Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TUGAS MANAJEMEN KERACUNAN

“KERACUNAN TEOFILIN”

Disusun Oleh :

1. Muhammad Ilham Afief (175020039)


2. Kristina Evelin Lontoh (175020059)
3. Laela Wahyu Puspita (175020074)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai

cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan

gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan

dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan

kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam

yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular

berbisa maupun akibat gas beracun. Mengingat masih sering terjadi keracunan maka

untuk dapat menambah pengetahuan, kami menyampaikan materi mengenai

keracunan tersebut.

Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran

pencernaan,saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan

gejala klinis. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui,

meski banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan di beberapa rumah sakit tetapi

angka ini tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di dalam masyarakat.

Menelan zat racun atau racun dapat terjadi di berbagai lingkungan dan pada

kelompok usia yang berbeda-beda. Keracunan di rumah biasannya terjadi jika anak

menelan pembersih alat rumah tangga atau obat-obatan. Penyimpanan yang tidak

semestinya bahan-bahan ini dapat menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Tanaman,

pestisida, dan produk cat juga merupakan zat beracun yang potensial di rumah tangga.

Karena gangguan mental atau penglihatan, buta huruf, atau masalah bahasa, lansia

dapat menelan obat-obatan dengan jumlah yang salah. Selain itu, keracunan dapat
terjadi di lingkungan perawatan kesehatan saat obat-obatan diberikan tidak

sebagaimana mestinya.

Hal yang sama, keracunan juga dapat terjadi di lingkungan perawatan

kesehatan jika obat-obatan yang normalnya hanya diberikan melalui rute subkutan

atau intramuscular diberikan lewat, atau jika obat-obatan yang salah disuntikan.

Keracunan karena suntikan juga dapat terjadi di lingkup penyalahgunaan seperti jika

pecandu heroin tidak sengaja menyuntiki pemutih atau heroin yang terlalu banyak.

Teofilin merupakan obat yang sering digunakan dalam terapi asma. Teofilin

memiliki waktu paruh yang relatif pendek sekitar 5-7 jam dan indeks terapetik yang

sempit yaitu 10-20 μg/ml. Pada penderita asma diperlukan kadar terapi sedikitnya

5-8 μg/ml dan efek toksik teofilin mulai terlihat pada kadar diatas 15 μg/ml terutama

apabila diberikan dalam kombinasi dengan bronkodilator lain (Rustamaji dan

Suryawati, 2000).

Teofilin digunakan untuk mengatasi obstruksi saluran nafas. Teofilin juga

termasuk salah satu obat yang memiliki indeks terapi sempit (kisaran kadar efektif minimal

kadar toksik minimal dalam darah 10-20 µg/ml) sehingga teofilin merupakan salah satu

obat model pada studi interaksi obat. Potensi toksisitas akutnya telah diketahui

berhubungan dengan kadar teofilin utuh di dalam darah (> 20 µg/ml), terwujud sebagai

mual, muntah, pendarahan saluran cerna, asidosis metabolik, hipokalemia, hipotensi, aritmia

jantung dan berakhir dengan kematian (Dollery, 1991).

Makalah ini akan membahas tentang keracunan teofilin beserta mekanisme

kerja serta antidotum penanganan keracunan.


B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana patofisiologi keracunan yang diakibatkan oleh teofilin?

2. Apakah tanda dan gejala dari keracunan tersebut?

3. Bagaimana cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada pasien dengan

keracunan?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Dosis toksik pada manusia dewasa dan anak

Istilah racun bersinonim dengan kata toksin dan bisa, namun memiliki definisi yang

berbeda antara yang satu dengan lainnya. Kata "toksin" didefinisi sebagai racun yang

dihasilkan dari proses biologi, atau sering disebut sebagai biotoksin. Sementara, bisa

didefinisikan sebagai cairan mengandung racun yang disekresikan atau dihasilkan oleh hewan

selama proses pertahanan diri atau menyerang hewan lain dengan gigitan maupun sengatan.

Jadi,Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau

dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh

dengan adanya reaksi kimia.

Keracunan dapat terjadi dengan cara :

a. Meracuni diri sendiri : penderita berusaha bunuh diri dengan tujuan menarik

perhatian, biasanya menelan racun damal dosis besar untuk membahayakan diri.

b. Usaha bunuh diri : seperti penderita ingin benar-benar bunuh diri dan dapat berakhir

dengan kematian.

c. Kecelakaan : keracunan ini terjadi benar-benar karena kecelakaan dan tidak ada unsur

kesengajaan.

d. Keracunan akibat pembunuhan : terjadi akibat tindakan kriminal yaitu diracuni.

e. Keracunan akibat ketergantungan obat : Keracunan ini terjadi akibat sifat toleransi

obat sehingga memerlukan peningkatan dosis. Peningkatan dosis yang tidak terukur

atau tidak terkendali menimbulkan over dosis yang fatal (Anonim, 2009).

  Keracunan teofilin merupakan masalah klinik utama. Tanda dan gejala keracunan

teofilin akut bervariasi dari nausea ringan, insomnia, iritabilitas, tremor, dan nyeri kepala
sampai kejang-kejang, sampai meninggal. Gejala gastro intestinal seperti (nausea, muntah,

hematemesis, kram) biasanya tampak paling awal dan umumnya mendahului manifestasi

toksisitas sistem saraf sentral yang lebih serius (kejang, koma). Jarang sekali, namun dapat

muncul kejang sebagai tanda pertama keracunan teofilin. Gangguan frekuensi jantung yang

paling sering takhikardia, gangguan irama (kontraksi prematur atrium dan ventrikel atau

takhikardia), dan hipotensi sering ditemukan pada keracunan berat. Termasuk masalah

tambahan yaitu : hipokalemia, hiperglikemia, ataksia, dan haluinasi. Tanda-tanda dan gejala

keracuna teofilin, secara keseluruhan, tergantung kadar kadar pada kadar serum, tetapi kadar

yang diosertai dengan gejala keracunan serius sangat bervariasi. Pada orang dewasa yang

kejang rata-rata kadar serumnya dilaporkan sekitar 50 µg/ml dengan kisaran 20-70 µg/ml.

Beberapa bayi yang kejang-kejang akibat teofilin dilaporkan mempunyai kadar teofilin serum

sangat tinggi (180 µg/ml pada satu kasus) sekuelae permanen yang tampak. Remaja sehat

yang menelan teofilin dalam upaya bunuh diri dapat mentoleransi kadar teofilin serum yang

sangat tinggi (100 µg/ml) tanpa sekuel permanen jika diobati dengan tepat. Sebaiknya anak

yang bertahan hidup dari keracunan teofilin berat dapat juga menderita cidera otot berat yang

menyerupai sekuel ensepafalopati anoksia.

Mekanisme kerja teofilin masih belum diketahui secara pasti. Beberapa mekanisme

aksi yang telah diketahui antara lain, penghambatan prostaglandin, penghambatan

fosfodiesterase, seperti alterasi intraselular kalsium dan siklik AMP. Teofilin juga berperan

sebagai antagonis reseptor adenosin (Haddad et al, 1990). Mekanisme toksik teofilin

disebabkan oleh berkurangnya kalium dari dalam sel (hipokalemia). Hal ini juga dapat

memicu peningkatan kadar katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) dalam darah, yang dapat

memicu hiperglikemia (peningkatan glukosa dalam plasma) (Cassaret et al., 1997). Selain itu

mekanisme toksisitas teofilin antagonis reseptor adenosin, dan itu menghambat

fosfodiestrerase pada tingkat tinggi, meningkatkan intraselular siklik adenosin monofosfat


(cAMP). Hal ini juga dikeal untuk melepaskan katekolamin endogen pada konsentrasi

terapeutik dan mungkin itu sendiri merangsang reseptor beta – adrenergik (Olson et al.,

2004).

Pengobatan keracunan teofilin harus dimulai dengan cara-cara yang dirangcang untuk

merangsang muntah (misalnya pemberian ipekak) atau sonde yang disertai campuran 30

gram arang aktif untuk menyerap teofilin yang tersisa dalam saluran gastrointestinal. Arang

yang diaktifkan dapat juga membuang teofilin serum yang telah diserap dari saluran

gastrointestinal. Kemungkinan terbaik adalah dengan menunda pemberian arang sampai

timbul muntahan bila menggunakan ipekak untuk merangsang muntah karena arang juga

menyerap ipekak. Sesudah menelan teofilin dianjurkan pemberian arang berulang dengan

interval 2-3 jam. Penambahan pencahar garam yang tak terabsorbsi efektif untuk mengurangi

waktu transit usus bila teofilin telah tertelan. Dialisis peritoneal dapat membuang teofilin dari

penderita keracunan teofilin, tetapi hemoperfusi dengan menggunakan kolom arang yang

disiapkan secara khusus merupakan metode pilihan. Indikasi untuk homoperfusi arang tidak

ditegaskan secara sempurna, indikasinya tergantung pada kadar serum dan pada

pertimbangan klinik. Diazepam merupakan terapi efektif untuk kejang, propanolol membantu

untuk pengobatan hipotensi atau aritmioa supraventrikel atau aritmia ventrikel (lidokain juga

efektif untuk takidardia ventrikel) dan ranitidin dapat membantu dalam pengendalian muntah

akibat asam lambung.

Penggunaan teofilin kronis dapat menghasilkan atau memperburuk perubahan

perilaku yang tidak kentara seperti hiperaktivitas dan gangguan tidur. Pengaruh-pengaruh ini

tergantung dosis. Teofilin tidak mempunyai pengaruh yang merugikan pada fungsi kognitif.
BAB III

KESIMPULAN

1. Patofisiologi keracunan teofilin yaitu umumnya teofilin bisa menghambat

fosfodiesterase pada level yang tinggi, meningkatkan cAMP intraselluler, melepas

kotekolamin endogen dan menstimulasi reseptor beta-adrenergik, serta merupakan

antagonis adenosine dan menghambat enzim phospodiesterase PDE III dan PDE IV.

2. Gejala yang umum terjadi pada keracunan teofilin antara lain mual, takhikardi,

kejang, hipotensi, hipokalemia, dan hiperglikemik.

3. Pertolongan pertama pada keracunan teofilin adalah dengan pemberian ipekak untuk

merangsang muntah, dan pemberian arang aktif untuk membantu menyerap teofilin

dalam saluran pencernaan.


Dosis toksik. Sebuah dosis tunggal akut 8-10 mg / kg bisa meningkatkan tingkat serum

hingga15-20 mg / L, tergantung pada tingkat penyerapan. Overdosis akut oral dari

lebih  50 mg / kg berpotensi mengakibatkan tingkat di atas 100 mg / L dan berat toksisitas

AKU AKU AKU. Presentasi klinis. Dua sindrom yang berbeda dari keracunan dapat terjadi, tergantung

pada apakah paparan akut atau kronis.

Tunggal overdosis A. akut biasanya merupakan hasil dari usaha bunuh diri ataudisengaja

menelan masa kanak-kanaktetapi mungkin juga disebabkan oleh kecelakaan atau iatrogenik
penyalahgunaan

(overdosis terapi).

Dosis tunggal akut 8-10 mg / kg dapat meningkatkan kadar serum


sampai 15-20 mg / L, tergantung pada tingkat penyerapannya. Overdosis oral akut
lebih dari 50 mg / kg berpotensi menghasilkan tingkat di atas 100 mg / L dan berat
toksisitas

Anda mungkin juga menyukai