Anda di halaman 1dari 64

MIDWIFERY UPDATE 2020

ETIKO LEGAL DALAM ASPEK


PELAYANAN KEBIDANAN
PENGANTAR

SEJARAH HUKUM KESEHATAN


Tonggak Awal Sejarah Perkembangan
HUKUM KESEHATAN di Indonesia adalah
berawal dari Kasus :
Dr. SETIANINGRUM “PATI” yang terjadi
pada awal tahun 1979
Nyonya Rusmini Kapten
(28 tahun) Kartono

Dr. Setyaningrum

MUNTAH

Streptomicin 1 gr pada
bokong bagian kiri
Alergi streptomicin

Cortison 2 cc

Parah

Delladril 0,5 cc
pada bagian paha
Tidak ada depan kiri
perubahan
Lemas dan tekanan
darah semakin
rendah

RSU R.A.A.
Soewondo

15 menit tiba di
RSU
±Pkl.18.00
 Sejak kasus PATI tersebut :

 Seolah ada “INTERVENSI” dari dunia


Hukum
terhadap Dunia Kesehatan, khususnya Medis.

 Timbul 2 pendapat yang saling bertentangan


tentang hal ini dengan argumentasi masing-
masing.
Pendapat yang PRO/SETUJU ;
Alasannya:

- Dokter/Nakes mempunyai kedudukan


yang sama dengan anggota masyarakat
lain
dihadapan hukum.
- Dokter/Nakes tidak mempunyai
kekebalan
dihadapan hukum.
- Sangat tidak mungkin melepaskan
norma
hukum terhadap Profesi Kesehatan yang
Pendapat KONTRA/TIDAK SETUJU:
Alasannya :

 Bahwa perilaku seluruh Dokter/Nakes


sudah diatur dalam Kode Etik Profesi
masing-masing sehingga tidak perlu lagi
diatur oleh norma hukum .
 Toh selama ini Etik telah menjadi
“pagar”
baik untuk mengatur perilaku mereka !
 Atas kasus PATI pula timbul kesadaran
hukum di masyarakat, kalangan hukum
dan kalangan kesehatan.
 Terdapat perkembangan yang cukup
signifikan terhadap pengungkapan
berbagai macam kasus di media.
2 TOKOH
PENGGAGAS DAN PENGEMBANG
HUKUM KESEHATAN DI INDONESIA

- Drs. FRED AMELN, SH


- Prof. Dr. OETAMA
ETIKO LEGAL

• Etika : pengetahuan tentang


morlitas dan menilai baik buruk
suatu perbuatan dari sisi moral
• Legal / Hukum : kaidah/norma
yang mengatur tata tertib dalam
masyarakat agar bisa teratur
Fungsi etika dan moral dalam
pelayanan kebidanan

• Memenuhi hak pasien


• Menjaga otonomi individu
• Melakukan kebaikan mencegah
kerugian/bahaya orang lain
• Menjaga privacy pasien
• Sikap adil dan bijksana
• Acuan prilaku sesuai norma
Fungsi etika dan moral dalam
pelayanan kebidanan

• Memberikan informasi yang benar


• Melkukan tindakan yang benar
• Acuan dalam pemecahan masalah
etik
• Prilaku sesuai etika dan kode etik
profesi
• Acuan tata cara pergaulan di
masyarakat maupun organisasi
POLA HUBUNGAN ANTARA TENAKES – PASIEN
PADA DASARNYA HUBUNGAN TERSEBUT
DIDASARI PADA “KEPERCAYAAN”

Pasien Percaya kepada Nakes karena :

• Kemampuan ilmu dan ketrampilannya yang


dapat membantu mengatasi masalah kesehatanya

• Nakes akan menyimpan rahasia kesehatan/medis


Pasien yang diketahuinya
Mengapa diperlukan Etika &Hukum
dalam Praktik Bidan
1. Sudah Merupakan kebutuhan
a. Saat ini Tenaga Kesehatan baik dokter,bidan,perawat
sebagai subyek hukum,telah dijadikan target gugatan
atas pelayanan kesehatan yang dinilai merugikan pasien
b. Bidan dalam memberikan pelayanan harus memperhatikan:
Keselamatan Pasien ( Patient safety )
Pelayanan Prima (Service Excellent)
Hak – hak Klien

2.Pasien sudah mengerti akan hak-haknya


Contoh : UU no 36/2009 Pasal 58 :
Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang tenaga kesehatan,dan/atau penyelengara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya
MASALAH DALAM
PRAKTIK BIDAN

- KESELAMATAN PASIEN
- KEPUASAN PELANGGAN
- PENINGKATAN MUTU
PROFESIONAL
- PENYALAHGUNAAN WEWENANG
DALAM PRAKTIK BIDAN
Keselamatan Pasien /Patien Safety
SUATU SISTEM DIMANA BIDAN MEMBUAT ASUHAN PASIEN LEBIH
AMAN :
BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
BANGUN KOMITMEN AKAN KESELAMATAN PASIEN
KEMBANGKAN SISTEM & PROSES PENGELOLAAN RESIKO
(identifikasi dan asesment )
 KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN ( Dokumentasi )
 BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN
PASIEN
KEPUASAN PELANGGAN
Kepuasan Pelanggan dapat diartikan :

Sebagai upaya untuk memberikan rasa puas dan


menumbuhkan kepercayaan terhadap pelanggan
atau konsumen sehingga pelanggan atau konsumen
merasa dirinya dipentingkan atau diperhatikan
dengan baik dan benar
Konsep Dasar kepuasan pelanggan

1. Attitude ( Sikap)
Bidan diharapkan memiliki SIKAP yang baik,ramah,
penuh simpati terhadap klien
2. Attenttion ( Perhatian)
Bidandiharapkan senatiasa memperhatikan dan
mencermati keinginan klien/pelanggan sehingga
pelanggan akan merasa puas dan terpenuhi keinginannya
3. Action ( Tindakan)
Pada konsep perhatian,pelanggan “menujukan minat “
untuk mendapatkan Pelayanan atas suatu Tindakan
Pelayanan Kebidanan harus memperhatikan

Evidence Based Medicine (EBM)


Keterpaduan antara:
Bukti ilmiah yang berasal dari studi yang
dipercaya (best research evidence)
Keahlian klinik (clinical expertise)
Nilai-nilai yg ada pada masyarakat (patient value)
Proses sistematika untuk menemukan, menelaah,
me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi
yang digunakan sebagai pengambil keputusan
Hak Pasien jangan abaikan !

1. Hak atas informasi


2. Hak memberi persetujuan
3. Hak atas rahasia kesehatan ( Hak kerahasiaan
identitas dan data kesehatan pribadi pasien )
4. Hak atas pendapat kedua (SECOND OPINION)
Hak Pasien jangan abaikan !

5. Hak atas akses kesehatan


6. Hak atas keamanan
7. Hak mengemukakan pendapat
8. Hak mendapat kenyamanan
9. Hak mendapat pelayanan berkelanjutan
( UU Kes No.36 Thn.2009)
Hak Reproduksi (ICPD,Cairo,1994)
1. Hak informas dan pendidikan Kespro
2. Hak pelayanan dan perlindungan Kespro
3. Hak kebebasan berpikir tentang Kespro
4. Hak menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran
5. Hak untuk hidup
6. Hak kebebasan dan keamanan kaitan dg Kespro
7. Hak bebas dari penganiayan & perlakuan buruk
8. Hak mendapat manfaat IPTEK kaitan dg Kespro
9 Hak Privacy
10. Hak membangun & merencanakan keluarga
11. Hak bebas dari segala diskrimasi kaitan dg Kespro
KEWAJIBAN BIDAN
dalam pelayanan kebidanan

a. Menghormati hak pasien


b. Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan
pribadi pasien
c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi
dan tindakan yang dilakukan
d. Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan
dilakukan (Permenkes 290/2008)
e. Membuat dan memelihara Rekam Medis (Permenkes
269/2008)
TANGGUNG JAWAB HUKUM

PIDANA

PERDATA

ADMINISTRASI
Malpraktik menurut UU no.3 thn 2009 apabila
petugas kesehatan melalaikan kewajibannya dan
atau melakukan suatu hal yang seharusnya tidak
boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan
baik mengingat sumpah jabatan maupun profesi

Malpraktik Etik
Malpraktik Yuridis :
- Malpraktik Perdata
- Malpraktik Pidana
- Malpraktik Administratif
Unsur Pokok Hukum Pidana :
1. Norma :
- Larangan ( Verbods )
- Suruhan ( Gebods )

2. Sanksi Atas pelanggaran norma

Ancaman dengan Hukum Pidana


- Tanggung jawab hukum pidana tidak dapat dilimpahkan ke
orang lain
- Orang lain dapat turut bertanggung jawab apabila termasuk
pidana penyertaan (memberi perintah, turut serta,membantu),
dll.
Beberapa suruhan , sanksi hukum
dalam hubungan antara bidan dan Pasien

Suruhan dalam UU no 36 tentang kesehatan :


 Pasal 22 ayat(1) :
Harus memiliki kualifikasi minimum
 Pasal 23 Ayat (2) :
Dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki
 Pasal 23 (3) :
Wajib memiliki izin dari pemerintah
Beberapa Contoh larangan dan sanksi hukum
dalam hubungan antara bidan dan Pasien
Larangan dalam UU no 36 / 2009 tentang kesehatan :
 Pasal 23 ayat (4) :
Dilarang mengutamakan yang bernilai materi
 Pasal 34 (2) :
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka
terlebih dahulu
Pasal 75 ayat (1) :
Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
CONTOH :
TUNTUTAN PIDANA

KUHP :
• KELALAIAN : 359-360 KUHP
• KETERANGAN PALSU : 267-268 KUHP
• ABORSI ILEGAL : 347-349 KUHP

UU KESEHATAN NO 36/2009 :
• ABORSI ILEGAL : Pasal 194
• ASI EKSLUSIF : Pasal 200
TANGGUNG JAWAB HUKUM
PIDANA
• Tanggungjawab individu atas
perbuatan nya, tidak dapat
dilimpahkan ke orang lain
• Orang lain dapat turut bertanggung
jawab apabila termasuk PIDANA
PENYERTAAN (pem beri
perintah,turut serta,perbantuan, dll)
Dibidang Hukum
• Das sollen berupa standar yang harus
dipatuhi (standar pelayanan, standar profesi,
standar prosedur)

• Das sein berupa bukti fakta suatu kejadian


(rekam medis, evidence/barang bukti lain)

apabila terdapat masalah sebagai bahan yang


perlu diperbandingkan yaitu das sollen dan das sein
Beberapa aspek penting dalam
hukum kesehatan meliputi :
• Informed Choice dan Informed Consent
• Rahasia Medis :
UU terkait :
- Pasal 57 UU no.36 tahun 2009 ttg kesehatan, setiap
orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan
pribadinya
- Pasal 22 PP no.32 tahun 1996 ttg tenaga kesehatan,
dalam menjalankan tugas profesi wajib menjaga
kerahasiaan identitas & data kesehatan pribadi pasien
- Pasal 322 KUHP menjelaskan ancaman pidana bagi
siapapun yg membuka rahasia yg menurut
pekerjaannya diwajibakan untuk menyimoannya
• Rekam Medis (Permenkes no.269 thn.2008)
ANCAMAN PERDATA

Permintaan ganti rugi atas dasar perbuatan melanggar


hukum, kelalaian atau wanprestasi
Permintaan agar meminta maaf di media massa
Permintaan agar atasannya memecatnya dari rumah
sakit
 dll
Dll
ANCAMAN PERDATA

Psl 1365 KUH Perdata Dll


Tiap perbuatan melanggar hukum yang
membawa kerugian kepada orang lain
mewajibkan orang yang karena salahnya,
menerbitkan kerugian itu atau mengganti
kerugian tersebut
ANCAMAN PERDATA

Psl 1367 KUH Perdata


Dll
Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas
perbuatannya, melainkan juga atas perbuatan orang
lain yang menjadi tanggungannya dan barang yang
berada dalam pengawasannya (Respondit Superior)
CONTOH – CONTOH KASUS

1) Ketidak puasan ( Etika pelayanan )


2) Kesalahan penulisan jenis kelamin (Kelalaian?)
3) Membuat surat kelahiran palsu (Pemalsuan)
4) Dokumentasi Partograph
5) Aborsi
6) ASI Ekslusif
7) Pemberian misoprostol ( Malpraktik )
8) Diluar kewenangan dan kompetensi
Ketidak puasan ( Etika pelayanan )
Pada pukul 2.00 WIB ,Ibu G2P0A0 hamil 38 minggu
dengan keluhan perut terasa tegang .
ketika pintu dibuka ,bidan mempersilahkan ibu masuk
lalu melakukan anamnesa & memeriksa serta
menjelaskan bahwa belum inpartu dengan bahasa tubuh
dan bahasa lisan yang kurang ramah
 Melihat hal tsb ,suami pasien komplain dan
mengatakan bidan jutek seraya melempar pembayaran
pemeriksaan
(Komplain Sikap/perilaku /etik)
KE HATI – HATI AN
DALAM MENGHADAPI MASALAH ETIK

 Jangan menyiram minyak dengan api


 Melokalisir masalah
 Melakukan tindakan persuasif
PERAN MPEB

PERAN MPEB :
Tidak boleh menjadi sumber konflik
Tidak memberi sanksi apapun
Memfasilitasi dipatuhinya norma etika profesi dan hukum
Memberi alternatif solusi dalam masalah etika dan
hukum
Tidak mempunyai wewenang untuk melakukan
penidakan
dalam konteks permasalahan
Contoh Kasus 2
Kesalahan Penulisan jenis kelamin
Seorang Bapak mengetahui bahwa bayinya berjenis kelamin pria
dan dalam keadaan kritis, setelah dinyatakan meninggal ; Bapak
tersebut membawa pulang bayinya untuk kemudian dimakamkan
dengan menggunakan surat kematian (bayi pria)
MASALAH :
Bidan menyatakan jenis kelamin pria, laporan kematian tertulis
jenis kelamin bayi pria; dipapan yang terpasang di tempat tidur
jenis kelamin perempuan
Adanya komplain dari keluarga pasien tentang kejelasan jenis
kelamin bayinya
( Bidan tidak teliti ?)
Contoh Kasus 3
Keterangan Palsu

 Ny Z datang pada Bidan X untuk minta dibuatkan surat keterangan


lahir atas Bayi yang dilahirkan dikampung halamannya
 Bidan X membuatkan surat keterangan lahir atas bayi yang sudah
berumur 3 bln dengan keterangan bahwa ia yang telah menolong
kelahiran bayi tsb
( Atas kasus ini Bidan X telah divonis dengan memberikan keterangan
Palsu )
CONTOH KASUS 4 Dokumentasi Partograph (PIDANA)

Kelalaian
Dugaan tindak pidana Kelalaian berat yang menyebabkan
kematian sebagaimana dimaksud dalam :
1. Pasal 84 ayat (2) UU RI no 36 tahun 2014 Tentang
Tenaga kesehatan dan atau
2. Pasal 359 KUHP (5tahun)
CONTOH KASUS PIDANA (LANJUTAN) :

Kronologis kejadian :
Pada tgl 7 November 2014 sekitar pukul 21.00 WIB datang seorang
Perempuan usia 28 tahun G1P0A0 Hamil aterm ke sebuah RSIA
( pasien dokter) diperiksa oleh bidan tanpa melapor pada DPJP,
hasil pemeriksaan pembukaan : 4 cm penurunan kepala 3/5 djj
140x/ menit kontraksi uterus frekuensi : 3 x /10 menit ,durasi 30
detik
CONTOH KASUS PIDANA (LANJUTAN)

Analisa kasus :
1. Bidan lalai
2. Bidan tidak lapor dokter pada saat yang tepat
3. Apakah pasal 84 ayat (2) UU no 36 tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara dapat
disangkakan pada ybs dan atau pasal 359 KUHP dengan
ancaman hukuman sama yaitu 5 tahun penjara ?
CONTOH KASUS 5 : ABORSI (PIDANA)

kasus 2 :
Pada tahun 2009 datang seorang perempuan usia 21 tahun
G1P0A0,hamil 20 minggu datang ke suatu klinik untuk aborsi,
ditolak karena kehamilan sudah besar dan sudah terdengar dJJ ,
akhirnya perempuan tersebut datang kesebuah RS diperiksa oleh
bidan dinyatakan sama ,namun karena perempuan tsb menghiba
meminta pertolongan untuk diaborsi ,sekaitan sang pacar tidak
bertanggung jawab dan lari meningalkannya.
CONTOH KASUS PIDANA (LANJUTAN)

ABORSI :
Karena bidan iba dan beremphati maka dijanjikan untuk
bertemu disuatu tempat / klinik aborsi , dengan kesepakatan
membayar Rp 3,800,000,-
Di klinik dipasang laminaria stif oleh seorang perempuan yang
bukan berprofesi dokter / bidan ( hanya mantan OB pada klinik
 aborsi yang sudah digrebek polisi )
Pada saat pemasangan OB tsb bertanya pada bidan apakah
pemasangan laminaria sudah sesuai posisi ? dan dijawab oleh
bidan sudah tepat .
CONTOH KASUS PIDANA (LANJUTAN)

kasus 2 :
I jam kemudian polisi datang ,maka OB dan perempuan tsb
ditangkap karena klinik tsb sdh menjadi TO ( target operasi )
Bidan yang mengantar pasien sudah pulang kerumahnya
Pasien dibawa ke RS Polri dan laminaria di angkat selanjutnya
pasien diobservasi selama 3 hari ,setelah tidak ada perdarahan
dikembalikan ke polsek di TKP
Bidan ditangkap keesokan harinya ditempat kerjanya oleh intel
kepolisian .
CONTOH KASUS PIDANA (LANJUTAN)

Aborsi :
 IBI ranting tempat bidan bekerja bersama IBI cabang melakukan
advokasi kesalah satu Law Firm terkenal namun biaya tak
terjangkau
Suami bidan mencari pengacara dengan biaya yang dapat
dijangkau namun bidan tetap di proses secara hukum
Bidan mendapat vonis 4 bulan penjara,dengan pertimbangan
kooperatif selama persidangan dan ybs adalah seoarang ibu yang
memiliki putra yang masih perlu mendapat perhatian
Tanggung Jawab Hukum
dalam aborsi menurut KUHP
Pasal 346: WANITA DENGAN SENGAJA MENGGUGURKAN KANDUNGAN
ATAU MENYURUH ORANG MENGGUGURKAN KANDUNGAN  4 tahun

Pasal 347 KUHP: Barangsiapa menggugurkan kandungan TANPA


seizin wanita hamil  12 tahun, jika wanita meninggal 15 tahun

Pasal 348 KUHP: barangsiapa menngugurkan kandungan DENGAN


izin wanita hamil  5 th 6 bln, jika wanita meninggal 7 th

Ps 349 KUHP: jika pelaku pengguguran dokter, bidan atau juru


obat, hukuman ditambah sepertiga.
Tanggung Jawab Hukum
dalam aborsi menurut UU Kesehatan

Pasal 194 :
Setiap orang dilarang melakukan pengguguran
kandungan yg dgn sengaja menggugurkan
kandungan dipidana penjara paling lama 10
(sepuluh) thn dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
KETENTUAN
PIDANA ABORSI : Pasal 194
UU no 36 /2009kes
10 thn penjara denda 1 M

KUHP

Pasal 347 tanpa


Pasal 346 Seizin 12 thn > 15 thn Pasal 349
(menyuruh - > 4thn) Pasal 347 tanpa Dr /Bdn /apoteker
Seizin 5 ,6 thn > 7 thn Ditambah 1/3

Tergantung JPU & Hakim


KASUS ASI :
Keluarga muda Faham Per UU an
ASI Ekslusif psl 128

BPM

Susu Formula Bonus ke LN Mediasi

Ketentuan Pidana Psl 200/UU kes ?


1 tahun penjara denda 100 juta
Tanggung Jawab Hukum
dalam ASI EKSLUSIF menurut UU Kesehatan

Pasal 200 :
Barang siapa menghalang halangi pemberian
ASI Ekslusif dipidana penjara paling lama 1
(satu ) thn dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah rupiah)
KASUS DILUAR KEWENANGAN &
KOMPETENSI:
Robekan Perineum grade 4

Pasien BAB lewat vagina

Hecting ulang Hecting Ulang


Jalur hukum
Oleh bidan Oleh bidan RS

Psl 62 (1) /UU Tenakes :


Kewenangan yang
didasarkan pada kompetensi
CONTOH KASUS MALPRAKTIK

Seorang bidan praktek mandiri memberikan


Induksi /terminasi dengan misoprostol dalam
kala I persalinan hanya karena ingin
mempercepat proses kelahiran yang
mengakibatkan kematian ibu karena ruptur
uteri (Mal praktek).

Dalam kasus ini bidan telah memanfaatkan


kliennya sebagai obyek untuk mencapai
tujuan yang yang di ingininya tanpa
mempertimbangkan aspek legalisasi/
kewenangan yang dimilikinya (Psl 84 ayat
(2) UU NO 36 Tahun 2014 Tentang TENAKES
Psl 359 KUHP dan 1365 KUH Perdata)
CONTOH KASUS DILUAR KEWENAGAN &
KOMPETENSI
Seorang bidan melakukan penjahitan robekan perineum grade 4
praktek mandiri memberikan
Induksi /terminasi dengan misoprostol dalam
kala I persalinan hanya karena ingin
mempercepat proses kelahiran yang
mengakibatkan kematian ibu karena ruptur
uteri (Mal praktek).

Dalam kasus ini bidan telah memanfaatkan


kliennya sebagai obyek untuk mencapai
tujuan yang yang di ingininya tanpa
mempertimbangkan aspek legalisasi/
kewenangan yang dimilikinya (Psl 84 ayat
(2) UU NO 36 Tahun 2014 Tentang TENAKES
Psl 359 KUHP dan 1365 KUH Perdata)
PENYELESAIANNYA

TUNTUTAN PIDANA:
Dll
Melalui proses penyidikan
Penuntutan
Pengadilan dan eksekusi

TUNTUTAN PERDATA:
Melalui proses pengadilan
Di luar pengadilan :
• Negosiasi
• Mediasi, dll
ADMINISTRASI

Pasal 188 ( UU no 36 Tahun 2009)


(1) Menteri dapat mengambil tindakan administratif terhadap
tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang melanggar
ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini

Pasal 188 ( UU no 36 Tahun 2009)


Tindakan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa :
1. Peringatan secara tertulis
2. Pencabutan izin sementara atau izin tetap.
DAMPAK YANG TERJADI

Reputasi Bidan terpengaruh


Kinerja Bidan terganggu
Ketenangan & konsentrasi kerja bidan terganggu
Timbul “cost” baru yang tidak pernah di alokasikan
sebelumnya
PERAN BIDANG HUKUM

Identifikasi / Konfirmasi Kasus Hukum


Memfasilitasi dipatuhinya norma hukum
Memberi alternatif solusi dalam masalah hukum
Bersedia menjadi saksi ahli dalam penyidikan
Pendampingan pada saat persidangan di Pengadilan
Tidak mempunyai wewenang untuk melakukan
penindakan dalam konteks permasalahan
PENUTUP

 Dalam praktik bidan ,akuntabilitas bidan


adalah pertanggung jawaban dan tanggung
gugat (accountability) atas semua tindakan
yang dilakukannya.
 Semua tindakan yang dilakukan oleh
bidan harus berdasar kewenangan,berbasis
kompetensi ,didasari suatu evidence based
dan etika profesi.
TERIMA KASIH

ANNA TAHFIDZIYAH,SST

Anda mungkin juga menyukai