Oleh :
LION GUNTUR PRASETYO
NIM. 19037140027
Asuhan Keperawatan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada
Praktek Klinik Keperawatan III
.................................... ............................................
Kepala Ruangan
.....................................
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan pendahuluan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada
Praktek Klinik Keperawatan III
.................................... ............................................
LEMBAR KONSULTASI
Nama :
Ruangan :
Kerusakan neurologis yang diakibatkan oleh suatu benda atau serpihan tulang
yang menembus atau merobek suatu jaringan otak oleh suatu pengaruh kekuatan atau
energi yang diteruskan ke otak dan akhirnya oleh efek percepatan perlambatan pada
otak yang terbatas pada kompartemen yang kaku. (Price, 1995).
Cendera Kepala (terbuka & tertutup) terdiri dari fraktur tengkorak Cranio serebri
(geger). Kontusio (memar) / Laserusi & perdarahan serebral (subarakhnoid, subdural,
epidural, intraserebral batang otak). Trauma primer terjadi karena benturan langsung
atau tidak langsung (akselerasi/deselerasi otak). Trauma sekunder akibat trauma
syaraf (mil akson) yang meluas hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea atau
hipertensi sistemik (Doengoes, 1993)
B. Etiologi
1) Trauma tajam
Trauma oleh benda tajam : menyebabkan cedera setempat & menimbulkan cedera
lokal. Kerusakan lokal meliputi contusio serebral, hematom serebral, kerusakan otak
sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia
2) Trauma tumpul
Trauma oleh benda tumpul menyebabkan cedera menyeluruh (difusi) : Kerusakannya
menyebar secara luas terjadi dalam 4 bentuk : cedera akson, kerusakan otak hipoksia.
Pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi
karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak atau kedua-duanya.
C. Klasifikasi
Secara umum cedera diklafikasikan menurut skala Gasglow Coma Scale
diklafisikan menjadi tiga :
1. Cedera Kepala Ringan (GCS 13 - 15) dapat terjadi kehilangan kesadaran atau
amnesia selama 30 menit, tidak Ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur
serebral, dan hematoma
2. Cedera Kepala Sedang (GCS 9-12) hilangnya kesadaran atau amnesia lebih
dari 30 menit, kurangdari 24 jam bisa terjadinya fraktur tengkorak,
3. Cedera Kepala Berat (GCS 3 - 8) dapat kehilangan kesadaran dan terjadi
amnesia lebihdari 24 jam meliputi kontusio serebral, laserasi, atau
hematoma intrakarnial (wahidin & ngabdi 2020)
D) Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang di timbulkan tergantung pada bearnya dan distribusi cedera
otak.
a. Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukkan fraktur
tersebut
dari hidung, faring, atau telinga, dan darah mungkin akan terlihat pada
konjungtifa
robekan durameter.
g. Cairan serebro spinal yang mengandung darah menunjukkan rase rasi otak
atau kontusio
a. Disoerientasi ringan
c. Sakit kepala
e. Gangguan pendengaran
Tanda dan gejala
E) Patofisiologis
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat
ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan
(aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam,
seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda
tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang
secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini
mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak
langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat.
Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang
menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar
pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai
akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan auto4
regulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya
meliputi hiperemi (peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas
kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial,
dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala "fokal" dan
"menyebar" sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan
hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi
kontusio serebral dan hematom intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang
disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak
menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam
empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan
otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada. seluruh otak. Jenis cedera ini
menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera
menyebar pada hemisfer serebral, batang otak, atau dua-duanya.
Pathway
Benturan kepala
Trauma kepala
Trauma pada jaringan lunak Trauma akibat deselerasi/akselerasi Robekan dan distorsi
MK : Risiko infeksi Perubahan pada cairan intra dan ekstra sel → edema
Sakit kepala
Peningkatan suplai darah ke daerah trauma → vasodilatasi
MK :
MK :
MK :
MK : : MK
MK :
F) Penatalaksanaan
Sakit kepala, pening, peka rangsang dan ansietas
a. Berikan informasi penjelasan dan dorongan untuk mengurangi sindrom pasca
– konkusio
atau Bangsal : kesulitan untuk terjaga, kesulitan untuk berfikir, sakit kepala
hebat.
b. Hentikan pendarahan
G) Pemeriksaan Penunjang
Foto polos tengkorak (skull-rey)
Angiografi serebral
Pemeriksaan MRI
CT Scan: indikasi ct scan nyeri kepala atau muntah muntah. Penurunan
GCS, adanya laserasi, bradikardi (nadi <60x?mnt). fraktur impression
dengan laserasi yang tidak sesuai, tidak ada perubahan selama 3 hari
perawatan dan luka tembus akibat benda tajam atau peluru
H) Kompikasi
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma
Kumpulan darah pada hematoma intrakranial bisa terjadi di dalam jaringan otak
perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robekan pembulu
Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-
kadangdisertailateralisasipada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daer
CM,Perifer,AdanyapergeserangaristengahSecara klinis hematom tersebut da
tulang, biasanya sumber pendarahannya adalah robeknya Arteri meningica
media (paling sering), Vena diploica (oleh karena adanya fraktur kalvaria),
Vena emmisaria, Sinus venosus duralis.
Pada keadaan yang normal, sebenarnya tidak ada ruang epidural
Perdarahan biasanya terjadi dengan fraktur tengkorak bagian temporal
parietal yang mana terjadi laserasi pada arteri atau vena meningea media.
Perdarahan yang berlanjut akan memaksa dura untuk terpisah lebih lanjut,
dan menyebabkan hematoma menjadi massa yang mengisi ruang.
SDH (SUBDURAL HEMATOMA )
duramater dan arhacnoid dengan sumber perdarahan dapat berasal dari vena
jembatan atau bridging vein (paling sering), A/V cortical, Sinus venosus
duralis subdural hematoma dibagi 3 :
1.Subdural hematom akut
2.Subdural hematom subakut
3.Subdural hematom kronis
b. Edema serebral dan herniasi Edema serebral adalah penyebab paling umum
abnormalitas gerakan mata, dan deficit neurologic seperti afasia, efek memori,
8) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan CT Scan
I) Diagnosa Keperawatan
A) Risiko infeksi
Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko
1. Penyakit kronis (mis. diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
1) Gangguan peristaltik
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi pH
4) Penurunan kerja siliaris.
5) Ketuban pecah lama.
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
Kondisi Klinis Terkait
1) AIDS
2) Luka bakar
3) Penyakit paru obstruktif kronis
4) Diabetes melitus
5) Tindakan invasif
6) Kondisi penggunaan terapi steroid
7) Penyalahgunaan obat
8) Ketuban Pecah Sebelum
9) Kanker
10) Gagal ginjal
11) Imunosupresi
12) Lymphedema
13) Leukositopenia
14) Gangguan fungsi hati
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar klien dapat mencuci tangan dengan benar
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung meminimalisir penularan infeksi dari orang lain
- Berikan perawatan kulit pada area edema membantu menjaga kesehatan kulit pada klien
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak mencegah terjadinya penularan bakteri atau
dengan pasien dan lingkungan pasien virus
Observasi
-Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan perawat dapat mencegah terjadinya infeksi
sistemik
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu membantu sistem kekebalan tubuh pada klien
C) Nyeri akut
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong. mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri"
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi pembedahan
2 Cedera traumatis
3 Infeksi
4 Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
Kondisi Klinis Terkait
*) Pengkapan nyeri dapat meggunakan instrumen skala nyert, seperti
FLACC Behavioral Pain Scale untuk usia kurang dan 3 tahun
Baker-Wong FACES scale untuk usia 3-7 tahun
Visual analogue atau numeric ranting sale untuk usia di atas 7 tahun
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan masalah klien
teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1. Keluhan nyeri (5)
2. Meringis (5)
3. Gelisah (5)
4. Kesulitan Tidur (5)
5. Perasaan takut mengalami cedera berulang (5)
D) Defisit nutrisi
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Penyebab
1. Ketidakmampuan menelan makanan.
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Berat badan menurun
minimal 10% di bawah
rentang idea!
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif
1. Bising usus hiperaktif
2 Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4 Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7 Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn's
14. Enterokolosis
15. Fibrosis kitik
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi danIndikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Implementasi Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Wahidin. 2020. Nursing Science Journal (NSJ). Purworejo. Volume 1, nomor 1, hal
7-13