Anda di halaman 1dari 12

NAMA : MARHAMAH AULIA KHOIRUNNISA

KELAS : D
NIM : 3311211146

1. 3 Jenis zat kimia berdasarkan nilai LD50nya :


NO Nama Senyawa Nilai LD50 Kategori toksisitas
1 Ethil alkohol 10g/kg - Toksik ringan

2 Dioksin 0,001mg/kg - Super toksik

3 DDT 100mg/kg - Sangat toksik

2. Contoh obat berdasarkan tingkat keparahan dan tipe reaksi Efek Samping
Obat
NO Tingkat
Keparahan
1 Ringan
2 Sedang
3 Parah
4 Serius

• Contoh obat dengan tingkat keparahan ringan : obat Paracetamol (Cafmosol)


Efek samping : reaksi kulit dan reaksi alergi lainnya
• Contoh obat dengan tingkat keparahan sedang : Obat Siprofloksasin
(Clyowam)
Efek samping : mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, pusing, sakit
kepala, takikardi. (ISO Indonesia Volume 52 – Tahun 2019)
• Contoh obat dengan tingkat keparahan parah : Obat Venlafaksin (Efexor XR)
Efek samping : insomnia, hipertensi, mual, mulut kering, somnolen, pusing,
konstipasi, berkeringat
• Contoh obat dengan tingkat keparahan serius : Obat Patanol
Efek samping : sakit kepala, astenia, pengllihatan kabur, rasa panas terbakar
atau tersengat
Contoh obat berdasarkan Tipe Reaksi

- Tipe A (Augmented) : Obat Amlodipin (Calsivas)

Efek samping : sakit kepala, edema, lelah, mual, flushing dan pusing
- Tipe B (Bizarre) : Obat Amoksisilin (Omemox)
Efek samping : reaksi alergj, mual, muntah, diare ringan, sakit kepala,
kandidiasis mulut/ vagina
- Tipe C (Continous) : Obat Omeprazol (Rocer)
Efek samping : pada dosis besar dan penggunaan lama
kemungkinan dapat menstimulasi pertumbuhan sel
ECL (Enterochmafin lacelis)
- Tipe D (Delayed) : Obat Siklofosfamid (Endoxan)
Efek samping : dosis tinggi dapat mengakibatkan leukositopenia,
trombositopenia, dan anemia
- Tipe E (Exit/End of Treatment) : Obat Alprazolam (Atarax)
Efek samping : mengantuk, kelemahan otot, halusinasi, bingung, blurred vision
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

UJI Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) UMBI BAWANG TIWAI


(Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb) DAN UJI TOKSISITAS AKUT
FRAKSI AKTIF

Dwi Lestari1, Rudi Kartika2, Eva Marliana3

1, 2, 3
Program Studi S2 Kimia Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman
Email Korespondensi : rieka4827@gmail.com

ABSTRAK
Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb berasal dari keluarga Iridaceae, spesies ini
mengandung metabolit sekunder dalam bentuk flavonoid dan kuinon. Metode penelitian
ini meliputi uji toksisitas Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan larva Artemia
salina Leach untuk menentukan nilai LC50. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental farmakologis menggunakan desain acak lengkap dalam pola arah yang
sama dalam pemilihan hewan uji, 25 hewan yang digunakan adalah mencit putih dibagi
menjadi 5 kelompok dengan 5 mencit per kelompok, dengan 4 jam diamati untuk
mengetahui gejala toksik dan melanjutkan observasi setiap 24 jam untuk melihat
kematian. Pengujian hasil BSLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki toksisitas
LC50 = 66,68 ppm (kategori sangat toksik), fraksi n-heksana memiliki toksisitas LC50 =
47,64 ppm (kategori sangat toksik), fraksi kloroform memiliki toksisitas LC 50 = 295,1
ppm (kategori toksik), dan fraksi air memiliki toksisitas LC50 = 194,54 ppm (kategori
sangat toksik). Fraksi kloroform adalah fraksi aktif. Uji toksisitas akut nilai LD50
berdasarkan metode perhitungan Miller Tainter Probit (187,499 mg / KgBB), metode
perhitungan Thompson Weil (182.810 mg / KgBB), cara menghitung Farmakope
Indonesia (187,068 mg / KgBB). Berdasarkan tiga perhitungan, nilai LD50 berada dalam
kategori sedang (50-500 mg / kgBB).

Kata kunci : Eleutherine bulbosa, BSLT, fraksi kloroform, uji toksisitas akut

1
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

ABSTRACT
Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb come from the Iridaceae family, this species
contains secondary metabolites in the form of flavonoids and quinones. This research
method includes Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) toxicity using Artemia salina
Leach larvae to determine the LC50 value. This study used experimental methods
pharmacologically using a completely randomized design in the same direction pattern in
the selection of test animals, 25 animals used were white mice divided into 5 groups with
5 mice per group, with 4 hours observed to find out toxic symptoms and continued
observation every 24 hours to see death. Testing of BSLT results showed that ethanol
extract had LC50 toxicity = 66.68 ppm (very toxic category), n-hexane fraction had LC50
toxicity = 47.64 ppm (very toxic category), chloroform fraction had LC 50 toxicity =
295.1 ppm ( toxic category), and the water fraction has a toxicity of LC50 = 194.54 ppm
(very toxic category). The chloroform fraction is an active fraction. Acute toxicity test
LD50 value according to the calculation method of Miller Tainter Probit (187,499
mg/KgBB), the method of calculation of Thompson Weil (182,810 mg/KgBB), how to
calculate Indonesian Pharmacopoeia (187,068 mg/KgBB). Based on the three
calculations, the LD50 value is in the medium category (50-500 mg/kgBB).

Keywords : Eleutherine bulbosa, BSLT, Chloroform fraction, Acute toxicity test

PENDAHULUAN memiliki potensi sebagai agen


Obat tradisional atau obat-obatan antidiabetik yang bermanfaat dalam
bahan alami telah dikenal oleh masyarakat pencegahan dan perlindungan terhadap
Indonesia sejak zaman dahulu dan penyakit diabetes melitus (Amanda, 2014;
digunakan secara turun temurun. Salah Kuntorini, 2010; Febrinda, 2013). Umbi
satu obat bahan alami yang digunakan bawang tiwai berkhasiat sebagai obat.
adalah bawang tiwai karena secara Bulbus (umbi lapis) bawang dayak atau
empiris banyak digunakan oleh bawang tiwai oleh masyarakat lokal
masyarakat Dayak dan Kutai sebagai Kalimantan banyak digunakan sebagai
pengobatan tradisional yang dapat obat kanker payudara, gangguan jantung,
mengobati aneka macam penyakit antara dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
lain kanker usus, kanker payudara, antiinflamasi, antitumor dan dapat
diabetes melitus, hipertensi, menurunkan menghentikan pendarahan. (Saptowaluyo,
kolesterol, stroke, obat bisul, anti 2007).
pendarahan dan sakit perut (Galingging, Hasil beberapa penelitian pada
2009). umbi bawang tiwai memberikan
Beberapa penelitian membuktikan informasi awal untuk dilakukannya
bahwa bawang tiwai memiliki aktivitas penelitian lanjutan dengan cara ekstraksi
antibakteri potensi sedang terhadap senyawa pada fraksi aktif umbi bawang
bakteri Escherichia coli, sebagai tiwai yang diduga potensial sebagai anti
antioksidan dengan kategori kuat dan kanker. Lethal Concentration 50 (LC50)

2
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

adalah suatu perhitungan untuk plate dan stirrer, beaker gelas, gelas ukur,
menentukan keaktifan dari suatu ekstrak labu ukur, batang pengaduk, selang
atau senyawa. Penggunaan LC50 aerator, botol aqua, penjepit tabung reaksi,
ditujukan untuk uji ketoksikan dengan mesin pengaduk (IKA RW 20 Digital),
perlakuan terhadap larva udang. corong Büchner (Rocker), kandang
Kematian hewan uji digunakan untuk mencit
memperkirakan dosis kematian jika 2. Bahan dan hewan uji
digunakan manusia (Priyanto, 2009). Umbi bawang tiwai, air suling,
Apabila nilai LC50 dengan metode BSLT ragi, garam laut, etanol 90%, n-heksana,
pada ekstrak tanaman bersifat toksik Kloroform, aluminium foil, kertas saring.
dapat dikembangkan sebagai obat Hewan uji: mencit putih jantan
antikanker (Carballo, 2002). BSLT pada B. Cara Kerja
penapisan senyawa-senyawa aktif yang 1. Pembuatan Air Laut Buatan (ALB)
terdapat dalam ekstrak tanaman yang Disiapkan air laut buatan dengan
ditunjukkan dengan melihat harga LC50 melarutkan 15 g natrium klorida dalam 1
nya (LC50 ≤ 1000 μg/mL) (Harmita dan L aquades. (Harmita dan Radji, 2008).
Radji, 2008). 2. Penetasan Telur A. salina Leach
Uji toksisitas akut merupakan Telur udang ditetaskan sekitar 36-48
salah satu jenis pengujian toksisitas yang jam sebelum dilakukan pengujian
mengutamakan mencari efek toksik. toksisitas, wadah yang berbentuk kerucut
Pengujian ini dilakukan dengan yang bening atau transparan digunakan
memberikan zat kimia yang sedang diuji untuk penetasan telur udang kemudian
sebanyak satu kali, atau beberapa kali ditambahkan air laut buatan telah diukur
dalam jangka waktu 24 jam. Uji toksisitas PH-nya (8-9), wadah tersebut diberi
akut dapat menggunakan mencit. Tujuan penerangan dengan cahaya lampu 40
uji toksisitas akut suatu obat adalah untuk Watt untuk menghangatkan suhu dalam
menerapkan potensi toksisitas akut penetasan agar suhu penetasan 25ºC-31ºC
(LD50), menilai berbagai gejala klinis, tetap terjaga dan merangsang proses
spektrum efek toksik, dan mekanisme penetasan dengan menggunakan aerator.
kematian pada fraksi kloroforM umbi Telur A. salina Leach 50-150 mg dicuci
bawang Tiwai sebagai fraksi aktif. terlebih dahulu, yakni ditaburkan dan
direndam pada wadah berisi aquades
METODE PENELITIAN selama 1 jam setelah itu pada wadah
A. Alat, Bahan dan Hewan uji berisi air laut buatan 500 mL dinyalakan
1. Alat aerator. Telur A. salina Leach dibiarkan
Pisau, blender (Miyako), lampu selama 36-48 jam sampai menetas
neon 40 watt (Philips), toples, vial, cawan, menjadi nauplii yang matang dan siap
cawan petri, corong, spatula, pipet tetes, digunakan dalam percobaan. Telur akan
kaca arloji, penangas air, mikropipet menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan
10-100 µL, timbangan analitik, kotak bergerak secara alamiah menuju daerah
penampung larva (plastik), tabung reaksi, terang sehingga larva udang terpisah dari
rotary evaporator (IKA RV 10 basic), hot kulit telur. Larva yang sehat bersifat

3
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

fototropik dan siap dijadikan hewan uji gerak lincah, bulunya bersih, umur
pada umur 36-48 jam. Larva dipisahkan 2-3 bulan dengan bobot badan
dari telurnya dengan pipet ke dalam vial mencit 20-30 gram.
yang berisi air laut buatan (Harmita dan 2) Penyiapan Hewan Uji
Radji, 2008). Disiapkan 25 ekor mencit putih
3. Pembuatan Larutan Uji jantan. Mencit dibagi dalam 5
Vial disiapkan untuk tiap kelompok kelompok, yaitu 4 kelompok diberi
sesuai peringkat konsentrasi dengan larutan ekstrak fraksi kloroform dan
masing-masing kemudian disediakan 8 1 kelompok sebagai kontrol negatif.
vial dan direplikasikan sebanyak 3 kali Tiap kelompok terdiri atas 5 ekor
Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok mencit jantan. Ditimbang berat
(induk) sebesar 10 mg kemudian sampel badan selama seminggu sebelum
dilarutkan dengan air laut buatan sampai dilakukan penelitian ketoksikan
100 mL. Pengujian dilakukan dengan b. Perlakuan Pada Hewan Uji
menggunakan larutan uji yang dibuat Hewan uji diberi larutan ekstrak
dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol fraksi kloroform secara oral
negatif), 15,625 μg/mL, 31,25 μg/mL, sebanyak 0,5 ml/ 20g berat badan
62,5 μg/mL, 125 μg/mL, 250 μg/mL, 500 dengan tingkat dosis I (50 mg/
μg/mL dan 1000 μg/mL dalam air laut KgBB), dosis II (100 mg/Kg BB),
buatan. Setiap vial yang telah diisi dosis III (200 mg/Kg BB), dan dosis
sampel dengan volume 10 mL diisi 10 IV (400 mg/Kg BB) serta kontrol
ekor larva A. salina Leach dan negatif (CMC-Na 0,5%). Ekstrak
ditambahkan satu tetes suspensi ragi (0,6 fraksi kloroform diberikan dengan
mg/mL) sebagai makanannya (Harmita cara disuspensikan dengan CMC-Na
dan Radji, 2008). Uji kontrol negatif 0,5%
(blanko) diberi perlakuan sama seperti c. Pengujian
larutan uji tetapi tanpa ekstrak. Vial-vial Dilakukan pengujian, kemudian
tersebut diletakkan di bawah penerangan diamati gejala keracunan yang mungkin
dengan lampu 40 Watt. Jumlah larva A. timbul.
salina Leach yang mati dalam tiap vial d. Pengamatan
selama 24 jam dihitung dengan cara 1) Pengamatan sebelum diberikan
manual. Pengamatan dilakukan selama 24 perlakuan dilakukan selama 1 minggu
jam, tingkat toksisitas diperoleh dengan dengan menimbang berat badan
menghitung jumlah larva yang mati, yaitu mencit. Hal ini dilakukan untuk
bila larva udang tidak menunjukkan memastikan mencit dalam keadaan
pergerakan selama beberapa detik baik dan sehat untuk digunakan
observasi (Ramadhani, 2009). sebagai hewan uji.
4. Uji Toksisitas Akut 2) Pengamatan setelah diberi perlakuan
a. Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji yaitu pengamatan potensi ketoksikan
1) Pemilihan Hewan Uji akut, pengamatan ini dilakukan dengan
Hewan uji yang digunakan adalah melihat gejala-gejala fisik umum
mencit putih jantan sehat, aktivitas sebagai tanda keracunan yang timbul

4
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

setelah pemberian ekstrak fraksi


kloroform yang dibandingkan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
kontrol negatif. Waktu pengamatan A. Ekstraksi dan Fraksinasi Umbi
adalah menit ke 5, 10, 15, 30, 60, 120, Bawang Tiwai
180 dan 240 (4 jam). Pengamatan dan Didapatkan hasil ekstrak pekat
perhitungan Nilai LD50 dilakukan berwarna merah kecoklatan sebanyak
terhadap mencit yang mati dan yang 50,41g (rendemen 10,082%. Hasil
masih hidup selama 24 jam setelah fraksinasi menunjukkan perolehan
pemberian ekstrak fraksi kloroform. rendemen fraksi n-heksan 8,26 g (1,652%).
e. Pengumpulan Data fraksi kloroform 10,31 g (2,062%), dan
Data nilai LD50 diambil dari fraksi air 26,41 g (5,282%) terhadap
jumlah mencit yang mati dan masih serbuk umbi bawang tiwai.
hidup pada setiap kelompok, kemudian B. Pengujian BSLT
ditabulasi. Potensi ketoksikan akut Pengujian BSLT merupakan uji
ditentukan dari data mencit yang toksisitas akut yang dilakukan untuk
memperlihatkan gejala-gejala fisik menentukan efek toksik setelah
umum sebagai tanda keracunan setelah pemberian dosis dalam waktu 24 jam.
pemberian larutan ekstrak fraksi Pengujian hasil BSLT menunjukkan
kloroform yang dibandingkan dengan bahwa ekstrak etanol memiliki toksisitas
kontrol. LC50 = 66,68 ppm (kategori sangat
toksik), fraksi n-heksana memiliki
f. Analisis Data toksisitas LC50 = 47,64 ppm (kategori
Metode analisis yang digunakan sangat toksik), fraksi kloroform memiliki
untuk menentukan nilai LD50 dan toksisitas LC50 = 295,1 ppm (kategori
potensi ketoksikan akut dari mencit toksik), dan fraksi air memiliki toksisitas
yang mati dan hidup dari setiap LC50 = 194,54 ppm (kategori sangat
kelompok adalah Metode Probit Miller toksik).
Tainter, Weil CS dan Metode
Farmakope Indonesia III.

Tabel 1. Hasil Pengujian BSLT


Kelompok Konsentrasi Log Jml
% mati Probit LC50 (ppm)
uji (ppm) Konsentrasi Mati
20 1.301 2 10 3.72
40 1.602 6 30 4.48
Ekstrak
80 1.903 8 40 4.75 66,68
Etanol
160 2.204 16 80 5.84
320 2.505 20 100--99 7.33
20 1.301 2 10 3.72
Fraksi
40 1.602 5 25 4.33 47,64
n-Heksan
80 1.903 9 45 4.87

5
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

160 2.204 15 75 5.67


320 2.505 20 100--99 7.33
20 1.301 1 5 3.36
40 1.602 3 15 3.96
Fraksi
80 1.903 5 25 4.33 295,12
Kloroform
160 2.204 8 40 4.75
320 2.505 12 60 5.25
20 1.301 1 5 3.36
40 1.602 4 20 4.16
Fraksi Air 80 1.903 6 30 4.48 194,54
160 2.204 9 45 4.87
320 2.505 12 60 5.25

Gambar 1. Nilai LC50 (Letal Consentration)


Hasil yang didapatkan pada uji diberikan pada dosis tinggi, akan tetapi
BSLT ini adalah pada dimana nilai LC50 akan menjadi obat jika diberikan pada
yang diperoleh sebesar 295,12 ppm yang dosis rendah atau dosis yg terukur,
paling tinggi dan termasuk kategori artinya walaupun bersifat toksik masih
toksik (250-500 ppm). Berdasarkan hasil dapat digunakan sebagai obat antikanker
uji toksisitas diketahui bahwa racun yang dengan kombinasi bersama vitamin,
dihasilkan oleh dosis tunggal dari fraksi untuk mengurangi efek dari racun
kloroform pada hewan coba sebagai uji tersebut.
pra-skrinning senyawa bioaktif C. Pengujian Uji toksisitas akut Fraksi
antikanker dimana menunjukan bahwa Kloroform Umbi Bawang Tiwai pada
komponen bioaktifnya bersifat toksik jika mencit putih jantan (Mus musculus L)

6
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

Aklimatisasi dilakukan dengan Hari ke-1 sampai hari ke-7 semua hewan
tujuan agar semua kelompok menerima uji ditimbang untuk mengetahui
keadaan dan situasi yang sama dalam kesehatan dengan melihat bobot pada
proses penyesuaian terhadap lingkungan. mencit.

Gambar 2. Grafik Penimbangan Bobot Mencit


Pada gambar 2 dapat dilihat Hewan uji dipuasakan selama 3
bahwa terjadi peningkatan bobot mencit jam sebelum pemberian dan selama 12
setiap harinya, dengan SEM (Standart jam setelah pemberian ekstrak, hal ini
Erorr of Mean) yaitu varian bobot mencit dilakukan agar makanan yang ada di
dalam 1 kelompok, menunjukkan selisih saluran cerna mencit tidak mempengaruhi
yang kecil (p > 0,05) atau tidak jauh efek dari ekstrak yang dipejankan pada
berbeda dalam 1 kelompok sehingga mencit. Hewan uji diberikan dengan
disimpulkan bobot mencit termasuk sediaan uji dalam dosis tunggal secara oral,
homogen. Kenaikan bobot mencit cara ini dilakukan sama seperti bagaimana
merupakan salah satu hal yang dapat manusia dapat mengalami keracunan, yaitu
menunjukkan bahwa mencit tersebut melalui mulut dengan diberikan sediaan
dalam keadaan sehat dan dapat digunakan uji dalam bentuk
sebagai hewan percobaan. larutan.

Tabel 3. Gejala Sebagai Tanda Keracunan Setelah Pemberian


Gejala
Kelompok Perlakuan Jumlah
Keracunan
Kontrol
Kelompok I
CMC Na 0,5% 5 Tidak ada
Kelompok
Dosis 50mg /kgBB 5 Tidak ada
II
Dosis 100 mg/kgBB 5 Tidak ada
Kelompok
Dosis 200 mg/kgBB 5 Tidak ada
III
Dosis 400mg /kgBB 5 Tidak ada
Kelompok
IV

7
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

terjadi pada kelompok kontrol sehingga


Hasil pengamatan pada tabel 3 tidak dapat dikategorikan sebagai gejala
menunjukkan bahwa hewan uji tidak tanda keracunan.
mengalami gejala umum sebagai tanda Uji LD50 terhadap ekstrak fraksi
keracunan. Pada pengamatan setelah kloroform dilakukan untuk mengetahui
pemberian ekstrak fraksi kloroform umbi pada dosis berapa ekstrak fraksi
bawang tiwai, gejala keracunan yang kloroform dapat memberikan efek toksik.
diamati tersebut adalah ciri-ciri yang Efek tersebut ditandai dengan adanya
mempengaruhi prilaku, syaraf otot, syaraf kematian pada mencit yang telah
otonom, pernafasan, gastrointestinal, dan diberikan ekstrak fraksi kloroform, yang
kulit. Perlakuan pada kelompok I sampai diamati selama 4 jam untuk mengetahui
IV terjadi gejala yang mempengaruhi gejala keracunan dan dilanjutkan
prilaku (menunduk, menggaruk-garuk pengamatan selama 24 jam untuk melihat
dan ketakutan) dan syaraf otot (ekor adanya kematian. (Ngatidjan, 1997).
membengkok), tetapi gejala tersebut juga

Tabel 4. Jumlah kematian setelah 24 jam pemberian ekstrak


Kelompok Perlakuan Jumlah % Kematian
Kontrol CMC Na 0,5%
Kelompok Dosis 50mg
I /kgBB 0 0
Kelompok Dosis 100 0 0
II mg/kgBB 1 20
Kelompok Dosis 200 3 60
III mg/kgBB 4 80
Kelompok Dosis 400mg
IV /kgBB
Data pada tabel 4 dilakukan Pada uji toksisitas akut ini dapat
perhitungan nilai LD50 dengan memberikan informasi awal akan
menggunakan 3 metode perhitungan, korelasinya terhadap antikanker serta
didapatkan Nilai LD50 menurut Cara memberikan petunjuk tentang dosis yang
perhitungan Probit Miller Tainter nilai sebaiknya digunakan atau dosis yang
LD50 = 187,499 mg/KgBB, cara tepat, selain itu juga sebagai petunjuk
perhitungan Thompson Weil nilai LD50 = akan organ sasaran yang mungkin dirusak
182,810 mg/Kg BB, cara perhitungan dan efek toksis spesifiknya. Pada LD50
Farmakope Indonesia nilai LD50 = dengan kategori sedang artinya fraksi
187,068 mg/KgBB. Berdasarkan dari kloroform ini jika dilanjutkan sebagai
ketiga perhitungan tersebut maka obat antikanker maka bersifat aman
diketahui nilai LD50 nya termasuk dengan dosis yg diatur atau dengan dosis
kategori sedang (50-500 mg/kgBB) yang tepat.
(Loomis, 1978).

8
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

SIMPULAN
1. Pengujian hasil BSLT menunjukkan Febrinda, A. E., Astawan, M., Wresdiyati,
bahwa ekstrak etanol memiliki T., Yuliana, N. D. 2013.”Kapasitas
toksisitas LC50 = 66,68 ppm Antioksidan dan Inhibitor Alfa
(kategori sangat toksik), fraksi Glukosidase Ekstrak Umbi Bawang
n-heksana memiliki toksisitas LC50 Dayak”. Jurnal Teknologi dan
= 47,64 ppm (kategori sangat toksik), Industri Pangan. 24(2). Hal: 161
fraksi kloroform memiliki toksisitas
LC50 = 295,1 ppm (kategori toksik), Galingging, R.Y. 2009.”Bawang Dayak
dan fraksi air memiliki toksisitas LC50 (Eleutherine palmifolia) Sebagai
= 194,54 ppm (kategori sangat Tanaman Obat Multifungsi”. Warta
toksik). Penelitian dan Pengembangan.
2. Fraksi kloroform merupakan fraksi 15(3): 16-18
aktif, hasil uji Ketoksikan akut Nilai
LD50 menurut cara perhitungan Harmita dan Radji, M. 2008. Analisis
Probit Miller Tainter (187,499 Hayati. Jakarta: Penerbit Buku
mg/KgBB), cara perhitungan Kedokteran. Hal: 76-78
Thompson Weil (182,810
mg/KgBB), cara perhitungan Kuntorini, E. M., Astuti, M. D., Nugroho,
Farmakope Indonesia (187,068 L. H. 2010.”Struktur Anatomi dan
mg/KgBB). Berdasarkan dari ketiga Aktivitas Antioksidan Bulbus
perhitungan tersebut maka diketahui Bawang Dayak (Eleutherine
nilai LD50 nya termasuk kategori americana Merr) Dari Daerah
sedang (50-500 mg/kgBB). Kalimantan Selatan”. Penelitian
Hayati. (16): 1-7.
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, F. R. 2014.”Efektivitas Ekstrak Loomis, T.A. 1978. Toksikologi Dasar.
Bawang Dayak (Eleutherine Diterjemahkan oleh Donatos, I. A.
palmifolia L. Merr) dalam Semarang: IKIP Semarang Press
Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Escherichia coli”. Laporan Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putnam, J.
Penelitian. Jakarta: Fakultas E., Jacobsen, L. B., Nicholas, D. E.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Dan Mc Laughlin, J. L. 1982.”Brine
Universitas Islam Negeri Syarif Shrimp: A Convenient General
Hidayatullah. Hal: 7 Bioassay for Active Plant
Constituent”. Drug Information
Carballo, J. L. I., Inda, Z. L. H., Perez. Journal. (45): 31-34
2002.”A Comparison between Two
Brine Shrimp Assay to Detect in Priyanto. 2009. Toksikologi Mekanisme
Vitro Cytotoxicity in Marine Natural Terapi Antidotum dan Penilaian
Product”. BMC Biotecnology. 2 (17): Resiko. Jakarta: Lembaga Studi dan
1-5. Konsultasi Farmakologi. Hal:

9
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.1 NO. 1, 2019

156-167
.
Ramadhan, B.K., dan Schaalan, M.F.,
2011, The Renoprotective Effect of
Honey on Paracetamol-Induced
Nephrotoxicity In Adult Male
Albino Rats, Life Science Journal 8
(3).

Saptowaluyo, C.A. 2007. Bawang Dayak,


Tanaman Obat Kanker yang Belum
Tergarap. http//www.kompas.com.

10

Anda mungkin juga menyukai