Penyaluran Narkotika Golongan I hanya dapat dilakukan oleh perusahaan PBF milik
Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan
untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk untuk
kebutuhan laboratorium. Penyaluran Narkotika sebagaimana dimaksud hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab dan/atau Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan
Pedagang Besar Farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika kepada Pedagang
Besar Farmasi Tertentu lainnya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintahan tertentu, rumah sakit, dan lembaga ilmu pengetahuan.
Penyaluran Narkotika dan Psikotropika dalam bentuk obat jadi oleh Industri Farmasi
kepada PBF hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi pemilik izin edar.
Penyaluran Narkotika dan Psikotropika dalam bentuk obat jadi hanya dapat dilakukan
berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab atau Kepala Lembaga Ilmu
Pengetahuan untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan, dengan menggunakan
contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 1 dan Formulir 2 terlampir. Dikecualikan
dari ketentuan sebagaimana dimaksud untuk penyaluran kepada Instalasi Farmasi
Pemerintah, surat pesanan dapat ditandatangani oleh Apoteker yang ditunjuk.
Pedagang Besar Farmasi hanya dapat menyalurkan Psikotropika kepada Pedagang Besar
Farmasi Tertentu lainnya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintahan
tertentu, rumah sakit, dan lembaga ilmu pengetahuan.
NARKOTIKA GOLONGAN I
Lembaga
Ilmu
PBF
Pengetahua
n
NARKOTIKA GOLONGAN II DAN III
Pasien dengan
Apotek
resep dokter
Instalasi
Pasien dengan
Farmasi Rumah
resep dokter
Sakit
PBF yang
memiliki izin Instalasi Pasien dengan
Khusus (Kimia Farmasi Klinik resep dokter
Farma)
Instalasi
Pasien dengan
Farmasi
resep dokter
Pemerintah
Lembaga Ilmu
Pengetahuan
PSIKOTROPIKA
Pasien dengan
Apotek
resep dokter
Instalasi
Pasien dengan
Farmasi Rumah
resep dokter
Sakit
PBF yang
memiliki izin Instalasi Pasien dengan
Khusus (Kimia Farmasi Klinik resep dokter
Farma)
Instalasi
Pasien dengan
Farmasi
resep dokter
Pemerintah
Lembaga Ilmu
Pengetahuan
LAMPIRAN
LAMPIRAN
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM DISTRIBUSI OBAT DI PBF
2. Penyimpanan
o Obat yang dipesan, setelah diterima oleh
apoteker penanggung jawab, dimasukan
kedalam gudang obat dengan melampirkan
1. Penerimaan
o Obat yang masuk diterima langsung oleh berita acara dan catatan penerimaan obat
kebagian logistik (kepala gudang).
apoteker penanggung jawab dengan o Kepala logistic menerima obat kemudian
menggunakan berita acara penerimaan barang.
o Faktur pemesanan obat yang diterima, dicocokan obat yang diterima dengan berita
acara dan catatan penerimaan barang.
dicocokan kembali dari segi jenis obat, jumlah o Setelah sesuai obat-obatan tersebut disimpan
obat, nomor batch, tanggal kadaluarsa, bentuk
dalam gudang obat berdasarkan principal dan
obat dan kerusakan obat.
o Setelah sesuai, obat dan alat kesehatan yang nama perusahaan. Obat tersebut diletakan
diatas pallet/rak dan diatur berdasarkan
diterima dimasukan kedalam gudang
sistem FIFO dan FEFO.
penyimpanan.
o Untuk faktur pemesanan ditanda tangani oleh
apoteker penanggung jawab dan di cap
perusahaan.
3. Pemisahan Obat
o Setelah obat yang diterima oleh
kepala logistik, obat langsung
dipisahkan sesuai jenisnya dan
diberi label yang jelas.
o Sedangkan obat yang sudah rusak
atau kadaluwarsa diletakkan di
lemari khusus penyimpanan obat
rusak dan kadaluwarsa. 5. Pengambilan
o Apoteker melakukan pengambilan obat
sesuai dengan surat pesanan dari apotek dan
rumah sakit .
4. Pemusnahan Obat o Apoteker harus memastikan bahwa obat
o Pemusnahan dilaksanakan terhadap yang diambil harus memiliki masa simpan
obat-obat yang telah kadaluwarsa yang cukup sebelum kedaluwarsa dan
dalam kurun waktu 3-4 tahun. berdasarkan FEFO. Nomor batch obat harus
o Sebelum dilakukan pemusnahan, dicatat, kemudian dibuatkan fakturnya.
obat-obat yang telah kadaluwarsa
di kumpulkan dan dibuatkan
laporannya. Dari laporan tersebut
dimintakan persetujuan
pemusnahan kepada kepala
gudang.
6. Pengemasan
o PT. Unggul Jaya Cipta Usaha melakukan
pengemasan obat berdasarkan
bentuk/sediaan untuk obat yang jenisnya
sedikit.
o PT. Unggul Jaya Cipta Usaha juga melakukan
pengemasan untuk pengiriman ke apotek
atau rumah sakit oleh pengantar barang
untuk menjaga keamanan barang dari
kerusakan dan pencurian.
7. Pengiriman
PT. Unggul Jaya Cipta Usaha melakukan
pengiriman Obat yang sudah disiapkan dikemas
dan diberikan kepada pengantar barang,
kemudian didokumentasikan di buku ekspedisi.
KESIMPULAN
Tugas seorang Apoteker di PBF adalah bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan dan
penyaluran obat atau bahan obat sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Pendistribusian obat dari PBF hanya
dapat dilakukan melalui sarana pelayanan kefarmasian yang
memiliki ijin seperti Apotek, Rumah Sakit, PBF lainnya,
Puskesmas, Klinik, Toko obat, dan lain sebagainya .
Acuan atau pegangan Apoteker di PBF adalah CDOB (Cara
Distribusi Obat yang Baik) yang bertujuan untuk menjamin
penyebaran obat secara merata dan teratur agar dapat diperoleh
oleh pasien saat dibutuhkan, pengamanan lalulintas dan
penggunaan obat, melindungi masyarakat dari kesalahan
penggunaan dan penyalahgunaan obat, menjamin agar obat yang
sampai ke tangan pasien adalah obat yang efektif, aman, dan
dapat digunakan sesuai tujuan penggunaannya, menjamin
penyimpanan obat aman dan sesuai, termasuk selama
transportasi. Disinilah peran Apoteker yang berkompeten
dibutuhkan.
INDUSTRI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/Per/Xii/2010
Tentang Industri Farmasi pada BAB I Pasal 1 menyebutkan bahwa Industri Farmasi
adalah badan usaha yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
BAB II PASAL 2
Industri Farmasi yang telah memperoleh Perizinan Berusaha berupa izin industri
farmasi, sertifikat produksi atau sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik wajib
menyampaikan laporan kegiatan produksi termasuk profil Industri Farmasi, pemasukan,
penggunaan, distribusi, impor dan ekspor Obat - 5 - dan Bahan Aktif Obat, termasuk
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi secara berkala kepada Kepala Badan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 Tentang
Industri Dan Usaha Obat Tradisional pada BAB I pasal 1 menyebutkan bahwa Industri
Obat Tradisional (IOT) adalah industri yang membuat semua bentuk sediaan obat
tradisional.
CONTOH INDUSTRI FARMASI DAN SARANA KHUSUS DI
INDONESIA YANG MEMILIKI SERTIFIKAT CPOB TERKINI PER
31 MARET 2021
PT. Abbott Indonesia Jawa Barat
PT. Actavis Indonesia DKI Jakarta
PT. Aditama Raya Farmindo Jawa Timur
PT. Amarox Pharma Global Jawa Barat
PT. Armoxindo Farma Jawa Barat
Alur Distribusi Obat di Industri
Sediaan farmasi hanya dapat diedarkan setelah mendaptakan izin edar dan teregistrasi
BPOM.
Peredaran sediaan farmasi terdiri dari penyaluran dan penyerahan ke apotek / toko
obat, PBF, pedagang eceran, dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Penyaluran sediaan farmasi hanya dapat dilakukan oleh :
a) Badan usaha yang telah memiliki izin sebagai penyalur dari menteri sesuai dengan
peraturan perundang-undang yang berlaku untuk menyalurkan sediaan farmasi yang
berupa bahan obat, obat, dan alat kesehtan.
b) Badan usaha yang telah memiliki izin sebagai penyalur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menyalurkan sediaan farmasi yang
berupa obat tradisional dan kosmetik.
c) Pedagang besar farmasi dapat menyalurkan langsung ke apotek dan toko obat, RS dan
puskesmas, dokter yang punya SIMO, dan PBF lainnya.
Distribusi Obat Keras
Industri Pasien
PBF/Agen
Apotek/RS dengan resep
Farmasi Lain
dokter
Obat keras adalah bahan-bahan yang di samping berkhasiat
menyembuhkan, menguatkan, membunuh hama atau mempunyai khasiat
pengobatan lainnya terhadap tubuh manusia, juga dianggap berbahaya
terhadap kesehatan dan kehidupan manusia, serta tidak dimaksudkan
untuk keperluan.
PBF/Agen Apotek/RS
Lain TOB/Toko Pasien
Industri
Farmasi
PBF/Agen PBF/Agen Apotek/RS
Lain Lain TOB/Toko
Pasien
Distribusi Obat Bebas Terbatas
PBF/Agen Apotek/RS
Pasien
Lain TOB
Industri
Farmasi
PBF/Agen PBF/Agen Apotek/RS
Lain Lain TOB
Pasien
Sistem distribusi obat bebas dan bebas terbatas yang ideal menurut SK Menkes
No.3987/A/SK/73 adalah distribusi dari:
distributor ke sarana penyaluran/pedagang besar farmasi (PBF), kemudian
dari PBF akan didistribusikan ke sarana pelayanan seperti apotek, instalasi
farmasi, praktek bersama dan toko obat.
Dalam hal ini obat bebas dan obat bebas terbatas harus didistribusikan ke
sarana-sarana pelayanan farmasi yang telah memiliki ijin untuk menyimpan
obat-obatan untuk dijual secara eceran di tempat tertentu dan telah
mempekerjakan seorang tenaga farmasis seperti apoteker ataupun asisten
apoteker sebagai penanggung jawab teknis farmasi (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1331/Menkes/Sk/X/2002).
Tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen
(pasien) mengenai terjaminnya mutu obat yang sampai ke tangan pasien, serta
dapat melakukan advokasi terhadap pasien dengan memberikan segala
informasi terkait obat yang dikonsumsi (cara pemberian, efek samping,
interaksi obat, dll).
Distribusi Obat Tradisional
PBF/Agen Apotek/RS
Lain Pasien
TOB/Toko
Industri
Farmasi
PBF/Agen PBF/Agen
Lain Apotek/RS
Lain TOB/Toko
Pasien
Distribusi Alat Kesehatan
Pusat Kesehatan Rumah Sakit Apotek Lainnya Balai Pengobatan Dokter Pasien
Masyarakat
Distribusi Pskiotropika
• Hanya dapat dilakukan oleh:
– pabrik obat,
– pedagang besar farmasi,
– sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah.
Jalur penyaluran:
– Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana
penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit, dan lembaga
penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
– Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lain-nya,
apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit,
dan lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
– Sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah kepada rumah sakit
Pemerintah, puskesmas dan balai pengobatan Pemerintah.
Industri
Sarana penyimpanan
Lembaga penelitian /
PBF Apotek sediaan farmasi RS
Lembaga pendidikan
pemerintah
Sarana penyimpanan
Lembaga penelitian /
Apotek sediaan farmasi RS
Lembaga pendidikan
pemerintah
Balai
RS Puskesmas pengobatan
pemerintah
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam
distribusi obat di Industri
PMK RI NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi
Pasal 20
(1) Industri Farmasi yang menghasilkan obat dapat mendistribusikan
atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang besar
farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan
masyarakat, klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Industri Farmasi yang menghasilkan bahan obat dapat
mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada
pedagang besar bahan baku farmasi, dan instalasi farmasi rumah sakit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Transportasi Obat Dan/Atau Bahan Obat Yang Memerlukan Kondisi Khusus
Untuk obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi khusus selama
transportasi (misalnya suhu dan kelembaban), industri farmasi harus
mencantumkan kondisi khusus tersebut pada penandaan dan dimonitor serta
dicatat.
Dokumentasi
Bahan obat dari industri farmasi asal yang disalurkan kepada fasilitas distribusi
harus disertai dengan sertifikat analisis asli.
Label yang tercantum pada wadah harus jelas dan tidak mudah terhapus.
(CDOB, 2020)
Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan
Keluhan terhadap obat dapat berasal dari konsumen maupun pemerintah
(Badan POM). Semua keluhan dan laporan diteliti dan dievaluasi dengan cermat
kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuat laporan. Tindakan yang
diambil dapat berupa tindakan perbaikan yang diperlukan, penarikan kembali
bets obat atau seluruh obat yang bersangkutan dan tindak lanjut yang sesuai.
Semua keluhan tersebut dan laporan ditangani oleh Bidang Pemastian Mutu.
Selain itu Bidang Pemastian Mutu juga melakukan Post Marketing Survailance
(pengawasan terhadap pemasaran) untuk memantau produk-produk yang telah
beredar
Proses Penyelesaian barang kembalian karena salah kirim/pesan dan
yang rusak, expire date, recall
Penarikan Produk Palsu Penarikan Produk Palsu atas perintah Principal
dilakukan sesuai prosedur Recall.
Sesuai dengan ketentuan industri farmasi atau ketentuan yang berlaku, Untuk
produk kembalian karena salah kirim/pesan agar dilakukan pemeriksaan oleh
Apoteker sesuai ketentuan dan diberikan persetujuan untuk layak dijual
kembali.
(CDOB, 2015)
Contoh Realisasi
Salah satu contoh realisasi nyatanya system distribusi obat di industry yaitu PT Indofarma
(Persero) Tbk yang merupakan perusahaan farmasi nasional milik Negara. Perusahaan ini
sebagai produsen besar obat generik domestik. PT. Indofarma (Persero) Tbk telah
memiliki sertifikat CPOB dan ISO 9001. Penerapan CPOB dan ISO 9001 dalam proses dan
kegiatan di PT. Indofarma (Persero) Tbk., ini terkait dengan adanya kesadaran bahwa
sebuah perusahaan farmasi memiliki tanggungjawab moral pada masyarakat untuk
menghasilkan obat yang aman, bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
PT. Indofarma (Persero) Tbk., merupakan industri farmasi dengan status Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah Departemen Kesehatan. Melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.008/III/AM/67, nama Pabrik Obat
Manggarai diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Tugas pokok
dari pabrik ini adalah memproduksi obat–obatan berdasarkan pesanan dari Departemen
Kesehatan RI.
Pada tahun 1979, pabrik ini ditetapkan sebagai Pusat Produksi Farmasi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Dalam keputusan tersebut disebutkan pula bahwa Pusat
Produksi Farmasi bertugas membantu usaha pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan, yaitu memproduksi obat-obat untuk
rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan masyarakat. Obat-obatan yang dimaksud
bersifat esensial, artinya bahwa obat tersebut banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
Kesimpulan
Sistem distribusi obat di industri merupakan proses memindahkan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai dari industri yang merupakan badan usaha yang memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat dan menyalurkan hasil produksinya langsung kepada
pedagang besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan
masyarakat, klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu yang
berpedoman pada cara distribusi obat yang baik (CDOB).
Dengan memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas berupa transpotasi,
dokumentasi, Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan, dan Proses Penyelesaian barang
kembalian karena salah kirim/pesan dan yang rusak, expire date, recall. Acuan CDOB (Cara
Distribusi Obat yang Baik) bertujuan untuk menjamin penyebaran obat secara merata dan
teratur agar dapat diperoleh oleh pasien saat dibutuhkan, pengamanan lalulintas dan
penggunaan obat, melindungi masyarakat dari kesalahan penggunaan dan penyalahgunaan
obat, menjamin agar obat yang sampai ke tangan pasien adalah obat yang efektif, aman,
dan dapat digunakan sesuai tujuan penggunaannya, menjamin penyimpanan obat aman dan
sesuai, termasuk selama transportasi.