Anda di halaman 1dari 27

GIZI BAYI

Disusun oleh:
Wike Pratiastuti
Annisa Nuraini
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
BAYI
 Pertumbuhan merupakan perubahan dalam ukuran besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gr, kg),
ukuran panjang (cm, m).
 Perkembangan bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur, sebagai hasil dari proses pematangan
organ atau individu.
 Bayi: usia 0-12 bulan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TUMBUH-KEMBANG BAYI

 Faktor genetik: DNA dari orang tua bayi


 Faktor lingkungan: lingkungan “bio-fisiko-
psiko-sosial”
KOMPOSISI DAN PROPORSI TUBUH
BAYI
 Komposisi tubuh bayi terdiri dari air, lemak dan lean
body mass (bukan lemak).
 BBL: 70% air

Usia 1 tahun: 60%.


 Lemak: BBL 16% (jumlahnya semakin bertambah scr
bertahap)
 Cairan ekstraseluler dan intraseluler akan semakin
berkurang seiring meningkatnya lean body mass
PROPORSI
 Pada BBL proporsi ukuran kepala jauh lebih besar dari
tubuhnya, anggota gerak relatif lebih pendek, perut
membuncit dan sebagai titik tengah tinggi badannya
adalah setinggi umbilikal
 Saat dewasa ukuran proporsi kepala lbh kecil dari tubuh,
anggota gerak lebih panjang dan sebagai titik tengah
tinggi badannya adalah setinggi simfisis pubis.
PROPORSI TUBUH BAYI
(BERAT LAHIR)
 Berat lahir menggambarkan pertumbuhan dan
perkembangan janin selama di dalam kandungan
 Laporan WHO th 2000 ttg BBLR, mengungkapkan
bahwa bayi yg lahir dg BB 2000-2499 gr akan 4 x bh
berisiko utk mengalami kematian neonatal dibanding
bayi yg lahir dg BB 2500-2999 gr, dan risiko
kematiannya meningkat mjd 10 x dibanding bayi dg
BBL 3000-3499gr.
BERAT BADAN DAN PANJANG BADAN

 Di awal kehidupan, bayi umumnya kehilangan berat


sebesar 5-10% krn beradaptasi di lingkungan baru.
 Pada usia 4-6 bln, BB bayi mjd 2 x lipat dr BBL

 Pada th pertama PB mengalami pertambahan 50% dr


PBL
 Pertumbuhan yg lambat dapat disebabkan oleh penyakit,
kurangnya asupan gizi dan lingkungan yg buruk
BB TERHADAP UMUR (BB/U)

 BB / U yang rendah mendeskripsikan kekurusan


(lightness)

 Outcome dari proses ini adalah underweight


PB TERHADAP UMUR (PB/U)

 PB mengukur capaian pertumbuhan linier bayi yg


menggambarkan kondisi gizi bayi pada masa lalu
 Rendahnya PB/U menggambarkan pendek (shortness)

 Outcome dari proses ini adalah stunting


BB TERHADAP PB (BB/PB)

 BB/PB yang rendah menggambarkan kekurusan


(thinness)
 Outcome dari proses ini adalah wasting
LINGKAR KEPALA TERHADAP UMUR
(LK/U)
 LK/U dapat digunakan sbg indeks kurang energi protein
pada bayi dibawah 2 tahun.
 Bayi yg IUGR maupun bayi yg kekurangan energi
protein kronis, pada bulan pertama kehidupan akan
mengalami hambatan pertumbuhan otak shg bayi akan
memiliki LK/U yg lbh kecil.
BAKU STANDAR WHO 2005
Indikator Status Gizi Keterangan
BB/U BB normal ≥-2 SD sampai 3 SD
BB kurang <-2 SD sampai -3 SD
BB sangat kurang <-3 SD
PB/U Normal ≥-2 SD sampai 3 SD
Pendek < -2 SD sampai -3 SD
Sangat Pendek <-3 SD
BB/TB Sangat Gemuk >3 SD
Gemuk >2 SD sampai 3 SD
Risiko Gemuk ≥1 SD sampai 2 SD
Normal ≥-2 SD sampai 1 SD
Kurus <-2 SD sampai -3 SD
Sangat Kurus <-3 SD
PERKEMBANGAN SENSORI-MOTOR

Perkembangan sensoris-motoris adalah perkembangan


kemampuan sensorik dan motorik yang memberikan
input ke sistem saraf pusat.
TAHAP SENSORI MOTOR DARI JEAN
PIAGET
Umur Tahap Contoh
0-1 bulan Refleks sederhana Menghisap jika diberi rangsangan
didekat mulut bayi
1-4 bulan Reaksi sirkuler primer Bayi mengemut jarinya sendiri
4-8 bulan Reaksi sirkuler sekunder Bayi mulai menggerak-gerakkan
mainannya
6-12 bulan Koordinasi reaksi sirkuler Bayi berusaha memindahkan penghalang
sekunder untuk mengambil benda yang dia inginkan
12-18 bulan Reaksi sirkuler tersier Bayi mencoba untuk menjatuhkan barang
tersebut
18-24 bulan Internalisasi skema
SISTEM PENCERNAAN DAN
PENCERNAAN MAKANAN PADA BAYI
 Pada masa janin semua makanan janin masuk melalui
plasenta
 setelah bayi lahir, bayi mencerna dan mengabsorbsi
makanannya sendiri
 Saat lahir bayi yang sehat telah mampu mencerna dan
meyerap lemak, protein dan gula sederhana, serta
menyerap asam amino. Contoh pada kolostrum dan ASI.
GROWTH SPURT
 Growth spuit adalah fase pertumbuhan yang lebih cepat
dari keadaan normal, terjadi pada usia 7-10 hari, 2-3
minggu, 4-6 minggu, 3 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
 Hal-hal yang terjadi pada bayi di fase growth spuit:
 Bayi menyusu terus menerus dan lama (tidak mau dilepaskan
dari payudara ibu)
 Pola tidur bayi berubah (siang hari tidur sangat lama dan
malam hari bangun)
 Hal ini sering membuat ibu merasa ASI nya tidak cukup
sehingga mereka mengganti atau memberikan susu formula.
 Menurut Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), 2013 hal-
hal yang dapat dilakukan ibu menyusui pada masa growth
spuit:
 Ibu harus percaya diri bahwa ASI-nya cukup
 Ibu harus tahu prinsip bahwa semakin sering ASI
dikeluarkan semakin banyak produksinya.
 Susui bayi on demand (semau bayi)
 Busui harus tetap menjaga asupan makanan dg jumlah yang
cukup (> 2100Kal/hr)
PENGATURAN KONSUMSI MAKANAN
PADA BAYI

0-6 BULAN
ASI EKSLUSIF

PEMBERIAN
MAKAN BAYI

7-24 BUKAN
ASI+MPASI
USIA 0-6 BULAN
 Pada usia 0-6 bulanan bayi diberikan ASI Eksklusif .
Frekuensi pemberian ASI adalah on demand (semau
bayi), rata-rata 10-12 kali/hr, lamanya 10-20 menit
dengan jarak meyusui 2-3 jam. Pemberian PASI
dilakukan apabila terdapat indikasi medis sehingga ibu
tidak dapat memberikan ASI. PASI juga diberikan
apabila ibu meninggal atau terpisah dari bayi
 PASI untuk bayi adalah susu formula yang berasal dari
susu sapi/susu kedelai yang formulasikan komposisinya
mendekati ASI
KELEBIHAN ASI EKSLUSIF:
 Bayi dengan ASI Eksklusif akan lebih terjaga dari
infeksi pada saluran pencernaan
 Pertumbuhan bayi pada 6 bulan pertama akan lebih cepat

 Resiko kematian karena diare akan lebih rendah dari


pada yang tidak ASI Eksklusif
 Bayi akan tercukupi gizinya (kandungan gizi lenkap) jika
diberikan ASI Eksklusif.
 Refleks ekstrusi bayi (reflek mendorong makanan ke
depan lidah) akan semakin baik
USIA 7-24 BULAN
 Pada usia 7 bulan ASI masih sumber zat gizi utama pada
bayi, namun dengan seiring bertambahnya usia, maka
bayi membutuhkan sumber sumber zat gizi lain selain
ASI
 Berdasarkan WHO, 2009

pada usia 6-12 bulan: ½ dari kebutuhan gizi bayi, usia


12-23 bulan: 1/3 dari kebutuhan gizi sehingga bayi
memerlukan energi dari sumber gizi lain yang biasa
disebut MPASI
 MPASI: makanan/cairan lain yang diberikan bersamaan
dengan ASI yang dimulai ketika ASI tidak lagi
mencukupi kebutuhan gizi bayi
KEKURANGAN MPASI
 Lebih mudah terkena penyakit
 Terancam mengalami kurang gizi atau kegemukan jika
diberikan tidak sesuai petunjuk
 Mengurangi ikatan antara ibu dan bayi

 Repot dan tidak ekonomis


PANDUAN PEMBERIAN MPASI (WHO,
2009):
 ASI Ekslusif usia 0-6 bulan, MPASI mulai diperkenalkan usia >6 bulan,
ASI tetap diberikan on demand hingga 2 tahun.
 Pemberian MPASI secara responsive feeding dan menerapkan
psychososialcare.
 Menerapkan hygienitas yang baik.
 MPASI mulai diberikan dengan jumlah sedikit dan jumlahnya ditambahkan
seiring bertambah usia bayi
 Tingkaykan frekuensi makan seiring usia bayi
 Berikan aneka ragam MPASI yang kaya kandungan gizi
 Gunakan MPASI yang telah di fortifikasi/ berikan suplemen vitamin dan
mineral sesuai dengan kebutuhan bayi.
 Saat bayi sakit tingkatkan konsumsi cairan dengan meningkatkan frekuensi
menyusui, memberikan makanan yang lebih lembek dan disukai bayi.
Setelah sembuh berikan makanan lebih sering dari biasanya dan usahan
bayi makan lebih banyak.
KEBUTUHAN ENERGI DAN ZAT GIZI BAYI SERTA SUMBER MAKANANNYA

Kebutuhan
Zat Gizi Sumber Makanan
0-6 Bulan 7-12 Bulan
Protein Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, biji-bijian, 12 g 18 g
kacang-kacangan
Karbohirat Nasi, roti, kentang, jagung, singkong, ubi 58 g 82 g

Lemak Daging, ikan, telor, susu 34 g 36 g

Kalsium Susu, keju, ikan yg dikonsumsi bersama 200 mg 250 mg


tulangnya (ikan teri), biji-bijian utuh
Fosfor Susu, keju, ikan yg dikonsumsi bersama 100 mg 250 mg
tulangnya (ikan teri), keju, daging
Zat besi Sayuran hijau, kacang-kacangan, daging sapi, - 7 mg
ayam, ikan
Zinc Daging, ikan, hasil laut, kacang-kacangan, - 3 mg

Yodium Garam beryodium, ikanm hasil laut 90 µg 120 µ

Magnesium Kacang-kacangan, tahu, hasil laut, beras utuh 30 mg 55 mg

Vitamin A Sayuran hijau, buah warna oranye & merah, 375 RE 400 RE
mentega
KEBUTUHAN ENERGI DAN ZAT GIZI BAYI SERTA SUMBER MAKANANNYA

Kebutuhsn
Zat Gizi Sumber Makanan
0-6 Bulan 7- 12 Bulan
Vitamin E Minyak sayur, sayuran, gandum, telur, 4 mg 5 mg
susu
Vitamin K Sayuran hijau, kacang-kacangan 5 µg 10 µg

Vitamin C Tomat, jeruk, jambu biji, melon, 40 mg 50 mg


sayuran
Asam Folat Hati, gandum, roti, sayuran hijau 65 µg 80 µg

Niasin (B 3) Daging, biji-bijian, kacang, beras utuh 2 mg 4 mg

Riboflavin (B2) Susu, hati, beras utuh 0,3 mg 0,4 mg

Tiamin (B1) Daging, hati, beras utuh, kacang 0,3 mg 0,4 mg

Piridoksin (B6) Gandum, jagung, hati, daging 0,1 mg 0,3 mg

Metionin (B12) Susu, telur, daging, hati, keju 0,4 µg 0,5 µg

Total Kalori 550 650


KEBUTUHAN MPASI BERDASARKAN USIA BAYI DAN PENJELASAN
MENGENAI JENIS MPASI.

USIA Energi Tekstur Frekuensi Jumlah asupan


(bulan) MPASI makanan setiap
(Kalori/ makan
hr)

6-8 200 Bubur & makanan yg 2-3x/hr 2-3 sendok


dihaluskan, makanan makan/ 125 ml
keluarga yg dihaluskan

9-11 300 Makanan dicincang halus, 3-4x/hr & 125 ml


Snack 1-2
x/hr

11-23 550 Makanan keluarga, dicincang 3-4 x/hr & 150-250 ml


jika perlu snack 1-
2x/hr
DAFTAR PUSTAKA
1. Fikawati. Sandra. dkk. Gizi Ibu dan Bayi. Rajawali Press. Jakarta.
2016
2. Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga .
Depkes RI. Jakarta. 192 : 6 – 18. 
3. Markum.  A.H. dkk. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta. 1991 : 9 -
21.
4. Mirriamstoppard. Complete Baby and Child Care. 1997.
5. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta. 1998 : 1 – 63.
6. Behrman. Kliegman. Arvin. Ilmu Kesehatan Anak ( Nelson Textbook
of Pediatrics ). EGC. Jakarta. 2000 : 37 – 45.
7. Dhamayanti. Meita. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk
Meningkatkan Emotional Spiritual Quotient (ESQ). FK Unpad
Subbagian Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Perjan RSHS Bandung. Bandung. 2005.

Anda mungkin juga menyukai