Dosen Pengampu :
Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt.
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Atika Sari Dyah P (182211101111)
Syahreza Yusvandika (182211101112)
Qurnia Wahyu Fatmasari (182211101113)
Nadia Iga Hasan (182211101114)
Ainun Nihayah (182211101115)
Indah Setyowati (182211101116)
Dila Audilia Rahmat (182211101117)
Fitri Fauziah (182211101118)
Rakhma Dyah Raras Arum (182211101119)
Della Karissa Putri (182211101120)
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
a. Mengetahui cara untuk mengontrol kualitas saat pasca panen selama proses
seleksi/sortasi basah.
b. Mengetahui cara pencucian (penirisan-pelayuan) yang baik pada simplisia.
c. Mengetahui upaya untuk mengontrol kualitas pasca panen saat proses
pengeringan.
BAB. 2 PEMBAHASAN
Sortasi basah harus dilakukan secara teliti dan cermat. Kotoran ringan yang
berukuran kecil dapat dipisahkan menggunakan nyiru dengan arah gerakan ke atas
dan ke bawah serta memutar. Kotoran akan berterbangan dan memisah dari bahan
simplisia. Kegiatan sortasi basah dapat juga dilakukan secara bersamaan dengan
pencucian dan penirisan. Pada saat pencucian, bahan dibolak-balik untuk
memisahkan kotoran yang menempel atau terikut dalam bahan.
Keterangan:
A: saluran air bersih, B: bak pencucian terakhir, C & E: saluran air, D: bak
pencucian tahap ke-2, F: bak pencucian awal, G: saluran pembuangan limbah
Gambar. Bak pencucian bertingkat
Ada beberapa tahapan yang dilakukan setelah pencucian, yakni:
a. Penirisan
Setelah melalui proses pencucian, bahan simplisia ditiriskan dengan cara
dihamparkan di atas tikar atau alas lain yang berlubang-lubang dan ditaruh diatas
rak yang bersih. Tujuan penirisan yakni mengurangi atau menghilangkan
kandungan air di permukaan bahan dan harus dilakukan segera mungkin sehabis
dicuci. Selama proses penirisan, dilakukan pembolak-balikan bahan simplisia agar
air cepat menetes. Penirisan dilakukan ditempat yang agak teduh dengan aliran
udara yang cukup agar terhindar dari terjadinya fermentasi dan pembusukan bahan
simplisia.
b. Pelayuan
Menurut Kemenkes RI (2011), pelayuan merupakan salah satu proses awal
pengeringan, dimana simplisia sebelum dikeringkan harus melalui tahap pelayuan
pada suhu dan kelembaban tertentu. Pelayuan biasanya dilakukan dengan cara
menutup simplisia dengan kain hitam (Menteri Pertanian, 2011).
Beberapa jenis bahan baku/simplisia seringkali harus diubah menjadi
bentuk lain, misalnya irisan, potongan dan serutan untuk memudahkan kegiatan
pengeringan, pengemasan, penggilingan dan penyimpanan serta pengolahan
selanjutnya. Pengubahan bentuk dilakukan dengan hati-hati dengan pertimbangan
tepat karena perlakuan yang salah justru berakibat turunnya kualitas simplisia yang
diperoleh (Kemenkes RI, 2011).
Tidak semua jenis simplisia mengalami pengubahan bentuk, umumnya
hanya terbatas pada simplisia akar, rimpang, umbi, batang, kayu, kulit batang, daun
dan bunga. Perajangan bisa dilakukan dengan pisau (terbuat dari Stainless steel)
atau alat perajang khusus yang didesain sedemikian rupa (misal Rasingko) sehingga
menghasilkan rajangan yang seragam. Sedangkan untuk menghasilkan simplisia
serutan digunakan alat penyerut kayu (elektrik) yang dapat diatur ukuran
ketebalannya. Semakin tipis ukuran hasil rajangan atau serutan semakin cepat
proses penguapan air sehingga mempercepat waktu pengeringan (Kemenkes RI,
2011).
c. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air agar bahan simplisia
tidak rusak dandapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, menghentikan reaksi
enzimatis, dan mencegah pertumbuhan kapang, jamur, dan jasad renik lain. Dengan
matinya sel bagian tanaman, maka proses metabolisme (seperti sintesis dan
transformasi) terhenti, sehingga senyawa aktif yang terbentuk tidak diubah secara
enzimatik. Namun, ada pula bahan simplisia tertentu yang memerlukan proses
enzimatik tertentu setelah dipanen, sehingga diperlukan proses pelayuan (pada suhu
dan kelembapan tertentu) atau pengeringan bertahap sebelum proses pengeringan
sebenarnya. Proses enzimatik diperlukan karena senyawa aktif berada dalam ikatan
kompleks. Misalnya, buah vanili, buah kola, umbi bidara upas, dan umbi bawang.
Tetapi untuk simplisia yang mengandung senyawa aktif mudah menguap,
penundaan pengeringan justru dapat menurunkan kadar senyawa aktif. Hal- hal
yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu, kelembaban udara,
kecepatan aliran udara, waktu (lamanya) pengeringan dan luar permukaan bahan.
Proses pengeringan ada 2 (dua) macam, yaitu:
1. Pengeringan secara alamiah
a. Menggunakan panas sinar matahari langsung
Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras,
seperti kayu, kulit kayu, biji, dan bahan tanaman yang mengandung senyawa
aktif yang relatif stabil. Kelebihan dari prose pengeringan ini adalah mudah dan
murah. Sedangkan kelemahannya adalah kecepatan pengeringannya sangat
tergantung pada kondisi cuaca.
b. Dengan diangin-anginkan (pada rak pengering)
Proses pengeringan ini dilakukan untuk mengeringkan bahan tanaman
yang lunak seperti bunga, daun, dan bagian tanaman yang mengandung senyawa
aktif mudah menguap.
Anonim. 2015. Pentingnya Informasi Kesehatan Bagi Masyarakat, Edisi III Mei
Juni, Buletin Infarkes. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Komarawinata HD. 2008. Budidaya dan pasca panen tanaman obat untuk
meningkatkan kadar bahan aktif. Bandung: Unit Riset dan Pengembangan, PT
Kimia Farma (Persero) Tbk.
Ningsi, I.Y. 2016. Penanganan Pasca Panen. Jember: Fakultas Farmasi Universitas
Jember