Anda di halaman 1dari 11

I.

Analisis Pertimbangan Formula


1. CTM ( Zat aktif)
Chlorampeniramin Maleat (CTM) berbentuk hablur kecil atau serbuk
hablur, berwarna putih dan merupakan obat yang mudah larut dalam air, dengan
melihat sifat higroskopis dari Chlorampeniramin Maleat (CTM) maka dirasa
kurang menguntungkan jika dibuat secara granulasi basah karena pada granulasi
basah diperlukan adanya air serta pengeringan. CTM biasa digunakan dalam
dosis kecil yaitu 4mg/tablet. Kelebihan dari metode kempa langsung yaitu
digunakan untuk zat aktif yang tidak memiliki sifat alir kurang baik tetapi dosis
yang digunakan dalam jumlah sedikit. CTM ini memiliki fungsi sebagai
Antihistamin, yang digunakan dalam pengobatan penyakit alergi tertentu.
Kerjanya, menekan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh histamin, suatu zat
kimia yang dilepas selama proses reaksi antibodi dari respon alergi (Ansel,
1989). Histamin bekerja dengan menduduki reseptor tertentu pada sel yang
terdapat pada permukaan membran. Anti histaminikum adalah obat yang
menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam
menekan alergi yang disebabkan oleh timbulnya simptom karena histamin
(Ansel,1989).

2. Avicel pH 102 (Pengisi)


Avicel PH 102 atau microcrystalline cellulose termasuk golongan selulosa.
Avicel PH 102 banyak digunakan dalam metode cetak langsung karena berfungsi
sangat baik sebagai pengikat kering (Medina and Kumar, 2006). Penggunaan
Avicel PH 102 lebih baik dari Avicel PH 101 pada pembuatan dengan metode
cetak langsung karena memiliki ukuran partikel yang lebih besar, sehingga sifat
alir Avicel PH 102 lebih baik dibandingkan Avicel PH 101. Selain itu, Avicel PH
102 memiliki kompaktibilitas yang sangat baik dan mengalami deformasi plastik
saat dikompresi yang dapat menyebabkan terjadinya interlocking, yang
merupakan kekuatan ikatan antar partikel (Banker and Anderson, 1994). Avicel
Ph102 dapat digunakan sebagai pengisi yaitu pada rentang konsentrasi 20-90 %.
3. Mg. Stearat (Lubrikan)
Magnesium stearat merupkan salah satu bahan yan dapat digunakan sebagai
lubrikan karena dapat melapisi permukaan butiran. Magnesium stearat digunakan
sebagai pelumas dalam pembuatan kapsul dan tablet pada konsentrasi antara
0,25% - 5% (Rowe, 2009). Konsentrasi Mg. stearat yang digunakan pada formula
tablet CTM ini yaitu 1%, hal ini dikarenakan sifat dari Mg. stearat yang
hidrofobik akan memperlambat disolusi tablet karena menghalangi jalan
masuknya air, sehingga sebaiknya penggunaan Mg Stearat dalam formulasi pada
konsentrasi rendah. Selain itu, jika Mg. stearat dikombinasikan dengan talk maka
sebaiknya konsentrasi Mg. stearat lebih kecil dibandingkan talk.

4. Talk (Glidan)

Penggunaan talk sebagai bahan pelicin memiliki beberapa keuntungan,


seperti harganya murah dan mudah didapat; tidak diabsorpsi secara sistemik
sehingga tergolong tidak beracun dapat berfungsi sekaligus sebagai bahan
pelincir, antilekat dan bahan pelicin, sehingga efeknya sebagai bahan pelicin dapat
optimal; serta talk dapat mencegah timbulnya noda gelap pada tablet karena talk
dapat terdistribusi lebih homogen sehingga tablet yang dihasilkan akan memiliki
penampilan fisik yang baik. Talk dapat digunakan sebagai glidan dan lubrikan
pada konsentrasi 1-10% (Rowe, 2009).
5. Primogel (Penghancur)
Primogel merupakan salah satu dari super disintgran yang efektif digunakan
dalam pembuatan kempa langsung, kemampuan bahan penghancur ini sangat baik
yaitu memiliki daya pengembangnya yang cukup besar dengan masih menjaga
keutuhan tabletnya, sehingga pengembangan tersebut memberikan dorongan
kedaerah sekelilingnya, sehingga membantu proses pecahnya tablet (shangraw,
1980)
6. Starch 1500 (Penghancur)
Penghancur yang digunakan yaitu Starch 1500 karena starch memiliki
kemampuan mengembang. Mekanisme starch 1500 sebagai bahan penghancur
adalah dengan cara pengembangan (swelling) yaitu apabila tablet terkena air maka
bahan penghancur akan mengembang akibatnya granul atau partikel penusun
tablet akan terdesak dan akhirnya hancur. Starch 1500 juga merupakan
superdisintegrant yang efektif dan relatif inert walaupun kelembapannya tinggi.
Sebagai bahan penghancur Starch 1500 biasa digunakan dalam konsentrasi 5-
10%. Pada formula ini konsentrasi starch 1500 yang digunakan yaitu10%.

II. Prosedur
1. Prosedur pembuatan Kempa Langsung
Bahan-bahan ditimbang sesuai kebutuhan, dan tidak dilakukan
penghalusan bahan karena bahan pembantu memang diharapkan berbentuk
granulasi. CTM, primogel, Avicel pH 102 untuk formula A dan untuk
formula B yaitu CTM, Starch 1500, Avicel pH 102 dicampur sesuai dengan
aturan pencampuran (kecuali Mg Stearat dan Talk), dicampur selama 15
menit hingga homogen. Kemudian, ditambahkan Mg Stearat dan Talk
dicampur selama 2 menit. Kemudian Uji evaluasi dilakukan terhadap masa
kempa, sebagaimana evaluasi yang dilakukan pada granul. Masa kempa
ditabletasi dengan menggunakan punch diameter 6-8 mm sesuai dengan
bobot tablet yang telah ditentukan.
2. Prosedur evaluasi
2.1.Uji kelembaban
Moisture Analytucal Balance disiapkan yang bersih dan kering dan
cawan dalam kondisi baik. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram/ 5
gram, lalu dilakukan pengujian sesuai protap yang ditetapkan oleh
pabrikan. Prosedur yang sama dilakukan untuk masing-masing sampel
yang telah ditimbang.
 Penafsiran hasil : Kandungan air yang baik yaitu antara 2-3%.
2.2.Uji sifat alir
Flow Tester disiapkan yang bersih dan kering dengan kondisi corong
dalam keadaan tertutup dengan alas berupa kertas mm block. Stopwatch
disiapkan (untuk menghitung laju alir) dan mistar (untuk menghitung
diameter dan tinggi ruahan serbuk yang terbentuk). Sampel ditimbang
50gram. Pengujian dilakukan dengan membuka tutup corong
bersamaan dengan melakukan perhitungan waktu. Seluruh sampel
dikeluarkan dari alat setelah alat terhentikan. Dan dicatat waktu yang
tertera pada stopwatch (g/detik).
 Penafsiran hasil : Serbuk dikatakan memiliki sifat alir yang baik jika
100 gram serbuk yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik. Dan
nilai ɑ = 25-30°, ɑ = 30-38°, ɑ > 38°.

2.3.Uji organoleptis
Sediaan diuji dengan melihat bentuk/rupa menggunakan loop atau
mata telanjang agar permukaan tablet lebih jelas terlihat. Kemudian,
dilihat juga warna dan bau khas dari tablet yang telah dicetak.

2.4.Uji keseragaman bobot


Alat Analytical Balance disiapkan dengan kondisi bersih dan kering.
20 tablet diambil secara acak lalu ditimbang seluruhnya dan ditimbang
satu persatu. Nilai rata-rata dan standar deviasinya ditentukan.
 Penafsiran hasil : tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada satupun tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga pada kolom B.

2.5.Uji keseragaman ukuran


Mikrometer skala disiapkan yang bersih dan kering. 20 tablet
diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya menggunakan
jangka sorong. Dicatat uji diameter dan tebal dari setiap tablet.
 Penafsiran hasil : Menurut FI III, diameter tablet tidak lebih dari 3
kali dan tidak kurang 1 1/3 tebal tablet.
2.6.Uji Friabilitas/Friksibilitas
Alat Friability Abrasion Tester disiapkan dan dipastikan alat bersih
dan kering. 20 tablet diambil secara acak (jika bobot tablet > 250 mg)
atau 40 tablet (jika bobot < 250 mg) untuk masing-masing tempat uji.
Seluruh tablet ditimbang bobotnya sebelum pengujian (a). Lalu,
dimasukan ke dalam masing-masing tempat uji, kemudian dilakukan
pengujian sesuai protap yang ditetapkan pabrikan. Tablet dikeluarkan
dari masing-masing alat uji dan diberikan satu persatu (gunakan kuas
dan sikat halus), ditimbang bobot seluruh tablet setelah pengujian (b).
 Penafsiran hasil : bobot yang hilang setelah pengujian tidak boleh
lebih dari 1 %.

2.7.Uji kekerasan
Alat Hardness Tester disiapkan dalam kondisi bersih dan kering. 20
tablet diambil secara acak dan dilakukan pengujian secara protap.
Diamati dan dicatat nilai kekerasan masing-masing tablet. Ditentukan
rata-rata dan standar densitasnya.
 Penafsiran hasil : Syarat kekerasan tablet pada umumnya 4-8 kgf,
untuk tablet kunyah dan tablet hipodermik 3 kgf, untuk tablet hisap
7-14 kgf, sedangkan untuk tablet lepas lambat adalah 10-20 kgf.

2.8.Uji waktu hancur


Alat Disintegration tester disiapkan dan dipastikan bejana sudah
terisi penuh oleh media pelarut dan tabung tempat sampel sudah dalam
kondisi kering dan bersih. Bejana diisi dengan aquadest dengan volume
diatur pada kedudukan tertinggi dengan suhu pelarut 36-38°C. 6 tablet
diambil secara acak lalu satu persatu dimasukan ke dalam masing-
masing tabung. Pengujian dilakukan sesuai protap. Waktu hancur
dicatat sejak pertama kali alat diaktifkan hingga tidak ada bagian yang
tertinggal. Tentukan waktu hancur tablet.
 Penafsiran hasil : Waktu yang di perlukan untuk menghancurkan 6
tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut sedangkan
untuk tablet salut gula dan salut selaput waktu hacurnya tidak lebih
60 menit.
 Jika terdapat 1 atau 2 tablet yang tidak hancur sempurna, maka
dilakukan pengujian ulang dengan cara dimasukkan 12 tablet
tambahan kedalam alat uji. Dari 18 tablet yang diuji minimal 16
tablet yang hancur sempurna.

2.9.Uji disolusi
2 labu disolusi disiapkan yang masing-masing berisi aquadest 500ml,
tunggu sampai suhu 37°C. Satu labu digunakan untuk pengujian (labu
uji), satu lagi untuk penambahan larutan aquadest. 6 tablet CTM
ditimbang dan dimasukan ke dalam labu uji disolusi. Larutan uji
disolusi diambil dengan aquadest sebanyak 5 mL suhu 37°C. Sampel
diambil setiapwaktu 10, 20, 30, dan 45 menit. Pada labu ukur sampel
uji ditambahkan HCl 2 N sebanyak 1ml. Aquadest ditambahkan sampai
10 mL. Sampel disaring dan dimasukan ke dalam vial. Sampel diukur
menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang yang telah
ditentukan. Blangko HCl 0,2 N digunakan ad. 10 ml aquadest.
Absorbansi yang didapat dikali 2 (faktor pengenceran).
Pembahasan

Sebelum dicetak sejumlah serbuk terlebih dahulu dilakukan evaluasi .


Dilakukannya evaluasi terhadap granul ini berfungsi sebagai parameter dalam
pembuatan tablet yang baik dan mengetahui sifat fisik serbuk yang akan dikempa,
sifat-sifat fisik yang berkaitan dengan pentabletan antara lain ukuran partikel
granul, kerapatan bulk granul, kerapuhan, kompresibilitas, distribusi ukuran
partikel. Serbuk yang mempunyai sifat fisik baik yaitu yang mudah mengalir
dengan baik dan mudah dikempa (kompresibilitas baik). Untuk itu maka pada
praktikum kali ini dilakukan beberapa uji evaluasi yang biasa digunakan sebagai
patokan untuk mengetahui sifat alir granul, yaitu uji kelembaban, uji laju alir dan
sudut baring. Tujuan dari pengujian kelembaban atau penentuan kadar susut
pengeringan “loss of drying” (LOD) untuk menentukan kadar air yang
terkandung dalam granul atau untuk mengontrol kandungan lembab granul
sehingga tidak akan menimbulkan masalah pada proses pencetakan dan produk
akhir tablet. Alat yang digunakan dalam melakukan evaluasi uji kelembaban ini
adalah Moisture Analytical Balance, dimana prinsip kerja dari alat tersebut yaitu
berdasarkan adanya proses pemanasan pada granul sehingga kandungan
lembab/air yang terkandung dalam granul tersebut, kemudian menguap akibat
adanya panas yang dikeluarkan oleh alat tersebut. Pada proses pemanasan ini,
akan terjadi perubahan kandungan air pada granul menjadi uap air yang kemudian
akan terbaca pada alat sebagai persentase kadar air. Dalam melakukan evaluasi ini
standar nilai kelembapan massa granul yang telah menjadi ketentuan yaitu ≤ 3%
yang dihitung dengan menggunakan alat tersebut (Van Veen et al., 2000).
Sebanyak 1 gram granul disimpan secara merata diatas piringan logam pada alat
uji. Kemudian suhu diatur pada 70°C, dan kemudian alat dinyalakan selama 10
menit. Dari hasil pengujian formula A diperoleh % LOD atau kadar air yang
terkandung dalam granul sebesar 3,45%. Sedangkan pada formula B di peroleh
kadar air 2,35 % Sehingga kadar air formula A yang diperoleh tidak memenuhi
syarat karena tidak masuk ke dalam rentang kadar air yang baik yaitu 2-3%. Hal
ini karena bahan-bahan yang akan dikempa harus memiliki kandungan
lembab/kadar air dalam batas-batas tertentu. Hal ini penting karena berhubungan
dengan sifat alir, proses pengempaan, kompatibilitas, dan stabilitas. Berdasarkan
hasil percobaan kadar air pada formula A memiliki kadar air yang tinggi. Kadar
air yang tinggi ini dapat mengganggu aliran serbuk dan menyebabkan penempelan
pada mesin serta meningkatkan resiko pertumbuhan mikroba. Menurut Wade
(1994), kriteria tablet yang baik yaitu Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap
gangguan fisik dan harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan sehingga
mencegah pertumbuhan mikroba. Kadar air yang cukup tinggi ini dapat diatasi
dengan dilakukannya proses pengeringan kembali menggunakan oven sampai
kadar air hingga mencapai batas persyaratan, sehingga serbuk yang diperoleh
memenuhi persyaratan kadar air dan tidak akan mengganggu proses pengempaan
menjadi tablet

Selanjutnya dilakukan uji sifat alir serbuk (massa kempa), dimana uji ini
memegang peranan penting dalam pembuatan tablet. Uji sifat alir ini ditentukan
melalui dua parameter, yaitu parameter kecepatan alir/laju alir dan sudut baring
(sudut istirahat). Uji kecepatan alir granul bertujuan untuk mengetahui kecepatan
alir massa granul dari hopper ke ruang cetak (die) sehingga ruang cetak terisi
dengan sempurna dan menghasilkan bobot tablet yang seragam. Sifat alir granul
yang akan dikempa sangat penting karena berhubungan dengan keseragaman
pengisian ruang cetak (die) yang akan mempengaruhi keseragaman bobot tablet
dan keseragaman zat aktif (Sulaiman, 2007: 149). Pengukuran dilakukan secara
langsung dengan metode corong menggunakan alat flow tester. Metode corong
merupakan metode pengukuran yang sangat sederhana dan dapat langsung
diketahui, dimana prinsipnya yaitu waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk
mengalir seluruhnya melalui alat. Granul dikatakan mempunyai sifat alir yang
baik jika 100 gram granul yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik (Sulaiman,
2007: 150). Adapun hasil pengujian evaluasi sifat alir dengan metode corong pada
sediaan diperoleh hasil bahwa dari 50 gram serbuk dapat mengalir dalam waktu
4,62 detik untuk formula A dan 30 gram serbuk formula B mengalir dalam waktu
8,45 detik. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa aliran granul formula A
memenuhi syarat, berbeda dengan formula B, yang seharusnya waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan 30 gram serbuk yaitu < 3 detik. Perbedaan tersebut
tidak dapat dipastikan bahwa serbuk formula B memiliki sifat alir yang buruk
karena baru ditentukan dari satu parameter saja yaitu kecepatan alir dan perbedaan
waktu tersebut dapat dimungkinkan karena adanya pengetukan pada corong saat
evaluasi formula B terlalu lambat.
Kemudian serbuk selain ditentukan kecepatan alirannya juga ditentukan
sudut baring yang terbentuk, Menurut Parrott (1971), sudut baring ini merupakan
sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk
atau granul tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit dalam hal
ini adalah corong. Untuk menentukan sifat aliran apakah baik atau tidak
digunakan kemiringan aliran (sudut lereng, sudut tuang, sudut luncur) yang
dihasilkan jika suatu zat berupa serbuk dibiarkan mengalir bebas dari corong ke
atas dasar. Corong yang digunakan biasanya terbuat dari baja tahan karat dan
lubang corong bagian bawah biasa digunakan 2 macam ukuran yakni diameter 6.0
dan 8.0 mm. Serbuk tersebut akan membentuk suatu kerucut, yang kemudian
sudut baringnya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, artinya sudut
baringnya semakin kecil dan semakin baik sifat aliran serbuk tersebut. Adapun
hasil dari evaluasi sifat alir dengan metode sudut baring yaitu 25,26° untuk
formula A dan 18,11° untuk formula B. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
sifat alir granul yang ditentukan melalui metode sudut baring yaitu memiliki sifat
alir yang baik (sangat mudah mengalir), dimana sifat alir yang baik itu berada
pada rentang 30° - 38° (Voight, 1989). Sehingga dapat diketahui bahwa sifat alir
dari formula A dan formula B yang ditentukan melalui dua parameter yaitu
kecepatan alir menggunakan metode corong dan sudut baring, bahwa granul yang
dihasilkan dikatakan memenuhi syarat dan memiliki sifat alir yang baik.
Serbuk yang telah dilakukan evaluasi granul kemudian dicetak
menggunakan alat single punch tablet press. Terdapat banyak faktor yang harus
diperhatikan dalam pembuatan tablet cetak langsung, antara lain pemilihan
eksipien pengisi-pengikat, dimana eksipien yang dipilih harus sesuai dengan zat
aktif, memiliki kemampuan kompresibilitas, daya alir, dan kemampuan sebagai
pelincir yang baik dan sesuai. Faktor lain adalah homogenitas ukuran serbuk yang
akan berpengaruh terhadap proses pencampuran.

Serbuk yang telah homogen siap untuk dicetak. Pada proses pencetakan,
berat dan kekerasan tablet yang akan dicetak diperhitungkan dengan mengatur
punch atas dan punch bawah dari alat pencetak. Untuk menentukan berat tablet
yang akan dicetak, diatur dengan punch bawah. Sedangkan untuk mengatur
kekerasan tablet, digunakan punch atas. Volume bahan yang diisikan yang
mungkin masuk ke dalam cetakan harus disesuaikan dengan beberapa tablet yang
telah lebih dahulu dicetak. Penyesuaian ini diperlukan karena formula tablet
tergantung pada berat tablet yang akan dibuat. Selama pencetakan, beberapa
tablet yang dicetak diambil untuk pengontrolan berat dan kekerasan tablet. Jika
berat atau kekerasannya berada diluar rentang yang diinginkan, alat pencetak
dapat diatur kembali. Setelah semua serbuk dicetak, dilakukan evaluasi terhadap
tablet yang dihasilkan. Setelah tablet dicetak menggunakan metode kempa
langsung dapat dilakukan evaluasi tablet yang dimana pengamatan ini bertujuan
untuk mengevaluasi sediaan yang telah dibuat sehingga dapat diketahui apakah
sediaan tersebut layak diproduksi atau tidak. Pengujian evaluasi ini meliputi uji
organoleptis, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas dan
friksibilitas, uji keseragaman bobot, uji waktu hancur dan uji disolusi.

Dapus

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.


Banker, G.S., and Anderson, N. R., 1986, Tablets, in: Lachman L. and Lieberman
H. A. (Eds), The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 677-
699, Lea and Febier, Philadelphia.
Parrott, E.L. (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics 3th.
Minneapolis: Burgess Publishing Company.
Rowe, Raymond C., dkk. (2009). Handbook Handbook ooff Pharmaceutical
Pharmaceutical Excipients Excipients Sixth Edition. Great Britain: .
Great Britain: RPS Publishing.
Sheth, B.B., Bandelin, F.J., and Shangraw, R.F. (1980) Compressed Tablets, in
Lieberman, H.A, and Lachman L.(Eds), Pharmaceutical Dosage
Forms: Tablets, Vol. I,114-116, 138, 147, 159, Marcell Dekker, Inc,
New York.

Sulaiman, T.N.S., (2007). Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet 56 – 59, 198 –
215. Yogyakarta: Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi,
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 5. Yogyakarta: Gadjah

Anda mungkin juga menyukai