Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa,

denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat terjadi akibat pengaruh

kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan bermacam-macam

penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan

retinitis pigmentosa.1

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas

juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan

dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh

juta. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan

dimana 90 % dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis.1

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun

tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.1

Pengobatan pada katarak adalah tidakan pembedahan. Setelah pembedahan,

lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraocular.

Dengan peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum,

selama, dan post operasi, diharapkan penganganan katarak dapat lebih diperluas

sehingga prevalensi kebutaan di Indonesia dapat diturunkan.1

1
1.2 Batasan masalah

Clinical science session ini membahas mengenai definisi, epidemiologi,

etiologi, patogenesis, diagnosis, gejala klinis, penatalaksanaan, komplikasi, dan

prognosis dari katarak Senilis.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan Clinical science session ini bertujuan menambah pengetahuan

para dakter muda mengenai Katarak Senilis.

1.4 Metoda penulisan

Penulisann Clinical science session ini disusun berdasarkan tinjauan

kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literature.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.1.1 Katarak

Katarak berasal dari kata yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin

cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana

penglihatan seperti tertutup air terjun. Sehingga didefinisikan Katarak adalah

setiap keadaan kekeruhan dilensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan

cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat keduanya.1

2.1.2 Katarak senilis

Katarak Senilis adalah setiap kekeruhan lensa yang tedapat pada usia lanjut

diatas usia 50 tahun.1

2.2 Epidemiologi

Katarak senilis sampai saat ini masih menjadi penyebab terbanyak gangguan

pengihatan dan kebutaan di dunia. Penelitian terbaru yang dilakukan diberbagai

negara diantaranya Cina, Canada, Jepang, Denmark, Argentina dan India

menunjukkan bahwa katarak senilis merupakan penyebab terbanyak gangguan

penglihatan dan kebutaan dari data statistik yang didapatkan 33% dari semua

penyakit mata di Denmark adalah katarak, dan dapat mencapai 86% di India.

Sebanyak 1.2 % penduduk benua Afrika mengalami kebutaan dengan 36% akibat

katarak. Penelitian di Skotlandia menunjukkan hasil 1 dari 4 orang yang

mengalami katarak berujung pada kebutaan.2

3
2.3 Anatomi dan Fisiologi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak bewarna dan hampir

transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4mm dan diameter 9mm. Lensa digantung

oleh zonula zinii dan prosesus siliaris (ligamentum suspensorium lentis), yang

melekat pada ekuator lensa, serta menghubungkannya dengan korpu siliare.

Zonula zinii berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus siliare.3

Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung daripada permukaan

anterior. Di sebelah anterior lensa terdapat humor akuos dan disebelah posterior

terdapat korpus vitreus. Lensa di liputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai

membran semipermeabel terhadap air dan elektrolit sebagai makanan lensa. Di

depan lensa terdapat selapis tipis epitel subkapsuler. Nukleus lensa lebih tebal dari

korteksnya. Semakin bertambahnya usia laminar epitel subkapsuler terus

diproduksi sehingga lensa semakin besar dan kehilangan elastisitas.3

Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks biasnya sekitar 1,4 pada

sentral dan 1,36 pada perifer. Hal ini berbeda dengan humor akuos dan vitreus

yang mengelilinginya.pada tahap tidak berakomodasi, lensa mampu memberikan

kekuatan 15 20 Dioptri dari sekitar 60D kekuatan konvergen bias mata manusia

rata-rata.1

Lensa terdiri dari 65% air dan 35% protein (tertinggi kandungannya dari

seluruh tubuh). Dan sedikit sekali mineral. Kandungan kalium lebih tinggi pada

lensa dibanding area tubuh lainnya. Tidak terdapat serat yeri, pembuluh darah

atau saraf pada lensa.4

4
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh m. Ciliaris berelaksasi, meregangkan

serat zonula zinii dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuran

terkecil. Dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya

akan terfokus ke retina.Sementara untuk cahaya yang berjarak dekat m.ciliaris

berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang ,artinyalensa yang lebih elastis

menjadi strefis diiringi dengan peningkatan daya biasnya.Kerja sama fisiologis

antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda jauh pada

retina dikenal denga akomodasi. Hal ini berkurang seiring bertambahnya usia.4

Gambar 1. Penampang Lensa5

2.4 Patologi

2.4.1 Aging proses

Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan

mata yang menyebabkan gangguan pandangan. Pathogenesis dari katarak terkait

usia multifactor dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi

peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi.

Sebagai lapisan baru serat kortical berbentuk konsentris, akibatnya nucleus dari

5
lensa mengalami penekanan dan pergeseran (nucleus sclerosis). Cristalisasi

(protein lensa) adalah perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan

agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi

protein secara tiba tiba mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya

yang menyebar, penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nucleus

lensa juga menghasilkan progressive pigmentasi.perubaha lain pada katarak

terkait usia pada lensa termasuk menggambarkan konsentrasi glutatin dan

potassium dan meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.4

Tiga tipe katarak terkait usia adalah nuclear, kortical, dan subkapsular

posterior katarak. Pada beberapa pasien penggabungan dari beberapa tipe juga

ditemukan.

2.4.2 Katarak Nuklear

Pada dekade keempat dari kehidupan, tekanan yang dihasilkan dari fiber

lensa peripheral menyebabkan pemadatan pada seluruh lensa,terutama nucleus.

Nucleus member warna coklat kekuningan (brunescent nuclear cataract). Ini

menjadi batas tepi dari coklat kemerahan hingga mendekati perubahan warna

hitam diseluruh lensa (katarak hitam). Karena mereka meningkatkan tenaga

refraksi lensa, katarak nuclear menyebabkan myopia lentikular dan kadang-

kadang menimbulkan fokal point kedua di dalam lensa yang menyebabkan

diplopia monocular.4

6
Gambar 2. Katarak nuklear

2.4.3 Katarak Kortikal

Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi

cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada

keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat

dekat pada usia yang bertambah. Katarak nuclear sering dihubungkan dengan

perubahan pada kortek lensa. Ini penting untuk dicatat bahwa pasien dengan

katarak kortikal cenderung untuk hyperopia dibandingkan dengan pasien dengan

katarak nuclear.4

Beberapa perubahan morfologi yang akan terlihat pada pemeriksaan slip-

lamp dengan midriasis maksimum:4

1. Vacuoles: akumulasi cairan akan terlihat sebagai bentuk vesicle cortical

sempit yang kecil. Sisa vacuoles kecil dan meningkat jumlahnya.

2. Water fissure: pola rarial dari fissure yang terisi cairan yang akan terlihat

diantara fiber. Lamella yang terpisah: tidak sesering water fissureI, ini

berisi suatu zona cairan diantara lamella (biasanya antara lamella clear dan

7
fiber kortikal).

3. Cuneiform cataract: ini sering ditemukan dengan opaksitas radier dari

lensa peripheral seperti jari-jari roda.

Gambar 3. Katarak kortikal

2.4.4 Posterior subcapsular katarak (PSCs)

Merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini

menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta

pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi,

dan trauma.4

8
Gambar 4. Katarak subcapsular posterior

2.5 Klasifikasi Katarak

Ada beberapa jenis klasifikasi yang telah sering digunakan untuk menilai

katarak, misalnya berdasarkan usia timbulnya katarak disebut sebagai katarak

kongenital, juvenil atau senilis.6

Klasifikasi katarak yang paling luas penggunannya adalah LOCS versi III

(lens opacities classification system) yang dikemukakan oleh Chylack LT

et.al.,pada tahun 1993. Klasifikasi ini melihat gambaran nukleus yang disebut

nuclear opalescence (NO), nuclear color (NC), cortical cataract (C) serta

posterior subscapsular cataract (P) pada pasien dan membandingkannya dengan

foto yang di publikasikan oleh Chylack dan kawan-kawan. Pembagian ini

memang sangat baik tetapi kurang praktis untuk penggunaan klinis sehari-hari

sehingga lebih sederhana menggunakan klasifikasi berdasarkan Buratto dan

kawan-kawan.6

9
Buratto membagi densitas kekerasan lensa menjadi 5 jenis dimana grade 1

adalah katarak yang paling lunak sedangkan grade 5 adalah katarak yang sangat

keras. Klasifikasi katarak menurut Buratto adalah sebagai berikut :6

a. Grade 1 : Nukleus lunak. Pada katarak grade 1 biasanya visus masih lebih

baik dari 6/12, tampak sedikit keruh dengan warna agak keputihan. Reflek

fundus mudah diperoleh dan biasanya pada pasien kurang dari 50 tahun.

b. Grade 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan. Pada katarak ini nukleus

mulai sedikit berwarna kekuningan, visus antara 6/12 sampai 6/30. Refleks

fundus juga masih mudah diperoleh dan katarak jenis ini paling sering

menunjukan gambaran seperti katarak subkapsulari posterior.

c. Grade 3 : Nukleus dengan kekerasan medium. Katarak ini paling sering

ditemukan dimana nukleus tampak kuning disertai kekeruhan korteks yang

berwarna keabu-abuan. Visus antara 3/60 sampai 6/30.

d. Grade 4 : Nukleus Keras. Warna nukleus sudah berwarna kuning

kecoklatan, usia pasien biasanya lebih dari 65 tahun. Visus biasanya antara

3/60 sampai 1/60, dimana refleks fundus maupun keadaan fundus sudah

sulit dinilai.

e. Grade 5 : Nukelus sangat keras. Pada katarak jenis ini nukleus sudah

berwarna kecoklatan bahkan ada yang sampai berwarna agak kehitaman.

Visus hanya 1/60 atau lebih buruk dan usia penderita diatas 65 tahun.

Katarak ini sangat keras dan disebut juga brunescent cataract atau black

cataract.

10
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,

matur, dan hipermatur.1

1. Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti

bercak-bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah

jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan

posterior.

2. Katarak Imatur

Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi

belum mengenai seluruh lapisan lensa. Terjadi penambahan volume lensa

akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada

keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan

pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal

sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris

atau shadow test, akan terlihat bayangan iris pada lensa, sehingga hasil uji

shadow test (+)

3. Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Tidak

terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh sehingga uji bayangan iris

negatif.

4. Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa

yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa.

11
Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks

yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka dapat mengakibatkan

nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai

katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudo

positif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan

reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing.

Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran

melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan

cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Komplit Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang

masuk) (air+masa lensa

keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam

Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka

Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Visus (+) < << <<<
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma
Table 1. Perbedaan stadium katarak senil1

2.6 Manifestasi Klinis

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat

penurunan penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada

jenis dari katarak ketika pasien datang.4,7

12
-
Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan

pasien dengan katarak senilis.


-
Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas

kontras terhadap cahaya terang atau silau pada siang hari hingga silau

ketika mendekati lampu pada malam hari.


-
Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan

dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.

Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan

dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini

disebut dengan second sight.


-
Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuklear yang

terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area

refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran

reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena

seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi

dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.

2.7 Tatalaksana

1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE).

Merupakan teknik pembedahan dengan cara mengeluarkan

seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinni yang

telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus. Karena alasan tersebut,

teknik ini tidak dapat digunakan untuk pasien yang lebih muda dimana

zonula kuat. ICCE dapat dilakukan antara usia 40-50 tahun dengan

13
menggunakan enzim alpha-chymotripsyn (yang akan menguraikan

Zonula). ICCE telah dilakukan pengetesan dari waktu ke waktu dan telah

dilakukan secara umum sekitar 50 tahun yang lalu diseluruh dunia. Saat

ini indikasinya hanyalah untuk subluksasi dislokasi lensa 8,9

2. Ekstra Capsular Cataract Extraction (ECCE).

Pengeluaran isi lensa (epithelium, korteks dan nukleus) melalui

kapsul anterior yang dirobek (kapsulotomi anterior) dengan

meninggalkan kapsul posterior. Indikasi saat ini tekhnik ECCE adalah

pilihan operasi untuk semua tipe dari dewasa sampai anak-anak kecuali

ada kontra indikasi. Kontra indikasi absolut untuk ECCE adalah

subluksasi dan dislokasi lensa yang nyata. 8,9

3. Phaco Emulsification.

Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstraksi katarak ekstra kapsular

yang paling sering digunakan. Tekhnik ini menggunakan fibrator

ultrasonik genggam untuk menghancurkan nukleus yang keras hingga

substansi nukleus dan korteks dapat diaspirasi melalui suatu insisi

berukuran sekitar 3 mm. ukuran insisi tersebut cukup untuk memasukkan

lensa intraokuler yang dapat dilihat. Jika digunakan lensa intraokuler yang

kaku, insisi perlu dilebarkan sekitar 5 mm. Keuntungan yang dapat

diperoleh dari tindakan bedah insisi kecil adalah kondisi intraoperasi lebih

terkendali , menghindari penjahitan, perbaikan luka lebih cepat dengan

derajat distorsi kornea lebih rendah dan mengurangi peradangan

intraocular pasca operasi.4

14
2.8 Komplikasi

Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena

proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.10

1. Fakolitik
-
Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa

akan keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior

terutama bagian kapsul lensa.10


-
Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior

akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang

berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.10


-
Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga

timbul glaukoma.10

2. Fakotopik
-
Berdasarkan posisi lensa
-
Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut

kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor

aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya

tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.10

3. Fakotoksik
-
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi

mata sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga

timbul uveitis, yang kemudian akan menjadi glaukoma.10

15
2.9 Prognosis

Bila tidak ada penyakit penyerta yang disebabkan oleh postoperasi seperti

degenerasi macula/atrofi nervus optikus, ECCE atau fakoemulsifikasi biasanya

memberikan penambahan ketajaman penglihatan setidaknya 2 baris pada snellen

chart.7

BAB 3

16
KESIMPULAN

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak bewarna dan hampir

transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4mm dan diameter 9mm. Lensa digantung

oleh zonula zinii dan prosesus siliaris. Katarak Senilis adalah setiap kekeruhan

lensa yang tedapat pada usia lanjut diatas usia 50 tahun. Katarak senilis sampai

saat ini masih menjadi penyebab terbanyak gangguan pengihatan dan kebutaan di

dunia.

Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan

mata yang menyebabkan gangguan pandangan. Pathogenesis dari katarak terkait

usia multifactor dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi

peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi. Tiga

tipe katarak terkait usia adalah nuclear, kortical, dan subkapsular posterior

katarak. Pada beberapa pasien penggabungan dari beberapa tipe juga ditemukan.

Buratto membagi densitas kekerasan lensa menjadi 5 jenis dimana grade 1

adalah katarak yang paling lunak sedangkan grade 5 adalah katarak yang sangat

keras. Katarak senilis secara klinik juga dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien,

imatur, matur, dan hipermatur.

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat

penurunan penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi, dapat berupa

penurunan visus, silau, perubahan miopik, dan diplopia monocular. Tatalaksana

bisa dengan cara Intracapsular Cataract Extraction (ICCE), Ekstra Capsular

Cataract Extraction (ECCE) dan Phaco Emulsification. Bila tidak ada penyakit

penyerta yang disebabkan oleh postoperasi seperti degenerasi macula/atrofi

17
nervus optikus, ECCE atau fakoemulsifikasi biasanya memberikan penambahan

ketajaman penglihatan setidaknya 2 baris pada snellen chart.7

DAFTAR PUSTAKA

18
1. Ilyas S. (2007). Ilmu Penyakit Mata. Tajam penglihatan, kelainan refraksi
dan penglihatan warna hal 72-75. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
2. Ocampo V, Foster C, Senile Cataract. 2016. Available at Emedicine Artikel
www.emedicine.com/ last update March 1st 2016.
3. Murril A.C standfield L.D, Vanbrocklin D.m, Bailey L.I,denbeste P.B,
Diloma C.R et aal.(2004). Optometric clinical practice guideline.
American optometric association:U.S.A) dan (Vaugan G.D, Asbury T,Eva
R.P. (2000). Oftalmologi umum. Bab 20 lensa hal 401- 4006.Edisi 14.
Widya medika : Jakarta.
4. Vaugan dan Skuta G.L, Cantor L.B, Weiss J.S. 2013. Basic and clinical
science course. American Academy of Ophtalmology 2013-2014.Section
11.Bab 4 p.39-45.
5. Khairullah A.2010.Patologi dan penatalaksanaan pada katarak
senilis.published december 2010. Hal 2.
6. Soekardi Istiantoro. Transisi Menuju Fakoemulsifikasi. Jakarta: Granit ;
2004.
7. Victor,Vicente.2016. Senile Cataract. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/1210914
8. Khurana AK, editor. Comprehensive Ophthalmology. In: Diseases of the
lens. 4th Edition. New Delhi: New Age International; 2007.p.167-201.
9. Lang G. Lens. In Ophthalmology: A Short Textbook. Thieme Stuttgart :
Germany. 2000.
10. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract. Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006

19

Anda mungkin juga menyukai