4. Talk (Glidan)
II. Prosedur
1. Prosedur pembuatan Kempa Langsung
Bahan-bahan ditimbang sesuai kebutuhan, dan tidak dilakukan
penghalusan bahan karena bahan pembantu memang diharapkan berbentuk
granulasi. CTM, primogel, Avicel pH 102 untuk formula A dan untuk
formula B yaitu CTM, Starch 1500, Avicel pH 102 dicampur sesuai dengan
aturan pencampuran (kecuali Mg Stearat dan Talk), dicampur selama 15
menit hingga homogen. Kemudian, ditambahkan Mg Stearat dan Talk
dicampur selama 2 menit. Kemudian Uji evaluasi dilakukan terhadap masa
kempa, sebagaimana evaluasi yang dilakukan pada granul. Masa kempa
ditabletasi dengan menggunakan punch diameter 6-8 mm sesuai dengan
bobot tablet yang telah ditentukan.
2. Prosedur evaluasi
2.1.Uji kelembaban
Moisture Analytucal Balance disiapkan yang bersih dan kering dan
cawan dalam kondisi baik. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram/ 5
gram, lalu dilakukan pengujian sesuai protap yang ditetapkan oleh
pabrikan. Prosedur yang sama dilakukan untuk masing-masing sampel
yang telah ditimbang.
Penafsiran hasil : Kandungan air yang baik yaitu antara 2-3%.
2.2.Uji sifat alir
Flow Tester disiapkan yang bersih dan kering dengan kondisi corong
dalam keadaan tertutup dengan alas berupa kertas mm block. Stopwatch
disiapkan (untuk menghitung laju alir) dan mistar (untuk menghitung
diameter dan tinggi ruahan serbuk yang terbentuk). Sampel ditimbang
50gram. Pengujian dilakukan dengan membuka tutup corong
bersamaan dengan melakukan perhitungan waktu. Seluruh sampel
dikeluarkan dari alat setelah alat terhentikan. Dan dicatat waktu yang
tertera pada stopwatch (g/detik).
Penafsiran hasil : Serbuk dikatakan memiliki sifat alir yang baik jika
100 gram serbuk yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik. Dan
nilai ɑ = 25-30°, ɑ = 30-38°, ɑ > 38°.
2.3.Uji organoleptis
Sediaan diuji dengan melihat bentuk/rupa menggunakan loop atau
mata telanjang agar permukaan tablet lebih jelas terlihat. Kemudian,
dilihat juga warna dan bau khas dari tablet yang telah dicetak.
2.7.Uji kekerasan
Alat Hardness Tester disiapkan dalam kondisi bersih dan kering. 20
tablet diambil secara acak dan dilakukan pengujian secara protap.
Diamati dan dicatat nilai kekerasan masing-masing tablet. Ditentukan
rata-rata dan standar densitasnya.
Penafsiran hasil : Syarat kekerasan tablet pada umumnya 4-8 kgf,
untuk tablet kunyah dan tablet hipodermik 3 kgf, untuk tablet hisap
7-14 kgf, sedangkan untuk tablet lepas lambat adalah 10-20 kgf.
2.9.Uji disolusi
2 labu disolusi disiapkan yang masing-masing berisi aquadest 500ml,
tunggu sampai suhu 37°C. Satu labu digunakan untuk pengujian (labu
uji), satu lagi untuk penambahan larutan aquadest. 6 tablet CTM
ditimbang dan dimasukan ke dalam labu uji disolusi. Larutan uji
disolusi diambil dengan aquadest sebanyak 5 mL suhu 37°C. Sampel
diambil setiapwaktu 10, 20, 30, dan 45 menit. Pada labu ukur sampel
uji ditambahkan HCl 2 N sebanyak 1ml. Aquadest ditambahkan sampai
10 mL. Sampel disaring dan dimasukan ke dalam vial. Sampel diukur
menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang yang telah
ditentukan. Blangko HCl 0,2 N digunakan ad. 10 ml aquadest.
Absorbansi yang didapat dikali 2 (faktor pengenceran).
Pembahasan
Selanjutnya dilakukan uji sifat alir serbuk (massa kempa), dimana uji ini
memegang peranan penting dalam pembuatan tablet. Uji sifat alir ini ditentukan
melalui dua parameter, yaitu parameter kecepatan alir/laju alir dan sudut baring
(sudut istirahat). Uji kecepatan alir granul bertujuan untuk mengetahui kecepatan
alir massa granul dari hopper ke ruang cetak (die) sehingga ruang cetak terisi
dengan sempurna dan menghasilkan bobot tablet yang seragam. Sifat alir granul
yang akan dikempa sangat penting karena berhubungan dengan keseragaman
pengisian ruang cetak (die) yang akan mempengaruhi keseragaman bobot tablet
dan keseragaman zat aktif (Sulaiman, 2007: 149). Pengukuran dilakukan secara
langsung dengan metode corong menggunakan alat flow tester. Metode corong
merupakan metode pengukuran yang sangat sederhana dan dapat langsung
diketahui, dimana prinsipnya yaitu waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk
mengalir seluruhnya melalui alat. Granul dikatakan mempunyai sifat alir yang
baik jika 100 gram granul yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik (Sulaiman,
2007: 150). Adapun hasil pengujian evaluasi sifat alir dengan metode corong pada
sediaan diperoleh hasil bahwa dari 50 gram serbuk dapat mengalir dalam waktu
4,62 detik untuk formula A dan 30 gram serbuk formula B mengalir dalam waktu
8,45 detik. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa aliran granul formula A
memenuhi syarat, berbeda dengan formula B, yang seharusnya waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan 30 gram serbuk yaitu < 3 detik. Perbedaan tersebut
tidak dapat dipastikan bahwa serbuk formula B memiliki sifat alir yang buruk
karena baru ditentukan dari satu parameter saja yaitu kecepatan alir dan perbedaan
waktu tersebut dapat dimungkinkan karena adanya pengetukan pada corong saat
evaluasi formula B terlalu lambat.
Kemudian serbuk selain ditentukan kecepatan alirannya juga ditentukan
sudut baring yang terbentuk, Menurut Parrott (1971), sudut baring ini merupakan
sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk
atau granul tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit dalam hal
ini adalah corong. Untuk menentukan sifat aliran apakah baik atau tidak
digunakan kemiringan aliran (sudut lereng, sudut tuang, sudut luncur) yang
dihasilkan jika suatu zat berupa serbuk dibiarkan mengalir bebas dari corong ke
atas dasar. Corong yang digunakan biasanya terbuat dari baja tahan karat dan
lubang corong bagian bawah biasa digunakan 2 macam ukuran yakni diameter 6.0
dan 8.0 mm. Serbuk tersebut akan membentuk suatu kerucut, yang kemudian
sudut baringnya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, artinya sudut
baringnya semakin kecil dan semakin baik sifat aliran serbuk tersebut. Adapun
hasil dari evaluasi sifat alir dengan metode sudut baring yaitu 25,26° untuk
formula A dan 18,11° untuk formula B. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
sifat alir granul yang ditentukan melalui metode sudut baring yaitu memiliki sifat
alir yang baik (sangat mudah mengalir), dimana sifat alir yang baik itu berada
pada rentang 30° - 38° (Voight, 1989). Sehingga dapat diketahui bahwa sifat alir
dari formula A dan formula B yang ditentukan melalui dua parameter yaitu
kecepatan alir menggunakan metode corong dan sudut baring, bahwa granul yang
dihasilkan dikatakan memenuhi syarat dan memiliki sifat alir yang baik.
Serbuk yang telah dilakukan evaluasi granul kemudian dicetak
menggunakan alat single punch tablet press. Terdapat banyak faktor yang harus
diperhatikan dalam pembuatan tablet cetak langsung, antara lain pemilihan
eksipien pengisi-pengikat, dimana eksipien yang dipilih harus sesuai dengan zat
aktif, memiliki kemampuan kompresibilitas, daya alir, dan kemampuan sebagai
pelincir yang baik dan sesuai. Faktor lain adalah homogenitas ukuran serbuk yang
akan berpengaruh terhadap proses pencampuran.
Serbuk yang telah homogen siap untuk dicetak. Pada proses pencetakan,
berat dan kekerasan tablet yang akan dicetak diperhitungkan dengan mengatur
punch atas dan punch bawah dari alat pencetak. Untuk menentukan berat tablet
yang akan dicetak, diatur dengan punch bawah. Sedangkan untuk mengatur
kekerasan tablet, digunakan punch atas. Volume bahan yang diisikan yang
mungkin masuk ke dalam cetakan harus disesuaikan dengan beberapa tablet yang
telah lebih dahulu dicetak. Penyesuaian ini diperlukan karena formula tablet
tergantung pada berat tablet yang akan dibuat. Selama pencetakan, beberapa
tablet yang dicetak diambil untuk pengontrolan berat dan kekerasan tablet. Jika
berat atau kekerasannya berada diluar rentang yang diinginkan, alat pencetak
dapat diatur kembali. Setelah semua serbuk dicetak, dilakukan evaluasi terhadap
tablet yang dihasilkan. Setelah tablet dicetak menggunakan metode kempa
langsung dapat dilakukan evaluasi tablet yang dimana pengamatan ini bertujuan
untuk mengevaluasi sediaan yang telah dibuat sehingga dapat diketahui apakah
sediaan tersebut layak diproduksi atau tidak. Pengujian evaluasi ini meliputi uji
organoleptis, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas dan
friksibilitas, uji keseragaman bobot, uji waktu hancur dan uji disolusi.
Dapus
Sulaiman, T.N.S., (2007). Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet 56 – 59, 198 –
215. Yogyakarta: Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi,
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 5. Yogyakarta: Gadjah