Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

A N A S T E S I PA DA P E D I AT R I C

O l e h :
E l d a s i l v i a n n i s a 2 1 3 6 0 2 8 6

P e m b i m b i n g :
d r. Wi r a w a n a n g g o ro t o m o . , S p . A n

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG 2022
Identitas Pasien
Nama : An. Azzam
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kemiling
Pekerjaan :-
Diagnosa : Hernia Repair
Anamnesa
keluhan Utama :
• Terdapat benjolan di dekat lipat paha kiri, terkadang nyeri

keluhan tambahan : tidak ada


riwayat op sebelumnya : tidak ada
riwayat alergi obat dan makanan ; disangkal
riwayat penyakit : tidak ada
berat badan : 20 kg
tinggi badan : -
pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15

Tanda-tanda Vital:
Tekanan Darah : - mmHg
Frekuensi Nadi : 88 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 C

Pemeriksaan fisik:
• Inspeksi : terdapat benjolan didekat lipat paha kiri
• palpasi : ukuran benjolan +-3cm, teraba keras
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Normal
hemoglobin 12,1 Lk 14-18
leukosit 9.700 4.500-10.700
leukosit batang 1 2-6
leukosit segmen 58 50-70
leukosit limfosit 33 20-43
leukosit monosit 8 2-8
eritrosit 3,9 Lk 4,6-6,2
hematrokit 33 Lk 50-54
trombosit 282.000 159.000-400.000
MCV 84 80-96
MCH 31 27-31
MCHC 37 32-36
CT/BT 13/3 9-15/1-7
ALC 3.201
NLR 1,7
SARS-Cov-2 antigen non reaktif non reaktif
HBsAg Negatif negatif
GDS 81 <200
Urea 14 10-50
Kreatinin 0,5 Lk 0,6-1,1
TERAPI ANESTESI
STATUS FISIK (ASA) 
PRE-OPERASI
Persiapan pre-operasi:
ASA 1  Informed consent terhadap pasien dan keluarga mengenai tindakan
operasi dan anestesi 
DIAGNOSA KERJA  Maintenance cairan tubuh
 Menyiapkan alat-alat
Terdapat benjolan di dekat lipat paha kiri,

RENCANA TINDAKAN BEDAH Kriterika LEMON 


• Look : Gigi palsu (-) gigi ompong (-)
Pro hernia repair
  bentuk rahang (DBN)
RENCANA TEKNIK ANESTESI • Evaluate : DBN 3-3-2
General Anestesi • Mallampaty : Class 1
• Obstruksi : Stridor (-), benda asing (-)
• Neck morbility : DBN
INTRA-OPERASI

Posisi selama operasi : supine Maintenance :


  • Monitor tanda tanda vital setelah induksi obat
Tatalaksana jalan nafas : oral Td :-
  Spo2 : 98%
Monitoring tanda tanda vital sebelum induksi HR : 88x/menit
obat : RR : 20x/menit
• TD : - • Diberikan O2 3 liter/menit
• Spo2 : 98 % • Infus RL 1000 cc
• HR : 80x/menit • Diberikan obat :
• RR : 20x/menit - Granisetron 1 ml
  - Ketorolac 1 ml
Induksi anestesi: - tramadol 1 ml
Propofol 100mg
etanyl 50mg
POST-OPERASI

Pasien dipindahkan ke recovery room :


• Diberikan O2 3L/menit
• Observasi TTV 30 menit
• Menghitung score Steward score
• Perintah di ruangan:
- Awasi tensi, nadi, pernafasan tiap 5 menit
- Infus RL 20 tpm
TINJAUAN PUSTAKA

Anestesia pediatrik merupakan anestesi pada pasien anak-anak yang dapat dibagi
menjadi 4 kelompok umur yaitu neonatus (umur 1-28 hari), bayi (sampai 1tahun), anak pra
sekolah (2-5 tahun), dan anak usia sekolah (6-14 ahun).
Anestesi pada pasien pediatrik memerlukan perhatian dan kebutuhan khusus dimana
anak-anak bukan merupakan miniatur dari orang dewasa namun merupakan kelompok
individu yang mempunyai anatomi, fisiologi, psikologi dan biokimia yang berbeda dari orang
dewasa. Kebutuhan dan karakteristik juga berbeda pada masing-masing kelompok umur
pasien pediatrik. Ditambah lagi pasien pediatrik mempunyai risiko morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi daripada orang dewasa.
TINJAUAN PUSTAKA

Puasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia. Lama puasa yang dianjurkan
adalah stop susu 4 jam dan pemberian air gula 2 jam sebelum anestesi untuk umur < 6
bulan. Stop susu 6 jam dan pemberian air gula 3 jam sebelum anestesi untuk umur 6-36
bulan. Untuk >36 bulan dengan cara stop susu 8 jam dan pemberian air gula 3 jam sebelum
anestesi. Untuk anak yang sudah lebih besar, puasa seperti orang dewasa
yaitu 6-8 jam.
TINJAUAN PUSTAKA

Premedikasi

1. Sulfas Atropine
Hampir selalu diberikan terutama pada penggunaan Halotan, Enfluran, Isofluran, suksinil
cholin atau eter. Dosis atropine 0,02 mg/kg, minimal 0,1 mg dan maksimal 0,5 mg. lebih
digemari secara intravena dengan pengenceran. Hati-hati pada bayi demam, takikardi, dan
keadaan umumnya jelek.
TINJAUAN PUSTAKA

2. Penenang
Tidak dianjurkan pada neonatus dan bayi, karena susunan saraf pusat belum berkembang,
mudah terjadi depresi. Untuk anak prasekolah dan usia sekolah yang tidak bisa tenang dan
cemas, pemberian penenang dapat dilakukan dengan pemberian midazolam. Dosis yang
dianjurkan adalah 0,5mg/kgBB. Efek sedasi dan hilangnya cemas dapat timbul 10 menit
setelah pemberian.
TINJAUAN PUSTAKA

Induksi pada Pasien Pediatrik

Cara induksi pada pasien pediatrik tergantung pada umur, status fisik, dan tipe operasi
yang akan dilakukan. Ahli anestesi tentu memiliki cara dan taktik tersendiri dalam
menginduksi pasien pediatrik dan harus memiliki informasi yang adekuat dari pasien yang akan
diinduksi, minimal umur dan berat badan pasien, jenis pembedahan, apakah emergensi atau
elektif, status fisik dan mental (kooperatif/tidak) pasien.
Induksi anestesia pada bayi dan anak sebaiknya ada yang membantu. Induksi diusahakan
agar berjalan mulus dengan trauma yang sekecil mungkin. Induksi dapat dikerjakan secara
inhalasi atau seintravena
TINJAUAN PUSTAKA

1. Induksi inhalasi.
Dikerjakan pada bayi dan anak yang sulit dicari venanya atau pada yang takut disuntik.
Diberikan halotan dengan oksigen atau campuran N2O dalam oksigen 50%. Konsentrasi
halotan mula-mula rendah 0,5 vol% kemudian dinaikkan setiap beberapa kali bernafas 0,5 vol
% sampai tidur. Sungkup muka mula-mula jaraknya beberapa sentimeter dari mulut dan
hidung, kalau sudah tidur barn dirapatkan ke muka penderita.
TINJAUAN PUSTAKA

2. Induksi intravena.

Dikerjakan pada anak yang tidak takut pada suntikan atau pada mereka yang sudah
terpasang infus. Induksi dapat dilakukan dengan menggunakan propofol 2-3 mg/kg diikuti
dengan pemberian pelumpuh otot non depolarizing seperti atrakurium 0,3 -0,6 mg/kg.
Seringkali pada praktik pediatri, intubasi bisa dilakukan dengan kombinasi propofol,
lidokain, dan opiate dengan atau tanpa agen inhalasi sehingga tidak diperlukan pelumpuh otot.
Pelumpuh otot juga tidak diperlukan saat pemasangan LMA.
TINJAUAN PUSTAKA

2. Induksi intravena.

Dikerjakan pada anak yang tidak takut pada suntikan atau pada mereka yang sudah
terpasang infus. Induksi dapat dilakukan dengan menggunakan propofol 2-3 mg/kg diikuti
dengan pemberian pelumpuh otot non depolarizing seperti atrakurium 0,3 -0,6 mg/kg.
Seringkali pada praktik pediatri, intubasi bisa dilakukan dengan kombinasi propofol,
lidokain, dan opiate dengan atau tanpa agen inhalasi sehingga tidak diperlukan pelumpuh otot.
Pelumpuh otot juga tidak diperlukan saat pemasangan LMA.
TINJAUAN PUSTAKA

Pemeliharaan Anestesi pada Pasien Pediatrik

Anestesia neonatus sangat dianjurkan dengan intubasi dan nafas kendali. Penggunaan sungkup
muka dengan nafas spontan pada bayi hanya untuk tindakan ringan yang tidak lama. Gas
anestetika yang umum digunakan adalah N2O dicampur dengan 02 perbandingan 50:50 untuk
neonatus, 60:40 untuk bayi,dan 70:30 untuk anak-anak. Walapun N2O mempunyai sifat
analgesia kuat, tetapi sifat anestetikanya sangat lemah. Karena itu sering dicampur dengan
halotan, enfluran atau isofluran.
TINJAUAN PUSTAKA

Pengakhiran Anestesi pada Pasien Pediatrik

Setelah pembedahan selesai, obat anestetika dihentikan pemberiannya. Berikan oksigen


murni 5-15 menit. Bersihkan rongga hidung dan mulut dari lendir kalau perlu. Jika
menggunakan pelumpuh otot, dapat dinetralkan dengan prostigmin (0,04 mg/kg) atau
neostigmine (0,05 mg/kg) dan atropin (0,02 mg/kg).
TINJAUAN PUSTAKA

Pasca Anestesi pada Pasien Pediatrik


Setelah selesai anestesia dan keadaan umum baik, penderita dipindahkan ke ruang pulih.
Disini diawasi seperti di kamar bedah, walaupun kurang intensif dibandingkan dengan
pengawasan sebelumnya. Hal yang perlu diawasi adalah kesadaran, pernafasan yang spontan
dan adekuat serta bebas dari pengaruh efek sisa obat pelumpuh otot, denyut nadi dan
tekanan darah, warna kulit, dan suhu tubuh. Pasien dapat dipindahkan ke ruangan jika skor
Aldretenya mencapai 10 dan tidak ada penyulit.
KESIMPULAN

Anestesia pediatrik merupakan anestesi pada pasien anak-anak yang dapat dibagi menjadi
4 kelompok umur yaitu neonatus (umur 1-28 hari), bayi (sampai 1tahun), anak pra sekolah (2-5
tahun), dan anak usia sekolah (6-14 tahun). Anestesidan reanimasi pada pediatrik dibuat
untuk memenuhi kebutuhan kelompok pediatrik sendiri dimana berbeda dari segi anatomi,
fisiologi, psikologis, dan biokimia dengan orang dewasa . Hal-hal ini membuat tatalaksana
anestesi dan reanimasi pada pasien pediatrik cukup berbeda dari orang dewasa, dimulai dari
evaluasi dan persiapan pra anestesi, induksi, pemeliharaan, pemulihan, hingga perawatan
pasca anestesi dan reanimasi.

Anda mungkin juga menyukai