Gagal Jantung
Oleh:
Pembimbing :
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................. i
1.1 Definisi................................................................................. 1
1.2 Klasifikasi............................................................................. 1
1.3 Etiologi................................................................................. 3
1.4 Patofisiologi.......................................................................... 4
1.6 Diagnosis.............................................................................. 6
1.7 Penatalaksanaan.................................................................... 12
BAB 3 DISKUSI....................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 37
i
BAB 1
TNJAUAN PUSTAKA
jantung akut dan kronik, gagal jantung didefinisikan, secara klinis, sebagai sebuah
sindroma dimana pasien memiliki gejala tipikal (sesak nafas, ankle swelling, dan
tungkai, ronkhi pada paru, dan pergeseran dari denyut apeks jantung 2. Sekitar 1-2
prevalensi yang meningkat sampai ≥ 10% pada orang dengan usia 70 tahun atau
lebih3.
1.2 Klasifikasi4
Kedua jenis ini terjadi secara tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan
dari pemeriksaan jasmani, foto toraks atau EKG dan hanya dapat dibedakan
dengan eko-Doppler.
Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung
1
fraksi ejeksi lebih dari 50%. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan Doppler-
ekokardiografi aliran darah mitral dan aliran vena pulmonalis. Tidak dapat
Gangguan relaksasi,
Pseudo-normal
Tipe restriktif.
jantung agar waktu untuk diastolik bertambah, dapat dilakukan dengan pemberian
kelainan katup dan perikard. High out put HF ditemukan pada penurunan
V, beri-beri dan penyakit Paget. Secara praktis, kedua kelainan ini tidak dapat
dibedakan
Gagal Jantung Akut (GJA) yaitu timbulnya sesak nafas secara cepat < 24
jam akibat kelainan fungsi jantung, gangguan fungsi sistolik atau diastolik atau
irama jantung atau kelebihan beban awal (preload), beban akhir (after load) atau
2
kontraktilitas. Keadaan ini mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat.
Contoh klasik gagal jantung akut (GJA) adalah robekan daun katup secara tiba-
tiba akibat endokarditis,trauma atau infark miokard luas. Curah jantung yang
menurun secara tiba tiba menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai
edema perifer
Gagal Jantung Kronik (GJK) yaitu sindrom klinis yang kompleks akibat
dengan baik.
pulmonalis dan paru menyebabkan pasien sesak napas dan ortopnea. Gagal
jantung kanan terjadi kalau kelainannya melemahkan ventrikel kanan seperti pada
distensi vena jugularis. Tetapi karena perubahan biokimia gagal jantung terjadi
pada miokard kedua ventriel, maka retensi cairan pada gagal jantung yang sudah
1.3 Etiologi
3
1. Peningkatan afterload pada pasien hipertensi sistemik atau pada pasien
hipertensi pulmonal
2. Peningkatan preload karena volume overload atau retensi air
3. Gagal sirkulasi seperti pada keadaan high output states antara lain pada
Kondisi lain yang dapat menimbulkan gagal jantung akut adalah ketidakpatuhan
1.4 Patofisiologi
kapasitas pompa jantung seperti iskemia, hipertensi dan yang lainnya. Penurunan
miokardium yang bersifat progresif. Pada tahap lebih lanjut, penurunan fungsi ini
4
1.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung terdiri atas dispnea dengan tenaga (awal)
atau pada saat istirahat (akhir), orthopnea, paroksismal nokturnal dispnea yaitu
serangan sesak napas berat dan batuk pada malam hari, biasanya membangunkan
seperti anoreksia, mual, sakit perut dan kepenuhan, serta nyeri kuadran kanan atas.
Adapun gejala lain yang muncul yaitu nokturia dan gejala serebral yaitu status
Pasien gagal jantung akut dapat datang dengan berbagai kondisi klinis, yaitu:
5
Acute Decompensated Heart Failure (ADHF)
Dapat baru pertama kali (de novo) atau dekompensasi dari gagal jantung
Gejala gagal jantung dengan tekanan darah tinggi dan fungsi ventrikel
Edema paru
Sesak nafas hebat, dengan ronki basah kasar terutama di basal paru,
Syok Kardiogenik
Tekanan darah sistolik <90 mmHg, produksi urin 0,5 cc/ kg BB/ jam,
dengan laju nadi > 60 kali/ menit (tidak ada blok jantung) dengan atau
Curah jantung tinggi, laju nadi cepat, akral hangat, kongesti paru, kadang-
1.6 Diagnosis
6
gagal jantung akut dapat ditegakkan bila terdapat paling sedikit 1 kriteria mayor
dan 2 kriteria minor dari kriteria Framingham7, yaitu kriteria mayor terdiri atas
edema paru akut, Gallop S3, peninggian tekanan vena jugularis lebih dari 16
Kriteria minor yaitu edema ekstremitas, batuk malam hari, dyspnea d’effort,
hepatomegali, efusi pleura, penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal, takikardia
Kebanyakan gagal jantung akut didasari oleh adanya sindrom koroner akut.
Oleh sebab itu identifikasi sindrom koroner akut harus dipikirkan dari sejak awal
untuk memilih terapi yang tepat. Target terapi awal adalah secepatnya
7
Gambar 2. Algoritma tatalaksana pada pasien gagal jantung akut
a. Anamnesa
Secara umum dari anamnesa dapat ditemukan :
- Tanda output rendah : fatigue, lemah, perubahan status mental,
azotemia prerenal
- Gagal jantung kiri : dispnu, ortopnu, dispnu nokturnal paroksismal
- Gagal jantung kanan : edema perifer, rasa tidak nyaman dikuadran
kanan atas
8
Kriteria Framingham
. Kardiomegali . Hepatomegali
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2 kriteria
minor
b. Pemeriksaan Fisik
tekanan darah sistolik yang normal atau tinggi pada onset awal dan rendah
pada gagal jantung lanjut. Tekanan nadi dapat berkurang, akral dingin,
sianosis pada bibir dan bantalan kuku, distensi vena jugularis, refluks
crepitations) dengan atau tanpa mengi ekspirasi serta efusi pleura baik
yang bergeser, adanya bunyi S3 atau S4, dan pada auskultasi terdengar
9
perifer juga dapat ditemukan pada pasien yang mengalami gagal jantung.
Selain itu, pada pemeriksaan fisik juga dapat ditemukan pulsus alternans dan
- Ronki paru
- Takipnu
- Pernafasan Cheyne-Stokes
- Peningkatan JVP
- Hepatomegali kongestif
- Asites
- Ikterus
10
- Edema perifer
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Rutin
Darah tepi lengkap, elektrolit, BUN, kreatinin, enzim hepar, serta urinalisis.
dan menilai fungsi ginjal sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat
dilakukan.
Tanda penurunan perfusi organ vital : ↑ BUN, ↑ Kreatinin, ↓ Na, uji fungsi
hati abnormal
Elektrokardiografi
Pada gagal jantung interpretasi EKG yang perlu dicari adalah ritme, LVH
serta ada atau tidak infark (riwayat atau sedang berlangsung). Meski tidak
Rontgen Thoraks
Dapat menilai ukuran dan bentuk jantung serta vaskularisasi paru dan
paru)
11
Biasanya pada gagal jantung akan ditemukan edema paru, efusi pleura
Ekokardiogram 2-D/ Doppler untuk menilai ukuran dan fungsi ventrikel kiri
serta kondisi katup dan gerakan dinding jantung. Indeks fungsi ventrikel yang
paling berguna ialah fraksi ejeksi stroke volume dibagi end-diastolic volume).
Fraksi ejeksi normal bila ≥ 50%. Ekokardiografi harus dilakukan pada semua
pasien dengan dugaan klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi
katup mitral
1.7 Penatalaksanaan10-12
Dalam 10-15 tahun terakhir terlihat berbagai perubahan dalam pengobatan
gagal jantung. Pengobatan tidak saja ditujukan dalam memperbaiki keluhan, tetapi
juga diupayakan pencegahan agar tidak terjadi perubahan disfungsi jantung yang
asimtomatik menjadi gagal jantung yang simtomatik. Selain dari pada itu upaya juga
ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan diharapkan jangka panjang terjadi
1. Upaya Pencegahan
12
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi objektif primer terutama pada
koroner
jantung
2. Upaya penanganan
Pendekatan terapi pada gagal jantung dalam hal ini disfungsi sistolik dapat berupa:
Pemakaian obat-obatan
rehabilitasi
Edukasi pola diet, kontrol asupan garam, air dan kebiasaan alkohol
13
Monitor berat badan, hati-haLi dengan kenaikan berat badan yang tiba-
tiba
Aneurismektomi
Kardiomioplasti
Ultrafiltrasi, hemodialisis
c. Pemakaian Obat-obatan
14
Angiotensin- converting enzyme inhibitor/ penyekat enzim konversi
angiotensin
Diuretik
Penyekat beta
Glikosidajantung
Antikoagulan
Anti aritmia
Oksigen
Terapi Farmakologi
15
1. Terapi jangka pendek (Gagal Jantung Akut)
Pemilihan terapi akut didasarkan pada dua hal berikut:
a. Volume overload (wet atau dry) yang menunjukkan peningkatan pengisian
ventrikel kiri
b. Tanda penurunan curah jantung (cold atau warm)
- Profil A menunjukkan hemodinamik normal. Gejala kardiopulmonal
dapat muncul akibat kelainan parenkim paru atau iskemia miokard yang
bersifat transien
- Profil B dan C menggambarkan edema paru akut. Profil B membutuhkan
yang sangat terbatas tanpa adanya tanda overload cairan, misalnya dilatasi
16
a. Semua pasien gagal jantung (baik sistolik maupun diastolik) memerlukan
penghambat ACE atau ARB bila tidak ada kontraindikasi selain kelainan
ginjal berat
17
b. Semua pasien gagal jantung (baik sistolik maupun diastolik) memerlukan
penyekat beta mulai dari dosis kecil bila tidak ada kontraindikasi
18
d. Kebanyakan pasien gagal jantung membutuhkan diuretik reguler dosis
19
e. Pasien dengan EF < 30% atau dengan AF, sebaiknya diberikan
NYHA II-IV:
- Golongan tiazolidinedion (glitazon) karena dapat memperburuk gejala
gagal jantung
- Golongan CCB, kecuali amilodipin dan felodipin karena memiliki efek
inotropik negatif
- OAINS dan penghambat COX-2 sebaiknya dihindari karena
ringan dan 1 gram pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1,5 liter/
hari pada gagal jantung ringan dan 1 liter/ hari pada gagal jantung
berat
- Berhenti merokok dan alkohol (terutama pada kardiomiopati)
20
- Aktivitas fisik rutin, misalnya berjalan kaki 3-5 kali perminggu selama
20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/ minggu selama 20 menit dengan
dan sedang
- Istirahat tirah baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi
akut
21
22
BAB 2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Masuk RS : 8 Juni 2017
II. ANAMNESIS
Telah dirawat seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun sejak tanggal 8 Juni 2017
di Bangsal Pria bagian Penyakit dalam RSUD Lubuk Basung dengan:
Keluhan utama :Sesak napas yang meningkat 1 hari yang lalu.
23
BAK tidak ada keluhan
Nafsu makan berkurang sejak 3 bulan sebelum masuk Rumah Sakit
24
- ikterus : tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Kulit
Warna cokelat gelap, teraba hangat, turgor kulit baik
Kepala
Normocephal, simetris
Rambut
Hitam, tidak mudah dicabut
Mata
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor ukuran 3mm/3 mm
Telinga
Tidak ditemukan kelainan
Hidung
Tidak ditemukan kelainan
Tenggorok
Tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis, lidah tidak kotor
Mulut
Bibir tidak pucat, caries gigi ada, gusi tidak berdarah, jumlah gigi geligi tidak
lengkap
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, dan JVP 5+0 cmH20
Paru
I = simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada sama kiri dan kanan
P = fremitus kiri dan kanan sama
Pr = sonor kiri dan kanan
A = nafas vesicular, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung
I = iktus terlihat di RIC V
25
P = iktus teraba 2 jari lateral LMCS RIC V, seluas ± 2 cm, kuat angkat
Pr = batas jantung atas di RIC II LMCS
Batas jantung kanan di LSD
Batas jantung kiri 2 jari lateral LMCS RIC V
A = irama jantung reguler, bising tidak ada, gallop tidak ada
Abdomen
I = perut tampak membuncit
P = tidak teraba pembesaran hepar dan lien
Pr = timpani
A = bising usus ada
Punggung
Tidak ditemukan kelainan
Alat kelamin
Tidak diperilksa
Anus dan Rectum
Tidak diperiksa
Eksterimitas
Akral hangat, edema (+) di ekstremitas, perfusi baik, capillary refilling time <2
dtk
26
Na : 142 (135-145 mmol)
K : 4,3 (3,5-5,5 mmol)
Cl : 103 (98-106 mmol)
Ca : 1,2 (1,10-1,35 mol)
pH : 7,3 (7,35-7,45)
Total Kolesterol : 129 (150-250 mg/dl)
Trigliserida : 85 (60-150 mg/dl)
HDL Kolesterol : 36 (>55 mg/dl)
LDL Kolesterol : 76 (<150 mg/dl)
Albumin : 3,4 (3,8-4,4 gr/dl)
Asam urat : 9,3 (3,4-7 mg/dl)
Urinalisa
Warna : kuning muda
pH : 6,0
Protein : negatif
Reduksi : negatif
Bilirubin : negatif
Urobilin : normal
Sedimen
-Eritrosit : negatif
-Leukosit : negatif
-Silinder : negatif
-Kristal : negatif
-Sel epitel : negatif
EKG
27
Irama sinus, QRS rate 88 x/menit, axis normal, P wave normal, PR interval
0,20 detik, QRS duration 0,12 detik, T inverted di V1-V6, RBBB di lead III, V2
dan V3, gelombang P bifasik di V1 (LAE +), LVH (+), RVH (-)
28
Foto Rontgen
29
Tidak tampak dilatasi maupun penebalan dinding usus. Tidak tampak
gambaran air fluid level multiple, tidak tampak gambaran udara bebas ekstra
luminal
Kesan: tidak tampak tanda-tanda ileus
V. DIAGNOSIS KERJA
CHF fc III LVH-RVH irama sinus ec HHD
Trombositopenia sekunder ec ITP
Dispepsia
VI. TERAPI
Farmakologi:
Inf NaCl 0,9% 24 jam/kolf
Furosemide 2x20 mg IV
Spironolakton 1x25 mg p.o
Ramipril 1x5 mg
Allupurinol 1x100 mg
Domperidon 3x10 mg
Clopidogrel 1x750 mg
30
VII. PROGNOSIS
31
BAB 3
DISKUSI
Hasil pemeriksaan fisik paru ditemukan pada inspeksi bentuk paru simetris
kiri dan kanan, pergerakan dinding paru sama kiri dan kanan. palpasi, perkusi, dan
auskultasi dalam batas normal. Sedangkan pada pemeriksaan fisik jantung
inspeksi iktus terlihat di RIC V, dari palpasi ditemukan iktus kordis teraba di 2 jari
lateral LMCS RIC V, kuat angkat dengan luas ± 2 cm, dan dari perkusi didapatkan
batas jantung kiri melebar menjadi 2 jari lateral LMCS RIC V, dan auskultasi
dalam batas normal. Pada pemeriksaan jantung, didapatkan kardiomegali, ini
merupakan tanda mayor dari gagal jantung.7
Terapi komprehensif pada pasien ini mencakup terapi untuk gagal jantung
akut. Target terapi awal gagal jantung akut adalah secepatnya memperbaiki gejala-
gejala atau keluhan dan menstabilkan kondisi hemodinamik.8 Pasien diistirahatkan
serta diberikan oksigen 3 L/mnt untuk memulihkan oksigenasi. Pemberian loop
diuretik dapat berupa furosemide dengan dosis awal 20-40 mg (pemakaian
furosemide tidak boleh melebihi 100 mg untuk 6 jam pertama dan 240 mg pada
24 jam pertama).