Kadang2, sediaan yg di IV in ini tidak tunggal, tapi campuran dari beberapa zat aktif, jadi harus
disiapkan oleh apoteker
Sediaan parenteral dosis besar:
- Cairan infus: NaCl, ringer laktat, glukosa, dekstrosa
- TPN: Total Parenteral Nutrition: emulsi lipid
- Antibiotik intravena
- Sediaan untuk kontrol analgesik: untuk org yg histeris sakitnya, org abis kecelakaan,
luka terbuka, dll
- Cairan dialisis: hemodialisis, dialisis peritoneal
- Larutan irigasi: luka terbuka yg harus dibersihkan
Tujuan diberikan:
a. Mengembalikan kesetimbangan cairan tubuh dan elelktrolit untuk pasien dehidrasi,
shock, atau luka
b. Menyediakan nutrisi untuk pasien malnutrisi,
c. Pembawa/penghantar obat yg harus masuk sistem sirkulasi dg segera
d. Cairan dialisis
e. Cairan irigasi utk nyuci luka terbuka
IV:
- Volume besar, bisa sampai 3 L
- Ukuran syringe: 1- 60 ml
- Harus tau kecepatan aliran, tergantung vena yg dipilih
- Ukuran jarum 20 – 22 gauge
Pencampuran IV:
Dibuat dg menambahkan sekurang2nya satu jenis injeksi steril ke dalam sediaan
larutan intravena (50 ml atau lebih) untuk diberikan kepada pasien
High risk: campurin sediaan diluar LAF, ada sterilisasi ulang/akhir, atau steril+non
steril
medium risk: banyak yg dicampurkan,
low risk: pengenceran biasa
Kerugian:
- Perlu monitoring yg kontinyu
- Gabisa untuk pasien yg ada pembatasan penerimaan cairan
- Kalo infus distop, ada bagian obat yg dibelum dihantarkan
- Penambahan waktu pemberian gabisa digunakan untuk obat yg tidak stabil
Intermitten:
Profilnya
Tidak kontinyu. Obat ditambahkan ke lar parenteral dosis sedang, diberikan dalam waktu
sedang, dg selang waktu tertentu, misalnya 6 jam, biasanya untuk dosis pemeliharaan
Keuntungan:
- Gaperlu monitoring kontinyu
- Dosis obat bisa dikasi seluruhnya
- Ga ada risiko toksisitas spt pada pemberian bolus
- Banyak obat yg lebih stabil dalam kons sedang dibanding pekat, kl pekat lebih mudah
mengiritasi pembuluh darah, mudah berinteraksi dan terjadi proses penguraian
Kerugian:
- Gabisa untuk cairan dan elektrolit (harus kontinyu)
- Level kons obat dalam darah kurang konstan
- Gabisa untuk organ target (bolus bisa), kan gatau kemana dia perginya, menyebar gitu
dianya
- Tidak praktis untuk keadaan darurat
Profil farkin:
Bolus:
Obat diberi dalam waktu singkat, dan dapat diulang dalam periode tertentu
Keuntungan:
- Bisa dipake untuk keadaan darurat
- Gaperlu monitoring
- Lebih murah
Kerugian:
- Iritan
- Kurang stabil obatnya,
- Toksisitas tinggi, menyebabkan tromboemboli
- Perlu staf untuk pemberian ulang
- Level kons obat dalam darah tidak konstan
Cara menghitung:
a. Metode proporsi
b. Metode formula
R = regimen = berapa tetes per menit
R=VD/T
Metode proporsi: 800 ml/ (5 jam x 60 menit) = 2,67 ml/menit -> 40 tetes/menit
Metode formula:
R = V D /T
R = 800 ml x 15 ml/menit / 300 menit = 40 tetes/menit
PRODUK SITOTOKSIK
Siklofosfamid serbuk steril
Larutan isotonis MTX
Serbuk kering beku Cisplatin-> kalau cair, tidak stabil, mudah rusak
Serbuk mengandung NaCl untuk menjamin lar isotonis setelah direkonstitusi. Bisa dipake
dg jarum suntik (efek segera), atau ke dalam infus (untuk pemeliharaan)
Obat yg sitotoksik harus ditangani dg hati2, krn bersifat general (sel yg bukan cancer juga
disasar)
Peracikan sitotoksik:
- Harus di ruang aseptik
- Prosedur rekons:
a. Luer lock syringe: jarum spt ulir
b. Deadender: ada plastik penutup
Sediaan radiofarmasi:
a. Umumnya pake Technicium (Tc)
Ligannya protein
TPN: karbohidrat (glukosa, dekstrosa), protein (asam amino), lipid (minyak), elektrolit
Dipake kalo:
- Pasien butuh penambahan nutrisi
- Sal cerna gaberfungsi dg baik
- Pemakaian max sampai 2 minggu krn bisa merusak vena perifer
Indikasi:
- Malabsorpsi
- Penyakit sal cerna
- Trauma luka bakar parah
- Septikemia parah
- Pasien unit perawatan intensif
- Pembedahan abdominal
- Terapi radiasi enteritis
- Malignancy of the small bowel: krn obat cancer
- Kemoterapi dosis tinggi
- Transplantasi tulang belakang
Komposisi TPN:
- Protein
- Karbo
- Lemak
- Elektrolit: Na, K, Mg, Ca, Cl, PO4
- Trace element: kofaktor enzim biasanya, Zn, Cu, Mn, Cr
- Vitamin mineral: ADEK BC, asam folat, biotik
- Air: rata2 kebutuhan org dewasa: 1500 – 3000 ml
Perhitungan:
Kalo urea banyak, berarti banyak N yg diekskresikan
Lemak: emulsi minyak dalam air, isotonis, pH netral, warnanya putih, ukuran <3 mcm atau
kadang < 1 mcm globul emulsi, untuk mencegah emboli (penyumbatan kapiler), dibuat labu
sendiri, atau dicampurkan di tahap akhir
Peracikan TPN:
- Aseptik
- Cek ketercampuran formula -> apoteker matters, bikin matriks ketercampuran, bisa
dicampur ga? Untuk mencegah presipitasi
- Simpan di coolbox
- Kantong TPN harus steril, jangan mengandung plasticizer (pengenyal) yg mudah
lepas, spt pada PVC. Biasa dipake EVA, bukan PVC,
Kalo ada O2 masuk -> oksidasi
- Kantong diletakkan di LAF lalu masing2 diletakkan di tiang dan dibiarkan mengalir
bebas ke dalam kantong
- Vitamin mudah rusak, jadi ditambahkan sesaat sebelum digunakan
- Kantong dimasukkan ke kantong berwarna gelap -> mencegah fotolisis
- Simpan dilemari es atau coolbox
bsa: bovine serum albumin -> pembawa, misal: cisplatin
Dialisis:
Kasus 2:
Usia sangat lansia: 85 tahun
GE: gastroenteritis
Dehidrasi -> ganggu keseimbangan elektrolit
STEMI: ST elevation myocardial infarction
Total AV Block dilihat dari EKG
TD: cukup tinggi
RR: tinggi -> sesak -> makanya ada ventilator dan midazolam, FiO2 = fiksasi O2
Ring As: ringer asetat
Pemeriksaan fisik:
1. Anamnesa:
Sebelum pemeriksaan fisik: anamnesa:
- identifikasi data pasien,
- keluhan,
- riwayat penyakit skrng,
- riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya,
- riwayat penyakit keluarga dan sosial,
- review
Sumber info untuk anamnesa:
Auto anamnesa: lgsg ke pasien
Allo anamnea: dari keluarga/org terdekat
Inspeksi : pengamatan visual, misalnya: orang ga bisa tidur: lesu, ngantuk, org demam: mukanya
merah
Palpasi : deteksi dengan menggunakan sentuhan/ indera peraba, misalnya pegang dahi buat tau
demam
Perkusi : memeriksa struktur tubuh (padat, terisi udara, terisi cairan) dengan mengetukkan jari
berdasarkan perbedaan pantulan suara,
Auskultasi : mendengarkan suara dalam tubuh menggunakan stetoskop: untuk bunyi nafas, bising
usus, dll
a. TEKANAN DARAH
Dapat bervariasi tergantung pada usia, ras & gender
Klasifikasi :
o Normal : < 120/80 mmHg
o Prehypertension:130-140/80-90mmHg
o Mild hypertension : 140-160/90-100 mmHg
o Moderate hypertension : 160-180/100-120 mmHg
o Severe hypertension : > 180/120 mmHg
Penurunan sistolik > 10 mmHg dapat terjadi karena deplesi volume intravaskular, disfungsi otonom,
obat antihipertensi atau efek samping obat (misal : antikolinergik dan antidepresan)
b. DENYUT NADI
c. PERNAFASAN
Kecepatan dan pola pernafasan dapat merefleksikan penyakit kardio pulmonari dan neurologi
Respiratory Rate (RR) normal dewasa : 10–20 x/ menit.
Tachipnea (RR > 20 x/ menit) dapat terjadi pada keadaan nyeri, cemas dan penyakit jantung –
paru
Bradipnea (RR < 10 x/ menit) dapat terjadi karena depresi pernafasan (misal : opiat)
Pernafasan Ceyne Stokes : karakter pernafasan dengan periodik apnea (misal : pada kerusakan
otak karena trauma atau perdarahan otak)
Pernafasan Kussmaul’s : pernafasan dalam (misal : diabetik ketoasidosis dan metabolik asidosis)
d) SUHU
Pengukuran temperatur tubuh dapat dilakukan melalui mulut, rektal dan aksila. Untuk bayi dapat diukur
melalui telinga.
o
Temperatur normal pada pengukuran melalui : o Mulut : 35,8 – 37,3 C
o
o Aksila : 35,3 – 36.8 C
o
o Rektal : 36.3 – 37,8 C
o
Indikasi demam : temperatur > 37,8 C
Pemeriksaan suhu era pandemi Covid19 : infrared, sensor suhu dengan camera, dll -> skrining
f) Pemeriksaan Penunjang
- radiologi: Rontgen, MRI, CT Scan, BMD (bone mineral densitometry), Pet Scan, dll
- USG: abdomen, liver, jantung, dll
- Lab: hematologi, kimia, urin, feses, sero-imunologi (PCR, rapid antigen), patologi-anatomi (untuk
periksa jaringan, misalnya pasien pasca operasi dilihat apakah ada keganasan atau tidak)
- EKG, Treadmill
- EEG: encephalo
- EMG: electromyograph
DIAGNOSIS
a. Diagnosis kerja: yang paling mungkin terjadi
b. Diagnosis banding/diferensial: yg mungkin terjadi (yg gejalanya mirip sama diagnosis
kerja)
PROGNOSIS
Perkiraan perjalanan penyakit:
a. Ad bonam: bisa sembuh
b. Ad malam: gabisa sembuh
Transportasi yg memudahkan pasien untuk mendapat akses kesehatan saat emergency: ambulans
Gawat dan darurat: keadaan klinis yg membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan
nyawa dan pencegahan kecacatan -> ini yg prioritas dibantu di IGD
Gawat tidak darurat:
Tidak gawat, tp darurat
Tidak gawat, tidak darurat
- Terganggunya jalan nafas: sumbatan jalan nafas oleh benda asing, asma berat, spasme
laringeal, trauma muka yang mengganggu jalan nafas dan lain-lain
- Terganggunya fungsi otak dan kesadaran antara lain stroke dengan penurunan kesadaran,
trauma capitis dengan penurunan kesadaran, koma diabetika, koma uremikum, koma
hepatikum, infeksi otak, kejang dan lain-lain
Berdasarkan PerMenKes RI No 47 Thn 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan Bab II Pasal 3, ayat
(2) :
- Gangguan hemodinamik
KETENAGAAN DI UGD :
a. Dokter, dengan kompetensi Basic Life Support (BLS), Advanced Trauma Life Support (ATLS) dan
atau Advanced Cardiac Life Support (ACLS) dan Emergency Life Support (ELS) b. Perawat, dengan
kompetensi kegawatdaruratan medik
c. APOTEKER, dgn pengetahuan kegawatdaruratan medik: pelajari dan pernah handle di IGD
Pasien dengan penyakit gawat darurat menjadi prioritas penanganan dan mendapat visite dokter spesialis
sesuai penyakitnya.
Setelah penaksiran dan penanganan awal, pasien ditangani SAMPAI KEADAAN STABIL ->
DIPINDAHKAN ke ruang rawat ICU atau ruang rawat biasa atau rujuk ke RS lain.
Kalo IGD penuh? Gaboleh dirujuk, harus ada Tindakan kestabilan dulu, baru boleh nanti maunya gimana
Kategori Triase
Hitam: DOA: Death on Arrival
Tujuan :
Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat lainnya dengan
menggunakan obat-obatan
Pemilihan obat berdasarkan pengalaman di IGD, jumlah kasus yg sering masuk (mis: pasien dg
gangguan jantung dan pernafasan)
Paling atas (rak paling atas): defibrillator
Kedua: epinefrin
Ada alat medis: infus, gunting, sarung tangan, penlight, jarum jahit, laringoskop, dll
Semua jenis syok harus diberikan oksigen dan cairan IV, biasanya RL atau NS
Pasien yg gabisa nafas krn gangguan jalan nafas krn ada stridor, wheezing, infeksi serius dan
trauma, ada penanganan khususnya
Obat emergensi yang sering digunakan:
- Adrenalin: rx anafilaksis, rx alergi parah dan severe wheezing, CPR pada pasien henti
jantung
Untuk pasien miokard infark: MONA: morphin, oxygen, nitrogliserin, dan aspirin
- Aspirin: suspected serangan jantung
- Diazepam: kejang2
- Glukosa: dekstrosa (di Indonesia: 40%): hipoglikemia
- Mg sulfat: eklamsia atau kehamilan dg kejang2
- Naloxone: overdosis opioid
- Oksitosin: perdarahan pasca melahirkan
- Salbutamol: severe wheezing
- Vaksin tetanus: luka (termasuk luka bakar dan fraktur terbuka)
Cairan parenteral:
Kristaloid:
- Cairan bersifat iso-osmolar
- Tidak mengandung partikel onkotik sehingga tidak menetap di intravaskular, banyaknya di
ekstravaskular
- Cairan ini baik untuk tujuan mengganti kehilangan volume terutama kehilangan cairan
interstisial
- Harga relatif murah, tidak menyebabkan reaksi anafilaksis
- Pemberian berlebih akan menyebabkan edema paru dan edema perifer
- Untuk resusitasi digunakan Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat (RA) dan NaCl 0,9%
Koloid:
- Cairan (lebih kental dari kristaloid) dengan tekanan osmotik yang menetap di intravascular
- Pemberian berlebih dapat menyebabkan edema paru tetapi tidak menyebabkan edema
perifer. Untuk resusitasi digunakan Dekstran, HES, gelatin
2 jenis koloid:
a. Koloid non sintetik: Albumin (5%, 10%, 25%), digunakan pada pasien dengan luka
bakar, syok sepsis dan pediatrik. Produk darah, digunakan pada pasien dengan syok
perdarahan
b. Koloid sintetik: derivat gelatin (lebih tinggi risiko alerginya), dextran dan HES (hidroksi
etil starch), digunakan untuk meningkatkan vol plasma dan memperbaiki fungsi
kardiovaskular dan transport oksigen
syok hipovolemik (volum berkurang) karena perdarahan, menurut advanced trauma life
support:
klasifikasi:
Kelas I : Penemuan Klinis: kehilangan volume darah < 15 % EBV Takikardi minimal, nadi <
100 kali/menit, Pengelolaan: Tidak perlu penggantian volume cairan secara IV
Kelas II : Penemuan Klinis: kehilangan volume darah 15 – 30 % EBV Takikardi (>120
kali/menit), takipnea (30-40 kali/menit), penurunan pulse pressure, penurunan produksi urin (20-
30 cc/jam), Pengelolaan:Penggantian volume darah yg hilang dengan cairan kristaloid NaCl
0,9% atau RL sejumlah 3 kali volume darah yang hilang
Kelas III: Penemuan Klinis: kehilangan volume darah 30 - 40 % EBV (estimation blood volume)
Takikardi (>120 kali/menit), takipnea (30-40 kali/menit), perubahan status (confused),
penurunan produksi urin, Pengelolaan: Penggantian volume darah yg hilang dgn cairan
kristaloid (NaCl 0,9% RL) & darah (5-15 cc/jam)
Kelas IV: Penemuan Klinis: kehilangan volume darah > 40 % EBV Takikardi (>140 kali/menit),
takipnea (35 kali/menit), perubahan status mental (confused dan lethargic),
Bila kehilangan volume darah > 50 % pasien tidak sadar, tekanan sistolik = diastolik, produksi
urin minimal/tidak keluar, Pengelolaan: Penggantian volume darah yang hilang dengan cairan
kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) & darah (5-15 cc/jam)
Koloid selain darah dipake pada pasien sepsis, pasca operasi (dextran).
Diagnosis : perubahan pada perfusi ekstremitas (dingin, basah, pucat), takikardi, pada keadaan
lanjut : takipnea, penurunan tekanan darah, penurunan produksi urin, pucat, lemah dan apatis
Tindakan : pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan diberikan infus cairan
kristaloid (Ringer Laktat/Ringer Asetat/NaCl 0,9 %) dengan jumlah cairan melebihi cairan yang
hilang.
Catatan : untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV selain diberikan infus kristaloid sebaiknya
disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dihentikan
TERAPI OKSIGEN
Tujuan: untuk memberi tambahan oksigen ke pasien agar kebutuhan oksigen terpenuhi
Indikasi:
- Sumbatan jalan nafas
- Henti nafas
- Henti jantung
- Nyeri dada/angina pectoris
- Trauma toraks
- Tenggelam
- Hipoventilasi (resp < 10 kali/menit)
- Distress nafas
- Hipertermia
- Syok
- Stroke (serebro vaskular attack)
- Keracunan gas
- Pasien tidak sadar
Peralatan:
- O2 medis (oksigen tabung)
- Flowmeter/regulator
- Humidifier: diisi NaCl
- Nasal kanul
- Face mask
- Partial rebreather mask
- Non rebreather face mask (NRFM)
- Venture mask
- Bag valve mask (ambu bag: resusitator)
Konsentrasi O2:
tergantung dari jenis alat dan flow rate (liter per menit) yang diberikan. Kondisi pasien
menentukan keperluan alat dan konsentrasi oksigen yg diperlukan (saturasi oksigen)
Antidot
1. Toxin : kerja langsung pada toxin
2. Reseptor/enzim: inhibitor kompetitif dengan enzim yg diikat oleh toxin
3. Metabolit toksik: menurunkan metabolit yg toksik
4. Efek membahayakan: counteract efek yg membahayakan
STUDI KASUS
Tn. GDH, Laki-laki, 38 tahun.
Tgl 13 Januari 20xx jam 19.21
Pasien diantar oleh temannya tidak serumah ke IGD RS :
Pasien ditemukan tidak sadar di rumahnya ada muntahan, sebelumnya pk 17.00 pasien mengirim
pesan ke temannya, hasil ketikan mengaco, di mobil pasien muntah sekali lagi, keluhan
sebelumnya nyeri kepala tidak diketahui
Riwayat penyakit dahulu tidak diketahui
Dugaan sementara: stroke
19.32 dokter jaga IGD memeriksa pasien :
Kepala : Abnormal: pupil isokor 2 mm RC +/+
Leher : Normal
Dada/ Punggung : Abnormal : rh -/- wh -/-
Perut : Normal
Panggul/Pelvis : Normal
Ekstremitas : Abnormal : Kesan lateralisasi kanan (cenderung kelemahan yg kanan)
Mulut : Normal
Kulit : Normal
Neurologis : Normal
Diagnosis masuk :
Stroke Suspek PIS (pendarahan intraserebral) dd/Infark Hipertensi Emergensi (220/140)
Cerebrovascular Diseases
Rencana rawat inap : DPJP dokter spesialis saraf
Pada pasien stroke, tekanan darah tinggi tidak boleh dinormalkan terlalu cepat takutnya pasien
malah tidak tertolong
19.35:
Periksa EKG, cek lab rutin IGD, CT scan kepala, pasang NGT
Manitol 200 cc
Amlodipin 10 mg
Infus NS 20 gtt/menit (tetes/menit)
21.46:
Memberikan Nicardipin HCl drip mulai 0,3mcq/kgBB/menit, BB 80 kg Nicardipin HCl 10 mg +
NaCl 0,9 % 40 cc -->7,2 cc/jam
dan memberikan Omeprazole 40 mg IV
22.24
TD ulang 220/130 mmHg, HR 110 x/menit, SPO2 100%, RR 22 x/menit Nicardipin HCl drip
naik 0,5mcq/kgBB/menit-->12 cc/jam
22.42
TD ulang 220/130 mmHg, HR 114 x/menit, SPO2 100%, RR 36 x/menit Nicardipin HCl drip
naik 0,6mcq/kgBB/menit -->14,4 cc/jam
23.00
TD ulang 230/110 mmHg, HR 86 x/menit, SPO2 100%, RR 36 x/menit Nicardipin HCl drip naik
0,7mcq/kgBB/menit -->16,8 cc/jam Membuang urine 700 cc
23.15
TD ulang 280/160 mmHg
Nicardipin HCl drip naik 0,9mcq/kgBB/menit -->21,6 cc/jam Cek pupil, reaksi cahaya negatif
-->Lapor dokter
23.30
Pasien kejang, apneu, RJP 1 siklus, Adrenalin masuk 1 amp IV
Pasien diintubasi dengan ETT No 7, batas bibir 21 cm oleh dokter jaga IGD
00.02
TD 200/130 mmHg, HR 156 x/menit, SPO2 100%, RR 22 x/menit, suhu 39,2 Advise dokter jaga
IGD :
- Paracetamol infus 1 gr IV
- Nicardipin HCl 1 mcq/kg BB/menit --> 24 cc/jam
00.10
Menelfon DPJP dokter spesialis saraf, lapor pasien sudah terintubasi, TD 200/130 mmHg,
Nicardipin HCl 1 mcq/kgBB/menit, lapor hasil lab, dan pasien belum CT scan kepala , advis dr
SpS :
- target TD 150 mmHg
- Nicardipin HCl naik bertahap
00.22
TD ulang 220/130 mmHg
Nicardipin HCl drip naik 1,2 mcq/kgBB/menit --> 28,8 cc/jam
00.55
Amiodaron (diberikann karena HR tinggi di jam sebelumnya) drip habis , observasi HR 137
x/menit, SPO2 100%, RR 12x/menit, TD 120/90 mmHg, Nicardipin HCl habis, ganti Nicardipin
HCl ke 2 -> Nicardipin HCl 10 mg+NaCl 0,9% 40 cc-> Nicardipin HCl turun 1 mcq/kgBB/mnt
01.01
TD 120/100 mmHg
Nicardipin HCl turun 0,8 mcq/kgBB/menit
01.21
TD ulang 160/100 mmHg, HR 143 x/menit, SPO2 100%, RR 12x/menit
02.25
Pasien kembali dari CT scan
Mengobservasi HR 146x/menit (masih takikardia), SPO2 98%, RR 12 x/menit, TD 153/100
mmHg
03.00
Menelfon DPJP lapor CT scan kepala, advise - Manitol 4x150 cc
- Sitikolin 2x250 mg IV
- Konsul dokter spesialis bedah saraf
Menerima WA DPJP advise
- Nimodipine drip 5 cc/jam
- Fenitoin 3x100 mg IV
- Paracetamol infus 3x1 gr IV
- Esomeprazole 1x1 vial IV
Menelfon DPJP konfirmasi TD 150/100 mmHg, - Nicardipin HCl 0,8 mcq/kgBB/menit,
- advise Nimodipin tetap diberikan,
03.15
Memberikan Sitikolin 250 mg IV, Fenitoin 100 mg IV Memberikan Nimodipin 5 cc/jam
- Nicardipin HCl habis, ganti Nicardipin HCl ke 3 --> Nicardipin HCl 10 mg+NaCl 0,9% 40 cc
TAMBAHAN
ACLS (Advanced Cardiac Life Support)
Cardiac arrest: sering terjadi karena aritmia
Ada beberapa tipe cardiac arrest:
a) Shockable rhytm
Pulseless ventricular tachycardia
Ventricular fibrillation
b) Non Shockable rhythm
Asystole or severe bradychardia
Pulseless ventricular activity
1. Intro
Peracikan produk non steril dapat diartikan sebagai proses menggabungkan, menyampurkan,
mengencerkan, menyatukan, dan/atau menyusun bahan selain yang dicantumkan pada label
manufaktur, atau mengubah senyawa obat / ruahan obat untuk membuat sediaan non steril.
Kebersihan tangan: cuci tangan hingga siku minimal 30 detik dg sabun, pastikan benar2
kering sebelum memakai sarung tangan, pastikan sarung tangan dalam keadaan baik
Penerimaan Komponen
COA komponen selain produk yang diproduksi secara konvensional harus ditinjau
dan dipastikan telah memenuhi kriteria penerimaan dalam monografi USP-NF, jika
ada.
Informasi tanggal penerimaan, jumlah yang diterima, nama pemasok, nomor lot,
tanggal kadaluarsa, dan hasil dari pengujian internal atau pihak ketiga yang
dilakukan harus didokumentasikan.
Komponen yang tidak memiliki tanggal kadaluarsa vendor harus ditandai dengan
jelas tanggal penerimaannya (tidak boleh digunakan setelah 3 tahun)
Tanggal kadaluarsa lebih pendek jika komponen yang sama digunakan dalam
peracikan
steril atau bahan diketahui rentan degradasi.
Pada setiap penggunaan, lot harus diperiksa untuk bukti kerusakan.
Komponen yang sudah dikeluarkan dari wadah asli harus dibuang dan tidak
dikembalikan untuk meminimalkan risiko kontaminasi.
Komponen yang tidak sesuai kriteria penerimaan harus segera ditolak, diberi label
jelas, dan dipisahkan dari stok aktif sebelum pembuangan. Komponen lain dari
vendor harus diperiksa untuk menentukan apakah memiliki cacat yang sama.
Evaluasi Komponen Sebelum Digunakan
Sebelum digunakan, personel peracikan harus memeriksa kembali semua komponen
secara visual untuk mendeteksi pecah wadah, kelonggaran tutup, atau tekstur isi
Personel peracikan harus memastikan identitasnya benar berdasarkan label dan telah
disimpan dalam kondisi yang dipersyaratkan
Jika identitas, kekuatan, kemurnian, dan kualitas komponen tidak bisa dikonfirmasi
(contoh : wadah dengan label yang rusak atau tidak lengkap), maka harus segera
ditolak dan dibuang, atau dilabeli sebagai ditolak dan dipisahkan sebelum dibuang.
Penanganan Komponen
Semua komponen harus ditangani sesuai dengan instruksi pabrik atau hukum dan
peraturan yang berlaku.
Harus meminimalkan risiko kontaminasi, campur aduk, dan kemunduran (contoh :
kehilangan identitas, kekuatan, kemurnian, dan kualitas)
Tumpahan dan Pembuangan Komponen
Harus ada informasi bahaya dan pembuangan bahan kimia (contoh : SDS), diperbarui
setiap 12 bulan
Informasi bahaya dan pembuangan bahan kimia (contoh : SDS), accessable
Harus memiliki SOP untuk pengelolaan tumpahan dan pembuangan komponen yang
tidak berbahaya. Jika perlu didokumentasikan dan diambil tindakan korektif
Harus memiliki kit tumpahan yang mudah diakses di area peracikan. Ditempel ke
kemasan.
Personel harus menerima pelatihan dalam pengelolaan tumpahan bahan kimia yang
digunakan dan disimpan di fasilitas peracikan.
Pelatihan penyegaran harus dilakukan setiap 12 bulan dan didokumentasikan
Limbah harus dibuang sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku
11. QA dan QC
QA: sistem prosedur, aktivitas, dan pengawasan yg menjamin proses peracikan scr konsisten
memenuhi standar kualitas
QC: sampling, pengujian, dan dokumentasi yg dilakukan scr bersamaan, sehingga dapat
menjamin CNSP memenuhi spesifikasi sebelum rilis
QA dan QC secara resmi dan tertulis menetapkan sistem:
- Kepatuhan terhadap prosedur
- Pencegahan dan deteksi kesalahan serta masalah mutu lainnya
- Eval keluhan dan adverse events
- Investigasi yang tepat berlaku dan tindakan korektif
SOP: harus mendeskripsikan peran, tugas, dan pelatihan personel yg mencakup setiap aspek
QA
PJ: telah menjalani pelatihan, berpengalaman, berTJ, dan berwenang melakukan tugas
Waktu peninjauan: min 12 bulan sekali
Hasil peninjauan: didokumentasikan dan dibuat CAPA jika butuh
● Catatan juga berisi penyelidikan dan tindakan lanjutan. Catatan keluhan harus dapat
dengan mudah diambil kembali dan dievaluasi serta disimpan sesuai aturan pencatatan pada
“15. Dokumentasi”
● CNSP yang ditarik kembali akibat keluhan harus dikarantina hingga produk tersebut
dihancurkan setelah penyelidikan selesai dan sesuai dengan hukum dan regulasi dari
yurisdiksi peraturan yang berlaku
Proses dokumentasi harus sesuai dengan hukum dan regulasi yang berlaku. Catatan harus
terbaca, mudah diakses, dan disimpan dengan baik agar tidak hilang/rusak.
Uji sterilitas nanti kan juga bs mendeteksi apakah ada pertumbuhan bakteri pada sediaan steril yg
disterilisasi menggunakan autoklaf di atas
Filtrasi: kenapa pakai Brevundimonas diminuta? Dia adalah bakteri yg paling kecil, dengan
ukuran yg seragam, sehingga bisa dijadikan sbg indikator sterilisasi filtrasi,
Bakteri untuk panas kering (insert name) dipilih karena dia bisa tahan di suhu panas kering
1. Intro
CSP: proses menggabungkan, mencampurkan, mengencerkan, menyatukan, menyusun kembali,
mengemas kembali atau mengubah obat atau senyawa obat ruahan untuk dibentuk menjadi obat
steril
Tujuan: meminimalisir bahaya yg berasal dari:
1. Kontaminasi Mikroba
2. Endotoksin bakteri yang berlebih
3. Variabilitas dari bahan
4. Inkompatibilitas kimia dan fisik
5. Kontaminan fisik dan kimia, dan/atau
6. Penggunaan bahan dengan kualitas yang tidak tepat
Pharmaceutical Calculation
13th meeting, October 21 2021 –
Volume serbuk
Untuk melihat referensi BJ serbuk:
Mock index
The pharmaceutical codex
ENDOTOKSIN
Morfin sulfat injeksi bebas pengawet (10 mg/mL) dilarutkan dalam injeksi NaCl 0.9%, 2 mL/jam.
Note
Batas atas endotoksin unit (USP)
Injeksi morfin sulfat intratekal : 14.29 EU/mg
Injeksi yang mengandung 0.5-0.9% NaCl. : 0.5 EU/mL
Beban endotoksin dari 5.27 EU/jam tidak melebihi batas yang diperbolehkan untuk pasien
tersebut.
Note
Beban endotoksin maksimum pada administrasi intratekal adalah 0.2 EU/kg/jam.
TONISITAS
1. Metode ekivalensi NaCl
2. Metode penurunan titik beku
STABILITAS
1. Perhitungan laju order 0
2. Perhitungan laju order 1
3. Perhitungan stabilitas berdasarkan teori arrhenius
4.
5.
6.
Komentar bu Jessie:
1. Iter pada resep?
2. Ranitidin mudah teroksidasi makanya disalut
3.