Anda di halaman 1dari 17

ASKEP IKTERUS

NEONATORUM
Pengertian
Ikterus neonatorum adalah keadaan
ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir
yaitu meningginya kadar bilirubin di dalam
jaringan ekstravaskuler sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning timbul pada hari ke 2-3
setelah lahir dan akan menghilang dengan
sendirinya pada hari ke 10.
Etiologi
Peningkatan produksi Billirubin dapat menyebabkan:

a) Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat


ketidaksesuaian golongan darah ibu dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO.

b) Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.

c) Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik


yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .

d) Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.

e) Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20


(beta), diol (steroid).

f) Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin


Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
Segera setelah lahir bayi harus
mengkonjugasi Bilirubin (merubah bilirubin yang
larut dalam lemak menjadi bilirubin yang mudah
larut dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan
jumlah konjugasi tergantung dari besarnya
hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah
tempat ikatan albumin (Albumin binding site).
Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup
bulan, hatinya sudah matang dan menghasilkan
enzim glukoronil transferase yang memadai
sehingga serum bilirubin tidak mencapai tingkat
patologis.

Patofisiologi
Bilirubin adalah produk pemecahan
hemoglobin yang berasal dari pengrusakan
sel darah merah /RBCs. Ketika RBCs rusak
maka produknya akan masuk sirkulasi,
dimana hemoglobin pecah menjadi hemo
dan globin.
 Tanda Dan Gejala

◦ Timbul warna kekuningan pada hari ke-2 dan


ke-3
◦ Kadar billirubin direct tidak melebihi 10 mg %
pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg %
pada neonatus kurang bulan
◦ Kecepatan peningkatan kadar billirubin tidak
melebihi 5 mg % /hari
◦ Kadar billirubin direct tidak melebihi 1 mg %.
◦ Icterus menghilang pada 10 hari pertama.
Lanjutan,,

 Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan


keadaan patologis
 Warna kekuningan cepat menyebar kesekujur
tubuh bayi
 Warna kekuningan lebih lama menghilang,
biasanya lebih dari 2 minggu.
 Adanya disertai dengan kulit memucat
(anemia) (Rudolph, 2006).
 Penatalaksanaan

Berdasarkan pada penyebabnya, maka


manejemen bayi dengan Hiperbilirubinemia
diarahkan untuk mencegah anemia dan
membatasi efek dari Hiperbilirubinemia.
Tujuan :
 Menghilangkan Anemia
 Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit
Tersensitisasi
 Meningkatkan Badan Serum Albumin
 Menurunkan Serum Bilirubin
Lanjutan,,,
Penatalaksanan :

1. Foto therapi
2. Transfusi pengganti
3. Therapi obat
 Komplikasi

 Letargi/lemas.
 Kejang.
 Tak mau mnghisap.
 Tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya
opistotonuss.
 Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat
terjadi spasme otot, epistotonus, kejang.
 Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental
Pengkajian meliputi:
1. Identitas pasien
 Nama bayi: untuk membedakan bayi yang satu dengan bayi yang lain
 Umur bayi: untuk mengetahui hari keberapa dilakukan pengkajian/asuhan
 Tgl/jam lahir: untuk mengetahui kapan bayi tersebut lahir/umur
 Jenis kelamin: untuk mengetahui jenis kelamin bayi tersebut (ada
kemungkinan terjadi kelainan gender kejadian , ikterus. pada BBL lebih
besar pada iaki-laki).
 Berat badan : untuk mengetahui apakah bayi lahir dengan berat rendah,
nornial/bayi besar. Bayi normal 2500 gr - 4000 gr. Pada bayi ikterus
kemungkinan kecil masa kehamilan, BLR dan besar masa kehamilan
 Panjang badan : panjang badan normal 48 - 52 cm
 Alamat : mengetahui keadaan lingkungan tempat tinggal dan untuk
identifikasi
1. Anamnesa
a) Riwayat penyakit kehamilan
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama kehamilan yang dapat menyebabkan bayi ikterus.
Contoh : diabetes, golongan darah ibu - bayi tidak sesuai, Rh/ABO incompatibility, sakit infeksi, spherositosis
kongenital
a) Kebiasaan waktu nifas
Untuk mengetahui kebiasaan ibu pada saat nifas yang dapat berpengaruh pada janin/BBL
 3. Riwayat persalinan sekarang
 a. Jenis persalinan : biasanya ikterus terjadi persalinan dibantu vacum eksraksi
 b. Penolong : apakah dokter atau bidan
 c. Tempat persalinan : Apakah di rumah ibu, bidan atau RS
 d. Umur kehamilan : Pada ikterus kemungkinan terjadi pada preterm. kecil masa kehamilan. dan. besar
masa kehamilan.
 e. Ketuban : Warnanya jernih atau keruh, baunya khas atau tidak, jumlahnya normal atau tidak.
Normalnya < 500 cc.
 f. Komplikasi persalinan : biasanya bayi ikterus terjadi pada persalinan dengan trauma.
 g. Keadaan bayi baru lahir : nilai dengan APGAR 1 menit pertama dan 5 menit kedua

 Objektif
 Pemeriksaan
 1. Keadaan umum : Apakah bayi tampak baik atau tidak. Biasanya bayi ikterus terlihat letargi / aktifitas
menurun
 2. Suhu : Suhu normal 36,5 - 37,2° C
 3. Pernapasan : Frekuensi pernapasan sebaiknya dihitung 1 menit penuh. Normalnya 40-60x / menit
 4. Nadi : Frekuensi nadi normal 70 - 180x /menit
 5. BB sekarang : Untuk mengetahui kenaikan / penurunan BB bayi
 Pemeriksaan fisik secara sistematik
 1. Kepala : Dilihat besar, bentuk, molding, sutura, adakah caput ikterus terjadi pada pendarahan intra
kranial dan sefal hematom
 · Muka : Untuk melihat kelainan kongenital, adakah warna kuning
 · Mata : Ada tidaknya pendarahan atau warna kuning pucat menandakan anemia
Diagnosa

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan,


letargi dan malaise
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan distensi abdomen, perasaan tidak enak
pada perut serta anoreksia
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan
edema
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan mekanisme
pembekuan darah dan perubahan tingkat kesadaran
(Smeltzer & Bare, 2001).
Fokus intervensi dan rasional

1. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan bilirubin


Tujuan Keperawatan
Pertukaran gas kembali adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
bayi tidak sesak napas
Leukosit dalam batas normal.
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat.
Intervensi dan Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam. Rasional : Untuk mengetahui perubahan
tanda-tanda vital
2. Monitor kedalaman dan frekuensi pernapasan. Rasional : Untuk evaluasi derajat
distress
3. Observasi kulit dan membran mukosa. Rasional: Untuk mengetahui sianosis perifer
( pada kuku) dan sianosis sentral ( pada sekitar bibir).
4. Atur posisi tidur semi fowler/ nyaman menurut pasien. Rasional : Menurunkan
tekanan diafragma dan melancarkan O2
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian O2. Rasional : Memperbaiki /
mencegah memburuknya hipoksia
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi TBC. Rasional: Mencegah
perkembangbiakan dan mematikan mikrobakterium tuberkulosis.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan,
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat.
Kriteria hasil :
a. Turgor kulit baik.
b. Mukosa lembab.
c. Mata tidak cekung
d. Tidak ada penurunan urine out put ( 1-3 cc/kg/BB/jam).
e. Penurunan BB dalam batas normal.
f. Tidak ada perubahan kadar elektrolit tubuh.

Intervensi Dan Rasional


a. Pemberian cairan dan elektolit sesuai protokol. Rasional :Memenuhi kebutuhan
cairan sehingga tubuh akan terpenuhi untuk menjamin keadekuatan
b. Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor, membran mukosa. Rasional : Dapat
menentukan tanda-tanda dehidrasi dengan tepat.
c. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasional :Mengetahui keseimbangan antara
masukan dan pengeluaran.
d. Monitor TTV. Rasional : Mengetahui status perkembangan pasien.
e. Kaji hasil test elektrolit. Rasional : Perpindahan cairan atau elektrolit, penurunan
fungsi ginjal dapat meluas mempengaruhi penyembuhan pasien.
3.Risiko tinggi hipotermia dan hipertermia berhubungan dengan sistem pengaturan
suhu tubuh yang belum matang
Tujuan keperawatan
Menjaga suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36 – 37 o C
Kriteria hasil
Bayi akan :
a. Mempertahankan suhu tubuh normal 36 – 37 o C
b. Akral hangat
c. Tidak sianosis
d. Badan berwarna merah
Intervensi dan Rasional
1. Observasi suhu dengan sering, ulangi setiap 5 menit selama penghatan ulang
Rasional : Hipotermia membuat bayi cenderung pada stress dingin, penggunaan
simpanan lemak coklat yang tidak dapat diperbaiki bila ada dan penurunan
sensitivitas untuk meningaktkan kadarCO2 (hiperkapnea dan penurunan kadar
O2 (hipoksia)
2. Perhatikan adanya takipnea atau apnea, cyanosis, umum, akrosianosi atau kulit
belang, bradikardia, menangis buruk, letargi, evaluasi derajat dan lokasi icterik.
Rasional : Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
3. Rasional :Tanda-tanda ini menandakan stress dingin yang meningkatkan O2 dan
kalori serta membuat bayi cenderung pada asidosis berkenaan dengan metabolic
anaerobic
4. Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, incubator, tempat tidur terbuka dengan
penyebar hangat, atau tempat tidur bayi terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi
yang lebih besar atau lebih tua
5. Rasional : Mempertahankan lingkungan termometral, membantu mencegah
stress dingin
6. Gunakan lampu pemanas selama prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi
dengan penutup plastic atau kersta aluminum bila tepat. Objek panas berkontak
dengan tubuh bayi seperti stetoskop.
7. Rasional : Menjaga suhu tubuh bayi dalam batas normal
8. Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap
tertutup

Anda mungkin juga menyukai