“KERACUNAN TEOFILIN”
Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai
cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan
dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan
kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam
yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular
berbisa maupun akibat gas beracun. Mengingat masih sering terjadi keracunan maka
keracunan tersebut.
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
gejala klinis. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui,
Menelan zat racun atau racun dapat terjadi di berbagai lingkungan dan pada
kelompok usia yang berbeda-beda. Keracunan di rumah biasannya terjadi jika anak
menelan pembersih alat rumah tangga atau obat-obatan. Penyimpanan yang tidak
pestisida, dan produk cat juga merupakan zat beracun yang potensial di rumah tangga.
Karena gangguan mental atau penglihatan, buta huruf, atau masalah bahasa, lansia
dapat menelan obat-obatan dengan jumlah yang salah. Selain itu, keracunan dapat
terjadi di lingkungan perawatan kesehatan saat obat-obatan diberikan tidak
sebagaimana mestinya.
kesehatan jika obat-obatan yang normalnya hanya diberikan melalui rute subkutan
atau intramuscular diberikan lewat, atau jika obat-obatan yang salah disuntikan.
Keracunan karena suntikan juga dapat terjadi di lingkup penyalahgunaan seperti jika
pecandu heroin tidak sengaja menyuntiki pemutih atau heroin yang terlalu banyak.
Teofilin merupakan obat yang sering digunakan dalam terapi asma. Teofilin
memiliki waktu paruh yang relatif pendek sekitar 5-7 jam dan indeks terapetik yang
sempit yaitu 10-20 μg/ml. Pada penderita asma diperlukan kadar terapi sedikitnya
5-8 μg/ml dan efek toksik teofilin mulai terlihat pada kadar diatas 15 μg/ml terutama
Suryawati, 2000).
termasuk salah satu obat yang memiliki indeks terapi sempit (kisaran kadar efektif minimal
kadar toksik minimal dalam darah 10-20 µg/ml) sehingga teofilin merupakan salah satu
obat model pada studi interaksi obat. Potensi toksisitas akutnya telah diketahui
berhubungan dengan kadar teofilin utuh di dalam darah (> 20 µg/ml), terwujud sebagai
mual, muntah, pendarahan saluran cerna, asidosis metabolik, hipokalemia, hipotensi, aritmia
3. Bagaimana cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada pasien dengan
keracunan?
BAB II
PEMBAHASAN
berbeda antara yang satu dengan lainnya. Kata "toksin" didefinisi sebagai racun yang
didefinisikan sebagai cairan mengandung racun yang disekresikan atau dihasilkan oleh hewan
selama proses pertahanan diri atau menyerang hewan lain dengan gigitan maupun sengatan.
Jadi,Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh
a. Meracuni diri sendiri : penderita berusaha bunuh diri dengan tujuan menarik
perhatian, biasanya menelan racun damal dosis besar untuk membahayakan diri.
b. Usaha bunuh diri : seperti penderita ingin benar-benar bunuh diri dan dapat berakhir
dengan kematian.
c. Kecelakaan : keracunan ini terjadi benar-benar karena kecelakaan dan tidak ada unsur
kesengajaan.
e. Keracunan akibat ketergantungan obat : Keracunan ini terjadi akibat sifat toleransi
obat sehingga memerlukan peningkatan dosis. Peningkatan dosis yang tidak terukur
atau tidak terkendali menimbulkan over dosis yang fatal (Anonim, 2009).
Keracunan teofilin merupakan masalah klinik utama. Tanda dan gejala keracunan
teofilin akut bervariasi dari nausea ringan, insomnia, iritabilitas, tremor, dan nyeri kepala
sampai kejang-kejang, sampai meninggal. Gejala gastro intestinal seperti (nausea, muntah,
hematemesis, kram) biasanya tampak paling awal dan umumnya mendahului manifestasi
toksisitas sistem saraf sentral yang lebih serius (kejang, koma). Jarang sekali, namun dapat
muncul kejang sebagai tanda pertama keracunan teofilin. Gangguan frekuensi jantung yang
paling sering takhikardia, gangguan irama (kontraksi prematur atrium dan ventrikel atau
takhikardia), dan hipotensi sering ditemukan pada keracunan berat. Termasuk masalah
tambahan yaitu : hipokalemia, hiperglikemia, ataksia, dan haluinasi. Tanda-tanda dan gejala
keracuna teofilin, secara keseluruhan, tergantung kadar kadar pada kadar serum, tetapi kadar
yang diosertai dengan gejala keracunan serius sangat bervariasi. Pada orang dewasa yang
kejang rata-rata kadar serumnya dilaporkan sekitar 50 µg/ml dengan kisaran 20-70 µg/ml.
Beberapa bayi yang kejang-kejang akibat teofilin dilaporkan mempunyai kadar teofilin serum
sangat tinggi (180 µg/ml pada satu kasus) sekuelae permanen yang tampak. Remaja sehat
yang menelan teofilin dalam upaya bunuh diri dapat mentoleransi kadar teofilin serum yang
sangat tinggi (100 µg/ml) tanpa sekuel permanen jika diobati dengan tepat. Sebaiknya anak
yang bertahan hidup dari keracunan teofilin berat dapat juga menderita cidera otot berat yang
Mekanisme kerja teofilin masih belum diketahui secara pasti. Beberapa mekanisme
fosfodiesterase, seperti alterasi intraselular kalsium dan siklik AMP. Teofilin juga berperan
sebagai antagonis reseptor adenosin (Haddad et al, 1990). Mekanisme toksik teofilin
disebabkan oleh berkurangnya kalium dari dalam sel (hipokalemia). Hal ini juga dapat
memicu peningkatan kadar katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) dalam darah, yang dapat
memicu hiperglikemia (peningkatan glukosa dalam plasma) (Cassaret et al., 1997). Selain itu
terapeutik dan mungkin itu sendiri merangsang reseptor beta – adrenergik (Olson et al.,
2004).
Pengobatan keracunan teofilin harus dimulai dengan cara-cara yang dirangcang untuk
merangsang muntah (misalnya pemberian ipekak) atau sonde yang disertai campuran 30
gram arang aktif untuk menyerap teofilin yang tersisa dalam saluran gastrointestinal. Arang
yang diaktifkan dapat juga membuang teofilin serum yang telah diserap dari saluran
timbul muntahan bila menggunakan ipekak untuk merangsang muntah karena arang juga
menyerap ipekak. Sesudah menelan teofilin dianjurkan pemberian arang berulang dengan
interval 2-3 jam. Penambahan pencahar garam yang tak terabsorbsi efektif untuk mengurangi
waktu transit usus bila teofilin telah tertelan. Dialisis peritoneal dapat membuang teofilin dari
penderita keracunan teofilin, tetapi hemoperfusi dengan menggunakan kolom arang yang
disiapkan secara khusus merupakan metode pilihan. Indikasi untuk homoperfusi arang tidak
ditegaskan secara sempurna, indikasinya tergantung pada kadar serum dan pada
pertimbangan klinik. Diazepam merupakan terapi efektif untuk kejang, propanolol membantu
untuk pengobatan hipotensi atau aritmioa supraventrikel atau aritmia ventrikel (lidokain juga
efektif untuk takidardia ventrikel) dan ranitidin dapat membantu dalam pengendalian muntah
perilaku yang tidak kentara seperti hiperaktivitas dan gangguan tidur. Pengaruh-pengaruh ini
tergantung dosis. Teofilin tidak mempunyai pengaruh yang merugikan pada fungsi kognitif.
BAB III
KESIMPULAN
antagonis adenosine dan menghambat enzim phospodiesterase PDE III dan PDE IV.
2. Gejala yang umum terjadi pada keracunan teofilin antara lain mual, takhikardi,
3. Pertolongan pertama pada keracunan teofilin adalah dengan pemberian ipekak untuk
merangsang muntah, dan pemberian arang aktif untuk membantu menyerap teofilin
lebih 50 mg / kg berpotensi mengakibatkan tingkat di atas 100 mg / L dan berat toksisitas
AKU AKU AKU. Presentasi klinis. Dua sindrom yang berbeda dari keracunan dapat terjadi, tergantung
Tunggal overdosis A. akut biasanya merupakan hasil dari usaha bunuh diri ataudisengaja
menelan masa kanak-kanaktetapi mungkin juga disebabkan oleh kecelakaan atau iatrogenik
penyalahgunaan
(overdosis terapi).