Anda di halaman 1dari 34

EFEK OBAT

Oleh :
Nabhani, S.Pd., S.Kep.,M.Kes
Efek ialah perubahan fungsi struktur
atau proses sebagai akibat kerja obat.

KERJA  EFEK (RESPON)

Dikenal 2 macam efek :


1. Efek normal
2. Efek abnormal
Efek normal
ialah efek yang timbul pada sebagian
besar (kebanyakan) individu
Efek abnormal
ialah efek yang timbul pada sebagian
kecil individu atau kelompok individu ter-
tentu.

Kedua macam efek tersebut dapat ter-


jadi pada dosis lazim yang dipergu-
nakan dalam terapi
Efek Normal

Obat dalam dosis terapi dapat menim-


bulkan lebih dari satu macam efek yang
dibedakan menjadi :
1. Efek utama (primer)
2. Efek samping
1. Efek Primer
ialah efek yang sesuai dengan tujuan
pengobatan.
Misal :
Morfin untuk menghilangkan rasa sakit
Eter untuk menginduksi anastesi
2. Efek samping
ialah efek yang tidak menjadi tujuan
utama pengobatan.
Efek ini bisa menguntungkan atau
merugikan tergantung pada kondisi
dan situasi pasien
Misal :
Antihistamin (difenhidramin).
Tujuan untuk melawan kerja histamin.
Antihistamin  menimbulkan rasa kan-
tuk
Menguntungkan……?????
Ya…bagi pasien yang membutuhkan is-
tirahat
Merugikan….?????
Ya…pada pekerjaan yang butuh ke-
waspadaan seperti pengemudi
kendaraan bermotor.
Efek utama dapat menimbulkan efek
sekunder, yaitu efek yang tidak di-
inginkan dan merupakan reaksi organ-
isme (tubuh) terhadap efek primer
obat.
Misal :
Tetrasiklin peroral  dapat menim-
bulkan diare
Mengapa …..????
Tetrasiklin  antibiotik spektrum luas
Tetrasiklin dalam saluran cerna mem-
bunuh flora normal usus yang mem-
bantu fungsi normal pencernaan
Flora normal usus terbunuh  fungsi
normal saluran cerna terganggu  di-
are
Efek Abnormal
Dapat berupa toleransi atau intoleransi
1. Toleransi
ialah peristiwa yang terjadi jika dibu-
tuhkan dosis yang lebih tinggi untuk
menimbulkan efek yang sama dengan
yang dihasilkan oleh dosis terapi nor-
mal.
Dibedakan menjadi toleransi semu
dan toleransi sejati.
Toleransi Semu
Timbul akibat obat diberikan dengan
cara tertentu
Misal :
seorang individu toleran terhadap obat
(racun) jika diberikan secara peroral,
tetapi tidak toleran jika racun diberikan
dengan cara lain misal disuntikkan.
Toleransi Sejati
Timbul jika obat diberikan secara oral
maupun parenteral
Dapat disebabkan perubahan disposisi
obat yang berakibat berkurangnya in-
tensitas dan lamanya kontak kontak an-
tara obat-jaringan sasaran (reseptor)
atau perubahan sifat dan fungsi
sasaran sedemikian sehingga jaringan
kurang peka terhadap obat.
Toleransi sejati meliputi toleransi alami
dan toleransi yang diperoleh

a. Toleransi alami
ialah toleransi yang terlihat pada
berbagai spesies hewan dan juga
pada berbagai suku bangsa
Meliputi : toleransi spesies dan toler-
ansi rasial
Toleransi spesies
Contoh :
kelinci toleran terhadap dosis tinggi at-
ropin karena mempunyai atropin es-
terase  mampu menghidrolisis atropin
Toleransi rasial
Efedrin  kantong konjungtiva orang
Kaukasia dilatasi pupil
Pada orang negro  tidak berefek
b. Toleransi yang diperoleh
ialah toleransi yang timbul setelah indi-
vidu menggunakan obat secara beru-
lang-ulang
Contoh : barbiturat, xantin
Toleransi yang timbul beberapa saat
setelah pemberian obat  takhifilaksis
(toleransi akut)
contoh : efedrin, amfetamin
2. Intoleransi
suatu penyimpangan respon terhadap
dosis tertentu obat.
Dibedakan menjadi intoleransi kuanti-
tatif dan kualitatif
A. Intoleransi Kuantitatif
Beberapa individu hiperresponsif ter-
hadap obat  dapat merespon dosis
obat yang lebih rendah dari dosis terapi

B. Intoleransi Kualitatif
Gejala dan tanda yang tampak sama
sekali berbeda dari gejala yang timbul
setelah pemberian obat dosis toksik
Meliputi : idiosinkrasi, anafilaksis, alergi
Idiosinkrasi
Merupakan efek abnormal dan terjadi
secara individu, familial atau rasial.
Contoh :
Primakuin  hemodialisis pada
sekelompok orang kulit berwarna,
sekelompok orang Yunani dan Medit-
erania  kekurangan glukosa-6-fosfat
dehidrogenase
Anafilaksis
Reaksi alergi yang terjadi dalam waktu
singkat setelah pemberian obat.
Dapat menimbulkan syok  syok anafi-
laksis  berakibat fatal
Alergi
Beberapa individu  obat dapat
menimbulkan zat anti (antibody)
Pemeberian obat berikutnya  terjadi
reaksi antara obat (antigen) dengan zat
antibody  melepaskan histamin 
timbul gangguan pada kulit (gatal-gatal)
dan asma bronkhial
Reaksi berlangsung lambat
Contoh obat : Penisillin
EFEK TOKSIK

Efek yang timbul jika obat digunakan


berulang-ulang dan dalam dosis tinggi.
Klasifikasi  berkaitan dengan organ /
sistem yang menjadi sasaran obat yang
bersangkutan.
Toksisitas hemopetik
Efek seperti anemia sampai berbagai
diskrasias darah aeperti lekopenia,
granulositopenia, agranulositosis, trom-
bositopenia.
Contoh obat : …..???
kloramfenikol
Hepatotoksisitas
Obat  menimbulkan kerusakan hati 
merusak sel-sel hati
Contoh obat yang menimbulkan
kerusakan hati : …..???
Parasetamol, klorpromazin, karbon
tetraklorida
Nefrotoksisitas
Toksik pada ginjal
Antibiotik neomisin tidak pernah
diberikan secara parenteral  toksisi-
tasnya pada ginjal
Benttuk terasetilasi sulfonamida dapat
mengendap pada saluran air kemih 
jika air kemih bereaksi asam  timbul
batu ginjal
Toksisitas perilaku
Obat reserpin  menimbulkan kecen-
derungan bunuh diri
Amfetamin  menyebabkan disorien-
tasi, bingung, dan kesukaran berkon-
sentrasi
Teratogenisitas
Obat sedatif thalidomide  mengaki-
batkan anomali perkembangan janin
Tragedi thalidomide  mengharuskan
dilakukannnya uji teratogenisitas ter-
hadap setiap obat baru
Ketergantungan
Obat seperti opiat, alkohol, barbiturat 
dapat menyebabkan timbul ketergan-
tungan psikologik dan fisiologis jika
diberikan secara berulang-ulang
Uji Toksisitas Obat

1. Uji Toksisitas Akut


Untuk menentukan efek toksik suatu
senyawa (misal zat tambahan
makanan) yang akan terjadi pada
waktu singkat setelah pemejanan
pada berbagai tingkatan dosis
Sekurang-kerungnya menggunakan 2
jenis hewan uji rodent dan nirrodent,
jantan maupun betina
Biasanya pengamatan dilakukan se-
lama 24 jam dan maksimum sampai 3-7
hari setelah pemejanan dengan dosis
tunggal
Pengamatan seperti gejala klinis, jum-
lah hewan yang mati, histopatologi or-
gan
Diperoleh data kuantitatif LD50 dan data
kualitatif seperti penampakan klinis dan
morfologi efek toksik senyawa uji
2. Uji Toksisitas Subkronik
Uji ketoksikan suatu senyawa yang
diberikan dengan dosis berulang pada
hewan uji tertentu kurang dari 3 bulan
Tujuan  untuk mengungkapkan spek-
trum efek toksik senyawa uji dan kai-
tannya dengan takaran dosis
Pemeriksaan perubahan berat badan,
hemaologi, gejala klinis, histopatologi
organ
3. Uji Toksisitas Kronik
Serupa dengan uji toksisitas subkronik
 perbedaannya pada lama pemejanan
senyawa uji lebih dari 3 bulan (selama
sebagian besar masa hidup hewan uji)
Akan menutupi hasil uji ketoksikan akut
dan subkronik  kedua uji ini memiliki
keterbatasan nilai prediktif
Mengapa……???
Karena :
1. Zat kimia mungkin menghasilkan re-
spon toksik berbeda bila diberikan se-
cara berulang selama waktu yang pan-
jang
2. Selama proses menua  faktor
kepekaan jaringan, perubahan kapa-
sitas metabolik, penyakit  mungkin
mempengaruhi derajat dan sifat efek
toksik
Tujuan uji ketoksikan kronik :
1. Melihat perubahan secara kasar mis-
alnya perubahan berat badan, ron-
toknya bulu, perubahan tingkah laku
hewan
2. Efek senyawa uji terhadap organ hati,
ginjal, jantung
Matur Nuwun

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai