Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan Praktek
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mampu melakukan pelayanan farmasi
klinik di rumah sakit dan asuhan kefarmasian di rumah sakit.
I.3 Manfaat
Mahasiswa mampu menganalisa kerasionalan terapi pada pasien asma
BAB II
TINJAUAN TEORI

II.1 Patofisiologi Penyakit


Penyakit asma merupakan proses inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas yang akan
mempermudah terjadinya obstruksi jalan napas. Kerusakan epitel saluran napas, gangguan
saraf otonom, dan adanya perubahan pada otot polos bronkus juga diduga berperan pada
proses hipereaktivitas saluran napas. Peningkatan reaktivitas saluran nafas terjadi karena
adanya inflamasi kronik yang khas dan melibatkan dinding saluran nafas, sehingga aliran
udara menjadi sangat terbatas tetapi dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan.
Hipereaktivitas tersebut terjadi sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang.
Dikenal dua jalur untuk bisa mencapai keadaan tersebut. Jalur imunologis yang terutama
didominasi oleh IgE dan jalur saraf otonom. Pada jalur yang didominasi oleh IgE, masuknya
alergen ke dalam tubuh akan diolah oleh APC (Antigen Presenting Cells), kemudian hasil
olahan alergen akan dikomunikasikan kepada sel Th ( T penolong ) terutama Th2 . Sel T
penolong inilah yang akan memberikan intruksi melalui interleukin atau sitokin agar sel-sel
plasma membentuk IgE, sel-sel radang lain seperti mastosit, makrofag, sel epitel, eosinofil,
neutrofil, trombosit serta limfosit untuk mengeluarkan mediator inflamasi seperti histamin,
prostaglandin (PG), leukotrien (LT), platelet activating factor (PAF), bradikinin, tromboksin
(TX), dan lain-lain. Sel-sel ini bekerja dengan mempengaruhi organ sasaran yang dapat
menginduksi kontraksi otot polos saluran pernapasan sehingga menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding vaskular, edema saluran napas, infiltrasi sel-sel radang, hipersekresi
mukus, keluarnya plasma protein melalui mikrovaskuler bronkus dan fibrosis sub epitel
sehingga menimbulkan hipereaktivitas saluran napas. Faktor lainnya yang dapat menginduksi
pelepasan mediator adalah obat-obatan, latihan, udara dingin, dan stress.
II.2 Gejala Klinis
Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan/atau tanpa
pengobatan. Gejala awal berupa :
a. Batuk terutama pada malam atau dini hari
b. Sesak napas
c. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan napasnya
d. Rasa berat di dada
e. Dahak sulit keluar.
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa, gejala
yang berat adalah:
a. Serangan batuk yang hebat
b. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
c. Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
d. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
e. Kesadaran menurun
II.3 Diagnosa Asma
a. Asma Kronik
b. M
II.4 Terapi Non Farmakologi
1. Edukasi pasien
Edukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi mitra dokter dalam penatalaksanaan
asma. Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk :
a. meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola
penyakit asma sendiri) meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam
penanganan asma sendiri/asma mandiri)
b. meningkatkan kepuasan - meningkatkan rasa percaya diri
c. meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri
d. membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol
asma.
Bentuk pemberian edukasi
a. Komunikasi/nasehat saat berobat
b. Ceramah
c. Latihan/training
d. Supervisi - Diskusi
e. Tukar menukar informasi (sharing of information group)
f. Film/video presentasi
g. Leaflet, brosur, buku bacaan

Komunikasi yang baik adalah kunci kepatuhan pasien, upaya meningkatkan


kepatuhan pasien dilakukan dengan :
a. Edukasi dan mendapatkan persetujuan pasien untuk setiap
tindakan/penanganan yang akan dilakukan. Jelaskan sepenuhnya kegiatan
tersebut dan manfaat yang dapat dirasakan pasien
b. Tindak lanjut (follow-up). Setiap kunjungan, menilai ulang penanganan yang
diberikan dan bagaimana pasien melakukannya. Bila mungkin kaitkan dengan
perbaikan yang dialami pasien (gejala dan faal paru).
c. Menetapkan rencana pengobatan bersama-sama dengan pasien.
d. Membantu pasien/keluarga dalam menggunakan obat asma.
e. Identifikasi dan atasi hambatan yang terjadi atau yang dirasakan pasien,
sehingga pasien merasakan manfaat penatalaksanaan asma secara konkret.
f. Menanyakan kembali tentang rencana penganan yang disetujui bersama dan
yang akan dilakukan, pada setiap kunjungan.
g. Mengajak keterlibatan keluarga.
h. Pertimbangkan pengaruh agama, kepercayaan, budaya dan status
sosioekonomi yang dapat berefek terhadap penanganan asma
2. Pengukuran peak flow meter
Perlu dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat. Pengukuran Arus
Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter ini dianjurkan pada :
a. Penanganan serangan akut di gawat darurat, klinik, praktek dokter dan oleh
pasien di rumah.
b. Pemantauan berkala di rawat jalan, klinik dan praktek dokter.
c. Pemantauan sehari-hari di rumah, idealnya dilakukan pada asma persisten
usia di atas > 5 tahun, terutama bagi pasien setelah perawatan di rumah sakit,
pasien yang sulit/tidak mengenal perburukan melalui gejala padahal berisiko
tinggi untuk mendapat serangan yang mengancam jiwa. Pada asma mandiri
pengukuran APE dapat digunakan untuk membantu pengobatan seperti : ƒ
Mengetahui apa yang membuat asma memburuk ƒ Memutuskan apa yang
akan dilakukan bila rencana pengobatan berjalan baik ƒ Memutuskan apa
yang akan dilakukan jika dibutuhkan penambahan atau penghentian obat ƒ
Memutuskan kapan pasien meminta bantuan medis/dokter/IGD 3. Identifikasi
dan mengendalikan faktor pencetus
d. Pemberian oksigen
e. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak
f. Kontrol secara teratur
g. Pola hidup sehat dapat dilakukan dengan : ƒ Penghentian merokok,
menghindari kegemukan ƒ kegiatan fisik misalnya senam asma
II.5 Terapi Farmakologi
a. B
b. M
c. kortikosteroid
Mekanisme Kerja Obat-obat ini merupakan steroid adrenokortikal steroid
sintetik dengan cara kerja dan efek yang sama dengan glukokortikoid.
Glukokortikoid dapat menurunkan jumlah dan aktivitas dari sel yang terinflamasi
dan meningkatkan efek obat beta adrenergik dengan memproduksi AMP siklik,
inhibisi mekanisme bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara
langsung. Penggunaan inhaler akan menghasilkan efek lokal steroid secara efektif
dengan efek sistemik minimal.
Indikasi: Terapi pemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang
memerlukan kortikosteoid sistemik, pasien yang mendapatkan keuntungan dari
penggunaan dosis sistemik, terapi pemeliharaan asma dan terapi profilaksis pada
anak usia 12 bulan sampai 8 tahun. Obat ini tidak diindikasikan untuk pasien
asma yang dapat diterapi dengan bronkodilator dan obat non steroid lain, pasien
yang kadang-kadang menggunakan kortikosteroid sistemik atau terapi bronkhitis
non asma.
Contoh :
Nama obat Bentuk sediaan
Dexametasone Tablet
Metil prednisolon Tablet
Prednisone Tablet
Triamsinolon Aerosol Oral
Beklometason Aerosol Oral

d. Methyl Xantines
Mekanisme Kerja metilxantin (teofilin, garamnya yang mudah larut dan
turunannya) akan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh
darah pulmonal, merangsang SSP, menginduksi diuresis, meningkatkan sekresi
asam lambung, menurunkan tekanan sfinkter esofageal bawah dan menghambat
kontraksi uterus. Teofilin juga merupakan stimulan pusat pernafasan. Aminofilin
mempunyai efek kuat pada kontraktilitas diafragma pada orang sehat dan
dengan demikian mampu menurunkan kelelahan serta memperbaiki kontraktilitas
pada pasien dengan penyakit obstruksi saluran pernapasan kronik.
Indikasi untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dan
bronkospasma reversibel yang berkaitan dengan bronkhitis kronik dan emfisema.

e.
BAB III
PROSEDUR DAN HASIL PENGAMATAN

III.1 Data Base Pasien


No Data Base

1 Identitas paien
a. Nama : Sudarsono
b. Usia : 61 tahun
c. Tinggi dan berat : -
badan
d. Jenis kelamin : Laki-laki
e. Alamat : Lapandan

2 Keluhan pasien : a. Sesak


b. Batuk
c. Nyeri dada
d. Sakit kepala
e. Perut kembung
f. Sulit tidur

3 Riwayat penyakit terdahulu : Sesak nafas

4 Riwayat penyakit sekarang : Asma bronkial

5 Diagnosa dokter : Asma bronchial

6 Data lab
a. Darah : -
(Hb,Leukosit,Tromb
osit)
b. Albumin (g/dL) : -
c. SGOT/SGPT : -
d. Na/K/Cl :
-

7 Riwayat alergi : -

III.2 Data Subyektif


Hari,tanggal/Jam Data subjektif

Senin ,7-11-2017
18.40 PM : Klien mengeluh batuk dan sesak
Selasa,8-11-2017
O6.00 AM : Klien mengeluh batuk dan sesak

Rabu,09-11-2017
09.45 AM : Klien mengeluh sesak, sukar tidur, dan
10.00AM : kembung
Klien mengeluh sesak, sukar tidur, dan nyeri
epigastrium

Kamis,10-11-2017
08.30 AM : Sesak ↓, perut kembung (+)
09.15 AM : Klien menyatakan sesak berkurang

Jumat, 11-11-2017
09.00 AM : Sesak (+), batuk (+), dan perut kembung (+)
09.15 AM : Klien menyatakan masih sesak dan batuk.
Sabtu,12-11-2017 : a. Klien menyatakan masih sesak dan
batuk
b. Klien mengeluh perut kembung
11.00 AM : c. Klien mengeluh sakit
Perut kembung dan sesak
Minggu,13-11-2017
09.00 AM : Klien menyatakan sesak sudah berkurang
10.35 AM : Sesak ↓↓

III.3 Data Obyektif


Objektif

1 Riwayat penyakit terdahulu : Sesak nafas

2 Diagnose klinis Asma Bronkial

3 Data laboratorium -

4 Tanda-tanda vital pasien


a. Senin,7-11-2017
18.36 PM : RR(x/menit) = 36x/ menit
TD(mmHg) = 180/110 mmHg
Nadi(x/menit) = 43x/ menit
Suhu(oC) = 36oC

19.15 PM : TD(mmHg) = 180/100 mmHg


Nadi(x/menit) = 92x/ menit
Suhu(oC) = 37oC

b. Selasa,08-11-2017 : TD(mmHg) = 120/90 mmHg

c. Rabu,09-11-2017 : RR(x/menit) = 28x/menit


TD(mmHg) = 110/80 mmHg

d. Kamis, 10-11-2017 : TD(mmHg) = 120/80 mmHg

e. Jumat, 11-11-2017 : RR(x/menit) = 20x/ menit


TD(mmHg) = 120/70 mmHg
Nadi(x/menit) = 80x/ menit
Suhu(oC) = 30oC

f. Sabtu, 12-11-2017 : RR(x/menit) = 20x/ menit


TD(mmHg) = 130/60 mmHg
Nadi(x/menit) = 80x/ menit
Suhu(oC) = 36oC

g. Minggu, 13-11-2017
: TD(mmHg) = 110/80 mmHg

III.4 Data penggunaan Obat

III.5 Monitoring Farmasi (Masalah Terkait Obat)


BAB IV
HASIL EVALUASI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai