan mengirimkan
SP yang di foto dan dikirimkan via whatsapp dan pengiriman dilakukan dihari
selanjutnya, selain itu ada PBF yang mempunyai akomodasi tersendiri seperti
Merapi Utama Farma yang pengirimannya hari-hari tertentu saja, seperti
senin, rabu, dan jumat sehingga jika membutuhkan barang-barang yang
sifatnya cito tidak bisa mendadak karena PBF tersebut mempunyai ekspedisi
tertentu. Jadi untuk barang-barang yang bersifat cito sebelum membutuhkan,
sudah terlebih dahulu mengirimkan SP nya.

d. Penerimaan

Merupakan proses yang dilakukan apabila sudah terjadi kesepakatan


antara pemesan dan distributor baik pemesanan obat dan alkes (perbekalan
farmasi) ataupun manual bukan e-purchasing melalui website LKPT.
Pada proses penerimaan barang dilakukan oleh panitia penerima barang
dan pemeriksaan yang mana salah satu anggotanya adalah Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK), karena yang mengerti mengenai perbekalan farmasi
adalah TTK. Proses penerimaan barang ini dimulai dari :

- Serah terima barang dari ekspedisi kepada panitia Penerima Barang dan
Pemeriksaan

- Dilakukan pengecekan barang meliputi :

 Nama sediaan

 Bentuk sediaan

 Kekuatan sediaan

 Jumlah sediaan

 Dan satuannya disamakan dengan SP

 Nomor batch

 Expired Date

 Cek nomor faktur pada copy faktur, ini bertujuan pada saat
pembayaran yang mana akan dilihat nomor faktur untuk
pembayaran. Jika terjadi kesalahan pada saat pembayaran akan
berdampak pada jatug tempo, karena jika sampai jatuh tempo
belum terbayar maka Rumah Sakit akan terkena lock/tidak bisa
order kembali ke PBF tersebut.

- Pengecekan kondisi barang

Untuk sediaan khusus apakah sudah sesuai pada saat distribusi


menggunakan cold box yang dilengkapi dengan cold pack, kemudian
- Ada cek list penerimaan perbekalan farmasi oleh petugas farmasi bisa
TTK, Apoteker, atau bagian umum yang sudah terlatih di bagian logistik
farmasi

- Lihat atau tanyakan SP untuk melaukan cross check barang tersebut


apakah sesuai pesanan atau tidak, utuk mencegah terjadinya salah entry
counter.

Pada cek list penerimaan barang hal yang penting yaitu tentang
expired date dari sediaan tersebut. Jika baranf mempunyai expired date
diatas 2 tahun atau minimal diatas 1 tahun bisa diterima, namun jika
barang mempunyai expired date kurang dari 1 tahun dan tergolong obat
slow moving akan diretur dan tidak diterima, apabila barang tersebut fast
moving dan dengan perhitungan yang sudah dilakukan dengan perkiraan
dalam jangka waktu yang ditentukan barang tersebut bisa habis maka
barang akan diterima, namun jika sebaliknya maka tida meneruskan
pemesanan tersebut.

Penulisan pada kartu stok meliputi nama barang atau obat, jumlah, tanggal
masuk atau diterima, nomor batch, expired date, dan paraf yang
mengambil, sedangkan pada kartu stok narotika tambahan nama PBF.

Pada entry faktur di SIMRS jika sudah membuat PO, secara otomatis akan
muncul jumlah yang dipesan dan muncul berapa jumah barang yang sudah
datang, serta selisih kurangnya akan terlihat bahwa pesanan yang dibuat
belum sepenuhnya terkirim dan bisa melakukan cross check ke PBF yang
bersangkutan. Di Rumah Sakit Blambangan meskipun sudah
menggunakan SIMRS namun untuk pengolahan data masih semi manual
dan ada beberapa yang masih manual, selain entry data penerimaan ke
SIMRS, ada kewajiban lain untuk melakukan entry data penerimaan dan
data pengeluaran ke SIM milik Pemerintah Daerah yaitu SIMBADA
(Sistem Informasi Manajemen Barang Dan Aset).
e. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan untuk mengelola barang


persediaan farmasi yang dilakukan sedemikian rupa agar kualitas dan
kuantitas barang dapat diperhatikan, barang terhindar dari kerusakan fisik dan
kualias, pencarian barang mudah dan cepat, barang aman dari pencurian dan
mempermudah pengawasan stok.

Penyimpanan perbekalan farmasi dibagi menjadi dua yaitu untuk obat-


obatan dan alat kesehatan.Penyimpanan barang dilakukan setelah dilakukan
penerimaan barang dan sebelum didistribusikan ke depo-depo. Barang atau
perbekalan farmasi tersebut kemudian ditata dan disimpan di gudang farmasi
sesuai dengan Permenkes No.72 tahun 2016 yaitu menerapkan sistem First
Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) agar tidak ada barang
yang expired date nya pendek dikeluarkan terlebih dahulu sedangkan barang
yang expired date panjang dikeluarkan terakhir. System penyimpanan barang
di RSUD Blambangan juga telah terkomputerisasi dengan menggunakan
Sistem Informasi Manajemen (SIM) rumah sakit sehingga data jumlah fisik
dan jenis barang dapat diketahui dari SIM rumah sakit tersebut. Penyimpanan
obat/perbekalan farmasi dibedakan berdasarkan jenis dan bentuk sediaan
kemudian susunannya diurutkan berdasarkan alfabetis. Sedangkan untuk alat
kesehatan disimpan serta ditata berdasarkan kemiripan fungsinya.

Semua sistem yang digunakan bertujuan untuk menjamin mutu sediaan


tetap baik, memudahkan dalam pencarian dan pelayanan, memudahkan
pengawasan stok dan tanggal kadaluwarsa, serta menjamin keamanan dari
kecurian, kebakaran, dan kerusakan. Penyimpanan obat-obat dalam kondisi
khusus di Gudang Farmasi RSUD Blambangan telah sesuai dengan standar
yang ditentukan oleh Permenkes No. 72 tahun 2016 meliputi :

1. Golongan Narkotika dan Psikotropika Menurut Peraturan BPOM Nomor 4


Tahun 2018 tentang pengawasan pengelolaan obat, bahan obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian,
obat-obat golongan narkotika dan psikotropika harus disimpan di lemari
khusus yang mempunyai dua pintu dan dua buah kunci yang berbeda, satu
kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA) dan satu
kunci dipegang oleh pegawai lain yang diberi kuasa apabila APA
berhalangan hadir (BPOM, 2018).
2. Untuk obat-obat high alert contohnya insulin, elektrolit pekat mgso4 20%,
mgso4 40%, ephineprin, dopamine, dobutamin, lidocain, dan lain
sebagainya disimpan di lemari high alert kemudian diberi label stiker
merah dan label high alert, double check.
3. Untuk obat-obat Look Alike Sound Alike (LASA) atau Nama Obat Rupa
Ucapan Mirip (NORUM), penyimpanannya disimpan dengan cara diberi
jarak minimal 3 sampai 5 item obat yang terdapat di lemari obat serta
diberi label LASA.. Penulisan huruf penamaan obat dengan menggunakan
metode tallman letter misalnya EphINEPRIN dan EphEDRIN,
CefOTAXIME dan CefUROXIME, HumALOG dan HumULIN dan lain
sebagainya.
4. Lemari pendingin untuk obat yang disimpan pada suhu dingin (chiller).
Penyimpanan berdasarkan suhu dibedakan antara obat higt alert dan obat
bukan high alert dengan suhu 2-8 oC.
5. Lemari pendingin khusus vaksin
6. Gudang Farmasi RSUD Blambangan memiliki ruang atau tempat
penyimpanan khusus untuk Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yang
mana ruangan atau tempat penyimpanan tersebut harus tahan api dan
diberi tanda khusus bahan berbahaya. Gudang Farmasi RSUD
Blambangan wajib dilengkapi dengan apar karena ada bahan yang mudah
terbakar dari golongan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3). Perbekalan
Farmasi yang termasuk kedalam B3 harus disertai dengan Master Safety
Data Sheet(MSDS).
7. Penyimpanan gas medis Gas medis disimpan dalam posisi berdiri, terikat,
dan diberi penandaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas
medis. Penyimpanan tabung gas kosong harus terpisah dari tabung gas
medis yang masih ada isinya. Sedangkan penyimpanan tabung gas medis
yang berada diruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
8. Perbekalan farmasi yang disimpan dengan cara penyusunan keatas seperti
golongan cairan infus, penyimpanannya tidak boleh menyentuh atap.
Terdapat batas minimal yaitu hanya boleh berjumlah 7 atau 8 box dengan
memperhitungkan keamanan penyimpanan perbekalan farmasi itu sendiri
dan berjarak 30 cm dari atap.
9. Penyimpanan cairan dan perbekalan farmasi lainnya tidak boleh langsung
bersentuhan dengan lantai tetapi harus dengan menggunakan palet sebagai
alas agar obat tetap terjaga kualitasnya. Palet yang digunakan boleh
berbahan kayu atau pastlik asalkan tidak mudah dimakan binatang yang
bisa merusak palet tersebut.

Penyimpanan obat di RSUD Blambangan harus disertai dengan


mengisi kartu stok. Pengisian kartu stok dilakukan pada setiap melakukan
penyimpanan barang maupun pada setiap pengambilan barang ketika akan
didistribusikan ke depo atau unit. Pengisian kartu stok meliputi tanggal, nomor
batch, nama PBF, expired date, jumlah dan paraf petugas.

f. Pendistribusian

Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi


di Rumah Sakit Umum Daerah Blambangan untuk pelayanan dalam proses
terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan
medis. Sistem pendistribusian dirancang atas dasar kemudahan untuk
dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas
sumber daya yang ada.

Alur Pendistribusian atau pengeluaran/pengambilan obat, alkes,


bahan habis pakai dari Gudang Farmasi ke depo-depo/unit pelayanan, adalah
sebagai berikut :
a. Penanggung Jawab masing-masing unit pelayanan farmasi meminta
kebutuhan obat, alkes, dan bahan habis pakai yang kosong dengan cara
mengentry melalui permintan lewat SIM RS dan dikirim ke Gudang
farmasi.
b. Melalui SIM RS, bagian admin gudang farmasi dapat memperoleh data
permintaan dari setiap depo/ unit pelayanan farmasi. Petugas gudang
melakukan konfirmasi dan input data permintaan kebutuhan obat, alkes,
dan bahan habis pakai yang kosong sesuai permintaan setiap depo/unit
serta disesuaikan stok barang yang terdapat di gudang. Kemudian petugas
gudang mencetak bukti transfer permintaan tersebut sebanyak 2 rangkap, 1
rangkap untuk depo/unit yang melakukan permintaan transfer dan 1
rangkap lagi untuk arsip bukti transfer yang disimpan di gudang.
c. Kemudian petugas gudang menyiapkan barang-barang/obat, alkes, bahan
habis pakai sesuai jumlah permintaan yang ditransfer tersebut, data
permintaan tersebut diketahui dan ditanda tangani oleh Apoteker
penanggung jawab gudang farmasi.
d. Permintaan Obat, alkes, bahan habis pakai yang sudah disiapkan,
selanjutnya dikirim ke depo/unit-unit pelayanan oleh petugas gudang atau
transporter dengan membawa bukti pengiriman barang-barang yang sudah
ditanda tangani oleh penanggung jawab masing-masing depo/unit
pelayanan setelah dilakukan pengecekan kembali terhadap kesesuaian
jumlah barang yang diterima dengan bukti transfer yang dicetak.

Selain distribusi permintaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang dilakukan setiap depo /unit, di Rumah Sakit Umum Daerah
Blambangan juga terdapat distribusi barang / obat, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai expired date. Distribusi barang expired date
tersebut ditransfer ke gudang pemusnahan.
Diskusi Materi

a. Bertanya
 Septi Sudianingsih (192211101087)

1. Pertanyaan: bagaimana mekanisme alkes/obat sumbangan/hibah di


RS blambangan, apakah ada kriteria khususnya?

Jawaban: Untuk obat sumbangan biasanya dari DINKES. Contoh


obat untuk TBC dan ARV. Pengadaan dilakukan langsung oleh
dinkes. Dari rumahsakit melaporkan kunjungan pasien dan obat
apasaja yang telah diberikan setiap bulan. Sehingga , dinkes dapat
memantau penggunaan obat yang di dropping ke RS tersebut. Untuk
obat ARV ada aplikasi langsung pelaporannya, untuk jumlahnya ada
perhitungannya berdasarkan jumlah pasien dan lamanya.

 Hetty Sulastri (192211101003)

Pertanyaan :

1. Seperti yang ibu jelaskan bahwa ada standar akreditasi terhadap


keaslian obat dari distributor yang masuk ke logistik Farmasi Rumah
Sakit yang berasal dari distributor. Hal ini berarti apakah setiap item
obat di logistik sudah memiliki bukti keaslian obat tersebut yang
berasal dari distributor?

2. Untuk obat-obat yang merupakan bantuan Dinkes seperti obat ARV


dan OAT, apakah ada penanggung jawab selain petugas farmasi,
terkait dengan ketersediaan obat tersebut atau murni semua tanggung
jawab dipegang oleh petugas farmasi?

Jawaban :

1. Ya. Untuk mematuhi regulasi itu, maka ada proses pemastian


pemilihan distributor persediaan obat di RS. Setiap pemesanan obat
selalu kita pastikan obat dari distributor mempunyai surat keaslian.
PBF nya sendiri harus mempunyai izin PBF. Setiap obat yang
diterima dilengkapi dengan surat keaslian obat dan sertifikat
analisisnya. Kita pastikan juga, izin edarnya masih berlaku atau
tidak. Dalam rangka menjamin keaslian obat, Logistik RS
Blambangan pernah melakukan kunjungan ke PBF tertentu untuk
memastikan bahwa persyaratan itu sudah diberlakukan.

2. ARV dan OAT ini untuk pasien-pasien dengan visite yang dilakukan
di Depo Rawat Jalan Bawah. Tanggung jawab ketersedian obat-obat
bantuan tersebut dipegang oleh apoteker penanggung jawab depo
rawat jalan bawah. Apoteker akan mendata berapa banyak obat yang
dibutuhkan, dilihat dari data jumlah kunjungan pasien. Data dari
depo dikirimkan ke Logistik, lalu logistik mengajukan permintaan ke
Dinkes. Dari dinkes, obat dikirimkan ke logistik Farmasi dan
didistribusikan ke depo rawat jalan bawah.

Ada obat-obat yang dipegang oleh petugas selain petugas


farmasi yaitu vaksin bayi dan anak hingga umur 18 bulan. Disini ada
keterlibatan perawat poli anak karena vaksin disimpan di lemari
khusus vaksin yang ada di ruangan poli anak. Jadi, perawat akan
mendata kebutuhan vaksin dan data tersebut diserahkan ke logistik
farmasi . Dinkes akan memenuhi ketersediaan vaksin sesuai
permitaan logistik selanjutnya didistribusikan ke poli anak.

b. Menjawab Pertanyaan
 Nina Indah Lestari (192211101005)
1. Pertanyaan : Apakah yang dimaksud dengan obat high alert?
Jawaban : Obat high alert adalah obat-obat yang membutuhkan
perhatian kewaspadaan yang tinggi.
2. Pertanyaan : Kenapa perlu kewaspadaan tinggi?
Jawaban : Karena jika tidak diberikan dengan
perhatian/kewaspadaan tinggi maka obat-obat tersebut dikhawatirkan
akan menimbulkan efek yang tidak di inginkan.

 Hetty Sulastri (192211101003)

1. Pertanyaan : Salah satu contoh obat High Alert?

Jawaban : Insulin

2. Pertanyaan : Bagaimana penandaan obat LASA dengan teknik


Tall-Mann lettering?

Jawaban : Penulisannya dengan membedakan penulisan huruf yang


tampak sama dengan obat yang mirip, dengan menggunakan huruf
kapital. Misalnya metformin dengan metronidazole ditulis
metFORmin dan metRONIDAZOLE, HumALOG dan HumULIN.

 Firdatus Sholehah 192211101015


1. Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan prekursor (sebutkan
contoh prekursor yang ada di komposisi obat pada slide)!

Jawaban : Prekursor merupakan zat atau bahan kimia obat yang


digunakan dalam pembuatan narkotika atau psikotropika. Contohnya
pada sediaan rhinos yang menggandung Pseudoephedrin HCl
sebagai prekursor.

 Ingga dias astri (192211101096)

1. Pertanyaan : Apa yang dimaksud obat LASA? Sebutkan


contohnya!

Jawaban : LASA merupakan obat yang memiliki kemasan dan/atau


nama yang mirip terlihat mirip atau terdengar mirip. Contohnya
ePINEfrin dengan eFEDrin
2. Pertanyaan : Bagaimana cara penulisan LASA ?

Jawaban :Menggunakan aturan penulisan tall men letter

 Nina Indah Lestari (192211101005)


1. Pertanyaan : Sebutkan obat yang termasuk psikotropika (dosis
sediaan dan bentuk sediaan)!
Jawaban : Alprazolam 0,5 mg tablet dan alprazolam 1 mg tablet.

 Taffana Windy Hananta (192211101018)

1. Pertanyaan : Sebutkan obat yang termasuk psikotropika (disertai


bentuk dan dosis sediaan)!

Jawaban :

 Diazepam tablet 5 mg dan 2 mg (brand sepert valisanbe)

 Stesolid rectal mengandung diazepam 5 mg/2,5 ml

 Estaolam tablet 1 mg dan 2 mg (brand esilgan)

Daftar Pustaka

Kementerian Kesehatan, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Zufa M. 2020. Materi Logistik Gudang Farmasi. Rumah Sakit Umum


Daerah Blambangan.Banyuwangi.

Anda mungkin juga menyukai