Anda di halaman 1dari 42

SISTEM DISTRIBUSI OBAT

DI PBF DAN INDUSTRI

Dosen Pengampu : Apt. Fika Ariyati, S. Farm., M.


Farm
Date : 24 November 2021
TEAM KELOMPOK 2
o Novia Anggraini / 2113017019
o Fatmawati / 2113017020
o Khoiriyah Anbar Mufidah / 2113017021
o Riesky Maulida / 2113017022
o Bahana Eliza Putri / 2113017023
o Tiya Nur Aini / 2113017024
o Ayu Rahmawatiani / 2113017025
o Islamuna Amini / 2113017026
o Janette Rindana Paranoan /
2113017027
o Kadek Ayu Dwi Septiani / 2113017028
o Siti Hartina / 2113017029
o Nadira Yuli Istiani / 2113017030
o Lisa Rusmawati / 2113017031
o Haura Wulan Nabillah / 2113017032
o Cyntia Bella Anggraini / 2113017033
o Ishak F Sumampouw / 2113017034
o Vichy Rumengan / 2113017035
o Reca Indiyen / 2113017036
Pengertian Distribusi Obat Secara Umum
 Distribusi obat merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
penyaluran/penyerahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada uit
pelayaan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis,
jumlah dan ketepatan waktu yang berpedoman pada cara distribusi
obat yang baik (CDOB).
 CDOB adalah cara distribusi atau penyaluran obat dan atau bahan obat
yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau
penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. 
Tujuan Distribusi Obat Secara Umum

 Tujuan utama pelaksanaan distribusi obat yang baik adalah


terselenggaranya suatu sistem jaminan kualitas oleh distributor, yaitu :
 Menjamin penyebaran obat secara merata dan teratur agar dapat tersedia
saat diperlukan.
 Terlaksananya pengamanan lalu lintas dan penggunaan obat tepat sampai
kepada pihak yang membutuhkan secara sah untuk melindungi masyarakat
dari kesalahan penggunaan atau penyalahgunaan.
 Menjamin keabsahan dan mutu agar obat yang sampai ke tangan konsumen
adalah obat yang efektif, aman dan dapat digunakan sesuai tujuan
penggunaannya.
 Menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai kondisi yang dipersyaratkan,
termasuk selama transportasi.
PBF

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011
Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF
adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki
izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat
dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan.
Beberapa Contoh PBF Terperiksa Periode Triwulan I Tahun 2018 :
 Prisma Pharma Internusa berada di provinsi DKI Jakarta
 Gruppa Nusantara berada di provinsi DKI Jakarta
 RIAU ANDALAN FARMA berada di provinsi Riau
 Bengawan Manunggal berada di provinsi Jawa Tengah
 Poneksim Utama berada di provinsi Kalimantan Barat
 Trio Farma Mandiri Sejahtera berada di provinsi Kalimantan Timur
 Segoro Putra Mandiri berada di provinsi Kalimantan Timur
 Enseval Putera Megatrading cabang Samarinda, cabang Bandar Lampung,
cabang Semarang
 Kebayoran Pharma cabang Samarinda, cabang Makasar, cabang bandung
 Kimia Farma Trading & Distribution cabang Samarinda, cabang Banjarmasin,
cabang Batam
ALUR DISTRIBUSI OBAT di PBF

PBF akan menyalurkan atau mendistribusikan obat tersebut kepada


Apotek, Instalasi Farmasi Dumah Sakit, PBF lain dan Toko Obat.
kemudian dapat dikonsumsi oleh konsumen.
ALUR DISTRIBUSI OBAT G

PBF akan menyalurkan atau mendistribusikan obat G


tersebut kepada Apotek, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, PBF lain kemudian dapat dikonsumsi oleh
konsumen.
Alur Distribusi Narkotika & Psikotropika di PBF

 Penyaluran Narkotika Golongan I hanya dapat dilakukan oleh perusahaan PBF milik
Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan
untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk untuk
kebutuhan laboratorium. Penyaluran Narkotika sebagaimana dimaksud hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab dan/atau Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan
 Pedagang Besar Farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika kepada Pedagang
Besar Farmasi Tertentu lainnya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintahan tertentu, rumah sakit, dan lembaga ilmu pengetahuan.
 Penyaluran Narkotika dan Psikotropika dalam bentuk obat jadi oleh Industri Farmasi
kepada PBF hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi pemilik izin edar.
 Penyaluran Narkotika dan Psikotropika dalam bentuk obat jadi hanya dapat dilakukan
berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab atau Kepala Lembaga Ilmu
Pengetahuan untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan, dengan menggunakan
contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 1 dan Formulir 2 terlampir. Dikecualikan
dari ketentuan sebagaimana dimaksud untuk penyaluran kepada Instalasi Farmasi
Pemerintah, surat pesanan dapat ditandatangani oleh Apoteker yang ditunjuk.
 Pedagang Besar Farmasi hanya dapat menyalurkan Psikotropika kepada Pedagang Besar
Farmasi Tertentu lainnya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintahan
tertentu, rumah sakit, dan lembaga ilmu pengetahuan.
NARKOTIKA GOLONGAN I

Lembaga
Ilmu
PBF
Pengetahua
n
NARKOTIKA GOLONGAN II DAN III

Pasien dengan
Apotek
resep dokter

Instalasi
Pasien dengan
Farmasi Rumah
resep dokter
Sakit
PBF yang
memiliki izin Instalasi Pasien dengan
Khusus (Kimia Farmasi Klinik resep dokter
Farma)
Instalasi
Pasien dengan
Farmasi
resep dokter
Pemerintah

Lembaga Ilmu
Pengetahuan
PSIKOTROPIKA

Pasien dengan
Apotek
resep dokter

Instalasi
Pasien dengan
Farmasi Rumah
resep dokter
Sakit
PBF yang
memiliki izin Instalasi Pasien dengan
Khusus (Kimia Farmasi Klinik resep dokter
Farma)
Instalasi
Pasien dengan
Farmasi
resep dokter
Pemerintah

Lembaga Ilmu
Pengetahuan
LAMPIRAN
LAMPIRAN
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM DISTRIBUSI OBAT DI PBF

 Jumlah obat pesanan


 Kesesuaian dengan surat pesanan
 Jenis obat yang dipesanan
 Obat Bebas, Bebas Terbatas, Obat Keras, Narkotika atau Psikotropika
 Perhatian terhadap keaslian surat pesanan obat
 Perhatian terhadap penerima pesanan obat
 Kualitas obat yang akan didistribusikan
 Termasuk tgl kadaluarsa,kondisi kemasan
Contoh Realisasi
Sistem pendistribusian obat di PT. Unggul Jaya Cipta Usaha Manado sudah sesuai dengan
CDOB, hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

2. Penyimpanan
o Obat yang dipesan, setelah diterima oleh
apoteker penanggung jawab, dimasukan
kedalam gudang obat dengan melampirkan
1. Penerimaan
o Obat yang masuk diterima langsung oleh berita acara dan catatan penerimaan obat
kebagian logistik (kepala gudang).
apoteker penanggung jawab dengan o Kepala logistic menerima obat kemudian
menggunakan berita acara penerimaan barang.
o Faktur pemesanan obat yang diterima, dicocokan obat yang diterima dengan berita
acara dan catatan penerimaan barang.
dicocokan kembali dari segi jenis obat, jumlah o Setelah sesuai obat-obatan tersebut disimpan
obat, nomor batch, tanggal kadaluarsa, bentuk
dalam gudang obat berdasarkan principal dan
obat dan kerusakan obat.
o Setelah sesuai, obat dan alat kesehatan yang nama perusahaan. Obat tersebut diletakan
diatas pallet/rak dan diatur berdasarkan
diterima dimasukan kedalam gudang
sistem FIFO dan FEFO.
penyimpanan.
o Untuk faktur pemesanan ditanda tangani oleh
apoteker penanggung jawab dan di cap
perusahaan.
3. Pemisahan Obat
o Setelah obat yang diterima oleh
kepala logistik, obat langsung
dipisahkan sesuai jenisnya dan
diberi label yang jelas.
o Sedangkan obat yang sudah rusak
atau kadaluwarsa diletakkan di
lemari khusus penyimpanan obat
rusak dan kadaluwarsa. 5. Pengambilan
o Apoteker melakukan pengambilan obat
sesuai dengan surat pesanan dari apotek dan
rumah sakit .
4. Pemusnahan Obat o Apoteker harus memastikan bahwa obat
o Pemusnahan dilaksanakan terhadap yang diambil harus memiliki masa simpan
obat-obat yang telah kadaluwarsa yang cukup sebelum kedaluwarsa dan
dalam kurun waktu 3-4 tahun. berdasarkan FEFO. Nomor batch obat harus
o Sebelum dilakukan pemusnahan, dicatat, kemudian dibuatkan fakturnya.
obat-obat yang telah kadaluwarsa
di kumpulkan dan dibuatkan
laporannya. Dari laporan tersebut
dimintakan persetujuan
pemusnahan kepada kepala
gudang.
6. Pengemasan
o PT. Unggul Jaya Cipta Usaha melakukan
pengemasan obat berdasarkan
bentuk/sediaan untuk obat yang jenisnya
sedikit.
o PT. Unggul Jaya Cipta Usaha juga melakukan
pengemasan untuk pengiriman ke apotek
atau rumah sakit oleh pengantar barang
untuk menjaga keamanan barang dari
kerusakan dan pencurian.

7. Pengiriman
PT. Unggul Jaya Cipta Usaha melakukan
pengiriman Obat yang sudah disiapkan dikemas
dan diberikan kepada pengantar barang,
kemudian didokumentasikan di buku ekspedisi.
KESIMPULAN
Tugas seorang Apoteker di PBF adalah bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan dan
penyaluran obat atau bahan obat sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Pendistribusian obat dari PBF hanya
dapat dilakukan melalui sarana pelayanan kefarmasian yang
memiliki ijin seperti Apotek, Rumah Sakit, PBF lainnya,
Puskesmas, Klinik, Toko obat, dan lain sebagainya .
Acuan atau pegangan Apoteker di PBF adalah CDOB (Cara
Distribusi Obat yang Baik) yang bertujuan untuk menjamin
penyebaran obat secara merata dan teratur agar dapat diperoleh
oleh pasien saat dibutuhkan, pengamanan lalulintas dan
penggunaan obat, melindungi masyarakat dari kesalahan
penggunaan dan penyalahgunaan obat, menjamin agar obat yang
sampai ke tangan pasien adalah obat yang efektif, aman, dan
dapat digunakan sesuai tujuan penggunaannya, menjamin
penyimpanan obat aman dan sesuai, termasuk selama
transportasi. Disinilah peran Apoteker yang berkompeten
dibutuhkan.
INDUSTRI
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/Per/Xii/2010
Tentang Industri Farmasi pada BAB I Pasal 1 menyebutkan bahwa Industri Farmasi
adalah badan usaha yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
 BAB II PASAL 2
 Industri Farmasi yang telah memperoleh Perizinan Berusaha berupa izin industri
farmasi, sertifikat produksi atau sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik wajib
menyampaikan laporan kegiatan produksi termasuk profil Industri Farmasi, pemasukan,
penggunaan, distribusi, impor dan ekspor Obat - 5 - dan Bahan Aktif Obat, termasuk
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi secara berkala kepada Kepala Badan.
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 Tentang
Industri Dan Usaha Obat Tradisional pada BAB I pasal 1 menyebutkan bahwa Industri
Obat Tradisional (IOT) adalah industri yang membuat semua bentuk sediaan obat
tradisional.
CONTOH INDUSTRI FARMASI DAN SARANA KHUSUS DI
INDONESIA YANG MEMILIKI SERTIFIKAT CPOB TERKINI PER
31 MARET 2021
 PT. Abbott Indonesia Jawa Barat
 PT. Actavis Indonesia DKI Jakarta
 PT. Aditama Raya Farmindo Jawa Timur
 PT. Amarox Pharma Global Jawa Barat
 PT. Armoxindo Farma Jawa Barat
Alur Distribusi Obat di Industri
 Sediaan farmasi hanya dapat diedarkan setelah mendaptakan izin edar dan teregistrasi
BPOM.
 Peredaran sediaan farmasi terdiri dari penyaluran dan penyerahan ke apotek / toko
obat, PBF, pedagang eceran, dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
 Penyaluran sediaan farmasi hanya dapat dilakukan oleh :
a) Badan usaha yang telah memiliki izin sebagai penyalur dari menteri sesuai dengan
peraturan perundang-undang yang berlaku untuk menyalurkan sediaan farmasi yang
berupa bahan obat, obat, dan alat kesehtan.
b) Badan usaha yang telah memiliki izin sebagai penyalur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menyalurkan sediaan farmasi yang
berupa obat tradisional dan kosmetik.
c) Pedagang besar farmasi dapat menyalurkan langsung ke apotek dan toko obat, RS dan
puskesmas, dokter yang punya SIMO, dan PBF lainnya.
Distribusi Obat Keras

Industri Pasien
PBF/Agen
Apotek/RS dengan resep
Farmasi Lain
dokter
Obat keras adalah bahan-bahan yang di samping berkhasiat
menyembuhkan, menguatkan, membunuh hama atau mempunyai khasiat
pengobatan lainnya terhadap tubuh manusia, juga dianggap berbahaya
terhadap kesehatan dan kehidupan manusia, serta tidak dimaksudkan
untuk keperluan.

Obat-obat berkhasiat keras ini dibagi dalam 2 golongan, yaitu :


1. Obat-obat dari daftar obat keras (daftar G).
 Obat ini hanya dapat dibeli di apotik dengan resep dokter dan dapat
diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya
“boleh diulang”.
 Obat-obat yang termasuk daftar G ini antara lain antibiotika, obat-
obat sulfa, hormon,antihistaminika untuk pemakaian dalam dan
semua obat suntik.
Distribusi Obat Bebas

PBF/Agen Apotek/RS
Lain TOB/Toko Pasien

Industri
Farmasi
PBF/Agen PBF/Agen Apotek/RS
Lain Lain TOB/Toko

Pasien
Distribusi Obat Bebas Terbatas

PBF/Agen Apotek/RS
Pasien
Lain TOB
Industri
Farmasi
PBF/Agen PBF/Agen Apotek/RS
Lain Lain TOB

Pasien
Sistem distribusi obat bebas dan bebas terbatas yang ideal menurut SK Menkes
No.3987/A/SK/73 adalah distribusi dari:
 distributor ke sarana penyaluran/pedagang besar farmasi (PBF), kemudian
 dari PBF akan didistribusikan ke sarana pelayanan seperti apotek, instalasi
farmasi, praktek bersama dan toko obat.
Dalam hal ini obat bebas dan obat bebas terbatas harus didistribusikan ke
sarana-sarana pelayanan farmasi yang telah memiliki ijin untuk menyimpan
obat-obatan untuk dijual secara eceran di tempat tertentu dan telah
mempekerjakan seorang tenaga farmasis seperti apoteker ataupun asisten
apoteker sebagai penanggung jawab teknis farmasi (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1331/Menkes/Sk/X/2002).
Tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen
(pasien) mengenai terjaminnya mutu obat yang sampai ke tangan pasien, serta
dapat melakukan advokasi terhadap pasien dengan memberikan segala
informasi terkait obat yang dikonsumsi (cara pemberian, efek samping,
interaksi obat, dll).
Distribusi Obat Tradisional

PBF/Agen Apotek/RS
Lain Pasien
TOB/Toko
Industri
Farmasi
PBF/Agen PBF/Agen
Lain Apotek/RS
Lain TOB/Toko

Pasien
Distribusi Alat Kesehatan

Industri PBF/Agen PBF/Agen


Farmasi Lain Apotek/RS Pasien
Lain
 UU. No 08 Tahun 1999 Perlindungan Konsumen Pasal 07 tentang Kewajiban Pelaku usaha
... (d) menjamin mutu barang / jasa yang diproduksi atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang/jasa
 UU. No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 105 ayat 2, mengenai Sediaan Farmasi
yang berupa Obat Tradisional dan Kosmetika serta alat kesehatan harus memenuhi
standar / persyaratan yang diperlukan
 UU. No 006 Tahun 2012 - Industri&Usaha Obat Tradisional pasal 35, tentang (1)
Pembuatan Obat Tradisional wajib memenuhi pedoman CPOTB yang ditetapkan mentri,
(2) Ketentuan mengenai penerapan CPOTB dalam pembuatan Obat Tradisional
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Badan

 Aspek Perlindungan Konsumen, menjamin bahwa produk yang dikonsumsi aman,


bermutu dan bermanfaat sesuai dengan harapan konsumen terhadap produk tersebut
 Aspek Pelaku Usaha, (1) memastikan bahwa produk yang dihasilkan bernilai jual dan
berdaya saing, (2) sebagai tanggung hawab moral pelaku usaha terhadap keamanan
produk yang dihasilkan, (3) membangun dan meningkatkan citra perusahan
 Aspek regulasi, memastikan bahwa obat tradisional diproduksi di sarana produksi yang
legal dan memenuhi persyaratan standar sesuai peraturan yang berlaku
Distribusi Golongan Narkotika
Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri Farmasi, pedagang besar
farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang.
 Industri Farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika kepada:
1. Pedagang besar farmasi tertentu
2. Apotek
3. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu
4. Rumah Sakit.
Pedagang besar farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika kepada:
1. Pedagang besar farmasi tertentu lainnya
2. Apotek
3. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu
4. Rumah Sakit
5. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya dapat menyalurkan
Narkotika kepada:
1. Rumah sakit pemerintah
2. Pusat Kesehatan Masyarakat
3. Balai pengobatan pemerintah tertentu.
Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada:
1. Rumah sakit
2. Pusat kesehatan masyarakat
3. Apotek lainnya
4. Balai pengobatan
5. Dokter
6. Pasien.
 Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan balai pengobatan hanya dapat
menyerahkan Narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
 Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan untuk:
1. Menjalankan praktik dokter dengan memberikan Narkotika melalui suntikan
2. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan Narkotika
melalui suntikan
3. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
Industri

Pedagang Besar Farmasi Apotek Sarana Penyimpanan Rumah Sakit


Tertentu Sediaan Farmasi
Pemerintah Tertentu

Apotek Pedagang Besar Sarana Penyimpanan Rumah Sakit Lembaga Ilmu


Farmasi Tertentu Sediaan Farmasi Pengetahuan
lainnya Pemerintah Tertentu

Rumah Sakit Pusat Kesehatan Balai Pengobatan


Pemerintah Masyarakat Pemerintah Tertentu

Pusat Kesehatan Rumah Sakit Apotek Lainnya Balai Pengobatan Dokter Pasien
Masyarakat
Distribusi Pskiotropika
• Hanya dapat dilakukan oleh:
– pabrik obat,
– pedagang besar farmasi,
– sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah.
Jalur penyaluran:
– Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana
penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit, dan lembaga
penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
– Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lain-nya,
apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit,
dan lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
– Sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah kepada rumah sakit
Pemerintah, puskesmas dan balai pengobatan Pemerintah.
Industri

Sarana penyimpanan
Lembaga penelitian /
PBF Apotek sediaan farmasi RS
Lembaga pendidikan
pemerintah

Sarana penyimpanan
Lembaga penelitian /
Apotek sediaan farmasi RS
Lembaga pendidikan
pemerintah

Balai
RS Puskesmas pengobatan
pemerintah
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam
distribusi obat di Industri
PMK RI NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi
Pasal 20
(1) Industri Farmasi yang menghasilkan obat dapat mendistribusikan
atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang besar
farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan
masyarakat, klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Industri Farmasi yang menghasilkan bahan obat dapat
mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada
pedagang besar bahan baku farmasi, dan instalasi farmasi rumah sakit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
 Transportasi Obat Dan/Atau Bahan Obat Yang Memerlukan Kondisi Khusus
Untuk obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi khusus selama
transportasi (misalnya suhu dan kelembaban), industri farmasi harus
mencantumkan kondisi khusus tersebut pada penandaan dan dimonitor serta
dicatat.
 Dokumentasi
Bahan obat dari industri farmasi asal yang disalurkan kepada fasilitas distribusi
harus disertai dengan sertifikat analisis asli.
Label yang tercantum pada wadah harus jelas dan tidak mudah terhapus.
(CDOB, 2020)
 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan
Keluhan terhadap obat dapat berasal dari konsumen maupun pemerintah
(Badan POM). Semua keluhan dan laporan diteliti dan dievaluasi dengan cermat
kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuat laporan. Tindakan yang
diambil dapat berupa tindakan perbaikan yang diperlukan, penarikan kembali
bets obat atau seluruh obat yang bersangkutan dan tindak lanjut yang sesuai.
Semua keluhan tersebut dan laporan ditangani oleh Bidang Pemastian Mutu.
Selain itu Bidang Pemastian Mutu juga melakukan Post Marketing Survailance
(pengawasan terhadap pemasaran) untuk memantau produk-produk yang telah
beredar
 Proses Penyelesaian barang kembalian karena salah kirim/pesan dan
yang rusak, expire date, recall
Penarikan Produk Palsu Penarikan Produk Palsu atas perintah Principal
dilakukan sesuai prosedur Recall.
Sesuai dengan ketentuan industri farmasi atau ketentuan yang berlaku, Untuk
produk kembalian karena salah kirim/pesan agar dilakukan pemeriksaan oleh
Apoteker sesuai ketentuan dan diberikan persetujuan untuk layak dijual
kembali.
(CDOB, 2015)
Contoh Realisasi
 Salah satu contoh realisasi nyatanya system distribusi obat di industry yaitu PT Indofarma
(Persero) Tbk yang merupakan perusahaan farmasi nasional milik Negara. Perusahaan ini
sebagai produsen besar obat generik domestik. PT. Indofarma (Persero) Tbk telah
memiliki sertifikat CPOB dan ISO 9001. Penerapan CPOB dan ISO 9001 dalam proses dan
kegiatan di PT. Indofarma (Persero) Tbk., ini terkait dengan adanya kesadaran bahwa
sebuah perusahaan farmasi memiliki tanggungjawab moral pada masyarakat untuk
menghasilkan obat yang aman, bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
 PT. Indofarma (Persero) Tbk., merupakan industri farmasi dengan status Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah Departemen Kesehatan. Melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.008/III/AM/67, nama Pabrik Obat
Manggarai diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Tugas pokok
dari pabrik ini adalah memproduksi obat–obatan berdasarkan pesanan dari Departemen
Kesehatan RI.
 Pada tahun 1979, pabrik ini ditetapkan sebagai Pusat Produksi Farmasi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Dalam keputusan tersebut disebutkan pula bahwa Pusat
Produksi Farmasi bertugas membantu usaha pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan, yaitu memproduksi obat-obat untuk
rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan masyarakat. Obat-obatan yang dimaksud
bersifat esensial, artinya bahwa obat tersebut banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
Kesimpulan
Sistem distribusi obat di industri merupakan proses memindahkan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai dari industri yang merupakan badan usaha yang memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat dan menyalurkan hasil produksinya langsung kepada
pedagang besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan
masyarakat, klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu yang
berpedoman pada cara distribusi obat yang baik (CDOB).
Dengan memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas berupa transpotasi,
dokumentasi, Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan, dan Proses Penyelesaian barang
kembalian karena salah kirim/pesan dan yang rusak, expire date, recall. Acuan CDOB (Cara
Distribusi Obat yang Baik) bertujuan untuk menjamin penyebaran obat secara merata dan
teratur agar dapat diperoleh oleh pasien saat dibutuhkan, pengamanan lalulintas dan
penggunaan obat, melindungi masyarakat dari kesalahan penggunaan dan penyalahgunaan
obat, menjamin agar obat yang sampai ke tangan pasien adalah obat yang efektif, aman,
dan dapat digunakan sesuai tujuan penggunaannya, menjamin penyimpanan obat aman dan
sesuai, termasuk selama transportasi.

Anda mungkin juga menyukai