Anda di halaman 1dari 53

Nama: Dr.dr.Rika Susanti, Sp.

F
Lahir: Bukittinggi/ 31 Juli 1976

Pekerjaan :
 Dosen FK Unand, sejak 2002
 Staf forensik RSUP Dr.M.Djamil
sejak 2002
Pendidikan :
Keluarga :
 FK Unand,dokter, tamat
2002  Suami : drg.Masra, M.Kes

 FK UI, spesialis forensik,  Anak :


tamat 2007
 Ulya Fakhira M
 Pasca sarjana, S3  Salwa Atsilah M
Biomedik FK Unand,
tamat 2015  M Dzaky Ghaisan M
ETIKA DAN DISIPLIN
PROFESI KEDOKTERAN
UPAYA PENCEGAHAN FRAUD

RIKA SUSANTI
Fraud Permenkes no 36 tahun
2015

 Peserta JKN

 Petugas BPJS

 Pemberi pelayanan kesehatan

 Penyedia obat/alat kesehatan

Untuk mendapat keuntungan


Fraud permenkes no 36 2015
(FKTL)
 Upcoding  Memperpanjang masa
perawatan
 Cloning (menjiplak klaim dari
pasien lain)  Admisi berulang

 Klaim palsu (phantom billing)  Meminta cost sharing

 Penggelembungan tagihan  Rujukan untuk memperoleh


obat/alkes keuntungan

 Pemecahan episode pelayanan  Tidak melakukan prosedur yg


seharusnya
 Rujukan semu
 Membatalkan tindakan yg wajib
 Tagihan berulang dilakukan

 Tidak melakukan visitasi yg  Menambah panjang waktu


seharusnya penggunaan ventilator

 Menyimpang terhadap standar  Melakukan hal yang tidak perlu


permenkes no 36/ 2015

Pasal 10
Untuk menghindari fraud di FKTP
semua SDM bekerja sesuai etika, standar
profesi dan standar pelayanan
PROFESI KEDOKTERAN

 SUMPAH HIPOKRATES :
 LARANGAN-LARANGAN
 KEWAJIBAN-KEWAJIBAN
(Hindari perbuatan amoral / non standar)

 UTAMAKAN
 KEBEBASAN PROFESI
 RAHASIA KEDOKTERAN
 ETIKA KEDOKTERAN
NORMA
DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN

ATURAN PENERAPAN
KEILMUAN
KEDOKTERAN

DISIPLIN

ATURAN PENERAPAN
ETIKA
KEDOKTERAN(KODEKI) ATURAN HUKUM
KEDOKTERAN
ETIKA HUKUM
Praktek kedokteran

 Aspek etik seringkali tidak dapat


dipisahkan dari aspek hukum oleh
karena banyaknya norma etik yang
telah diangkat menjadi norma hukum
 Sebaliknya norma hukum yang
mengandung nilai-nilai etika
IMPLIKASI HUKUM-ETIK

PIDANA
PERDATA
DISIPLIN
ETIK
PERSIDANGAN TUNTUTAN
DOKTER
 Pelanggaran etik : MKEK
 Pelanggaran disiplin : MKDI
 Tuntutan pidana : Pengadilan
 Tuntutan perdata : Pengadilan

Terpisah dan berjalan sendiri – sendiri


Seseorang yang telah diputus melanggar etik oleh MKEK
belum tentu dinyatakan bersalah oleh pengadilan,
demikian pula sebaliknya.
pasal 66 ayat 3 UU No. 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran

Pengaduan dan keputusan MKDKI tidak


menghilangkan hak setiap orang untuk
melaporkan adanya dugaan tindak
pidana kepada pihak yang berwenang
dan/atau menggugat kerugian perdata
ke pengadilan
“Risiko DR Diadili/diperiksa” ERA JKN

Komite Etik/Medik MKEK


RS setempat “sisa langgar etis” MKDKI
MAKERSI PS 68
MAJELIS2 TSB TKM-KB/ DPM
MAMPU ANALISIS
BAWAS RS
KASUS ETIKOLEGAL?
TIM ANTI FRAUD
MKDKI
PN Pidana
dr Merasa dirugikan
Ps 66 (3) Ps 29 UU KES:
MEDIASI DULU PS 55
TETAP BERLAKU
PN Perdata “Peradilan Pers”
Adverse event =
malpractice
DIR RS : PS 80 BPSK-Kesehatan Estetik  klien
PIDANA = KONSUMEN
Prof. Agus Purwadianto, Sp.F
DOKTER DAN PASIEN
(terutama diatur oleh Hk Perdata)
 HUBUNGAN FIDUCIARY (BERDASAR NILAI-
NILAI KEUTAMAAN : Etika dan Sumpah Dokter)
 SELAIN HUBUNGAN FIDUCIARY, TERJADI
PULA HUBUNGAN HUKUM DI ANTARA
KEDUANYA :
 IUS DELICTUM (AKIBAT PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN)
 IUS CONTRACTUM (AKIBAT HUBUNGAN
KONTRAKTUAL - inspanningsverbintennis)

TIMBUL HAK & KEWAJIBAN BAGI DOKTER DAN


BAGI PASIEN (dibahas dalam Hk Kedokteran)
Kasus etikolegal era JKN
 No justice

 Hilang kebebasan profesi dokter

 Pelanggaran hak pasien ( hak informasi, waktu


singkat??)

 Cendrung upcoding

 Mengabaikan kompetensi dan kemampuan


Contoh kasus

 Dr T SpB (Yogya) operasi fraktur femur di RS


swasta B, 2 kali & gagal, biaya Rp.15 juta (1995).

 Pasien bedah tulang di RS RC Solo, 1 kali dan


berhasil.

 Pasien tuntut balik biaya operasi ke RS B

 RS B & T mengembalikan Rp. 12 juta.

 MKEK Yogya : peringatan SpB bukan SpBO


Contoh kasus

 Dr B (Bali) di RSUD N memindah pasien ke tempat


praktek pribadi (via calo), biaya lebih mahal, namun
tindakan medik tetap dilakukan di RSUD N.

 Diadukan Direktur RSUD N

 MKEK Bali : peringatan lisan setelah B berjanji tak


mengulangi lagi
Contoh empirik kasus etik

 Ungkap rahasia pasien di koran

 Pemeriksaan & tindik tak perlu

 Praktek tak sesuai dengan spesialisasinya

 Memakai terapi/obat alternatif

 Mencela sejawat di depan pasien


Contoh empirik kasus etik

 Dokter promosi di koran


 Dokter sebagai figur iklan (termasuk layanan
masyarakat)
 Menerima komisi pabrik obat (banyak dokter)
 DU berpraktek DSp
 SKM sakit 1 bulan pada tersangka
 Tarif mahal
 SKM asuransi tanpa memeriksa pasien
Contoh kasus aduan non
etik
 Dokter menabrak mati orang
 Ngemplang kredit bank
 Berebut saham RS dan jabatan (Dinkes)
 Selingkuh, gugat cerai
 Anak dokter menghamili pembantu
 Tanya ijin klinik 24 jam yg beri SKM sakit
 Dokter palsu
 Pilih Lab.klinik untuk SKM non fit pada calon TKI
Etiko-medikolegal itu
komplementer
 Medikolegal/legal
 Menggunakan peraturan yg sudah ada (dibuat oleh
penguasa/pejabat sah masa lalu) sbg “payung hukum”

 Etikolegal
 Membuat peraturan baru berbasis etika (oleh
penguasa/pejabat sah masa kini utk kepentingan masa
depan), krn peraturan lama sdh tak memadai akibat
perkembangan iptek, masyarakat dunia/lokal, kapital, dll
 Bila telah disahkan : menjadi medikolegal masa depan
MKEK

 Majelis yang ada pada organisasi profesi (IDI)

 Bekerja menyelesaikan permasalahan etika pd


anggota IDI

 KODEKI

 Memberikan laporan kepada ketua IDI


PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN
 BENEFICENCE :
mengutamakan kepentingan pasien

 AUTONOMY :
menghormati hak pasien dalam memutuskan

 NON MALEFICENCE :
tidak memperburuk keadaan pasien

 JUSTICE :
tidak mendiskriminasikan pasien, apapun dasarnya
MKEK
PUSAT MKDKI PROP
IDI MAKERSI
(eksekutif) Ketua KREDENSIAL RS
Keanggotaan DEWAN ETIK IDI
Organisasi MKEK

Majelis Pemeriksa Div.Pembinaan Etika


Profesi
Div.Kemahkamahan

Sidang “Etikoprudensi” KOMPILASI KASUS


Fatwa Etik & Putusan

Selidik,saring Saran
& Monitor Penyelesaian
Sanksi/rehab. ADR
MEDIASI dll
Badan
Advokasi BHP2A
IDI
ALUR KOMPENDIUM MKEK
Pelanggaran Etika Kedokteran

 Sanksi = moral – administratif


- teguran
- penghentian tugas/kewenangan tertentu
untuk sementara
- pengalihan tugas
- re-edukasi
- pencabutan ijin praktik
KODEKI
LARANGAN :
 Prinsip : mengeluarkan/ttd surat
 Pelaksanaan profesi ditujukan keterangan harus memeriksa pasien
untuk memperoleh keuntungan
pribadi  Dokter harus bersikap
jujur,mengingatkan sejawatnya jika
 Melakukan upaya memiliki kekurangan dlm
diagnostik,pengobatan,tindaka menangani pasien
n medis tanpa indikasi
 Dokter harus menghormati hak
 Menerima imbalan jasa untuk pasien,sejawat, tenaga kesehatan lain
merujuk/mengirim pasien  Harus ada informed consent sblm
tindakan
 Dapat menerima bantuan
sponsor utk temu ilmiah  Setiap dokter tidak boleh mengambil alih
(pendaftaran, akomodasi, pasien dari teman sejawat, kecuali
tranportasi sewajarnya) dengan persetujuan atau berdasarkan
prosedur yang etis
Kausa Penyimpangan Etik

Patofisiologi Malpraktek Medik

Deprofesionalisme/Dr Bermasalah

Konflik Etikolegal

Kurang kompetensi

Rutinitas/Kurang Menyentuh
PEMBELAAN (BHP2A)

 Etik, maka IDI wajib mengarahkan dan menyerahkan ke


MKEK, dan BHP2A wajib melakukan pendampingan dan
pembelaan sesuai dengan AD / ART IDI, memenuhi
syarat dan ketentuan anggota IDI.

 Disiplin, maka IDI wajib melaporkan ke MKDKI, dan


BHP2A wajib melakukan pendampingan dan pembelaan
anggota terlapor/teradu, memenuhi syarat dan ketentuan
anggota IDI.

 Anggota IDI aktif ??


LAPORAN / PENGADUAN / TEMUAN

VERIFIKASI
MASALAH

ETIKA,
DISIPLIN,
HUKUM

PUTIH ABU - ABU HITAM

PENDAMPINGAN PANGGIL
PEMBELAAN TERLAPOR /
TERADU

ETIKA DISIPLIN / HUKUM


PEMBELAAN
BHP2A DISIPLIN HUKUM
MKEK

ADMINISTRASI ( + ) PENASEHAT
HUKUM
PENDAMPINGAN MEDIASI
PEMBELAAN
MKDKI PN ( pidana / perdata )

MEDIASI
SANKSI PEMBINAAN SANKSI
PENDISIPLINAN DOKTER DAN
DOKTER GIGI DALAM UUPK
(NORMA FORMIL DISIPLIN)
MKDKI adalah lembaga yang berwenang
untuk menentukan ada tidaknya kesalahan
yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam
penerapan disiplin ilmu kedokteran dan
kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.
DISIPLIN

 Disiplin Profesional Dokter dan Dokter


Gigi adalah ketaatan terhadap aturan
aturan dan/atau ketentuan penerapan
keilmuan dalam pelaksanaan praktik
kedokteran.

(Perkonsil no 4/2011)
Hasil Pemeriksaan Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia
( Pasal 68 UU No. 29 Th 2004 )

Apabila dalam pemeriksaan ditemukan


pelanggaran etika, Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia meneruskan pengaduan
pada organisasi profesi .
Perkonsil no 4/2011

Pasal 3

(1) Setiap Dokter dan Dokter Gigi dilarang melakukan


pelanggaran Disiplin Profesional Dokter dan Dokter
Gigi

(2) Pelanggaran Disiplin Profesional Dokter dan


Dokter Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari 28 bentuk
Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin
(Perkonsil no 4/2011)

 melakukan Praktik Kedokteran dengan tidak kompeten;

 tidak merujuk pasien kepada Dokter atau Dokter Gigi lain


yang memiliki kompetensi yang sesuai;

 mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan


tertentu yang tidak memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut;

 tidak melakukan tindakan/asuhan medis yang memadai


pada situasi tertentu yang dapat membahayakan pasien
Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin
(Perkonsil no 4/2011)
 menyediakan Dokter atau Dokter gigi pengganti sementara
yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang
sesuai atau tidak melakukan pemberitahuan perihal
penggantian tersebut
 menjalankan Praktik Kedokteran dalam kondisi tingkat
kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa sehingga
tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
 melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
 tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai
(adequate information) kepada pasien atau keluarganya
dalam melakukan Praktik Kedokteran;
Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin
(Perkonsil no 4/2011)
 melakukan tindakan/asuhan medis tanpa memperoleh
persetujuan dari pasien atau keluarga dekat, wali, atau
pengampunya;

 melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan


kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

 melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan


pasien atas permintaan sendiri atau keluarganya;

 menjalankan Praktik Kedokteran dengan menerapkan


pengetahuan,keterampilan, atau teknologi yang belum
diterima atau di luar tata cara Praktik Kedokteran yang
layak;
Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin
(Perkonsil no 4/2011)

 melakukan penelitian dalam Praktik Kedokteran dengan


menggunakan manusia sebagai subjek penelitian tanpa
memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari
lembaga yang diakui pemerintah;

 tidak membuat atau tidak menyimpan rekam medis dengan


sengaja;
Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin
(Perkonsil no 4/2011)
 tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan
mampu melakukannya;
 menolak atau menghentikan tindakan/asuhan medis atau
tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang
layak dan sah sesuai dengan ketentuan etika profesi atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 membuka rahasia kedokteran;
 membuat keterangan medis yang tidak didasarkan kepada
hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan
patut;
Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin
(Perkonsil no 4/2011)
 turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan
penyiksaan (torture) atau eksekusi hukuman mati;

 meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika,


psikotropika, dan zat adiktif lainnya yang tidak sesuai
dengan ketentuan etika profesi atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku;

 melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi, atau


tindakan kekerasan terhadap pasien dalam
penyelenggaraan Praktik Kedokteran;

 menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang


bukan haknya;
Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin
(Perkonsil no 4/2011)

 menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk,


meminta pemeriksaan, atau memberikan resep
obatlalat kesehatan;

 mengiklankan kemampuan/pelayanan atau


kelebihan kemampuan pelayanan yang dimiliki
baik lisan ataupun tulisan yang tidak benar atau
menyesatkan;

 adiksi pada narkotika, psikotropika, alkohol, dan


zat adiktif lainnya;
Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin
(Perkonsil no 4/2011)
 berpraktik dengan menggunakan surat tanda registrasi,
surat izin praktik, dan/atau sertifikat kompetensi yang
tidak sah atau berpraktik tanpa memiliki surat izin
praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;

 tidak jujur dalam menentukan jasa medis;

 tidak memberikan informasi, dokumen, dan alat bukti


lainnya yang diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan
atas pengaduan dugaan pelanggaran Disiplin
Profesional Dokter dan Dokter Gigi;
UU NO 36 TH 2014 Tentang tenaga
kesehatan

KKI

 bertanggung jawab kepada mentri

 menerbitkan mencabut STR

 menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan


pelanggaran disiplin profesi

 menetapkan dan memberikan sanksi disiplin profesi


UU NO 36 TH 2014 Tentang tenaga
kesehatan

Konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dapat


memberikan sanksi disiplin berupa:

a. pemberian peringatan tertulis;

b. rekomendasi pencabutan STR atau SIP; dan/atau

c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di


institusi pendidikan kesehatan.
UU NO 36 TH 2014 Tentang tenaga
kesehatan

Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:

 Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan


Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, Standar
Prosedur Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan
kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;

 Setiap tindakan pelayanan kesehatan perseorangan yang


dilakukan oleh Tenaga Kesehatan harus mendapat
persetujuan (lihat manual PTKed KKI th 2006 utk
format), permenkes 290/2008 tentang PTKed
Sanksi pidana
Pasal 84

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian


berat yang mengakibatkan Penerima Pelayanan
Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun.

(2) Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) mengakibatkan kematian, setiap Tenaga
Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun.

Lex spesialis KUHP pasal 359 & 360


Praktek tanpa STR/SIP
Pasal 85

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang dengan sengaja menjalankan praktik tanpa
memiliki STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) dipidana dengan
pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) (2) Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang dengan sengaja
memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki STR Sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 86

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik tanpa memiliki izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) (2) Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang dengan sengaja
memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki SIP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Litigasi vs Non-Litigasi
(2015)
PENYELESAIAN KASUS
CARA
PENYELESAIAN
KASUS NON
LITIGASI
18%
Tanpa
Tali
82% Asih
27%

Litigasi Non Litigasi Dengan Pembayaran


73%
NASEHAT etikolegal bagi anggota
PROFESI
 Perform & write complete examination

 Tell all the known risks, side effects & complications, no


matter how rare (informed consent)

 Tell frankly your qualifications

 When called about the problem, put the patients’s need


first

 Do unto others as you would have them do unto you


Melindungi diri dari fraud

 Mengabdi sesuai perannya

 Memiliki Kompetensi meningkatkan kemapuan diri

 Disiplin dalam menjalankan profesi

 Patuh pd Etika, Hukum dan Sumpah

 Bekerja sesuai clinical privilege dan standar


pelayanan

 Menghormati hak-hak pasien (HAM)


JIKA MENEMUI MASALAH

 Tetap jaga hubungan dokter pasien


 Siapkan berkas-berkas yang diperlukan
 Koordinasi dengan IDI
 Koordinasi dengan pimpinan, komite medik,
komite etik & hukum RS
 Jangan menghadapi keluarga pasien dan atau
pengacara secara sendiri
 Alihkan resiko
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai